Anda di halaman 1dari 17

Forest

Economics
Nanda Chairunissa 041711133135
Luthfi Nadyan Putra 041711133138
Glenn Fitzgerald H 041711133142
Muhammad Hafidz 041711133163
Forest, Forestry, Forest Products
(Hutan, Kehutanan, dan Hasil Hutan)
• Hutan (Forest)
Suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan
pemerintah sebagai hutan.

• Kehutanan (Forestry)
Segala pengurusan yang berkaitan dengan hutan, mengandung sumberdaya ekonomi yang
beragam dan sangat luas pula dari kegiatan-kegiatan yang bersifat biologis seperti
rangkain proses silvikultur sampai dengan berbagai kegiatan administrasi pengurusan hutan.

• Hasil Hutan (Forest Products)


Sumberdaya ekonomi potensial yang beragam yang didalam areal kawasan hutan
mampumenghasilkan hasil hutan kayu, non kayu dan hasil hutan tidak kentara (intangible)
seperti perlindungan tanah, pelestarian sumberdaya air dan beragam hasil wisata.

Dapat disimpulkan bahwa, Hutan, Kehutanan, dan Hasil Hutan mempunyai potensi menciptakan
barang, jasa serta aktifitas ekonomi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Permasalahan Utama dalam Mengatur
Sumber Daya Hutan
1. Tantangan untuk memelihara produksi output hutan tradisional
dengan kondisi populasi manusia yang semakin bertambah dan
harus meningkatkan perekonomian.
2. Pengalihan fungsi hutan di NSB dari hutan tradisional menjadi
bentuk dan fungsi baru (misal: hutan dijadikan rekreasi/untuk
wisata).
3. Tekanan untuk merubah lahan hutan menjadi jenis lahan yang lain
(lahan pertanian), pada umumnya terjadi di NSB.
4. Identifikasi, valuasi, dan pemeliharaan hutan jenis baru (produksi
biodiversiti, carbon sequestration, dan perlindungan terhadap
ekosistem)
Keputusan Panen Hutan
Masalah utama dalam keputusan panen hutan adalah “Kapan waktu yang tepat untuk memanen hasil hutan?” Solusi
untuk menjawab persoalan ini dapat dilihat dari efek segi biologi dan ekonomi yang digabungkan.

Dari segi biologi, kita dapat mengetahui pola pertumbuhan pohon. Kita dapat membuat rencana untuk
memaksimalkan jumlah kayu yang diperoleh pada saat panen. Dari kurva di bawah, dapat kita lihat bahwa hutan,
menghasilkan jumlah kayu yang maksimum sekitar tahun ke 100.

Jika kita memilih untuk memanen kayu


pada tahun ke 50, hasilnya mungkin akan
lebih sedikit, tapi hasil kayu dapat
tersedia lebih cepat, tentunya ada trade-off.
Keputusan Panen Hutan
• Pertanyaan yang kerap muncul saat Maka dari itu, untuk menjawab pertanyaan
hendak memanen adalah “Apakah ini, digunakan persamaan aljabar dengan
sebaiknya menebang pohon dan variabel sebagai berikut :
menjualnya ke pasar tahun ini atau kita
harus menunggu dan melakukannya di
tahun berikutnya?” V0 : nilai moneter hutan yang dihasilkan jika
dipanen tahun ini
• Di usia awal/ di saat usia pohon masih
muda, menebang pohon di tahun ini
memiliki manfaat yang lebih sedikit V1 : nilai moneter hutan yang dihasilkan jika
dibandingkan jika menunggu tahun panen ditunda 1 tahun
berikutnya, karena pertumbuhan pohon
di tahun awal, pada jumlah volumenya, ΔV : V1-V0 : nilai kenaikan pertumbuhan 1
akan terus meningkat.
tahun
• Namun di usia pohon yang sudah tua,
ketika tingkat pertumbuhan pohon C : biaya panen, biaya moneter untuk
sangat rendah, manfaat yang didapatkan
dari menunggu untuk menebang akan menebang pohon dan memasukannya ke pasar
lebih kecil.
r : discount rate
S : present value dari lahan kosong, setelah
panen
Keputusan Panen Hutan

ΔV = (V0-C)r + Sr

Menggunakan Cost-Benefit,

ΔV adalah manfaat yang didapatkan dari menunggu satu tahun


kemudian untuk panen, dan (V0-C)r + Sr adalah biaya yang
dikeluarkan karena menunggu.

