OLEH
SARIFAH
H01400104
SARIFAH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) di Indonesia (dibimbing oleh ALLA ASMARA).
Air adalah sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk
di dunia ini termasuk manusia. AMDK merupakan kebutuhan yang cukup penting
bagi masyarakat perkotaan seperti Jakarta dan masyarakat yang selalu mengalami
kesulitan untuk mengkonsumsi air seperti daerah pinggir pantai, pegunungan atau
bukit kapur. AMDK dipilih karena alasan keamanan dan kesehatan, kesenangan
(gaya hidup), harganya terjangkau dan praktis dalam mengkonsumsi.
Masalah yang dihadapi industri AMDK adalah semakin meningkatnya
bahan baku plastik kemasan botol dan galon (Poly Ethylene Thereptalate/PET)
dan plastik ukuran gelas (Poly Propylene/PP) sehingga dapat meningkatkan harga
pokok produksi dan berpengaruh pada marjin keuntungan yang diperoleh industri.
Semakin meningkatnya konsumsi AMDK merupakan peluang bagi pelaku usaha
baru untuk masuk ke dalam industri. Para pelaku usaha dalam industri AMDK
tergabung dalam asosiasi yang disebut ASPADIN, dengan adanya asosiasi
memungkinkan perilaku yang ”negatif” dari perusahaan yang tergabung
didalamnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar, perilaku dan
kinerja serta hubungan antara struktur dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja. Industri AMDK merupakan sub sektor dari industri pengolahan. Industri
AMDK termasuk golongan ISIC 31340 dan 15540 yang dianalisis dari tahun 1980
sampai tahun 2004.
Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure,Conduct and
Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri
AMDK sedangkan OLS untuk menganalisis hubungan antara struktur dan faktor –
faktor yang mempengaruhi kinerja. Data yang digunakan dalam penelitian ini
seluruhnya merupakan data sekunder atau data yang telah diolah oleh lembaga-
lembaga pemerintah maupun non-pemerintah dari tahun 1980 sampai 2004.
Sumber data diperoleh dari BPS, ASPADIN dan literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Untuk mengetahui struktur pasar pada industri AMDK dilakukan
penghitungan dengan menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar.
Berdasarkan analisis, rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar pada industri
AMDK dari tahun 1980 sampai tahun 2004 berfluktuasi setiap tahunnya dan
struktur pasar yang terjadi sampai saat ini mengarah pada struktur pasar oligopoli
longgar. Pangsa pasar terbesar tahun 2005 dikuasai oleh PT Tirta Investama
dengan memproduksi AMDK merk Aqua dan VIT. Hambatan masuk pasar sangat
rendah, hal ini dilihat dari semakin meningkatnya jumlah perusahaan setiap
tahunnya.
Perilaku dari industri AMDK dapat dilihat dari strategi harga, stategi
produk, strategi promosi dan strategi distribusi. Strategi harga dimana harga
AMDK biasanya didiskusikan terlebih dahulu antara sesama anggota asosiasi dan
produsen menciptakan second brand. Strategi promosi melalui media cetak
maupun elektronik dan menjadi sponsor dalam suatu kegiatan (olahraga, musik,
dan lainnya). Strategi produk melalui pengembangan mutu (kehigienisan),
kemasan (bentuk, bahan, warna dan label kemasan). Strategi distribusi dengan
cara multi distributor.
Kinerja industri AMDK dapat dilihat dari PCM dan X-eff. Pada tahun
1997-1998 PCM sangat menurun sebagai akibat dari krisis ekonomi yang terjadi.
PCM terendah diperoleh tahun 1984 sebesar 17,8 persen. PCM terbesar diperoleh
tahun 1999 sebesar 49,2 persen seiring dengan meningkatnya konsumsi AMDK
yang juga meningkatkan produksi yang pada akhirnya meningkatkan keuntungan.
Nilai X-eff industri AMDK terendah diperoleh pada tahun 1984 sebesar 34,3
persen sedangkan nilai X-eff industri AMDK tertinggi diperoleh pada tahun 1999
sebesar 132,5 persen. Nilai X-eff yang tinggi mencerminkan kemampuan industri
untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk proses produksi,
artinya perusahaan dikelola dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara struktur dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja, variabel yang berpengaruh adalah variabel X-eff, dan
variabel CR4 sedangkan Growth tidak berpengaruh. Nilai R-Squared (R2) atau
koefisien determinasi sebesar 0,95yang menunjukkan bahwa 95 persen keragaman
PCM pada industri AMDK dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya sedangkan
sisanya 5 persen dijelaskan variabel lain diluar model. Variabel CR4 berpengaruh
nyata, namun didapat nilai yang negatif yaitu sebesar -0,09. Artinya jika
konsentrasi empat perusahaan terbesar naik 1 persen, ceteris paribus maka
keuntungan akan berkurang sebesar 0,09 persen. Hal ini disebabkan semakin
banyak perusahaan yang masuk maka keuntungan yang diperoleh berkurang
karena semakin banyak yang menikmati keuntungan tersebut namun perusahaan
yang masuk adalah perusahaan kecil sehingga produk yang dihasilkan masih jauh
lebih rendah daripada 3 perusahaan besar. Koefisien X-eff sebesar 0,33 dan
berpengaruh nyata, yang berarti bahwa jika tingkat efisiensi perusahaan dalam
industri AMDK meningkat 1 persen, ceteris paribus maka keuntungan meningkat
sebesar 0,33 persen.
Saran bagi produsen dalam industri AMDK harus dapat mempertahankan
efisiensi internalnya karena dengan semakin efisien maka keuntungan akan
semakin besar dan itu artinya perusahaan dikelola dengan baik, dan dengan
terbentuknya struktur pasar oligopoli merupakan bentuk persaingan yang tidak
sempurna sehingga memerlukan pengawasan yang ketat dari pemerintah untuk
menghindari perilaku yang tidak sehat seperti kolusi dalam menetapkan harga
sehingga dapat merugikan konsumen melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU).
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI
AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK)
DI INDONESIA
Oleh
SARIFAH
H01400104
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu ekonomi,
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
Sarifah
H01400104
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sarifah yang lahir pada tanggal 22 Maret 1983 di kota
Bogor, Jawa barat. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, dari
pasangan (alm) Mad Soleh dan ibu Iyom. Penulis menamatkan sekolah dasar di
SDN Margajaya pada tahun 1994 dan pada tahun yang sama melanjutkan ke
SLTP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan ke SMU
Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2000.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Institut Pertanian Bogor (IPB) dipilih dengan harapan besar agar dapat
memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga dapat menjadi
sumberdaya yang berguna bagi kota Bogor. Penulis masuk IPB melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa program
studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
KATA PENGANTAR
Segala puji saya ucapkan kepada Allah SWT, atas izinNya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah ”Analisis Struktur,
Perilaku dan Kinerja Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di
Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama
kepada:
1. Alla Asmara, S.Pt, M.Si yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis
maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Widyastutik, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan
kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan
skripsi ini.
3. Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara
penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi
dalam penulisan skripsi ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
4. Dosen-dosen penulis yang selama ini telah memberikan ilmunya kepada
penulis dengan ikhlas.
5. Teman-teman penulis di Departemen Ilmu Ekonomi angkatan ’37, ’38 dan
angkatan ’40.
