Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ridho-Nya dan
memberikan waktu kepada saya untuk memenuhi tugas Critical Book Review pada mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Azizul
Kholis,SE,M,Si.CMA Dan Ibu Tiara Reizsa Aditya yang telah membimbing saya danbeberapa
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian CBR ini.
Makalah ini berisi ringkasan dari beberapa buku dan diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas semester ganjil pada mata kuliahAkuntansi Sektor Publik.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan yang
membangun dari pembaca, khususnya kepada Dosen Pengantar mata kuliah Akuntansi Sektor
Publikdemi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga
dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...4
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………...5-6
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….5
1.2 TUJUAN PENULIS……………………………………………………………..................5
1.3 MANFAAT PENULISAN…………………………………………………………………..5
1.4 IDENTITAS BUKU………………………………………………………………………5-6
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Critical review adalah bukan sekedar laporan atau tulisan tentang isi sebuah buku atau
artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) kita
mengenai keunggulan & kelemahan buku atau artikel tersebut, apa yang menarik dari
artikel tersebut, bagaimana isi artikel tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita &
menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan kata lain,
melalui critical review kita menguji pikiran pengarang/ penulisberdasarkan sudut
pandang kita berdasarkan pengetahuan & pengalaman yang kita miliki.
Rasionalisasi pentingnya CBR sering kali membuat kita bingung memilih buku refrensi
bukuuntuk kita baca dan pahami.Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang
memuaskan hati kita. Mempelajari dan memahami Akuntansi Sektor Publik memerlukan
serangkaian tahap yang saling terkait satu dengan lainnya, di mana setiap tahap akan menjadi
pondasi bagi tahap berikutnya. Oleh karna itu, penulis membuat Critical Book Report (CBR)
ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku refrensi untuk digunakan dalam
menguasai suatu materi, terkhususnya pada pokok bahasan tentang Akuntansi Sektor Publik.
4
7. Ukuran Buku : 17,5 x 25,5 cm
BAB II
5
n (DPR/DPRD)
Struktur Organisasi Birokratis, Kaku, dan Hierarkis Fleksibel, Datar, Piramid, Lintas
Fungsional, dsb.
6
B. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik ialah proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, penganalisaan,
dan pelaporan transaksi keuangan dalam domain organisasi publik yang menyediakan informasi
keuangan bagi para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan.
7
C. Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik
Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi sector public disebabkan karena adanya perbedaan
linkungan yang mempengaruhi. Komponen-komponen yang mempengaruhi organisasi sector
public, meliputi:
a) Faktor ekonomi meliputi pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tenaga kerja, nilai tukar
mata uang, infrastruktur dan pertumbuhan pendapatan perkapita (GNP/GDP).
b) Faktor politik meliputi hubungan negara dan masyarakat, legitimasi pemerintah, tipe
rezim yang berkuasa, ideologi negara, elit politik dan massa, jaringan international serta
tingkat pendidikan.
c) Faktor kultural meliputi sistem kepercayaan/nilai di masyarakat, keragaman
suku,ras,agama, bahasa dan budaya, histors, sosiologi masyarakat, karakteristik
masyarakat dan tingkat pendidikan.
d) Faktor demografi meliputi pertumbuhan penduduk, strukstur usia penduduk, migrasi dan
tingkat kesehatan.
8
D. Peran Akuntansi Sektor Publik
9
a. Ekonomi (mengenai biaya) yaitu pengelolaan secara hati-hati, cermat dan tanpa
pemborosan. Berbicara mengenai favorable/menguntungkan, dimana dana >
anggaran.
b. Efisiensi (produktivitas/daya guna) yaitu dikatakan efisiensi apabila suatu produk
dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya yang serendah-rendahnya atau
dengan kata lain hemat tetapi tepat sasaran.
c. Efektivitas yaitu pencapaian/target kebijakan/hasil guna,sasaran maupun tujuan.
Inputprosesoutputoutcome.
10
E. Penggunaan Barang Dan Jasa Publik
Barang dan jasa publik merupakan barang-barang dan jasa yang tidak dapat dibatasi siapa
penggunanya dan bahkan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
mendapatkannya. Contohnya udara, cahaya matahari, papan marka jalan, lampu lalu lintas,
pertahanan nasional, pemerintahan, pelayanan keamanan, pelayanan kelalulintasan, dll.
Sifat barang public ada 2, yaitu:
Non-rivalry ialah penggunaan barang public oleh satu konsumen tidak akan
mengurangi kesempatan konsumen lain untuk mengkonsumsi barang itu juga.
Non-excludable yaitu apabila suatu barang tersedia, tidak ada yang dapat
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan
kata lain setiap orang memiliki akses terhadap barang tersebut.
Barang privat ialah barang-barang yang memiliki sifat berkebalikan dengan barang public.
Barang private secara tipikal adalah carang yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana
titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Oleh karena itu,
kepemilikan barang private biasanya dapat teridentifikasi dengan baik.
Maka penggunaan barang jasa publik maksudnya adalah penggunaan barang-barang dan
jasa-jasa yang siapapun bisa menggunakannya tanpa dibatasi dan sebisa mungkin tidak
membayar untuk mendapatkannya.
11
Chapter 2 : : AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
12
B. Akuntansi Manajemen Dan Akuntansi Keuangan
Tujuan akuntansi keuangan adalah untuk menyajikan informasi kepada pihak eksternal
perusahaan, misalnya investor dan kreditor. Sedangkan tujuan akuntansi manajemen adalah
menyajikan informasi kepada pihak internal, yaitu manajemen perusahaan.
