Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Agama Islam adalah agama yang membawa manusia dari jalan kesesatan menuju jalan yang benar. Namun, dalam pelaksanaannya banyak hal yang menghalangi. Karena kita sangat menyadari bahwa nabi serta rasul terakhir kita ialah Nabi Muhammad, sehingga pembimbing Islam yang bisa dipercayai menjadi sangat langka. Hal ini juga ditambah dengan adanya berbagai pemahaman, pandangan, dan keyakinan dalam menjalankan syariat Islam. Hal ini menyebabkan adanya perpecahan dalam menjalankan syariat Islam tersebut, yang sebenarnya berpusat pada satu ajaran, yaitu menyembah Allah dengan segala konsekuensi yang mengikutinya. Inilah yang menyebabkan ada banyak aliran dalam Islam, baik yang aliran kepercayaannya saling berbeda, namun tidak menyimpang pada hakikat ke-Islamannya, dan ada pula yang menyimpang dari hokum-hukum dasar agama Islam. Aliranaliran sesat inilah yang akan dibahas lebih lanjut dalam karya tulis ini.

WETU TELU Pulau Lombok ialah pulau dengan mayoritas penduduk agama Islam, sehingga dijuluki sebagai pulau seribu masjid. Namun faktanya, suku asli Lombok, yaitu orang Sasak, masih banyak yang memeluk kepercayaan tradisional Islam Wetu Telu, yaitu sinkretisme antara ajaran Islam dan kepercayaan lokal suku Sasak. Kepercayaan ini tak lepas dari kuatnya pengaruh Jawa Kuno dan Hindu Bali di Sasak. Sejak abad 14 Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gadjah Mada telah mengusai suku Sasak yang dengan kata lain merupakan mayoritas warga non muslim. Baru pada awal abad 17 ajaran Islam diperkenalkan oleh Sunan Giri dan orang Muslim Bugis yang datang ke Lombok. Tak berapa lama, sekitar abad ke 18, peperangan yang meletus di Kerajaan Klungkung Bali mengakibatkan migrasi besar-besaran orang Bali ke Lombok. Tak heran jika kebudayaan Sasak sangat dekat dengan kebudayaan Jawa dan Bali. Hal itulah yang menyebabkan para pemuka agama Islam yang masuk ke daerah ini dalam menyebarkan ajaran agama Islam tidak serta merta menyebarkan ajaran agama Islam dengan menghilangkan kebiasaan adat masyarakat yang sudah berkembang sebelumnya. Hal itulah yang menyebabkan ajaran Islam yang dijalankan masyarakat tersebut tidak murni sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Kepercayaan Islam Wetu Telu yang dianut orang Sasak ini menganut ajaran yang berbeda dengan ajaran Islam pada umumnya. Wetu Telu merupakan akulturasi dari ajaran Islam dan sisa kepercayaan lama yakni animisme,dinamisme,dan kerpercayaan Hindu. Wetu Telu, artinya Waktu Tiga yang maknanya menjalankan sembahyang sebanyak tiga kali dalam sehari, bukan lima waktu seperti halnya yang dilakukan umat Muslim. Orang Sasak hanya menjalankan sholat pada siang hari (duhur), sore hari (asyar), dan saat matahari terbenam (maghrib). Demikian halnya pada saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Pemeluk Islam Wetu Telu hanya menjalankan ibadah puasa sebanyak tiga hari selama bulan Ramadhan, yaitu pada hari pertama, pertengahan bulan Ramadhan, dan hari terakhir menjelang Idul Fitri. Yang wajib menjalankan ibadah-ibadah tersebut hanyalah orang-orang tertentu seperti kiai atau pemangku adat (Sebutan untuk pewaris adat istiadat nenek moyang). Kegiatan apapun yang berhubungan dengan daur hidup (kematian,kelahiran,penyembelihan hewan,selamatan dsb) harus diketahui oleh kiai atau pemangku adat dan mereka harus mendapat bagian dari upacara-upacara tersebut sebagai ucapan terima kasih dari tuan rumah.

Dalam buku Pulau Lombok dalam Sejarah, H. Lalu Lukman, disampaikan dugaan bahwa praktik tersebut bertahan karena para wali yang menyebarkan Islam pertama kali tersebut, tidak sempat menyelesaikan ajarannya, sehingga masyarakat waktu itu terjebak pada masa peralihan. Para murid yang ditinggalkan tidak memiliki keberanian untuk mengubah praktik pada masa peralihan tersebut ke arah praktik Islam yang lengkap. Hal itulah salah satu penyebab masih dapat ditemukannya penganut Wetu Telu di masa modern. Hingga kini populasi orang Sasak yang menganut Islam Wetu Telu masih banyak dijumpai. Sebagian besar dari mereka tinggal di Desa Bayan, Lombok Utara. Lainnya tersebar di Mataram, Puyung, Sengkol, Rabitan, Sade, Tetebatu, Bumbung, Sembalun, Senaru, Loyok, dan Pasugulan. Yang menarik, orang Sasak yang tinggal di Pura Lingsar hidup berdampingan secara rukun dengan pemeluk agama Hindu Bali. Meskipun berbeda suku dan agama mereka tampak hidup harmonis. Di Desa Bayan,kita masih bisa menemukan masjid yang digunakan oleh para penganut Wetu Telu. Ada juga sebuah tempat yang digunakan oleh umat berbagai agama untuk berdoa. Namanya "Kemaliq" yang artinya tabu,suci dan sakral.terletak di desa Lingsar Kabupaten Lombok Barat yang setiap tahun mengadakan sebuah upacara adat yang bernama "Upacara Pujawali Dan Perang Topat" sebagai wujud rasa syukur atas hujan yang diberikan Tuhan YME pada umat manusia. Salah satu tempat sakral bagi masyarakat suku sasak penganut ajaran Wetu Telu ialah Pura Lingsar. Pura Lingsar merupakan pura tertua yang dibangun oleh Anak Agung Ngurah pada masa Kerajaan Karangasem sekitar tahun 1759. Di kompleks pura ini terdapat empat bangunan pokok, yaitu Pura Gaduh, Kemaliq, pesiraman dan pesimpangan Bhatara Bagus Balian, dan Lingsar Wulon. Meski pura ini dibangun oleh umat Hindu Bali, namun juga terdapat Kemaliq yaitu tempat yang disucikan masyarakat suku Sasak penganut kepercayaan Wetu Telu. Konon, Kemaliq dibangun sebagai lambang persatuan antara umat Hindu Bali dan Suku Sasak. Bahkan, setiap tahunnya pada sasih purnama ning bulan kanem yang jatuh sekitar bulan Desember, umat Hindu Bali dan orang Sasak mengadakan tradisi Perang Topat.

Anda mungkin juga menyukai