Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaan Etnis Simalungun

1. ADELIA LUISA-KELOMPOK 7
Pada pokok pembahasan pertama yang disampaikan oleh saudari.mengenai letak
simalungun secara geografis kita mendengar bahwa simalungun berbatasan dengan
beberapa kabupaten lainnya salah satunya kabupaten karo, nah pertanyaan saya
bagaimana hubungan antara karo dan simalungun? Apakah ada relasi budaya yang
mereka jalankan terkait dengan hubungan mereka? Kalau ada apa dan apakah berjalan
sampai saat ini? Jika tidak, lantas relasi seperti apa yg mereka jalankan? Atau emang
sama sekali tidak ada?
JAWABAN :
Budaya tidak ada, walaupun simalungun dan karo berdekatan namun mereka tidak
menciptakan kegiatan kebudayaan yang menjadi simbol kedekatan mereka. Namun
mereka tetap berhubungan baik melalui pemerintahannya, contohnya yang terjadi pada
saat ini dimana kabupaten karo dan kabupaten simalungun sepakat benahi danau toba
bersama sama,bahkan kedua kabupaten itu berencana membuat wisata yang apabila
terealisasi akan menjadi terbagi dalam 2 kabupaten

2. DZAKIYAH MEGA WANGI-KELOMPOK 8


Kebiasaan apa yang berkembang dari zaman dahulu hingga zaman sekarang pada
masyarakat daerah Simalungun?
JAWABAN:
Suku Simalungun memiliki suatu tradisi yaitu Paabingkon. Paabingkon merupakan satu
salah kebiasaan masyarakat simalungun, kebiasaan ini dianggap juga sebagai suatu
upacara adat yang resmi pada budaya simalungun dimana cucu pertama yang belum
memiliki adik harus di Paabingkon kepada kakek/Neneknya.

3. MUTIARA PUTRI NABILA- KELOMPOK 1


Kita telah mengetahui bahwa seluruh etnis cenderung memiliki asal muasal, nah disini
saya ingin bertanya kepada kelompok penyaji, bagaimana terbentuknya etnis
simalungun?
JAWABAN: Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi
sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar
Indonesia.
Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang:
– Gelombang pertama (Proto Simalungun), diperkirakan datang dari Nagore (India
Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri
Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur. Dari
Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar
Kalifah sampai Batubara dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.
– Gelombang kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun
yang bertetangga dengan suku asli Simalungun. Kemudian mereka didesak oleh suku
setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran Toba dan Samosir. Sehingga anggapan
yang menyatakan bahwa etnis Simalungun adalah peralihan dari Batak Toba tidak
berdasar pada fakta sejarah Simalungun.

4. OLLY RYSFA-KEL 2
Banyak teori mengatakan bahwa simalungun dulunya adalah kerajaan, itu artinya belum
ada yang namanya agama, lantas dulu masyarakat simalungun tidak memiliki
kepercayaan sama sekali atau memiliki kepercayaan lain?
JAWABAN:
Sebelum masuknya agama ke Simalungun, kepercayaan suku Simalungun dipengaruhi
oleh budaya Hindu. Istilah-istilah seperti sibiangsa, boraspati, bataraguru, nama-nama
hari dan parhalaan ini menunjukkan pengaruh Hindu pernah hidup di antara leluhur orang
Simalungun. Masyarakat Simalungun memahami kepercayaan Naibata sebagai
kepercayaan yang maha adil yang memberikan keadilan kepada orang tertindas dan
penghukuman kepada orang yang jahat, bahkan pemahaman penduduk Siamlungun ini
dinyatakan dalam bentuk sumpah yang disebut “pittor bilang” yang menyatakan keadilan
Naibata akan mendatangkan akibat dari generasi ke generasi.Naibata, penduduk
Simalungun juga percaya akan mahluk-makluk gaib yang merupakan sembahan satu
keluarga atau marga yang disebut sinumbah dan simagod. Sinumbah dalam pemahaman
penduduk Simalungun adalah roh-roh gaib yang mendiami tempat-tempat keramat yang
ada kaitanya dengan sejarah leluhur suatu keluarga atau marga yang lokasinya dinamakan
parsinumbahan.Penduduk Simalungun juga percaya bahwa kuasa dari nenek moyang
dapat hadir bila dipanggil melalui ritual dengan membunyikan seperangkat alat musik
tradisional Simalungun. Ritual ini dapat dilakukan dengan medium lakilaki maupun
perempuan yang dinamakan paniaran.
5. YESI JESIKA-KELOMPOK 3
Sudah tidak asing memang teori yang menyatakan bahwa masyarakat simalungun
bermula dari kerajaan, menurut saya pastinya pada saat itu ada yang namanya strata
sosial,lalu bagaimana strata sosial yg masyarakat simalungun anut? Serta bagaimana
sistem pemerintahannya? Contohnya seperti negara kita ini menganut sistem demokrasi,
lantas bagaimana dengan simalungun?
JAWABAN:
Dahulu di simalungun terlihat jelas perbedaan strata sosialnya antara raja dan orang
biasa. Sistem pemerintahaan yang dianut simalungun dahulu adalah sistem feodalisme.
Sistem feodalisme di Simalungun ini menempatkan rakyat dengan posisi terendah dalam
struktur pemerintahan tradisional sebagai objek pemerasan para penguasa, bahkan rakyat
harus menyerahkan barang dan anak gadisnya kepada para raja dan keluarganya, meski
dengan berat hati dan terpaksa. Rakyat tidak hanya menyerahkan upeti dan kewajiban
lainnya, tetapi juga persembahan langsung kepada raja dengan menyediakan dirinya pada
waktu dan kondisi tertentu untuk keperluan raja.
Dibawah raja : partuanan disebut juga ulubalang yang tugasnya menyampaikan pesan –
pesan kerajaan kepada rakyat. Pendamping raja : harajaan (penasehat raja )didengar atau
tidak tergantung raja. Raja juga disebut partongah karna juga membuat keputusan bahkan
dalam perkara ditingkat rakyat. Perkara ditingkat huta dibawa ketingkat atas sampai ke
pematang (pusat) dan keputusann akhir hanya ada pada raja (sistem peradilan yang hanya
ada di Simalungun,tidak untuk batak lainnya )
6. AGRIVA- KELOMPOK 3
Kita sudah melihat, sistem pemerintahan bangsa kita memengaruhi karakter kita bahkn
tata krama kita, lalu apakah ada kesamaan dengan masyarakat simalungun yg memiliki
sistem pemerintahan tradisional (kerajaan)? Apakah ada pengaruh sistem kerajaan
simalungun dengan karakter masyarakat?
JAWABAN:
Sistem pemerintahan kerajaan yag ada di simalungun memanglah memeiliki pengaruh
terhadap karakter masyarakat simalungun, bahkan karakter itu melekat sampai sekarang.
Dapat kita lihat bahwa dulu kerajaan simalungun menganut falsafah habonaron do bona
yang artinya kebenaran diatas segalanya yang menekankan masyarakat simalungun
berpandangan, berniat, berbicara, berkehidupan, berusaha, berprinsip, dan berpikiran
dengan kebenaran. Hal itu juga mengapa falsafah tersebut menjadi motto simalungun
karena diharapkan karakter masyarakat simalungun tetap seperti itu yang dilandaskan
dengan kebenaran.