Selama manfaat menunggu lebih besar dari biayanya, maka kita lebih
baik menunggu untuk panen. Sedangkan jika manfaat menunggu
panen sama dengan atau lebih kecil dari biayanya, maka, saatnya
untuk memanen.
Pola Rotasi Hutan
Model Faustmann

Misal, kita berencana untuk memanen 1000


hektar lahan hutan, jika kita memilih pola rotasi
40 tahun, kita dapat memanen kayu tiap tahun
sebesar 1/40 dari jumlah hektar lahan, yakni 25
hektar per tahunnya.

Panen pertama dilakukan pada tahun t,


selanjutnya dilakukan pada 2t, 3t, dst. Setiap
panen menghasilkan q (kuantitas dari kayu).
Pilihan Portfolio

Memilih hutan atau investasi lain

ΔV
𝑟=
S + (V0 − C)

r adalah rate of return, yang diperoleh dari aset produktif umum


di masyarakat, sedangkan di sisi kanan, adalah rate of return
yang diharapkan dari menunggu untuk panen tahun berikutnya.
Faktor yang Mempengaruhi Efficient
Rotation
- Harvesting Cost meningkat ketika
menambah biaya ongkos kirim karena
tutupnya penebangan kayu yang di berada di
sekitar lokasi panen
- Biaya sosial dari panen dapat meningkat
melalui eksternalitas yang terkait dengan
pemotongan kayu (banjir, erosi)
- Turunnya r (suku bunga) dalam jangka
panjang dalam menggeser fungsi biaya
marjinal [(Vo-C)r + Sr] ke bawah,
- Perpotongan manfaat marjinal dengan
kurva biaya akan bergeser ke kanan, artinya,
“efficient rotation” akan berlangsung semakin
lama.
Impact Of Nontimber Forest Values
• Analisis ekonomi untuk melihat
nilai dari Social Benefit dari
ketiadaannya eksploitasi hutan.
• Manfaat social diluar dari nilai
komersial kayu seperti, habitat
untuk spesies hewan yang
berharga, perlindungan daerah
aliran sungai, rekreasi luar
ruangan, pelestarian
keanekaragaman hayati, dan
penyerapan karbon.
• Hubungan antara nilai dollar dari
habitat (kurva vertical) yang ada di
hutan dengan usia dari hutan
(kurva horizontal).
Optimal Rotation When Habitat for Animal Is
Included
• Adanya fungsi baru marginal benefit
of waiting pada kurva rotasi
optimal.
• Fungsi baru tersebut dinotasikan
( ∆𝑉 + 𝐻 ), artinya adanya
peningkatan dari optimal rotation
karena adanya variable H yaitu
nilai tahunan hutan sebagai
adanya habitat dari hewan.
• Akibat dari peningkatan optimal
rotation, meningkatkan pula
marginal benefit dari hutan.
• Indikasi bahwa Optimal Rotation
tidak terbatas, dan secara social
efficiency mengimplikasi bahwa
tidak pernah di panen.
Optimal Clear Cutting
Clear-cutting adalah praktik memanen semua pohon pada area
tertentu, yang bertentangan dengan pemotongan selektif.
Clear-cutting yang berarti memanen hanya pohon-pohon yang
memenuhi kriteria tertentu, seperti spesies, ukuran, atau usia.
Jumlah area terpisah yang dipanen dalam setahun, ditentukan
dengan notasi 𝑛 → (1 ≤ 𝑛 ≤ 100), maksudnya jika perusahaan
kayu memproduksi dengan target 100 buah kayu per tahun, 𝑛
didefinisikan sebagai kayu yg dipanen dalam setahun.
Adanya 2 tipe faktor biaya pada clear-cutting yaitu, harvesting
cost dan ecological cost.
• Jika 𝑛 naik, maka harvesting cost naik,
ecological cost turun.
• Digambar kan dengan kurva Efficient
Clear Cutting, jumlah pohon yang ditanam
dinotasikan oleh 𝑛 yang ada di garis
horizontal, bervariasi dari 1 hingga
beberapa jumlah yang besar, dinotasikan
sebagai 𝑁.
• Kurva yang di notasikan H didefinisikan
sebagai biaya penanaman kayu
(Harvesting cost), kurva yang dinotasikan
E adalah Ecological Cost.
• Kurva T menunjukan total cost dan jumlah
biaya vertical dari H dan E.
• Jika panen untuk meminimisasi harvesting
cost, hanya dibutuhkan satu panen kayu
per hektar saja.
• Jika panen untuk meminimisasi ecological
cost, jumlah panen per hektar pada 𝑛0.
• Socially efficient dari jumlah panen per
hektar terletak antara ∗dua kurva diatas (H
dan E), pada nilai 𝑛 , dimana total cost
diminimisasikan.
Pengaturan Kelembagaan untuk
Kehutanan Indonesia
Bagaimana efisiensi dan kesetaraan dicapai di bawah pengaturan kelembagaan
alternatif?