Selain itu perbedaan akuntansi manajemen dan keuangan dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Target pengguna. Berfokus pada penyediaan Berfokus pada penyediaan informasi untuk
informaasi untuk pengguna pengguna eksternal.
internal.
Batasan input dan Tidak terikat aturan tertentu. Pelaporan akuntansi keungan harus
proses. mengikuti prosuder akuntansi yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang
(Bapepam & IAI di Indonesia).
Target pengguna Berfokus pada penyediaan Berfokus pada penyediaan informasi untuk
informasi untuk pengguna pengguna eksternal.
internal.
Batasan inputan dan Tidak terikat aturan tertentu. Pelaporan akuntansi keuangan harus
proses mengikuti prosedur akuntansi yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang
(Bapepam & IAI di Indonesia).
Jenis informasi Informasi keungan & non Informasi keuangan yang bersifat objektif.
keuangan, dimungkinkan juga
informasi yang bersifat subjektif.
Orientasi Waktu Menekankan pada informasi Mencatat dan melaporkan peristiwa yang
tentang peristiwa di masa depan. sudah terjadi (data historis).
13
Evaluasi internal dan pembuatan Informasi yang disediakan berfokus pada
Tingkat Agregasi keputusan dilakukan berdsarkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
informasi yang sangat detail.
14
C. Manfaat Akuntansi Manajemen Sektor Publik
Alat perencanaan, yaitu dalam menentukan visi, misi, tujuan, sasaran, arah, target
serta strategi dalam suatu organisasi
Alat pengendali organisasi yang bertumpu pada mekanisme negosiasi, berupa
kebijaksanaan dan pengaturan birokrasi dan informasi akuntansi sebagai alat
financial control. Informnasi akuntansi memungkinkan organisasi untk
mengintegrasikan aktivitas organisasi secara menyeluruh.
15
D. Proses perencanaan Dan Pengendalian Menejerial Organisasi Sektor
Publik
Penyesuaian kompetensi
Dengan peluang dan ancaman
d
16
Pelaksanaan merupakan realisasi atas pelaksanaan anggaran dilaporkan dalam
laporan realisasi anggaran dan laporan operasional. Laporan yang dibuat
hndaknya menyediakan informasi tentang program dan pusat petanggungjawaban.
Penilaian Kerja merupakan evaluasi dengan cara membandingkan antara realisasi
anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
17
E. Peran Akuntansi Manajemen Sektor Publik
1. Perencanaan Strategik
Akuntansi manajemen pada sektor public dihadapkan pada tiga permasalahan utama yaitu
efesiensi biaya, kualitas produk, dan pelayanan. Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan
public yang tinggi dengan biaya yang murah, pemerintah harus mengadopsi sistem informasi
akuntansi manajemen yang modern.
4. Tahap Penganggaran
Proses penganggaran organisasi sektor public terdapat pengaruh politik dalam proses
penganggaran. Akuntansi berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran public yang efektif
yaitu sebagai alat alokasi sumber daya public, alat distribusi, dan stabilisasi, maka akuntansi
manajemen merupakan alat yang vital untuk proses mengalokasikan dan mendistribusikan
sumber dana public secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata.
18
5. Tahap Penentuan Biaya Pelayanan Dan Penentuan Tarif Pelayanan
Menentukan berapa biaya yg dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa tarif
yang akan dibebankan kepada pemakai jasa pelayanan publik,termasuk menghitung subsidi yang
diberikan.
19
F. Penentuan Tarif Pelayanan Publik
Pelayanan adalah cara melayani, jasa atau kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual
beli barang atau jasa.Pembebanan tarif pelayanan public kepada para konsumen dapat
dibenarkan karena beberapa alasan, yaitu:
1) Adanya barang privat dan barang publik. Terdapat tiga jenis barang yang menjadi
kebutuhan masyarakat yaitu:
b. Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang
atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan
yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut. Contoh:
makanan, listrik, telepon.
c. Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat. Barang-barang
kebutuhan dan barang-barang tersebut dibeli oleh masyarakat bersama. Contoh:
pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.
d. Campuran antara barang privat dan publik. Campuran barang antara barang
privat dan publik yang dibutuhkan oleh individu, dikirim masyarakat umum
(publik) juga membutuhkan barang atau jasa tersebut. Contoh: pendidikan,
pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih.
2) Beberapa alasan sulitnya membedakan barang publik dengan barang privat antara lain:
a. Batasan antara barang publik dan barang publik sulit untuk ditentukan.
b. Ada barang dan jasa yang merupakan barang / jasa publik tetapi dalam peng
gunaannya (konsumsinya) tidak dapat diakses beberapa elemen pembebanan
langsung.
c. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan
pajak karena pembebanan tariff lebih muda pengumpulannya.
20
g) Marginal Cost Pricing
21
F. Dalil Pembebanan Terhadap Tarif Pembayaran
1) Suatu jasa, baik merupakan barang publik atau barang privat, mungkin barang privat,
mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang, jadi tidak adil jika biayanya dikirim
ke semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati layanan tersebut.
2) Biasanya memerlukan sumber daya yang mahal atau langka, sehingga konsumsi
masyarakat harus didisplinkan (hemat).
3) Terdapat variasi dalam konsumsi individu yang lebih terkait dengan pilihan kebutuhan
4) Suatu layanan mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk kebutuhan domestik individu dan industri
5) Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik atas
suatu jasa apabila jenis standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas.
Dalil terhadap pelayanan publik yaitu tarif yang dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang
dan jasa atau barang-barang yang tersedia ditukarkan oleh pembeli untuk mendapatkan
berbagai pilihan produk- produk dan jasa-jasa yang disediakan penjual. Tarif atau harga
sebagai satuan moneter yang menunjukan ukuran atau nilai dari suatu barang dan jasa yang
di butuhkan untuk mendapatkan manfaat dan dirasakan setelah hak kepemilikan atau
penggunaan diperoleh. Penentuan harga atau tarif suatu pelayanan tidak dapat dilakukan
secara sembarangan berdasarkan subjektivitas pimpinan saja, melainkan harus memiliki
dasar yang rasional dan objektif. Banyak faktor yang memengaruhi penentuan harga jual
pelayanan, baik dipandang dari produk pelayanan yang akan dijual, pasarnya, dan biaya
untuk menyediakan pelayan tersebut.
22
Chapter 3 : : PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
A. Pengertian Anggaran
Anggaran ialah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan
dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayai nya dalam periode waktu tertentu
B. Perkembangan Penganggaran
a) Penganggaran Sebelum Tahun 1998
Aturan perundang-undangan yang berlaku pada periode ini adalah sebagai berikut:
1) PP Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusam, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan
Keuangan Daerah.
2) PP Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksana Tata Usaha
Keuangan Daerah, Dan penyusunan perhitungan APBD
3) Kepmendagri Nomor 900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan
Daerah (MAKUDA)
4) Permendagri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD
5) UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah
6) Kepemendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD
b) Penganggaran Tahun 1999 Sampai 2004
Pada era ini, pelaksanaan otonomi daerah diatur oleh dua Undang-undang yaitu UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Setelah kedua Undang-Undang tersebut, pemerintah
mengeluarkan aturan pelaksanaan pendukung otonomi pengelolaan keuangan lainnya, yaitu
sebagai berikut:
1) PP Nomor 104 Tahun tentang Dana Perimbangan.
2) PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
3) PP Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah;
4) PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;
5) Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Tanggal 17 Nopember 2000
Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD
Tahun Anggaran 2001;
23
6) Kepmendagri nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara Penyusunan
APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan
APBD.
7) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
8) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c) Penganggaran Tahun 2004 Sampai sekarang
Pada periode ini diterbitkan tiga paket Undang Undang tentang keuangan negara, yakni UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara. Implikasi dari tiga paket Undang-Undang tersebut adalah
perlu disesuaikan dan diamandemennya aturan perundang undangan sebelumnya, terutama yang
terkait dengan pemerintahan dan pengelolaan keuangan daerah, sehingga diterbitkan UU Nomor
32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari UU Nomor 22 Tahin 1999 tentang Pemerintah Daerah,
dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti dari UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Selain itu, UU Nomor 17 Tahun 2003
mengamanatkan untuk membuat standar akuntansi pemerintahan, maka pada tanggal 13 Juni
2005 pemerintah menetapkan PP Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
24
C. Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi Sektor Publik
Hubungan anggaran dengan akuntansi sektor publik yaitu dimana anggaran adalah
tindakan untuk perencanaan managerialm untuk memfasilitasi tercapainya tujuan
organisasi. Dalam organisasi sektor publik, anggaran menjadi rencana managerial untuk
menerapkan strategi organisasi agar mencapai tujuan organisasi sektor publik. Anggaran
dan akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dimana akuntansi sektor publik
menyajikan data historis yang sangat bermanfaat untuk mengadakan estimasi-estimasi
yang akan dituangkan dalam anggaran public yang nantinya akan dijadikan sebagai
pedoman kerja di waktu yang akan datang. Dengan demikian, akuntansi sektor publik
sangat bermanfaat di dalam penyusunan anggaran sektor publik. Akuntansi sektor publik
juga melakukan pencatatan secara sistematis dan teratur tentang pelaksanaan anggaran itu
nantinya, dari hari ke hari. Untuk itu, akuntansi sektor publik menyajikan data realisasi
pelaksanaan anggaran secara lengkap.
25
D. Anggaran Sektor Publik
Anggaran Sektor Publik ialah perencanaan manajerial jangka pendek yang komperehensif yang
memastikan pencapaian target organisasional dan memberikan pedoman yang rinci untuk
operasi.
26
Anggaran diperlukan karea adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources),
pilihan (chaice), dan trade offs.
Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrument pelaksanaan
akuntahilitas publik oleh lembaga lembaga publik yang ada.
