Kelas : Kewirausahaan B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah projek bahasa inggris ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Mata kuliah english business ini. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang topik makalah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ivo Selvia Agusti SE, M.SI selaku
dosen mata kuliah English Business ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap laporan ini, dan
penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan khususnya pembaca
pada umumnya.Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
KELOMPOK 3
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................4
Pendahuluan.........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
Landasan Teori.........................................................................................................
BAB III....................................................................................................................................6
Pembahasan
A. Lokasi Usaha.............................................................................................................6
B. Jam operasional..........................................................................................................
C. Pengajar.....................................................................................................................
D. Biaya yang dikeluarkan.............................................................................................
E. Sistem Pembelajaran.................................................................................................
BAB IV.....................................................................................................................................9
Penutup.................................................................................................................................9
Kesimpulan...............................................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
And making a Critical Book Review is one of the mandatory tasks in KKNI in
business English courses. Critical book review is the task of how we can judge a book in
business English lessons.
B. Rumusan Masalah
1. Peluang Bisnis apakah yang dapat dijalankan bersama-sama dan memberikan solusi
untuk para masyarakat?
C. Tujuan
1. Memudahkan masyarakat untuk dapat berbicara bahasa inggris terutama untuk parra
karyawan dan mahasiswa
2. Mendapatkan keuntungan dan Pengetahuan
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Materi yang dikembangkan masih bersifat bahasa Inggris sebagai tool (alat) untuk
mempelajari bahasa asing, belum pada tataran bagaimana menggunakannya dalam
percakapan lisan yang efektif dan benar sesuai dengan kaidah atau konteks suatu bahasa.
Pada dasarnya wawasan sosiokultural yang disajikan pada materi sudah dapat memenuhi
kebutuhan bahasa Inggris dengan ciri mata pelajaran muatan lokal. Namun, sebenarnya hal
tersebut belum cukup meningkatkan kompetensi komunikatif siswa. Pada dasarnya target
penguasaan bahasa Inggris adalah siswa pada akhirnya mampu berkomunikasi dengan baik
dan benar apabila dihadapkan langsung dengan penutur aslinya dan mampu beradaptasi serta
berinteraksi dengan baik apabila siswa berada pada masyarakat penutur bahasa yang
dipelajarinya. Dengan demikian, mempelajari bahasa Inggris dengan wawasan pengetahuan
budaya lokal atau daerah masing-masing saja masih belum cukup membekali siswa untuk
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan penutur aslinya atau belum memiliki
kompetensi pragmatik.
5
Konsep yang Dimaksudkan di sini adalah penjelasan arti atau definisi operasional
yang Digunakan untuk membantu proses analisis data dan pemecahan masalah Penelitian.
Hubungan antara pragmatik interkultural dan pengajaran bahasa dapat dilihat Dari
komponen-komponen kompetensi komunikatif, seperti kompetensi linguistik (gramatika),
sosiolinguistik, wacana, dan strategi. Pembelajar tidak cukup dibekali Kompetensi gramatikal
(linguistik) saja, namun juga perlu dibekali dengan kompetensi yang lain karena tujuan
pembelajaran bahasa asing (bahasa Inggris) adalah agar pembelajar dapat berkomunikasi
dengan efektif menggunakan bahasa yang diajarkan. Pembelajar tidak dapat berkomunikasi
dengan efektif di dalam bahasa itu tanpa mengetahui prinsip-prinsip pragmatik yang
mengatur bagaimana bahasa digunakan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa asing
(bahasa Inggris) perlu juga diajarkan aspek-aspek sosial dan kultural penggunaan bahasa
asing itu. Hal itu mencakup pengetahuan tentang pemilihan ragam bahasa yang sesuai untuk
suatu situasi interaksi (Gunarwan, 2007; 71).Selanjutnya, kaitan pragmatik interkultural
dengan pengajaran bahasa ditunjukkan oleh Gunarwan (1999) sebagai “pegangan”
mengajarkan bahasa:
1) Ada lebih dari satu cara untuk mengungkapkan makna atau maksud, dan cara yang patut
hendaklah dipilih untuk suatu interaksi tertentu.
2) Penutur yang rasional akan menentukan pilihan strategi untuk melakukan tindak tutur
berdasarkan faktor-faktor interaksional dan, mungkin sekali, faktor-faktor kultural.
6) Demi kelengkapan, pembelajar bahasa asing mungkin juga perlu dibekali dengan
keterampilan bertutur di dalam jenis wacana yang oleh Richard (1990) disebut small talk,
termasuk cara-cara (yang santun) untuk mengakhiri percakapan.
Banyak teori yang berkembang kaitannya dengan pembelajaran bahasa asing. Masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan proses Pembelajaran bahasa.
Sehubungan dengan pemerolehan bahasa asing yang Terdapat pada subjek penelitian ini,
yaitu pembelajar anak, maka sepatutnya dikaji Teori yang mampu menjelaskan bagaimana
proses pemerolehan bahasa pada anak. Teori yang dapat mendukung penelitian ini adalah
teori dari Chomsky (1964) Yang mengemukakan bahwa dalam belajar bahasa anak sudah
memiliki kapasitas Internal yang telah dibawanya sejak lahir. Chomsky mengatakan bahwa
lingkungan hanya berfungsi sebagai pemberi Masukan dan Language Acquisition Device
(LAD) itulah yang akan mengelola Masukan (input) dan menentukan apa yang dikuasai lebih
dahulu seperti bunyi, Kata, frasa, kalimat, dan seterusnya. Dengan demikian, kemampuan
yang dimiliki Manusia telah terprogram secara biologis agar manusia dapat belajar bahasa.
Kemudian, kemampuan itu tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan Biologis
anak (otak, organ bicara, dan lain-lain) yang pada akhirnya mampu Mempelajari kaidah tata
bahasa. Sehingga kalimat-kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya akan tetap
mampu diujarkan secara benar dan konsisten karena pada LAD tersebut.
Pengajaran seperti dikutip dari Brown (2008: 8) adalah kegiatan Menunjukkan atau
membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, Memberi instruksi, memandu
dalam pengkajian sesuatu, menyiapkan Pengetahuan, menjadikan tahu atau paham.
Pengajaran tidak bisa didefinisikan Terpisah dari pembelajaran. Pengajaran adalah memandu
dan memfasilitasi Pembelajaran, memungkinkan pembelajar untuk belajar, menetapkan
kondisi-kondis pembelajaran. Kaitannya dengan definisi tersebut maka dalam kegiatan
Pengajaran hasil yang diharapkan adalah munculnya kompetensi dan
performansi.Kompetensi menunjuk pada pengetahuan dasar seseorang tentang sistem,
Kejadian, atau fakta. Kompetensi merupakan kemampuan yang tak teramati dalam
Melakukan sesuatu. Sementara itu, performansi adalah manifestasi yang konkret Dan bisa
diamati, atau realisasi atas kompetensi. Kompetensi yang diamati pada Penelitian ini adalah
kompetensi bahasa, yaitu sebuah pengetahuan mendasar Tentang sistem bahasa, kaidah-
kaidah tata bahasanya, kosakatanya, seluruh Pernak-pernik bahasa dan bagaimana
menggunakannya secara padu (Brown, 2008; 38). Jelaslah di sini bahwa pembelajaran
kompetensi bahasa adalah proses Mentransferkan sebuah pengetahuan baru berupa sistem
bahasa yang akan Menghasilkan kemampuan untuk menggunakannya.
