PENDAHULUAN
2.8.4 Makruh
Hukum menikah menjadi makruh bagi orang – orang ( laki – laki ) yang
secara jasmaniyah sudah layak untuk menikah, kedewasaa
rohaniyah
sudah matang, tetapi tidak mempunyai biaya untuk
menikah dan
mengendalikan nafsunya dengann puasa. Karena secara
lahiriyah
pernikahan baginya akan membawa kesengsaraan atau
bencana, baik
bagi dirinya, istri, dan anak – anaknya.
2.8.5 Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila laki – laki yang menikahi wanita
dengan maksud menyakiti, mempermainkan dan merampas harta wanita.
Tidak memilki pekerjaan, tidak mampu memenuhi nafkah lahir dan
batin istrinya dan nafsunya tidak mendesak. Hukum menikah ini adalah
haram dan mendapat dosa.
3.1 Simpulan
Simpulan dalam makalah ini adalah Kata perkawinan menurut istilah
hukum Islam sama dengan kata “ nikah “ dan kata “ zawaj “. Nikah menurut
bahasa mempunyai arti sebenarnya ( haqiqat ) yakni “ dham “ yang berarti
menghimpit, menindih, atau berkumpul. Nikah mempunyai arti kiasan yakni “
wathaa” yang berarti “ setubuh “ atau “ aqad “ yang berarti mengadakan
perjanjian pernikahan. Dalam kehidupan sehari – hari, nikah dalam arti kiasan
lebih banyak dipakai dalam arti sebenarnya jarang sekali dipakai saat ini.
Menurut Mahmud Yunus merumuskan bahwa perkawinan
adalah aqad
antara calon laki istri untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang
diatur oleh
syariat. Aqad adalah ijab dari pihak wali perempuan atau wakilnya
dari kabul
dari calon suami atau wakilnya.
Menurut Imam Al – Ghazali, dalam Ihyahnya tentang faedah
melasungkan perkawinanan, maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan
menjadi lima yaitu :
3.1.1 Mendapatkan dan melasungkan perkawinanan.
3.1.2 Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan
menumpahkan kasih sayangnya.
3.1.3 Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
3.1.4 Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak
dan kewajiban , juga bersungguh – sungguh untuk memperoleh harta kekayaan
yang halal.
3.1.5 Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang
tentram
atas dasar cinta dan kasih sayang.
Undang – Undang Republik Indonesia tentang Perkawinan
3.1.1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
3.1.2 Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang – Undang No. 1 Tahun 1974
3.1.3 Peraturan Menteri Agama ( PMA ) No. 3 Tahun 1975 dan No. 4 Tahun
1975 diganti dengan PMA No. 2 Tahun 1990 tentang Tata Cara
Pencatatan Perkawinan dan Perceraian
3.1.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri ( Mendagri ) No. 221a Tahun 1875
tentang Pencatatan Perkawinan dan Perceraian Pada Kantor Catatan
Sipil.
3.1.5 Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
3.1.6 UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
3.1.7 Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan PP
No. 10 Tahun 1983
3.1.8 Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Intruksi Penyebarluasan
Kompilasi Hukum Islam
3.2 Saran
Saran dalam makalah ini adalah
3.2.1 Menikahlah jika sudah mampu untuk menafkahi istri dan anak.
3.2.2 Berpuasalah jika memiliki nafsu yang besar.
3.2.3 Jangan pernah melakukan zina.