27
F. Pendekatan Penganggaran Sektor Publik
1.Pendekatan Tradisional
Cenderung sentralis
Bersifat spesifiksai
Tahunan
Mengunakan prinsip anggaran bruto
2.Pendekatan New Public Management, berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja,bukan berorientasi kebijakan. Prinsip dari NPM meliputi:
1) Pemerintah katalis,
2) Pemerintah milik masyarakat
3) Pemerintah yang kompetitif
4) Pemerintah yang digerakan oleh misi
5) Pemerintah yang berorientasi hasil
6) Pemerintah berorientasi pada pelanggan
7) Pemerintah Wirausaha
28
8) Pemerintah antisipatif
9) Pemerintah desentralisasi
10) Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar
PPBS ( Planning,
Karakteristik Anggaran Kinerja ZBB (Zero Base Programming, and
Budgeting) Budgeting System)
Organisasi Unit kerja Unit keputusan Fungsional
29
perankingan paket
keputusan
Anggaran & Terpisah Terintegrasi Terintegrasi dalam satu
Perencanaan siklus anggaran
Jangka Waktu Tahunan Proyeksi lima tahun Proyeksi lima tahunan
Aspek Evaluasi Ukuran kinerja Menekankan pada kinerja Menekankan pada system
kuantitatif dan pengukuruan kinerja inforrmasi
Manfaat Peningkatan kinerja Pelibatan yang lebih besar Efisiensi alokasi anggaran
dan kesadaran biaya dari manajer bawah dalam
lebih tinggi proses anggaran dan
pengkuran kinerja
30
Chapter 4 : PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
A. Teori Akuntansi
Teori Akuntansi adalah ide pemikiran teoritis yang didefinisikan sebagai menentukan bagaimana
dan mengapa variabel variabel akuntansi dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan dasar bagi peramalan dan penjelasan
perilaku serta peristiwa akuntansi.
b)Teori entitas
Dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menanamkan model ke
dalam suatu perusahaan dan unit usaha itulah yang menjadi pusat perhatian dan menyajikan
informasi yang harus dilayani,bukan pemilik.
Persamaan akuntansinya:
ASSET = EQUITIES
ASSET = LIABILITIES + STOCHOLDERS EQUITY
c)Teori dana
31
Dirancang menjadi sebuah ekspresi dari cara seseorang memahami perusahaan walaupun
sebagian besar menganggap teori dana sebagai pengembangan dari teori entitas yang
dirancang untuk menggunakan gagasan personalistik, yang merupakan usaha yang semakin
banyak dilakukan dari sudut pandang statistik guna menangani masalah akuntansi. Teori ini
beroerientasi pada Laporan Sumber dan Penggunan Dana.
Persamaan Akuntansinya:
a) Teori enterprise
Menurut teori ini, akuntansi jangan hanya mementingkan informasi bagi pemilik entitas,
tetapi juga pihak lainnya yang juga memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung
kepada eksistensi dan keberhasilan suatu perusahaan atau lembaga.
b) Teori komando
Dalam teori ini, kualitas pimpinan dan ide-ide mereka sangat penting untuk mengeneralisasi
teori komando dan teori kontrol di bandingkan kualitas teknis dan arsitektur merekan
terhadap sistem komunikasi mereka.
32
C. Teori Dan Pembuat Kebijakan Akuntansi Sektor Publik
1) Teori akuntansi
Tujuan utama dari teori adalah memberikan kerangka dasar bagi pengembangan ide ide
baru dan prosedur prosedur baru, serta untuk memberikan bantuan dalam menentukan
pilihan diantara prosedur prosedur alternatif.
1) Faktor politik
Kita ketahui bahwa standar akuntansi merupakan hasil tindakan politik dan sosial
yangakan mempengaruhi masyarakat, akan tetapi perlu sesuatu kehati hatian dan
diperhatikan pula bahwa faktor politik tidak harus selalu dikedepankan dalam penetapan
standar.
2) Kondisi Ekonomi
Dalam setiap sistem perekonomian masalah sentral yang dihadapi adalah alokasi
sumberdaya yang tersedia untuk diproduksi barang dan jasa. Karena kondisi ekonomi
berdasarkan sifatnya dinamis, maka kondisi perekonomian suatu negara menjadi faktor
yang relavan dalam perumusan kebijakan akuntansi.
33
D. Pelaporan Keuangan Organisasi Sektor Publik
Aspek-aspek laporan keuangan untuk pihak eksternal tersebut antara lain:
1) Tujuan penyajian laporan keuangan, harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
para penyedia dana dan pemakaian lain, baik berjalan maupun potensial, dalam membuat
keputusan-keputusan rasional tentang alokasi dana ke organisasi tersebut.
2) Bentuk laporan keuangan, menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam menialai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial
maupun politik.
3) Elemen laporan keuangan, memuat informasi rincian dari masing-masing komponen
laporan keuangan yang disajikan.
4) Regulasi, standar, dan pedoman penyajian laporan keuangan, setiap laporan keuangan
terkait dengan kepatuhan terhadap berbagai regulasi,prinsip, dan standar akuntansi yang
menjadi pedoman dan landasan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU). Serta khusus PABU mengatur akuntansi keuangan yang menyajikan informasi
kepada pihak diluar organisasi.
5) Badan penyusun standar atau regulasi akuntansi, yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
Adalah profesi akuntan Indonesia yang juga merupakan badan yang menyusun standar
akuntansi keuangan di Indonesia. Pengembangan akuntansi keuangan sejak berdirinya
IAI pada tahun 1957 hingga kini pengembangan standar akuntansi ini dilakukan secara
terus menerus,pada tahun 1973 terbentuk panitia penghimpun bahan-bahan dan struktur
GAAP dan GAAS. Kemudian tahun 1974 dibentuk komite akuntansi Indonesia (Komite
PAI) yang bertugas menyusun standar keuangan.
34
E. Prinsip Akuntansi Keuangan Sektor Publik
1) Objektivitas, manfaat suatu laporan keuangan ditentukan oleh objektivitas dengan
pembuktian dan kebenaran data tersebut.
2) Konsistensi, Laporan keuangan suatu organisasi seringkali dibandingkan dengan
laporan tahun sebelumnya, dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan yang telah
dicapai.