6. Para peserta seminar hasil penelitian ini, atas saran dan kritikannya.
7. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
8. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis, yaitu
ibu Iyom dan (alm) Mad Soleh, saudara-saudara penulis dan terutama kepada
keponakan penulis yang menjadi penyemangat untuk terus melanjutkan
penelitian ini. Kesabaran, do’a dan dorongan mereka sangat besar artinya
dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Sarifah
H01400104
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................7
1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................................8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi AMDK .....................................................................................9
2.2. Konsep Dasar Ekonomi Industri ..........................................................11
2.3. Pendekatan Structure-Conduct and Performance ..............................12
2.3.1. Struktur Pasar ..........................................................................13
2.3.2. Perilaku Pasar ..........................................................................17
2.3.3. Kinerja Pasar ...........................................................................18
2.4. Penelitian Terdahulu ..........................................................................20
2.5. Kerangka Pemikiran ..........................................................................23
2.6. Hipotesis Penelitian ...........................................................................25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data .......................................................................26
3.2. Metode Analisis Data .........................................................................26
3.2.1. Analisis Struktur Pasar............................................................27
3.2.2. Analisis Perilaku Pasar ...........................................................28
3.2.3. Analisis Kinerja Pasar .............................................................29
3.2.4. Hubungan Struktur dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja....................................................................................31
3.3. Uji Statistika dan Ekonometrika ........................................................32
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Perkembangan Industri Air Minum Dalam Kemasan di Indonesia ...37
4.2. Konsumsi dan Produksi AMDK di Indonesia...................................41
4.3. Regulasi Industri AMDK di Indonesia .............................................43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Struktur Pasar ......................................................................45
5.2. Analisis Perilaku Industri AMDK.....................................................48
5.3. Analisis Kinerja Industri AMDK di Indonesia ..................................54
5.4. Analisis Hubungan Struktur dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Pasar .....................................................................................56
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan .......................................................................................62
6.2. Saran .................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................65
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................68
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha di Indonesia.......................................................2
1.2. Klasifikasi Industri Pengolahan Menurut ISIC Golongan Pokok
2 Digit .........................................................................................................3
2.1. Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ........................10
2.2. Tipe-tipe Pasar berdasarkan Kondisi Utamanya .......................................15
2.3. Tipe Pasar Berdasarkan Ciri-ciri Yang Dimilikinya .................................20
4.1. Konsumsi AMDK dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Indonesia .........42
4.2. Perkembangan Produksi AMDK di Indonesia ..........................................43
5.1. Pangsa Pasar Berdasarkan Market Volume dan Market Value .................45
5.2. Beberapa Produsen AMDK dan Pangsa Pasarnya
Tahun 2001 dan 2002 ................................................................................46
5.3. Tingkat Konsentrasi Industri AMDK di Indonesia Tahun 1980-2004 .....47
5.4. PCM, Growth dan X-eff Industri AMDK di Indonesia ...........................55
5.5. Hasil Output Komputer .............................................................................57
5.6. Matrik Korelasi .........................................................................................59
5.7. Uji Autokorelasi ........................................................................................60
5.8. Uji Heteroskedastisitas ..............................................................................60
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja ........................................................13
2.2. Bagan Kerangka Pemikiran ......................................................................24
5.1. Fluktuasi Rasio Konsentrasi......................................................................48
5.2. Jalur Distribusi Full Integration ................................................................53
5.3. Jalur Distribusi Taper Integration .............................................................54
5.4. Fluktuasi PCM, Growth dan X-eff ............................................................56
5.5. Uji Normalitas ...........................................................................................59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produsen AMDK Yang Tergabung Dalam Asosiasi Perusahaan
Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) .................................68
2. Data PCM Industri AMDK di Indonesia ....................................................72
3. Data X-eff Industri AMDK di Indonesia ....................................................73
4. Data Growth (pertumbuhan output) Industri AMDK di Indonesia.............74
5. Hasil Output Komputer ...............................................................................75
6. Uji Autokorelasi ..........................................................................................75
7. Uji Heteroskedastisitas ................................................................................75
8. Uji Multikolinieritas ....................................................................................75
I. PENDAHULUAN
Peranan sektor industri pengolahan dan jasa yang semakin besar dalam
sudah maju. Sektor industri pengolahan dan jasa yang mencakup industri
pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah yang paling besar,
yaitu sebesar 107,6 miliar dan pada tahun 1998 mengalami penurunan yaitu
menjadi sebesar 95,3 miliar (BPS, 2000). Pada tahun 2000 sumbangan industri
pengolahan terhadap PDB sebesar 385,5 miliar dan pada tahun 2005 meningkat
Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000 sampai 2005
PDB (Miliar Rp)
Lapangan 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Usaha
Pertanian,
peternakan,
kehutanan dan 216.831,4 225.685,7 232.973,5 240.387,3 247.163,6 253.726,0
perikanan
Pertambangan
dan penggalian 167.692,2 168.244,3 169.932,0 167.603,8 160.100,5 165.085,4
Industri
Pengolahan 385.597,9 398.323,8 419.388,1 441.754,9 469.952,4 491.421,8
Listrik dan Gas
dan air minum 8.393,7 9.058,3 9.868,2 10.349,2 10.897,6 11.584,1
Bangunan 76.573,4 80.080,4 84.469,8 89.621,8 96.334,4 103.483,7
Perdagangan,
hotel dan 224.452,0 234.273,1 243.409,3 256.516,6 271.142,2 293.877,2
restoran
Transportasi
dan 65.012,1 70.276,1 76.173,1 85.458,4 96.896,7 109.467,1
komunikasi
Keuangan,
persewaan dan 115.463,1 123.085,5 130.928,1 140.374,4 151.123,3 161.384,3
jasa
perusahaan
Jasa-jasa 129.754,5 133.957,4 138.982,3 145.104,9 152.906,1 160.626,5
Total 1.389.770,3 1.442.984,6 1.506.124,4 1.557.171,3 1.556.516,8 1.750.656,1
Sumber: BPS, 2006
sebagian besar output yang dihasilkan berasal dari berbagai jenis industri yang
terbagi atas beberapa kelompok (Tabel 1.2). Pada subsektor industri pengolahan,
industri yang menyumbang paling besar terhadap PDB adalah industri makanan
dan minuman. Industri tersebut menyumbang lebih dari separuh jumlah PDB yang
Pada tahun 1997, Industri makanan dan minuman menyumbang sebesar 48,9
miliar rupiah dan untuk tahun 2002 sebesar 55,7 miliar rupiah (BPS 2002).
Industri minuman terdiri dari beberapa sektor seperti industri minuman keras,
industri anggur, dan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Penelitian ini
akan membahas subsektor industri minuman yaitu industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK).
3
Tabel 1.2. Klasifikasi Industri Pengolahan Menurut ISIC Golongan Pokok 2 Digit
Kode ISIC Industri
15 Makanan dan minuman
16 Tembakau
17 Tekstil
18 Pakaian jadi
19 Kulit dan barang dari kulit
20 Kayu, barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-
barang anyaman
21 Kertas dan barang dari kertas
22 Penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman
23 Batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan
bahan bakar nuklir
24 Kimia dan barang-barang dari kimia
25 Karet dan barang dari karet
26 Barang galian bukan logam
27 Logam dasar
28 Barang-barang dari logam kecuali mesin dan peralatannya
29 Mesin dan perlengkapannya
30 Mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data
31 Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya
32 Radio, televisi dan peralatan komunikasi dan perlengkapannya
33 Peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi, peralatan
optik, jam dan lonceng
34 Kendaraan bermotor
35 Alat angkutan, selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih
36 Furnitur dan industri pengolahan lainnya
37 Daur ulang
Sumber: BPS, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLU) Industri besar dan sedang
(2000)
Air adalah sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk di
dunia ini termasuk manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh
kematian.