7
Mempelajari bahasa tidak dapat dipisahkan dari mempelajari bagaimana Bahasa
tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagaimana Bahasa tersebut
dipengaruhi dan juga ikut membentuk budaya para penutur aslinya. Dalam pembelajaran
bahasa kedua, penguasaan kompetensi gramatikal aslinya. Dalam pembelajaran bahasa
kedua, penguasaan kompetensi gramatikal saja tidak cukup karena pembelajar hanya akan
tahu bagaimana membuat kalimat bahasa asing yang gramatikal, tetapi ia tidak tahu apakah
kalimat itu sesuai dengan norma sosial atau norma kultural penutur asli bahasa asing itu
(Gunarwan, 2007: 71). Pada konteks pembelajaran bahasa asing dewasa ini kemampuan
berbicara fasih menyerupai penutur asli bukan lagi menjadi hal yang paling utama.
Pemahaman terhadap budaya dari bahasa yang dipelajari terbukti berperan penting dalam
menentukan keberhasilan penyampaian pesan dan terjalinnya komunikasi yang lancar antara
si penutur dan lawan bicaranya. Dengan demikian, dalam pembelajaran bahasa asing aspek-
aspek sosial dan kultural beserta bagaimana bahasa tersebut digunakan secara tepat dalam
situasi interaksi menjadi hal yang mutlak untuk diajarkan.Seperti dikutip dari Brown (2008:
219-220), banyak studi penelitian terbaru yang dapat dikutip kaitannya dengan interkultural,
seperti 1) Byram&Feng (2005) yang telah memperlihatkan efek positif penyertaan kesadaran
budaya di kelas-kelas bahasa, 2) Savignon dan Sysoyev (2002) mempromosikan kompetensi
sosial budaya pada pembelajar bahasa Inggris mereka di Rusia dengan memperkenalkan
strategi-strategi sosial budaya seperti mengawali kontak, mengantisipasi kesalahpahaman
budaya, dan menggunakan diplomasi dalam diskusi, 3) Wright (2000) mendapati bahwa
mengajarkan bahasa Jerman sebagai bahasa asing, dengan menggunakan tugas berorientasi
proses, bisa memajukan kemampuan adaptasi lintas budaya, 4) Abrams (2002) sukses
menggunaksaja tidak cukup karena pembelajar hanya akan tahu bagaimana membuat kalimat
bahasa asing yang gramatikal, tetapi ia tidak tahu apakah kalimat itu sesuai dengan norma
sosial atau norma kultural penutur asli bahasa asing itu (Gunarwan, 2007: 71). Pada konteks
pembelajaran bahasa asing dewasa ini kemampuan berbicara fasih menyerupai penutur asli
bukan lagi menjadi hal yang paling utama. Pemahaman terhadap budaya dari bahasa yang
dipelajari terbukti berperan penting dalam menentukan keberhasilan penyampaian pesan dan
terjalinnya komunikasi yang lancar antara si penutur dan lawan bicaranya. Dengan demikian,
dalam pembelajaran bahasa asing aspek-aspek sosial dan kultural beserta bagaimana bahasa
tersebut digunakan secara tepat dalam situasi interaksi menjadi hal yang mutlak untuk
diajarkan.Seperti dikutip dari Brown (2008: 219-220), banyak studi penelitian terbaru yang
dapat dikutip kaitannya dengan interkultural, seperti 1) Byram&Feng (2005) yang telah
memperlihatkan efek positif penyertaan kesadaran budaya di kelas-kelas bahasa, 2) Savignon
8
dan Sysoyev (2002) mempromosikan kompetensi sosial budaya pada pembelajar bahasa
Inggris mereka di Rusia dengan memperkenalkan strategi-strategi sosial budaya seperti
mengawali kontak, mengantisipasi kesalahpahaman budaya, dan menggunakan diplomasi
dalam diskusi, 3) Wright (2000) mendapati bahwa mengajarkan bahasa Jerman sebagai
bahasa asing, dengan menggunakan tugas berorientasi proses, bisa memajukan kemampuan
adaptasi lintas budaya, 4) Abrams (2002) sukses menggunakan portofolio budaya
berdasarkan internet untuk mempromosikan kesadaran budaya dan melucuti stereotipi
budaya. Wawancara-wawancara dengan penutur asli bahasa sasaran membantu pembelajar,
dan 5) Bateman (2002), menganggap penting mengembangkan sikap lebih positif pada
budaya sasaran., dan 6) Choi (2003) menggunakan drama sebagai “gerbang” menuju pada
kesadaran antarbudaya dan pemahaman bagi mahasiswa Koreanya yang belajar bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua. Studi terakhir yang direview dan yang paling signifikan
dengan penelitian ini adalah dengan ide sejumlah materi dan teknik –bacaan, film, permainan
stimulasi, asimilator budaya, “kapsul budaya”, dan “kulturgram” yang tersedia bagi guru
bahasa untuk membantu mereka dalam proses akulturasi di ruang kelas (Fantani, 1997;
Ramirez, 1995; Levine dkk., 1987; Mcgroarty&Galvan, 1985; Kohl, 1984).