3) Daya banding, Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan
antar periode waktu dan dengan instansi lain yang sejenis
4) Tepat waktu, Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
5) Ekonomis dalam penyajian laporan, Suatu laporan keuangan yang disajikan, pada
hakikatnya harus mempertandingkan secara layak antara biaya-biaya yang dikeluarkan
dengan pendapatan-pendapatan yang diterima selama satu periode akuntansi yang sama.
6) Materialitas, Prinsip materialitas menyangkut masalah apakah suatu jumlah perlu
diperhitungkan atau tidak, karena jumlah tersebut mempunyai arti atau penting.
35
F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Sektor Publik
Tujuan laporan keuangan keuangan pada intinya terfokus pada pemberian informasi yang
bermanfaat bagi para penggunanya dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi.
Karakteristik kualitatif informasi memberikan penggunan laporan keuangan satu pilihan
diantara berbagai alternatif pelaporan dan akuntansi.
Dimensi dasar dari teori akuntansi ini di bagi kedalam beberapa kelompok, yaitu:
1) Relevan (Relevance)
2) Dapat dipercaya (Reliability)
3) Pengungkapan yang jujur (Representational Faithfulness)
4) Substansi mengungguli bentuk (Substance Over From)
5) Netral (Neutrality)
6) Dapat dimengerti (Understandability)
7) Daya banding (Comparability)
8) Keterujian (Verifiability)
9) Materialistis (Materiality).
G. Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik
Tujuan pelaporan keuangan berupaya untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi
proses pembuatan dan keputusan ekonomi bisnis. Laporan keuangan harus berdasarkan pada
tujuan umum dari pada kebutuhan khusus kelompok pengguna, sekaligus para investor,
kreditor dan para penasehat pengguna eksternal.
Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik antara lain :
1) Kepatuhan dan pengelolaan (Compliance and stewardschip)
2) Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif (Accountabiliy and restrospetive reporting)
3) Perencanaan dan informasi otoritas (Planning and Authorization Information)
4) Kelangsungan organisasi (Viability)
5) Hubungan masyarakat (Publik Relation)
6) Sumber fakta dan gambaran (Source Of Facts and Figures)
H. Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik dan Kepentingannya
Pemakaian laporan keuagan sektor publik dapat di-identifikasikan dengan menelusuri siapa
yang menjadi stakeholder organisasi. Pemakaian laporan keuangan tersebut adalah:
Pembayaran pajakPemasok
Pemberi dana bantuanDewan legislative
36
InvestorManajemen
Pengguna jasaPemilih
Karyawan/pegawaiBadan pengawas
37
Chapter 5 : Pencatatan Akuntansi
1. Mencatat anggaran sebagai sebuah transaksi tersendiri dan memperlakukan setiap akun
anggaran sebagai akun buku besar tersendiri yang setara dengan akun lainnya.
2. Mencatat anggaran sebagai sebuah transaksi tersendri dan menempatkannya sebagai akun
di buku besar pembantu disetiap akun riilnya.
3. Menjadikann anggaran sebagai informasi yang melekat pada setiap buku besar.
1. Pengakuan Pendapatan
38
Pengakuan pendapatan pada basis kas ialah pada saat perusahaan menerima pembayaran
secara kas. Basis kas juga memunculkan metode penghapusan piutang secara langsung
dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.
2. Pengakuan Biaya
Pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan pembayaran secara kas. Untuk
usaha-usaha tertentu masih lebih menggunakan basis kas ketimbang basis akrual.
1. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan Pendapatan pada basis akrual adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk
melakukanpenagihan dari hasil kegiatan perusahaan.Basis ini memunculkan adanya estimasi.
Piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum diterima.
2. Pengakuan biaya
Dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Atau dianggap starting point
munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar.
Sesuai dengan Exposure Draft Standar Akuntansi Pemerintahan, basis akrual untuk neraca
berarti bahwa aktiva, kewajiban, dan ekuitas dana, diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Secara rinci pengakuan atas item yang ada dalam neraca dengan penerapan basis akrual
adalah:
1. Persediaan
39
2. Investasi
3. Aktiva tetap
Perbedaan antara akuntansi dengan basis kas dengan basis akrual adalah:
Dari kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sektor publik dapat di golong kan menjadi:
40
Dana yang bisa dibelanjakan ( expendablefunds)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat nonbusiness
yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
Dana yang tidak bisa dibelanjakan (nonexpendablefunds)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendablefunds.
Laporan keuangan ini memerlukan pengungkapan tambahan atas item-item tertentu yang
biasanya di akui dalam basis akuntansi akrual. Pengungkapan tersebut sangat beragam sesuai
dengan kebijakan pemerintah. Sebagai tambahan atas item-item yang diungkapkan dalam basis
kas, ada beberapa pengungkapan yang terpisah atas saldo di sekitar kas yang diperlihatkan
dengan piutang-piutang yang akan diterima dan utang-utang yang akan dibayar selama periode
tertentu dan asset keuangan dan kewajiban. Dalam basis ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Fokus pengukuran di bawah basis ini adalah pada sumber keuangan sekarang (current
financial resources) dan perubahan-perubahan atas sumber-sumber keuangan tersebut.
41
Chapter 5 : PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
A.Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan ekonomi.
B. Basis Akuntansi
Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas (cash basis of accounting) dan basis
akrual (accrual basis of accounting).
C. Periode Pelaporan
Periode pelaporan adalah jenjang waktu yang diberikan untuk memberikan laporan keuangan
yang disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal
pelaporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode
yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, misalnya sehubungan dengan adanya
perubahan tahun anggaran.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah laporan keuangan untuk lingkup
pemerintah daerah meliputi laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah dan laporan
konsolidasi dari seluruh laporan keuangan SKPD
42
G. Hubungan antar Komponen Laporan Keuangan
Pos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan saling terkait satu sama lain.
a) Laporan realisasi anggaran dengan laporan arus kas
b) Laporan realisasi anggaran dengan neraca
c) Neraca dengan laporan arus kas
d) Catatan atas laporan keuangan dengan laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas.
43
Chapter 6 :KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
A. Tujuan Pelaporan Keuangan
Undang-undang (UU) Keuangan Negara diharapkan memberikan arahan umum tentang
pengelolaan keuangan negara dalam setiap tingkatan pemerintahan. baik pusat maupun daerah,
serta berbagai unit pemerintahan lainnya, baik di pusat maupun di daerah, yang meliputi
departemen, lembaga non departemen dan bada Usaha milik negara/daerah. Lebih daripada itu,
UU Keuangan Negara diharapkan dapat menuntukkan keterkaitan sistem keuangan antar setiap
elemen/komponen yang terlibat dalam pengelolaan keuangan negara tersebut.
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara dan Daerah
Keuangan Negara dapat diartikan sebagai suatu bentuk kekayaan pemerintah yang di peroleh
dari penerimaan, hutang, pinjaman pemerintah dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang
tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan
kewajiban yang timbul karena :
1. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat lembaga
Negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah;
2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan badan hukum dan perusahaan yang
menyertakan modal negara. atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga
berdasarkan perjanjian dengan Negara.
Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
Sub bidang pengelolaan fiskal,
Sub bidang pengelolaan moneter, dan
Sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Pengelolaan keuangan negara sub bidang pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai
dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan strategi dan prioritas pengelolaan
APBN, penyusunan anggaran oleh pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR, pelaksanaan
anggaran, pengawasan anggaran, penyusunan Perhitungan Anggaran Negara (PAN) sampai
dengan pengesahan PAN menjadi undang-undang.
Keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah untuk mengawasi daerah untuk
mengelola mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan
44
mengevaluasi berbagai sumber keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan di daerah yang diwujudkan
dalam bentuk anggaran pendapatan dan belanja daerah (PBD).
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas secara ringkas dapat dikelompokkan
dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam
fungsi, yaitu:
1. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiscal,
2. Fungsi penganggaran.
3. Fungsi admistrasi perpajakan.
45
4. Administrasi kepabeanan.
5. Fungsi perbendaharaan.
6. Fungsi pengawasan keuangan.
46
1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-
Undang, dan telah dirubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
sebagaimana telah digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (LPPD) kepada Pemerintah dan Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Infomasi LPPD kepada Masyarakat.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Laporan
Pertanggungjawaban Pemerintah.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian lntem
Pemerintah.
9) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan
Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi.
10) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, dan diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
47
Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
11) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) ,
48
Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan.
Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan UU.
Melaksanakan fungsi bendahara umum negara.
Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatn Belanja Negara (APBN).
Melaksanakan tugas tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan UU.
Menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna Anggaran/Pengguna barang kementrian
negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:
Menyusun rancangan anggaran kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menyusun dokumen pelaksaan negara.
Melaksanakan anggaran kementrian negara/ lembaga yang dipimpinnya.
Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke kas
negara.
Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementrian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kemetrian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementrian negara/lembaga yang
dipimpinnya.
Melaksanakan tugas tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan
UU.
Dalam rangka pengelolaan keuangan negara, pejabat pengelola keuangan daerah mempunyai
tugas sebagai berikut:
Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengeloaan APBD.
Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan
daerah.
Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
49
Adapun kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah
mempunyai tugas sebagai berikut:
Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
Menyusun dokumen pelaksanaan angggaran.
Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak.
Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya.
Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya.
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya.
G. Format dan Fostur Keuangan Negara
Format (bentuk rekening) APBN
Sejak APBN tahun 2000, Indonesia mulai menggunakan format I-account untuk
menggantikan format sebelumnya, yaitu T-account, pencantuman untuk penerimaan berada di
sebelah kiri dan belanja disebelah kanan serta menggunakan prinsip berimbang dan dinamis.
Sedangkan pada format I-account, pencantuman pendapatan dan belanja berada pada satu kolom,
sehingga dapat terlihat besaran surplus/defisit yang didapat dari besaran pendapatan negara
dikurangi besaran belanja negara.
FORMAT LAMA FORMAT BARU
Anggaran rutin dan anggaran Anggaran terpadu
pembangunan
Pendekatan sektor: sektor/sub Pendekatan fungsi: fungsi/sub fungsi.
sektor/program (berbeda antara rutin dan Program, kegiatan
proyek)
Klasifikasi ekonomi: belanja rutin menurut Klasifikasi ekonomi: Menurut jenis belanja
jenis & belanja pembangunan sektor
Pengelola anggaran: Instansi untuk Belanja Pengelola anggaran: Kementrian sebagai
Rutin & Proyrk/ Bagian Proyek untuk pengguna anggaran, satuan kerja sebagai
belanja pembangunan Pengguna Anggaran
Dokumen anggaran: DUK/DUP/LK dan Dokumen anggaran: RKA-KL, satuan
50
satuan 3 DIK/SKOR/DIKS untuk belanja anggaran DIPA.