4
Komposisi tubuh manusia sebagian besar adalah air (cairan), yaitu sekitar
60 hingga 70 persen. Air adalah esensial dan tidak bisa disintesakan sehingga
harus diperoleh dari luar tubuh. Menurut pakar kesehatan, jumlah air yang ideal
untuk dikonsumsi adalah 2 liter per hari yang berasal dari air minum dan bahan
makanan yang dikonsumsi. Syarat mutlak yang harus dipenuhi air sebagai air siap
minum adalah 100 persen bebas dari mikroorganisme (kuman, parasit dan virus),
bebas zat kimia (baik terkontaminasi langsung maupun kontaminasi hasil buangan
limbah berbagai industri), bebas khlorin, tidak berasa dan tidak berbau.
mendapatkan air dari dua sumber, yaitu dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) dan air sumur. Pada saat ini masyarakat beranggapan bahwa air yang
berasal dari PDAM dan sumur tidak dapat diandalkan lagi, terutama terjadi pada
masyarakat yang tinggal di perkotaan dan daerah pinggir pantai seperti Jakarta.
Air yang berasal dari dua sumber tersebut terkadang berwarna keruh, kuning
bahkan berbau tidak sedap. Perusakan lingkungan ditengarai turut andil dalam
penebangan hutan menyebabkan terbatasnya daerah resapan air sehingga air hujan
tercemarnya air khususnya air tanah. Limbah industri yang dibuang ke sungai
industri tersebut.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah perolehan air bersih, aman, sehat
produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang dibuat produsen minuman
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum sehat. Selain alasan
atau gaya hidup juga karena harganya terjangkau dan praktis dalam
mengkonsumsi. Saat ini AMDK dengan mudah dapat ditemui dimana saja, mulai
dari pasar swalayan sampai warung-warung kecil di pinggir jalan, bahkan tidak
yaitu sekitar 219 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,7 persen per
muncul dan meramaikan pasar AMDK di Indonesia, disadari bahwa komoditi ini
sudah menjadi barang konsumsi dengan nilai jual cukup tinggi. Konsumsi per
kapita per tahun penduduk Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
negara lain tetapi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut data yang
AMDK penduduk Indonesia sebesar 47,51 liter per kapita per tahun. Hal ini lebih
konsumsinya sebesar 80 liter, Perancis 130 liter, dan Italia sebesar 170 liter,
sedangkan di negara Asia seperti Uni Emirat Arab tingkat konsumsi AMDK per
6
dapat mencapai 75 liter. Peningkatan konsumsi AMDK per kapita per tahun
industri AMDK. Para pelaku usaha dalam industri AMDK tergabung dalam
harga bahan baku plastik kemasan botol dan galon (Poly Ethylene Thereptalate/
PET) dan plastik ukuran gelas (Poly Propylene/PP) yang diakibatkan oleh
naiknya harga minyak bumi dipasaran internasional. Harga PET naik dari US$
1,540 per metrik ton menjadi US$ 1,700 per metrik ton dan harga PP juga naik
dari Rp 25 per buah menjadi Rp 195 per buah. Meningkatnya harga bahan baku
plastik mengakibatkan naiknya harga pokok produksi dan secara langsung dapat
Masalah lain yang juga dihadapi adalah teknologi yang digunakan dalam
proses AMDK tidaklah sulit dan modal yang dibutuhkan untuk memulai industri
ini relatif kecil, sehingga persaingan dalam industri ini cukup tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya perusahaan yang masuk dan merk yang muncul dengan
kemasan yang beragam. Selain itu semakin meningkatnya jumlah AMDIU (Air
Minum Depot Isi Ulang) yang memasarkan produknya dengan harga yang lebih
murah dibandingkan dengan harga AMDK. Hal ini terjadi karena pengusaha depot
Kemajuan sebuah industri dapat dilihat dari kinerja industri itu sendiri.
Kinerja sebuah sektor dapat dipengaruhi dari tingkat keuntungan (Price Cost
keuntungan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah tingkat produksi
yang dipengaruhi secara nyata oleh tingkat harga domestik dan upah rata-rata.
Indonesia ?
mempengaruhi kinerja ?
masukan bagi para pembuat kebijakan (policy maker) dan para pembuat kebijakan
industri AMDK dan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan atau literatur
samping itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pustaka
yang berkaitan dengan kajian analisis SCP dalam analisis pada ekonomi industri.
Dalam Kemasan) yang merupakan sub sektor dari industri pengolahan. Industri
AMDK termasuk golongan ISIC 31340 dan 15540 yang dianalisis dari tahun 1980
Air minum adalah semua air, baik yang masih bersifat alami maupun yang
telah mengalami proses tertentu, misalnya desalinasi pada air laut dan memenuhi
standar air minum yang telah ditetapkan. Menurut Dewan Standarisasi Nasional
(DSN), Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah air yang telah diolah,
dikemas dan aman diminum. Beberapa persyaratan mutu yang harus dimiliki
dalam proses produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), yaitu dapat dilihat
Dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu SNI 01
air minum harus memenuhi persyaratan tingkat kontaminasi nol untuk keberadaan
a. Syarat fisik yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan
b. Syarat kimia yaitu tidak mengandung bahan kimia yang beracun dan zat yang
bakteri E coli.
10
air minum. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara
yang rendah. Oleh karena itu, dipersyaratkan bahwa Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) harus bebas dari bakteri semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat
kontaminasi bakteri coliform maka akan semakin tinggi pula resiko kehadiran
bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan.
11
menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan
pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku dan
dua arti. Pertama, industri dapat diartikan sebagai himpunan perusahaan sejenis.
Kedua, industri dapat juga diartikan sebagai suatu sektor ekonomi yang
barang jadi atau barang setengah jadi. Menurut Dumairy (1996), sektor industri
diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor lain dalam suatu
yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih
pembeli dan penjual saling berkomunikasi dan bertransaksi atas suatu barang yang
dapat disubstitusikan.
12
dikembangkan oleh para ahli ekonomi modern yang mulai berkembang sejak
tahun 1930. Dasar paradigma SCP dicetuskan oleh Edward S. Manson seorang
dikembangkan lagi oleh Bain, Clark dan Caves (Scherer dalam Putri 2004).
kondisi struktur pasar dan persaingan yang terjadi di pasar. Struktur sebuah pasar
sebenarnya perilaku dan kinerja pun dapat memberikan reaksi balik pada struktur
pasar.