7. ROMAULI SILITONGA-KELOMPOK 5
Sama halnya dengan pertanyaan yang diajukan kepada etnis karo minggu lalu, ada
beberapa opini yang menyatakan bahwa simalungun bukanlah batak. Setelah mempelajari
etnis simalungun, bagaimana tanggapan kelompok anda terhadap pernyataan tersebut?
JAWABAN: perlu kita ketahui,bahwa sebuah daerah menjadi satu suku apabila:
1. Garis keturunan yang sama
2. Pengakuan dari orang lain
3. Ciri khas budaya, agama,perilaku dan biologis
- Suku batak toba dan simalungun menganut garis keturunan dari pihak laki – laki
- Tokoh rohani simalungun menegaskan bahwa dirinya adalah suku bangsa batak
simalungun,tokoh muslim yang menyatakan dirinya batak simalungun
- Adat istiadat yang sangat mirip :
Simalungun “ tolu sahundulan 5 saodoran “ dalam toba “dalihan natolu “
Maka dari ketiga poin tersebut sudah jelas bahwa simalungun adalah batak. Selain
itu sejarah – sejarah juga banyak dijadikan sebagai bukti bahwa simalungun
adalah batak salah satunya buku berjudul simlaungun nama daerah,bukan suku
yang ditulis oleh pdt.j.petrus

8. CHRISTINE HAGAINA- KELOMPOK 6


Mengenai kuliner simalungun yaitu dayok na binatur menurut pemaparan saudari altina
tadi bahwa dayok na binatur itu adalah ayam yang dimasak dan disajikan secara teratur
(yang berarti disajikan sesuai bentuk ayam tersebut masih hidup) yang saya pertanyakan
adalah apa makna yang tersembunyi dari ayam yang disajikan sesuai dengan bentuk
ayam tersebut masih hidup?
JAWABAN:
Dayok nabinatur merupakan simbol doa, harapan, dan berkat. Wujud terima kasih serta
rasa syukur. Ayam yang disusun teratur setelah dimasak tersebut diharapkan menjadi
gambaran yang menerima dayok nabinatur menemukan dan mengalami keteraturan
dalam hidupnya. Penyajian Dayok nabinatur diupayakan agar bagian-bagian tubuh ayam
yang layak dimakan itu tetap utuh (tidak hilang), karena akan menjadi sarana
penyampaian pesan luhur secara simbolik. Dalam masa sekarang ini, pemberian dayok
nabinatur mengajarkan generasi kita untuk tidak menjadi provokator, pemecah belah, dan
penyebar hoax. Agar hidup teratur, maka saling menghargai, saling membantu, saling
mengutamakan menjadi kunci.

Anda mungkin juga menyukai