rutin DIP?SKOP/DIPP untuk Belanja
Rutin
Postur APBN
Penyusunan postur APBN dimulai dari pemerintah terlebih dahulu menetapkan
parameter/asumsi dasar makro ekonomi, yang terdiri dari 6 paramter yaitu:
(1) Pertumbuhan ekonomi
(2) Tingkat inflasi
(3) Nilai tukar atau kurs US$ terhadap rupiah
(4) Tingkat suku bunga
(5) Harga minyak dunia/ICP
(6) Lifting minyak
51
Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan
Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-
undang
Melaksanakan fungsi bendahara umum Negara (BUN)
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang:
Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara
Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara
Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara
Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara
Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara
Menyimpan uang negara
Menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi
Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban
rekening kas umum negara
Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah
Memberikan pinjaman atas nama pemerintah
Melakukan pengelolaan utang dan piutang negara
Mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintah
Melakukan penagihan piutang negara
Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara
52
Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggungjawab kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ke menterian
negara/lembaga yang dipimpinnya berwenang
Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.
Menetapkan Pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang.
Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.
Menetapkan pejabat yang bertugas dalam melakukan pengujian dan perintah pem
bayaran.
Menggunakan barang milik negara.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara
Mengawasi pelaksanaan anggaran.
53
Pengoordinasian pelaksanaan tugas-tugas dinas daerah, lembaga teknis daerah,
kecamatan dan satuan polisi pamong praja;
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah
54
Penilaian, Penghapusan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, Pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
55
Chapter 7 : BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
Badan Usaha Milik Negara atau BUMN merupakan suatu unit usaha yang sebagian besar
atau seluruh modal berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk
atau jasa yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakat. BUMN juga sebagai salah satu
sumber penerimaan keuangan Negara yang nilainya cukup besar. Status pegawai badan usaha-
badan usaha tersebut adalah pegawai negeri.
56
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.
C. BENTUK BUMN
Pada tahun 1969 pemerintah mengklasifikasikan Badan Usaha Milik Negara menjadi
empat macam yaitu perusahaan jawatan (perjan), perusahaan umu (perum), perusahaan perseroan
(persero) dan perusahan Negara diluar ketiga macam BUMN atas UU No. 9 tahun 1969.
57
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum (Perum) berupa barang dan jasa berdaya saling
tinggi bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
4. Menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan badan usaha swasta dan
koperasi
5. Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan dan badan usaha
swasta dan koperasi
6. Membimbing sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah (sektor
usaha formal ) dan sektor koperasi
7. Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah dibidang
ekonomi dan pembangunan.
1. Karakteristik BLU
a) BLU merupakan instansi pemerintah yang menyediakan barang dan jasa yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat.
b) BLU harus menjalankan praktek bisnis yang sehat tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan..
c) BLU dijalankan dengan prinsip eisien dan produktivitas.
d) Adanya fleksibilitas dan otonomib dalam menjalankan operasional BLU
e) BLU dikecualikan dari ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya.
2. Azas BLU
a) BLU beroperasi sebagai unit kerja kementrian Negara/lembaga/pemerintah daerah
untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan ;
58
b) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementrian
Negara/lembaga/pemerintah daerah.
c) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya
kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
d) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawa atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
e) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
f) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan
disajikan.
g) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang
sehat
1. BLUD merupakan perangkat daerah, yang artinya asset yang dimiliki oleh BLLUD
merupakan asset daerah yang tidak dipisahkan.
2. BLUD merupakan perangkat daerah yang dapat menerapkan Pola pengelolaan keuangan
BLUD adalah SKPD (sebagai pengguna anggaran).
3. BLUD memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan.
4. Kegiatan BLUD didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas yang berarti bahwa
BLUD diterapkan dalam rangka mencapai efisiensi anggaran dan peningkatan pelayanan
pada masyarakat.
59
Apabila dikelompokkan menurut jenisnya BLU terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1). BLU
yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan,
pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain; 2). BLU yang kegiatannya mengelola wilayah
atau kawasan ekonomi terpadu (kapet); 3). BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus
meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
60
Chapter 8 : AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang mengolah semua
transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan,
baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh
berbagai tingkat manajemen pada pemerintah pusat.
61
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas,
untuk pengakuan dan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, dan
basis akrual, untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca
2. Sistem Pembukuan Berpasangan
Didasarkan atas persamaan dasar akuntansi, yaitu;
AKTIVA - KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
3. Dana Tunggal
Kegiatan akuntansi mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana
tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggung
jawabkan sebagai kesatuan tunggal.
4. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara ber Jenjang
oleh unit-unit akuntansi baik itu dikantor pusat maupun di daerah.
5. Bagan Perkiraan Standar (BPS)
Menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku
untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
6. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah.
D. PERKEMBANGAN REGULASI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
Fase perkembangan regulasi sistem akuntansi pemerintah dijelaskan berikut.
1. Fase Tahun 1975
Pelaksanaan pengelolaan keuangan pemerintahan khususnya pemerintah daerah berdasar:
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok pemerintahan di daerah
Peraturan Pemerintah no. 5 Tahun 1975 tentang pengurusan, pertanggung jawa ban dan
pengawasan keuangan daerah.
Peraturan pemerintah No. 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD.
2. Fase Tahun 1979-1980
Sistem administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual,
Belum dimiliki Standar Akuntansi Pemerintah
62
Laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah berupa Perhitungan Anggaran
Negara (PAN)
Penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR dilaksanakan dak waktu 2-3
tahun
Departemen Keuangan mulai membuat rencana studi modernisasi siston akuntansi
pemerintah
Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 900-099
Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA).
3. Fase Tahun 1986
Dibuat desain pengembangan sistem akuntansi pusat dan sistem akuntansi instansi
dengan mengusulkan disusunnya bagan akun standar dan standar akuntansi pemerintahan
serta pembentukan unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan yang memegang
fungsi akuntansi dan pelaporan.
Sistem yang disetujui Departemen Keuangan pada saat itu adalah menyusun lokasi
anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN)
4. Fase Tahun 1987-1988 1
Mulai dilakukan simulasi sistem manual pada Departemen Pekerjaan Umum, Sosial,
Perdagangan dan pada wilayah Jakarta, Medan dan Surabaya.
Pengembangan sistem akuntansi pemerintahan berbasis komputer disetujui Departemen
Keuangan dan bank Dunia dalam bentuk Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi
Pemerintah tahap I.
5. Fase Tahun 1992
Dibentuk badan akuntansi keuangan negara (BAKUN) yang mempunyai fungsi sebagai
central accounting office, yang standar akuntansi pemerintahan melaksanakan implementasi
sistem yang telah dirancang.
6.Fase Tahun 2001-2002
1 Januari 2001 otonomi daerah dan desentralisasi fiskal serentak dilaksanakan di
Indonesia dan terdapat perubahan format anggaran dan pelaporannya
63
Dikeluarkan kepmendagri No. 29 Tahun 2002 penggunaan akuntansi basis kas
modifikasian serta pembukuan berpasangan untuk pencatatan keuangan pemerintah
daerah.
7. Fase Tahun 2003-2004
Reformasi akuntansi sektor publik dimulai dengan diterbitkannya 3 Undang- Undang
Keuangan Negara, yaitu:
a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara.
8. Fase Tahun 2005
1. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan-KSAP (Standard Setter Body) dibentuk dengan
Keppres No. 84 tahun 2004, diubah dengan Keppres No. 2 Tahun 2005, Keppres No. 3
Tahun 2009.
2. Standar Akuntansi Pemerintahan untuk pertama kali dimiliki dengan dikeluarkan nya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. PP No. 24 Tahun 2005 meng gunakan
pendekatan cash towards accrual (CTA) dalam sistem pencatatan akun tansinya.
3. Mulai tahun 2005 laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah di susun berdasarkan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
9. Fase Tahun 2010
Dikeluarkan peraturan pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berdasarkan PP. No. 71 Tahun 2010
pemerintah pusat dan daerah harus menerapkan akuntansi akrual penuh tidak lagi cash towards
accrual selambat-lambatnya tahun 2015.
E.JENIS-JENIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR sebagai
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP
tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri
dari:
64
Laporan Arus Kas
Laporan Operasional
Laporan Perubahan ekuitas
Catatan atas Laporan Keuangan
F.PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
G.KERANGKA UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah pusat. SAPP terdiri dari dua sub
sistem, yaitu:
1. Sistem akuntansi pusat (disingkat SIAP)
2. Sistem akuntansi instansi (disingkat SAI)
H.SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Pengelolaan transaksi keuangan Pemerintah Daerah dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu:
1. Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
2. Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Satuan Kerja. Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD).
Pelaporan keuangan pemerintah daerah menjalankan dua sistem yaitu:
Sistem Akuntansi SKPD (SAS) meliputi akuntansi pendapatan, akuntansi belanja,
akuntansi asset, akuntansi selain kas.
65
Sistem Akuntansi PPKD selaku Bendahara Umum Daerah (SABUD)meliputiakuntansi
pendapatan PPKD, Akuntansi belanja PPKD; Akuntansi pembiayaan, Akuntansi Aset
(Investasi Jangka panjang), Akuntasi Utang, dan Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
66
Chapter 9: PENTINGNYA STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang terdiri atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD),
dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta
peningkatan kualitas LKPP dan LKPD. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif.
Selain itu, SAP juga di lengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
67
STANDAR INTERNASIONAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
International Public Sector Accounting Standords (IPSAS) adalah standar untuk entitas
sektor publik yang dikembangkan oleh international Pb Sec Accounting Standards Boord
(IPSASB). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepade International
Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yan diterbitkan oleh
International Accounting Standards Board (IASB), sepanjan ketentuan-ketentuan di dalam
IFRS dapat diterapkan di sektor publik.
68
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
PSAP 06 : Akuntansi Investasi
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam
laporan keuangan.
PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap
Tujuan Pernyataan Standar Ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap.
PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah mengatur perlakuan
akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan metode nilai historis.
PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi
saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amosrtisasi, dan biaya pinjaman yang di
bebankan terhadap kewajiban tersebut.
PSAP 10 : Koreksi kesalahan, Perubahan kebijakan akuntansi, Peristiwa luar biasa
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi
kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasa.
PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas
dan kelengkapan laporan keuangan yang dimaksud.
69
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan juga bahwasanya dari Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah
proses untuk mengumpulkan, mencatatat, mengklasifikasikan, menganalisis serta
membuat laporan transaksi keuangan untuk sebuah organisasi publik yang menyediakan
informasi keuangan bagi pihak yang membutuhkannya untuk digunakan saat
pengambilan sebuah keputusan.
3.2 SARAN
70
71