Anda di halaman 1dari 2

Suku Sasak merupakan suku asli dari Nusa Tenggara Barat, dan mendiami daerah Lombok.

Nama Sasak
pertama kali disebutkan dalam Prasasti Pujungan, yaitu prasasti yang ditemukan di Kabupaten Tabanan,
Bali, yang diperkirakan berasal dari abad ke-11. Asal nama Sasak konon katanya berasal dari kata sak-sak
yang artinya sampan.

Dalam Kitab Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok. Yakni
Lombok Sasak Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari
kata "sa'-saq" yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari kata Lomboq yang artinya
lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga yang
menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus.

 Bahasa

Bahasa yang digunakan suku Sasak memiliki kedekatan dengan sistem aksara Jawa-Bali, sama-
sama menggunakan aksara Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Kendati demikian, secara pelafalan, bahasa Sasak
ternyata lebih memiliki kedekatan dengan bahasa Bali. Menurut penelitian para etnologi yang
mengumpulkan hampir semua bahasa di dunia, menggolongkan bahasa Sasak kedalam rumbun
bahasa Austronesia Malayu-Polinesian, Juga ada kesamaan ciri dengan rumpun bahasa Sunda-
Sulawesi, dan Bali-Sasak.

Bahasa Sasak yang digunakan di Lombok secara dialek dan lingkup kosakatanya dapat
digolongkan kedalam beberapa bahasa sesuai dengan wilayah penuturnya seperti;

1. Mriak-Mriku (Lombok Selatan)


2. Meno-Mene dan Ngeno-Ngene (Lombok Tengah)
3. Ngeto-Ngete (Lombok Tenggara)
4. Kuto-Kute (Lombok Utara)

 Religi

Kepercayaan asli suku Sasak adalah Boda, beberapa menyebutnya Sasak Boda. Walapun ada
kesamaan pelafalan dengan Buddha, namun sistem kepercayaan Boda tidak memiliki kesamaan
dan hubungan dengan Buddhisme.

Kepercayaan masyarakat suku Sasak silih berganti mengikuti keturunan-keturunan yang datang ke daerah
Lombok. Ada yang mengatakan bahwa Boda atau Sasak Boda merupakan kepercayaan menyembah roh-
roh para leluhur dan mereka mengakui keberadaan Sidharta Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama.

Kepercayaan kedua adalah ketika Kerajaan Majapahit datang mengunjungi Lombok dan membawa serta
kebudayaannya. Kemudian suku Sasak mengenal kepercayaan Hindu-Budha Majapahit. Baru ketika abad
16-17, suku Sasak mengenal agama Islam karena peran dari Sunan Giri. Setelah perkembang islam di
Lombok, banyak masyarakat suku Sasak yang akhirnya berpindah dari agama Hindu, menjadi Agama
Islam.

Setelah perkembangan Islam, kepercayaan Suku Sasak sebagian berubah dari Hindu menjadi penganut
Islam. Selanjutnya kepercayaan Suku Sasak diklasifikasikan tiga kelompok utama; Boda, Wetu Telu, dan
Islam (Wetu Lima).

Penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di wilayah pegunungan utara dan di lembah-
lembah pegunungan Lombok bagian selatan. Kelompok Boda ini konon adalah orang-orang Sasak yang
dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut kepercayaan asli. Mereka menyingkir ke daerah
pegunungan melepaskan diri dari islamisasi di Lombok.

Sedangkan Agama Wetu telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali dan Kejawen. Di antara
unsur-unsur umum, peran leluhur begitu menonjol. Hal itu didasarkan pada pandangan yang berakar pada
kepercayaan tentang kehidupan senantiasa mengalir.

Pada perkembangannya Wetu telu justru lebih dekat dengan Islam. Konon, sekarang hampir semua desa
suku Sasak sudah menganut Agama Islam lima waktu dan meninggalkan Wetu telu sepenuhnya.
Sementara sinkretisme Islam-Wetu telu kini berkembang terbatas di beberapa bagian utara dan selatan
Pulau Lombok. Meliputi Bayan, dataran tinggi Sembalun, Suranadi di Lombok Timur, Pujut di Lombok
Tengah, dan Tanjung di Lombok Barat.

Istilah Islam-Wetu Telu diberikan karena penganut kepercayaan ini beribadah tiga kali di bulan puasa,
yaitu waktu Magrib, Isya, dan waktu Subuh. Di luar bulan puasa, mereka hanya satu hari dalam seminggu
melakukan ibadah, yaitu pada hari Kamis dan atau Jumat, meliputi waktu Asar. Untuk urusan ibadah
lainnya biasanya dilakukan oleh pemimpin agama mereka, para kiai dan penghulu.

Anda mungkin juga menyukai