Ditinjau dari perspektif ilmu manajemen hutan dan ilmu kelembagaan,


kerusakan hutan Indonesia di luar Pulau Jawa pada umumnya karena
tidak adanya organisasi pengelola di tingkat tapak. Situasi demikian
menyebabkan pada sebagian kawasan hutan negara secara de facto
menjadi sumberdaya ”open access”. Praktek –praktek illegal logging dan
perambahan hutan menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi
hutan (Kartodihardjo, dkk., 2013).
Pengaturan Kelembagaan untuk Kehutanan Indonesia

• Dalam situasi demikian organisasi kehutanan harus mampu mentrasformasi dirinya dari
organisasi yang berorientasi pengawasan, pengaturan, dan hanya fokus pada aspek-aspek
teknis kehutanan dan berorientasi kepada objek dalam mengatasi masalah-masalah.

• Inti dari GFG adalah bagaimana para aktor yang terlibat dapat ditata mekanisme inter-
relasinya memalui berbagai instrumen pengontrol mekanisme inter-relsi tersebut untuk
mencapai tujuan-tujuan bersama dalam pengurusan dan pengelolaan SDH dan penyediaan
barang dan jasa secara berkelanjutan. Kegagalan membangun hubungan yang harmonis atau
lemahnya kapasitas para aktor akan menyebabkan tujua-tujuan tersebut sulit untuk dicapai.

• Oleh karenanya guna mencapai GFG perlu dilakukan intervensi kelembagaan dalam
memperbaiki kegagalan-kegagalan dengan tindakan seperti (Nugroho, 2013):
(1) penataan peran, kewenangan, dan tangung jawab,
(2) penguatan sistem pendanaan yang memadai,
(3) penguatan sistem informasi,
(4) penguatan sistem dan mekanisme penegakan sanksi,
(5) akuntabilitas dan peradilan yang jujur.
Panen Kayu dari Hutan Nasional
Daftar Pustaka
Field, B.C., 2008. Natural Resource Economics: An Introduction.
Second Edition. USA: Waveland Press, Inc. (FBC)

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam & Lingkungan Teori


& Aplikasi. Jakarta: Gramedia

Alam, Syamsu, dkk. 2009. Ekonomi Sumber Daya Hutan.


Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan Fakultas
Kehutanan - Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai