NIM : 19040284002
Kelas : 2019 A
SUKU LAMPUNG
PENDEKATAN HISTORIS
Suku Lampung adalah suku bangsa yang berasal dari Provinsi Lampung yang berada pada
bagian ujung selatan pulau Sumatra. Pada awal mulanya, suku Lampung berdiam di tengkuk
Gunung Pesagi. Sebagaimana asal-usul masyarakat Suku Bangsa Indonesia yang lain. Suku
Bangsa Lampung merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan
berasal dari kepulauan Formosa yang bermigrasi ke Kepulauan Filipina, Sumatra Bagian
Pesisir Utara, Sulawesi, Kalimantan dan kemudian berakhir di Selatan Sumatera. Dalam studi
bahasa yang pernah dilakukan, Etnis Lampung memiliki akar kesamaan bahasa dengan
masyarakat tradisional Puyuma di kepulauan Formosa.
Beberapa catatan sejarah dari Tiongkok menuliskan, bahwa pada abad ke VII masyarakat
telah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan
yang disebut To-Lang Po-Hwang, To berarti orang dan Lang-Po-Hwang adalah Lampung.
Menunjukan bukti bahwa telah datang kenegeri Tiongkok, utusan dari masyarakat lemah
Lampung pada abad ke VII.
Dalam kronik Taiping Huanyu Ji yang ditulis oleh Yue-Shi dari abad ke X, lebih jelas lagi
disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (Laut Selatan), antara lain dua buah negeri
yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali.
Tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini telah mengirim utusan ke
negeri Tiongkok pada tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466.
Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918,
hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang,
lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Dr. Raden Mas
Ngabehi Poerbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta,
1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun anggapan
itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Tiongkok.
PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Bangsa Lampung
yang berada di Provinsi Lampung, selatan Sumatera Selatan, selatan Bengkulu dan pantai
barat Banten. Berdasarkan pemetaan bahasa. Bahasa Lampung memiliki Dua Sub-Dialek
yaitu Sub-Dialek A dan Sub-Dialek O yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sub-Dialek A (api) dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain: Sekala Brak,
Bandar Enom Semaka, Bandar Lima Way Lima, Melinting Tiyuh Pitu, Saibatin Marga Ulu
Krui, Saibatin Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung
Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai,
Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat
Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak
Saibatin Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way
Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Marga Lima
Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Pitu Kepuhyangan Komering, Telu Marga Ranau,
Cikoneng Pak Pekon, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang
Sungkay
Sementara Sub-Dialek O (nyow) dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain :
Abung Siwo Mego dan Mego Pak Tulangbawang Marga melinting peminggir, Marga teluk
peminggir, Marga pemanggilan peminggir, Marga rebang semendo.
PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Falsafah Hidup Suku Bangsa Lampung termaktub dalam ajaran Piil Pesenggiri, yaitu:
Pesenggiri, mengandung ajaran: Tidak mudah menyerah, tidak mengenal takut dan pantang
mundur dalam menghadapi tantangan yang datang didalam kehidupan. Keberanian adalah
merupakan bagian dari harga diri.
Juluk-Adok, mengandung ajaran: Selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Panggilan yang baik bukan saja membuat orang lain
terhormat, tetapi juga menunjukan diri yang bermartabat.
Nemuy-Nyimah, mengandung ajaran: Senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang
ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi bagian dari sikap saling menghormati.
Nengah-Nyappur, mengandung ajaran: Selalu bergaul ditengah masyarakat. Memperluas
hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan semua orang.
Sakay-Sambayan, mengandung ajaran: Senang tolong-menolong dan bergotong-royong
dalam hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga persoalan bersama dapat
diselesaikan pula secara bersama-sama.