Jika struktur mempengaruhi kinerja pasar, maka hal ini akan menentukan
posisi pasar setiap perusahaan. Setiap perusahaan memiliki posisi tersendiri dalam
suatu industri. Sebagian memiliki pangsa pasar kecil dan berada dibawah tekanan
persaingan, dan sebagiannya lagi memiliki pangsa pasar yang luas dan
kinerja setiap perusahaan secara agregat, sehingga kinerja pasar merupakan fungsi
Struktur (Structure)
Jumlah penjual dan pembeli Struktur biaya
Diferensiasi produk Integrasi vertikal
Hambatan Masuk (barrier to entry) Skala ekonomi
Diversifikasi
Perilaku (Conduct)
Strategi harga Iklan
Strategi produk Riset dan inovasi
Tingkat kerjasama (collusion)
Kinerja (Performance)
Efisiensi Full employment
Pertumbuhan Pemerataan
Kemajuan teknologi
ekonomi. Kedua, struktur juga dapat berarti jumlah dan ukuran distribusi
persaingan serta tingkat harga barang dan jasa, dengan demikian pengaruh itu
pasar tertentu (individual) dalam ekonomi. Dalam hal ini struktur menggambarkan
identifikasikan dengan melihat dari sisi penawaran produk, seperti sifat dari
kemungkinan masuk pasar (entry) , ukuran relatif dan ukuran kekuatan pasar para
Elemen-elemen dari struktur pasar antara lain adalah pangsa pasar (market share),
(barrier to entry).
a. Pangsa pasar
perusahaan dalam pasar. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan
mencapai 15 persen. Pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu 25 persen sampai
dengan 30 persen maka derajat monopoli menjadi signifikan dan pada tingkat 40
persen sampai dengan 50 persen biasanya memberikan market power yang besar.
Selain keuntungan dan harga saham, kesuksesan suatu perusahaan juga dapat
antara pangsa pasar dengan profitabilitas. Tabel 2.2 menunjukkan tipe-tipe pasar
b. Konsentrasi
dalam pasar. Penerimaan (return) rata-rata industri yang terkonsentrasi akan lebih
persaingan hebat bisa terjadi diantara mereka atau mungkin mengikuti suatu pola
mempunyai hubungan yang positif, yang berarti bahwa pada saat konsentrasi rasio
merupakan halangan masuk yang besar bagi perusahaan baru. Karena dengan
Ada beberapa hal umum mengenai hambatan memasuki pasar yang mesti
dipahami, yaitu :
hanya dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalam bentuk kondisi-
2. Hambatan dibagi dalam tingkatan mulai tanpa hambatan sama sekali (free
entry), hambatan rendah, sedang sampai tingkat tinggi dimana tidak ada lagi
jalan masuk.
pelaku pasar dan juga pesaingnya, terutama dalam hal harga dan karakteristik
akibat dari struktur pasar yang dihadapinya. Perilaku dapat dikelompokan menjadi
empat jenis yaitu: perilaku dalam strategi harga, strategi produk, strategi promosi
diperkirakan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh
perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga. Pada kondisi pasar yang
Kinerja pasar atau industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh
struktur dan perilaku industri (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dengan
ekonomi memiliki banyak aspek, namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek
kinerja pertama kali oleh Collins dan Presto (1968-1969). Selain PCM,
umumnya, pengukuran kinerja dalam studi empiris terbagi menjadi empat macam.
Selain PCM, pengukuran lain yang dapat digunakan adalah rasio dari kelebihan
profit terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari aset atau modal, dan yang
terakhir adalah dengan mengukur nilai pasar dari surat-surat berharga perusahaan.
a. Efisiensi
maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi
perbandingan nilai tambah dan nilai input setiap perusahaan. Sedangkan efisiensi
sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai
dari output.
b. Keadilan
mempengaruhi etika dan terdapat kriteria etika yang harus dikombinasikan, yaitu
c. Kemajuan Teknologi
perubahan hasil yang baru dan lebih baik serta teknik produksi yang lebih baik.
mempengaruhi tingkat keuntungan yang lebih baik dan proses produksi menjadi
dapat diketahui bagaimana ciri-ciri dan tipe pasar yang dihadapi oleh suatu
bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri tepung terigu
21
struktur pasar tepung terigu di Indonesia adalah bentuk pasar yang dikuasai oleh
suatu perusahaan dominan yang setiap tahunnya meraih pangsa pasar lebih dari 50
persen. Hambatan masuk pada industri ini cukup tinggi jika dilihat dari perangkat-
perangkat legal dan kondisi alamiah yaitu adanya peraturan SNI wajib bagi tepung
terigu dan MES yang sangat tinggi. Perilaku yang terjadi menggambarkan
perusahaan yang mendominasi pasar memiliki strategi produk dan promosi paling
produsen tepung terigu. Kinerja yang dilihat dari utilisasi kapasitas produksi
tepung terigu masih dikuasai oleh perusahaan dominan namun rupanya tidak
menjadi masalah besar bagi produsen lain. Masalah utama bagi produsen lokal
yang terjadi di dalam pasar yang dilakukan oleh asosiasi ban di Indonesia,
produk, mengembangkan kualitas yang sesuai dengan SNI, dan menambah model
serta ukuran. Strategi promosi dilakukan melalui media massa cetak maupun
keuntungan (PCM) sebesar 17,4 persen selama tahun 1985 sampai tahun 2003.
(AMDK) sudah banyak dilakukan, namun sebagian besar meneliti tentang ekuitas
merk produk AMDK, kelayakan usaha, pengendalian mutu pada proses produksi,
industri AMDK secara umum belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penulis
meneliti mengenai bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri Air Minum
dalam penelitiannya yang berjudul analisis ekuitas merk AMDK di kota Bogor.
Tujuannya adalah untuk menganalisis tingkat asosiasi merk dan tingkat kesadaran
merk yang dihasilkan produk AMDK, selain itu juga untuk menganalisis persepsi
umum mendapatkan tempat yang lebih baik pada elemen kesadaran merk (brand
awareness). Merk Aqua juga memiliki kondisi yang baik pada elemen loyalitas
merk (brand loyality) dengan persentase switcher / price buyer yang paling tinggi.
Secara menyeluruh bahwa penelitian ekuitas merk produk AMDK ini menyatakan
bahwa merk Aqua memiliki ekuitas yang paling kuat diantara merk lainnya.
23
Switching Pattern Matrix, sedangkan data yang tidak dianalisis dengan instrumen
dapat diukur dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar, efisiensi internal,
struktur pasar, perilaku dan kinerja perusahaan yang terdapat dalam pasar. Pada
dari industri. Analisis mengenai struktur pasar menggunakan pangsa pasar, tingkat
Konsentrasi ini akan menunjukan bentuk pasar yang dihadapi oleh industri.
penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Perilaku yang terjadi dianalisis dengan
melihat strategi harga, strategi promosi, strategi produk, strategi distribusi dan
dari PCM (Price-Cost Margin), efisiensi internal (X-eff) dan pertumbuhan output
24
keuntungan dari suatu industri. Selain itu juga akan dibahas mengenai hubungan
antara struktur dan kinerja industri AMDK di Indonesia. Pada struktur pasar
variabel yang digunakan adalah CR4 dan variabel lain yang di duga dapat
pertumbuhan output (Growth), dengan nilai X-eff yang tinggi diduga dapat
meningkatkan keuntungan.
Industri AMDK
Struktur Pasar
Rasio konsentasi empat
perusahaan terbesar (CR4)
Pangsa pasar
Hambatan masuk pasar
Perilaku Pasar
Strategi Harga PCM = f (CR4, X-eff, Growth)
Strategi Promosi
Strategi Produk
Strategi Distribusi
Kinerja Pasar
PCM
X-eff
Growth
persaingan oligopoli.
distribusi.
terhadap PCM.
PCM.
III. METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data
sekunder atau data yang telah diolah oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun
perpustakaan IPB, dan berbagai media massa. Data yang digunakan merupakan
data time series dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2004.
merupakan anggota ASPADIN. Sedangkan data yang diperoleh dari BPS dan
AMDK di Indonesia meliputi nilai input, nilai output, nilai tambah, tingkat upah
pekerja.
gambaran dari hasil penelitian maupun secara kuantitatif dengan melihat pengaruh
menganalisis struktur dan kinerja industri AMDK dan pendekatan OLS digunakan
a. Pangsa Pasar
hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur neo-klasik,
si
msi = x 100% (3.1)
stot
Dimana:
b. Konsentrasi Pasar
(mendekati 100 persen) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk
tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen maka bentuk
x
CRm = ∑ msi (3.2)
i =1
dimana:
Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing-
pesaing potensial untuk masuk ke pasar. Jika pesaing-pesaing baru dapat dengan
dapat dikatakan hambatan tersebut tidak ada. Hambatan ini tidak hanya dalam
bentuk perangkat-perangkat yang legal, tetapi juga dapat terjadi secara alami.
Hambatan masuk pasar dibagi menjadi dua yaitu hambatan teknis yang terjadi
dan literatur-literatur yang diperoleh. Perilaku industri yang dianalisis antara lain :
a. Strategi Harga
produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini akan melihat bagaimana strategi
penetapan harga yang dilakukan oleh Industri AMDK serta apakah ada perilaku
tidak sehat.
b. Strategi Produk
melakukan strategi dalam mengeluarkan produknya. Dalam hal ini akan dilihat
29
apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual
produk.
c. Strategi Promosi
Selain stategi harga dan produk, di dalam suatu industri terdapat pula
kebijakan lain seperti perilaku advertensi yang dilakukan sebagai strategi promosi
dalam menarik konsumen. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
d. Strategi Distribusi
kebutuhan konsumen dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dalam hal ini
akan dilihat apakah ada strategi khusus dalam pendistribusian produk yang
dihasilkan.
Margin (PCM) dan efisiensi internal (X-eff) dan pertumbuhan output (Growth).
dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu
mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membagi nilai tambah dengan
Nilai Tambah
X-eff = (3.3)
Nilai Input
outputnya. Nilai output itu sendiri adalah nilai dari seluruh barang dan jasa juga
memanfaatkan faktor produksi yang tersedia. Sementara itu nilai input memiliki
1. Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa
2. Input primer adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian
faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi antara lain tenaga kerja,
proksi dari keuntungan Price Cost Margin (PCM). PCM dinyatakan sebagai
kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tingkat PCM yang tinggi umumnya
dapat tercipta jika terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi. PCM diperoleh
dengan membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah terhadap output yang
kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Untuk
antara output pada tahun ke-i dan output tahun sebelumnya dengan output tahun
sebelumnya.
pendeskripsian hasil dari regresi. Disamping itu metode ini juga lebih sederhana
jika dibandingkan dengan metode lain. Metode ini merupakan salah satu metode
yang sering digunakan para peneliti dibidang ekonomi untuk melihat hubungan
Variabel terikat dalam model ini adalah proksi dari keuntungan yaitu
terbesar (CR4), efisiensi internal (X-eff) dan Growth. Penelitian ini menggunakan
model yang pernah digunakan oleh Delima (2005). Pemilihan variabel CR4
dimana:
t : tahun ke-t,
U : galat,
uji t serta melihat berapa persen variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel-
yang dilakukan antara lain uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji
heteroskedastisitas.
33
memprediksi nilai variabel terikat. Nilai R2 memiliki dua sifat yaitu memiliki
besaran positif dan besarannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 sebesar nol maka hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel
bebas. Sedangkan jika R2 sebesar satu maka terdapat kecocokan yang sempurna
antara variabel terikat dengan variabel bebas. Selain nilai R2 terdapat juga nilai
penambahan variabel yang tidak memberikan pengaruh. Nilai adj R2 bahkan dapat
turun jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Dan untuk model yang
memiliki kecocokan yang rendah (goodness of fit) adj R2 dapat memiliki nilai
yang negatif.
b. Uji F
secara keseluruhan dari variabel bebas terhadap PCM. Hipotesis untuk melakukan
terhadap PCM.
PCM
kesimpulannya adalah tolak H0, artinya minimal ada satu variabel bebas yang
lebih besar dari α (prob>α), maka dapat disimpulkan terima H0, artinya tidak ada
c. Uji t
bernilai lebih kecil dari α (prob<α), maka dapat disimpulkan variabel bebas
tersebut berpengaruh nyata. Begitu pula sebaliknya, jika probability lebih besar
pelanggaran asumsi klasik. Model persamaan yang baik harus terhindar dari
pelanggaran asumsi linier klasik. Pelanggaran yang harus dihindari dalam proses
d. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30, karena jika
sampel lebih dari 30 maka error term akan terdistribusi normal. Uji ini disebut
menolak H0.
Jika nilai probabilitasnya > taraf nyata maka terima H0, maka
e. Uji Multikolinieritas
koefisien variabel bebas cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Uji
yang terdapat pada matriks korelasi. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari
yang digunakan.
f. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bisa terjadi pada data deret waktu (time series). Pengujian
taraf nyata, maka terjadi autokorelasi di dalam model persamaan. Begitu pula
sebaliknya, jika nilai Probability Obs*R-squared ternyata lebih besar dari taraf
nyata maka tidak terjadi autokorelasi pada model persamaan yang digunakan.
g. Uji Heteroskedastisitas
tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (yaitu
36
1. Jika nilai probabilitas Obs* R – Squared > taraf nyata (α) yang digunakan,
2. Jika nilai probabilitas Obs* R – Squared < taraf nyata (α) yang digunakan,
Pada tahun 1973, Tirto Utomo atau Kwa Sien biauw mulai mengusahakan
AMDK dengan merk Aqua. Pada awalnya, industri AMDK di Indonesia masih
bagi sebagian penduduk Indonesia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa
ada investor yang berani mempertaruhkan modal dalam industri ini. Air minum
dikemas dan dijual dengan harga yang mahal bahkan lebih mahal jika
membangun perusahaan air minum botol. Adanya orang asing yang tinggal di
Indonesia merupakan pasar yang terbuka bagi bisnis AMDK, karena pada saat itu
belum ada perusahaan yang memproduksi air minum botol secara komersil.
Produk pertama yang dipasarkan adalah Aqua kemasan 950 ml (botol kaca)
Tidak berkembang bisnis ini dalam masa awalnya dapat dilihat dari
Indonesia, karena baru pada tahun 1975 Alfindo Putra Setia Tbk, PT masuk
menjadi produsen ketika itu masih bernama Ades Alfindo Putra Setia. Seiring
khususnya, ternyata AMDK hingga saat ini menjadi salah satu kebutuhan hidup
38
yang cukup penting dan mempunyai nilai jual cukup tinggi. Sumber air yang pada
masa lalu melimpah saat ini diperebutkan oleh sekian banyak pelaku bisnis yang
Mulai tahun 1990-an bisnis AMDK mulai diminati, hal ini dilihat dari
semakin banyak perusahaan yang berkecimpung dalam industri ini dan terus
ditinjau dari sudut produksi dan merk dalam struktur industri AMDK di Indonesia
perusahaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang pertama produsen yang
memproduksi AMDK dan yang kedua pemegang merk yaitu perusahaan yang
memiliki merk walaupun tidak memiliki pabrik atau pengelolaan AMDK, sampai
akhir tahun 2005 jumlah merk yang beredar di pasaran berjumlah sekitar 800
merk.
Pada tahun 2001 jumlah perusahaan yang beroperasi dan terdaftar sebagai
perusahaan (lampiran 1) dan pada tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi 490
AMDK didalam negeri sangat pesat terutama diluar pulau Jawa. Contohnya, di
Sumatera pada tahun 2003 hanya terdapat 3 sampai 4 pelaku usaha namun pada
akhir 2004 terdapat 20 pelaku usaha. Beberapa profil perusahaan AMDK yang
dan pionir industri AMDK di Indonesia. Didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun
39
1973. Saat ini AGM memiliki kapasitas 875 juta liter per tahun, 640 juta liter
diproduksi oleh Aqua Golden Missisipi dan sisanya 235 juta liter diproduksi oleh
nasional.
armada pengiriman yang terdiri dari truk perusahaan dan truk distributor, serta
ditunjang 56 lokasi depo. Semua itu menjamin pasokan dan ketersediaan Aqua
merupakan bukti pengakuan dunia terhadap tingginya mutu Aqua. Untuk industri
AMDK, pabrik Aqua merupakan pabrik yang pertama kali di kawasan Asia yang
SuperBrand tahun 1999 dan tahun 2000. Aqua merupakan perusahaan AMDK
botol bekas AMDK. Sampah dari botol-botol bekas yang berasal dari bahan dasar
PET (botol plastik) ternyata dapat diolah menjadi bahan dasar untuk pembuatan
b. PT Tirta Investama
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1994 oleh Lisa Tirto Utomo (istri
Tirto Utomo) dan ketiga orang anaknya setelah Tirto Utomo meninggal dunia.
Modal dasar perusahaan ini adalah 30 milyar. Kapasitas pabrik perusahaan ini
adalah 75.000 Kilo Liter dengan merk dagang Aqua. Kemudian Perusahaan ini
40
menambah modal dengan menambah dua pemegang saham yaitu Feddian pte, Ltd
dan Fetlar Investama pte, Ltd yang merupakan anak perusahaan Danone grup
yang berada di Paris. Danone memiliki 51 persen saham dan keluarga Tirto
Utomo 49 persen. Pada tahun 2001 modal dasar ditingkatkan, yaitu menjadi 750
milyar dan saham Danone grup menjadi 87,21 persen dan keluarga Tirto Utomo
sebesar 12,79 persen. Dengan dukungan modal yang begitu besar maka PT Tirta
Aqua, yaitu PT Tirta Jaya Mas Unggul, PT Tirta Dewata Semesta, PT Tirta
Tirta Babakan Pari, PT Tirta Mangli, PT Tirta Graha Panama. Selain itu, PT Tirta
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 6 Maret 1975 dengan nama PT Alfindo
Putra Setia dengan modal dasar 1 milyar rupiah, yang didirikan oleh Alfi
Gunawan dan Effendi Gunawan. Tahun 1991 modal dasar ditingkatkan menjadi
menjadi Ades Alfindo Putra Setia dan juga dengan meningkatkan modal dasar
Alfindo Putra Setia menjual sahamnya sebanyak 39,47 persen kepada masyarakat
sehungga namanya berubah menjadi PT Alfindo Putra Setia, Tbk dan untuk
dagang Ades, Desca dan Vica kepada The Coca Cola Company sebesar US$
19.900.000 atau senilai 185,766 trilyun rupiah pada tahun 2000, selain merk
41
dagang juga dijual formula proses produksi dan pemasaran dari ketiga merk
tersebut.
d. PT Tang Mas
Pada tahun 1991 perusahaan ini mulai aktif memproduksi AMDK melalui
juta liter pertahun dan meningkat menjadi 167 juta liter pertahun pada tahun 1995
diluncurkan ke masyarakat adalah 2 Tang, Aria, Arta, Mon air. Perusahaan ini
Jawa sulit bersaing karena biaya transportasi yang cukup tinggi. Perusahaan ini
ukuran galon dengan alasan ukuran kecil lebih banyak diminati masyarakat.
e. PT Sinar Sosro
yang berada di Bekasi, Jawa Barat dengan kapasitas produksi sebesar 8.800 Kilo
Liter pertahun. Merk dagang yang digunakan adalah Air Sosro yang diproduksi
dalam berbagai ukuran yaitu 220 ml sampai 1500 ml sedangkan untuk kemasan
galon merk dagang yang digunakan adalah Prim-A. Perusahaan ini menambah
Konsumsi AMDK pada saat ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan
pertambahan penduduk dan konsumsi AMDK dari tahun 1997 sampai tahun 2005
selalu meningkat.
Pada tahun 1997 konsumsi AMDK penduduk Indonesia mencapai 2,4 juta
KL (Kilo Liter) dengan konsumsi/kapita/tahun sebesar 12,3 liter dan turun pada
tahun 1998 akibat krisis yang terjadi yaitu sebesar 2,1 juta KL dengan
berlangsung lama, tahun 1999 konsumsi AMDK meningkat kembali yaitu sebesar
3,1 juta KL dan pada tahun 2005 semakin meningkat menjadi 10,4 juta KL
Pada tahun 1997 produksi AMDK di Indonesia sebesar 2,4 juta KL dan
turun pada tahun 1998 yaitu sebesar 2,1 juta KL akibat adanya krisis moneter
yang melanda Indonesia. Pada tahun 1999 produksi AMDK kembali meningkat
sebesar 3,1 juta KL dengan pertumbuhan produksi sebesar 32,7 persen dan pada
tahun 2005 produksi AMDK sebesar 10,9 juta KL dengan pertumbuhan produksi
tentang kemasan yaitu pasal 9 ayat 3 disebutkan bahwa kemasan suatu merk
AMDK pakai ulang hanya boleh diisi ulang oleh perusahaan merk yang
dari para pengusaha AMDK yang galonnya dipakai oleh depot air minum isi
sesuai standar SNI yang ditetapkan oleh DSN (Dewan Standarisasi Nasional)
yang berlaku secara nasional, yaitu SNI 01 3553 – 1996 tepatnya tertuang dalam
pasal 12 yang terangkum dalam Bab VIII tentang pemasaran. Isi pasal 12 adalah
AMDK yang diedarkan atau dipasarkan harus memenuhi SNI sesuai keputusan
Menperindag tentang SNI. Selain itu produk ini juga harus dilengkapi dengan
nomor MD/ML, yaitu kode dan nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh Badan
negeri/luar negeri.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
antara hasil penjualan dengan total penjualan industri. Pangsa pasar yang ada
terbagi diantara produsen yang ada berdasarkan market volume dan market value.
Tabel 5.1. Pangsa Pasar Berdasarkan Market Volume dan Market Value
Perusahaan Market Volume (%) Market Value(%)
PT Tirta Investama 25 21
PT Aqua Golden Missisipi 17 14
PT Ades Alfindo Putra Setia 5 4
PT Tirta Sibayakindo 2 3
PT Tang Mas 2 2
Sumber: CIC, 2005
terbesar yaitu sebesar 44,72 persen dengan merk Aqua dan VIT. Sementara itu
Ades Alfindo (Ades, Vica), PT Tang Mas (2 Tang dan Mon air), Santa Rosa
Royal Tirta (Royal). Pangsa pasar beberapa perusahaan dapat dilihat pada Tabel
5.2.
46
Tabel 5.2. Beberapa Produsen AMDK dan Pangsa Pasarnya Tahun 2001 dan 2002
Pangsa Pasar (%)
Merk
2001 2002
Aqua, VIT 43,36 44,72
Ades 5,41 5,04
2 Tang, Mon air 1,92 1,83
Vica 1,02 0,96
Oasis, Avion 0,98 0,85
Prim-A, Air Sosro 0,90 0,98
Club 0,73 0,59
Total 0,43 0,51
Mount Aqua 0,27 0,24
Merk Lainnya 42,98 44,30
Jumlah 100 100
Sumber: Tunggal, 2003
Analisis struktur pasar pada industri AMDK juga dapat diketahui dengan
rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar pada industri AMDK tahun 1980
sampai tahun 1981 struktur pasarnya oligopoli sedang, tahun 1982 sampai tahun
1984 struktur pasarnya oligopoli ketat, tahun 1985 sampai tahun 1987 struktur
pasarnya oligopoli sedang, tahun 1988 struktur pasarnya oligopoli longgar, tahun
1989 sampai tahun 1992 struktur pasarnya oligopoli sedang, tahun 1993 struktur
pasarnya oligopoli longgar, tahun 1994 struktur pasarnya oligopoli sedang, tahun
1995 sampai tahun 1999 struktur pasarnya oligopoli longgar, tahun 2000 sampai
tahun 2002 struktur pasarnya oligopoli sedang, dan tahun 2003 sampai tahun 2004
Elemen struktur pasar yang lain yang perlu diperhatikan adalah hambatan
masuk pasar. Hambatan untuk masuk pasar ini rendah, hal ini bisa dilihat dari
2006. Peningkatan jumlah perusahaan terjadi karena dengan modal kurang dari
10 milyar sudah dapat mendirikan pabrik yang tidak terintegrasi sedangkan untuk
perusahaan yang terintegrasi seperti Aqua yang memiliki mesin untuk membuat
Fluktuasi peningkatan dan penurunan CR4 dapat dilihat pada gambar 5.1.
industri AMDK menurun, hal ini karena jumlah perusahaan yang masuk pasar
semakin meningkat.
80
70
60
50
Persen
40 CR4 (%)
30
20
10
0
80
83
86
89
92
95
98
01
04
19
19
19
19
19
19
19
20
20
Tahun
struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan analisis, struktur pasar dalam industri
AMDK adalah oligopoli. Hal ini akan menimbulkan beberapa perilaku yang
perusahaan AMDK antara lain adalah strategi harga, strategi promosi, strategi
a. Strategi Harga
Pada suatu industri, para produsen perlu memiliki strategi tertentu dalam
tergantung dalam penetapan harga, baik secara langsung maupun dengan adanya
kesepakatan yang terbuka atau dengan hanya memberikan sinyal perubahan harga.
dahulu.
mempertimbangkan segi biaya produksi dan laba yang ingin diperoleh. Selain itu,
AMDK merupakan kebutuhan utama bagi konsumen. Jika suatu produk banyak
dibutuhkan oleh konsumen, maka semakin tinggi nilai dari produk tersebut.
Artinya meskipun mahal, konsumen akan tetap membeli produk tersebut karena
harga suatu produk maka semakin baik kualitas dari produk tersebut, namun tidak
semua konsumen akan memilih produk yang lebih mahal harganya, mereka akan
memilih produk yang berkualitas sama tetapi dengan harga yang lebih murah. Hal
VIT dengan harga yang lebih murah, untuk merk Aqua dengan ukuran 240 ml
satu karton dijual dengan harga Rp 15.000 sedangkan Vit dijual dengan harga Rp
12.000. Perusahaan lain juga menerapkan strategi yang sama seperti PT Tang Mas
b. Strategi Promosi
berbagai media cetak dan elektronik sudah pasti dilakukan oleh setiap produsen
termasuk juga dalam pemasangan iklan di tempat umum. Selain promosi secara
mensponsori kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain (Olahraga, musik, dan lain-
lain), undian berhadiah, potongan harga bagi distributor dan hadiah langsung bagi
c. Strategi Produk
Faktor kehigienisan merupakan faktor yang paling penting bagi konsumen dalam
(mutu). Faktor mutu merupakan unsur yang paling penting karena produk ini
merupakan produk konsumsi sehingga konsumen akan lebih teliti dalam memilih
ini memungkinkan pemrosesan air dan pembuatan kemasan botol dilakukan pada
saat bersamaan. Penerapan cara produksi yang sangat terkontrol tersebut juga
memperhatikan proses produksi agar rasa dan aroma tetap terjaga dengan kualitas
yang baik.
Faktor lain yang dapat dikembangkan adalah kemasan. Kemasan tidak lagi
sebagi wadah atau pelindung produk namun kemasan merupakan media untuk
membeli produk ini. Bahan kemasan yang digunakan harus bersifat inert sehingga
dapat menjaga kehigienisan produk. Warna kemasan yang disukai adalah biru
Selain itu ukuran kemasan juga sangat berpengaruh. Hal ini disebabkan
berbagai jenis kebutuhan. Kemasan gelas lebih disukai karena dapat memenuhi
kebutuhan sekali minum. Kemasan galon 19 liter merupakan pilihan kedua karena
kemasan. Sebagai contoh PT Tang Mas bermain dalam kemasan 240 ml, 330 ml
d. Strategi Distribusi
Konsumen cenderung memilih produk yang mudah didapatkan karena produk ini
tidak ada di pasaran. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ukuran gelas dan
botol lebih efektif apabila didistribusikan melalui agen dan retailer. Ukuran galon
akan lebih efektif apabila dipasarkan ke perkantoran, industri dan rumah tangga.
multi distributor. Jalur distribusi perusahaan AMDK umumnya dibagi dua, yaitu :
pasar yang ingin diraih dengan pencapaian penjualan dalam satu periode
yang ditunjuk. Kekurangan dari strategi ini adalah sering terjadi bentrok antar
Produsen
Distributor
Agen Besar
Agen Besar
galon
galon Pengecer
Institusi :
Perkantoran
Hotel
Pabrik konsumen
Rumah Tangga
Kemasan
kecil
agen besar, pengecer lalu kepada konsumen, seperti yang terlihat dalam
strategi ini adalah produsen harus memikirkan produksi dan juga distribusi
tersebut.
54
Sebagian
Produsen dipasarkan
sendiri
Distributor
Agen Besar
Agen Besar
galon
galon Pengecer
Institusi :
Perkantoran
Hotel
Pabrik konsumen
Rumah Tangga
Kemasan
kecil
keuntungan yang diperoleh dalam suatu industri. Tingkat keuntungan dapat dilihat
melalui PCM (Price Cost Margin). Berdasarkan analisis diketahui bahwa selama
periode 1980 sampai 2004 tingkat keuntungan yang diperoleh industri AMDK
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 1997 sampai tahun 1998
keuntungan yang diperoleh sangat menurun sebagai akibat dari krisis ekonomi
yang terjadi. Tingkat keuntungan terendah diperoleh pada tahun 1984 sebesar 17,8
persen. Tingkat keuntungan terbesar diperoleh pada tahun 1999 sebesar 49,2
Tabel 5.4. PCM, Growth dan X-eff Industri AMDK di Indonesia (dalam persen)
Tahun PCM Growth X-eff
1980 28,69 18,08 66,13
1981 19,70 25,24 43,19
1982 27,63 44,55 57,02
1983 26,90 29,15 55,28
1984 17,88 25,26 34,36
1985 19,46 84,91 36,95
1986 20,92 0,46 45,64
1987 18,71 25,31 38,35
1988 18,69 48,58 35,95
1989 22,54 18,58 42,44
1990 26,42 -13,16 49,06
1991 25,43 47,14 43,61
1992 29,71 25,04 51,45
1993 27,41 35,80 55,56
1994 34,76 58,91 69,18
1995 30,43 9,39 58,83
1996 38,13 28,07 75,63
1997 36,20 14,57 71,05
1998 30,26 16,40 54,66
1999 49,28 2,39 132,51
2000 46,35 40,79 108,67
2001 43,44 12,08 92,98
2002 47,43 14,31 112,51
2003 48,11 7,64 120,26
2004 42,67 11,82 99,86
Sumber: BPS Tahun 1980-2004, diolah
diperlihatkan Gambar 5.4. Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat kinerja industri
menggambarkan apakah industri AMDK sudah dikelola dengan baik atau belum.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.4 nilai X-eff industri AMDK terendah
diperoleh pada tahun 1984 sebesar 34,3 persen sedangkan nilai X-eff industri
AMDK tertinggi diperoleh pada tahun 1999 sebesar 132,5 persen. Nilai X-eff
biaya input yang digunakan untuk proses produksi, artinya perusahaan dikelola
dengan baik.
140.00
120.00
100.00
80.00
Growth (%)
40.00 Xeff (%)
20.00
0.00
80
83
86
89
92
95
98
01
04
-20.00
19
19
19
19
19
19
19
20
20
-40.00
Tahun
industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Jika permintaan
permintaan yang ada. Pertumbuhan output paling tinggi terjadi tahun 1985 dan
dan E-views, didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.5, menurut Gujarati (1978)
model ekonometrika yang baik harus memenuhi kriteria ekonometri dan kriteria
57
klasik yang artinya harus terbebas dari gejala multikolinieritas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas. Kesesuaian model dengan kriteria statistik dilihat dari hasil uji
R-squared 0,95
Durbin-Watson statistik 1,27
Prob(F-statistik) 0,00
berikut:
a. Uji R-Squared
Nilai R-Squared (R2) atau koefisien determinasi yang didapat dari hasil
AMDK dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya (CR4, Growth dan X-eff)
b. Uji F
sebesar 0,00. Taraf nyata yang digunakan adalah 1 persen, maka nilai probabilitas
58
F- statistik lebih besar dari taraf nyata sehingga kesimpulannya adalah model ini
lulus uji F.
c. Uji t
Pada uji t-statistik, tidak semua variabel bebas berpengaruh nyata. Nilai
probabilitas variabel CR4 adalah 0,06 dan taraf nyata yang digunakan adalah 10
nilai probabilitasnya 0,00 dan taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen maka
probabilitasnya adalah 0,54 dan taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen
d. Uji Normalitas
dengan normal. Berdasarkan hasil pengolahan, nilai Jarque-Bera sebesar 1,49 dan
nilai probabilitasnya sebesar 0,47 sedangkan taraf nyata yang digunakan adalah 10
persen sehingga nilai probabilitasnya lebih besar daripada taraf nyata. Maka
7
Series: Residuals
6 Sample 1980 2004
Observations 25
5
Mean -8.47E-15
4 Median 0.477905
Maximum 3.224429
Minimum -4.617017
3
Std. Dev. 2.281246
Skewness -0.315782
2
Kurtosis 1.984245
1 Jarque-Bera 1.490240
Probability 0.474677
0
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
e. Uji Multikolinieritas
variabel bebas pada matrik korelasi. Jika antar variabel bebas lebih besar dari
model regresi pada penelitian ini asumsi tidak terdapat gejala multikolinieritas
terpenuhi. Hal ini terlihat pada matrik korelasi (Tabel 5.6) yang menggambarkan
korelasi antar variabel bebas dalam tabel tersebut tidak terdapat koefisien korelasi
f. Uji Autokorelasi
Squared lebih besar dari taraf nyata yaitu sebesar 0,10. Taraf nyata yang
digunakan adalah 1 persen, sehingga model regresi dalam penelitian ini tidak
g. Uji Heteroskedastisitas
Test, dimana nilai probabilitas Obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata yaitu
sebesar 0,32. Taraf nyata yang digunakan adalah 1 persen, sehingga model regresi
persen, namun didapat nilai yang negatif yaitu sebesar -0,09. Artinya jika
yang diajukan diawal, dimana PCM dan CR4 berpengaruh positif. Hal ini
namun perusahaan yang masuk adalah perusahaan kecil sehingga produk yang
Koefisien Xeff sebesar 0,33 dan signifikan pada taraf 10 persen yang
berarti bahwa jika tingkat efisiensi perusahaan dalam industri AMDK meningkat
1 persen, ceteris paribus maka keuntungan meningkat sebesar 0,33 persen. Hal ini
hubungan yang positif dengan PCM. Variabel GROWTH tidak berpengaruh pada
taraf 10 persen, hal ini diduga karena pada beberapa tahun terlihat persentase
6.1. Kesimpulan
Indonesia dari tahun 1980 sampai tahun 2004 maka dapat diperoleh kesimpulan:
empat perusahaan terbesar pada industri AMDK tahun 1980 sampai tahun
2004 berfluktuasi setiap tahunnya dan struktur pasar yang terjadi sampai saat
ini mengarah pada struktur pasar oligopoli longgar. Pangsa pasar terbesar
merk Aqua dan VIT. Hambatan masuk pasar sangat rendah, hal ini dilihat dari
2. Perilaku dari industri AMDK dapat dilihat dari strategi harga, stategi produk,
strategi promosi dan strategi distribusi. Pada strategi harga, produsen AMDK
menciptakan second brand yaitu produk lapis kedua yang harganya lebih
memproduksi Aqua juga memproduksi Vit yang harganya lebih murah. Harga
Strategi promosi melalui media cetak maupun elektronik dan menjadi sponsor
dalam suatu kegiatan (olahraga, musik, dan lainnya). Strategi produk melalui
3. Kinerja industri AMDK dapat dilihat dari PCM dan X-eff dan Growth..
tahunnya. Pada tahun 1997 sampai 1998 keuntungan yang diperoleh sangat
menurun sebagai akibat dari krisis ekonomi yang terjadi. Tingkat keuntungan
terendah diperoleh pada tahun 1984 sebesar 17,88 persen. Tingkat keuntungan
terbesar diperoleh pada tahun 1999 sebesar 49,28 persen seiring dengan
industri AMDK terendah diperoleh pada tahun 1984 sebesar 34,36 persen
sedangkan nilai X-eff industri AMDK tertinggi diperoleh pada tahun 1999
4. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara struktur dan faktor lainnya yang
6.2 Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat dituliskan untuk
menghindari perilaku yang tidak sehat seperti kolusi dalam menetapkan harga
64
Usaha (KPPU).
Badan Pusat Statistik, 1980-2004. Statistik Industri Besar dan Sedang. Jakarta.
Burgess, G.H. 1989.” Industrial Organization”. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Enyta. 2004. Analisis Ekuitas Merek AMDK di Kota Bogor [skripsi]. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Firdaus, J. 2006. Analisis kelayakan Usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
pada CV. Usaha Hidup Istiqomah-Bekasi [skripsi]. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Supriatna, B. 2005. Tingkat Integrasi Vertikal Pada Industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya [skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
67