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Lokasi Usaha
Lokasi Les kami tempatkan di tengah kota padat penduduk dan tidak jauh dari
sekolah-sekolah terbaik di kota Medan. Kami berencana membuka tempat Les ini di Jalan
dr.Mansyur, yang mana tempat yang strategis dan mudah di jangkau untuk calon anak didik
kami melaksanakan pembelajaran ekstra diluar dari jam belajar di sekolah.
B. Jam Operasional
Untuk jam kerja, Les kami buka menjadi 3 sesi, sesi pagi yaitu mulai jam 08.00-10.00
kemudian sesi siang mulai jam 11.00-15.00 dan sesi malam mulai jam 16.00-19.00 Hal ini
bertujuan untuk membantu anak anak didik kami agar mampu memprioritaskan pelajaran di
sekolah dan belajar dengan efektif di tempat les melalui jam belajar yang beragam.
C. Pengajar
Untuk menciptakan kualitas terbaik pada proses belajar mengajar, kami menggunakan
pengajar profesional dibidang nya. Yaitu pengajar dari luar negeri, universitas,dan pengajar
praktisi yang kompeten di bidangnya.
1. BiayaTetap
10
2. BiayaVariabel
E. Sistem Pembelajaran
Sistem belajar yang kami terapkan juga belajar kreatif dan inovatif dimana kami
selalu menyediakan Snack di setiap ruang kelas dan ruang ibadah yang nyaman agar mampu
meringankan beban anak didik dalam belajar. Kami juga melakukan inovasi terkait belajar
yang menyenangkan yaitu dengan melakukan game seru yang akan dimainkan di sela sela
pembelajaran berlangsung.
11
BAB IV
KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya adalah, kami telah berdiskusi dan berfikir berbagai ide yang akan
dijalankan dimasa sekarag ini, awalnya kami memikirkan bahwasannya kendala apa yang
biasanya orang-orang terutama karyawan yang ingin memasuki perusahaan tidak dapat
diterima. Dan ternyata, bahasa inggris mereka tidak baik. Nah, oleh sebab itulah kami
bermusyrawarah untuk membuka tempat les bahasa inggris beserta latihan toefl, untuk
mengukur kemampuan berbahasa inggris. Membuka tempat les ini juga dapat menambahkan
ilmu pengetahuan untuk kami dan mendapatkan keuntungan juga. Kami berupaya membuka
tempat les yang letaknya strategis dan mudah dijangkau, bahkan bisa membuat tempat les
kami ini dikenal banyak orang. Selain itu, kami juga mendatangkan pengajar yang kompeten
dalam hal berbahasa inggris, agar para murid dapat berkomunikasi langsung dengan guru
tersebut. Hal-hal yang menarik juga kami berikan di tempat les kami ini. Semoga kelak, kami
bisa terus membuat inovasi baru agar tempat les kami ini dijadikan sarana belajar yang
terbaik.
12