Anda di halaman 1dari 81

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bantuan luar negeri menjadi instrument dalam pencapaian suatu

pembangunan ataupun pertumbuhan dengan dibantu oleh pihak lain seperti

negara ataupun organisasi. Bantuan luar negeri diartikan sebagai proses

beralihnya modal, barang dan jasa dari suatu negara ataupun oragnisasi

internasional ke resipien yang membutuhkan. 1 Bantuan ini dapat berupa

ekonomi, militer ataupun bantuan kemanusiaan seperti bencana alam.

Bantuan luar negeri dapat melibatkan transfer sumber daya keuangan

atau komoditas misalnya makanan, peralatan militer, saran teknis dan

pelatihan. Adapun jenisnya dapat berupa hibah atau kredit lunak (misalnya,

kredit ekspor). Jenis yang paling umum dari bantuan asing adalah bantuan

pembangunan resmi dimana bantuan yang diberikan untuk mempromosikan

pembangunan dan untuk memerangi kemiskinan suatu negara.2 Bantuan yang

diberikan juga dilakukan dalam bentuk pinjaman dimana biasanya negara

donor memberikan jangka waktu pengembalian dan bunga yang harus

dibayarkan.

Bantuan luar negeri atau bantuan pembangunan, merupakan salah satu

instrumen ekonomi yang umum digunakan oleh negara-negara maju untuk

1
Sara Lengauer. China's foreign aid policy: Motive and method. (The Bulletin of the Centre for
East-West Cultural and Economic Studies, 2011), hal 2
2
Ismail Yusanto. 2004. Politik Bantuan Luar Negri.http://www.jurnal-ekonomi.org, (di akses 06
Juni 2019)
2

mencapai tujuan kebijakan luar negeri, di dekade terakhir proyek bantuan

dengan tujuan meningkatkan infrastruktur di negara penerima telah

menjadi semakin umum. Bantuan keuangan dan teknis Korea Selatan telah

mulai lebih dari 100 proyek di bidang energi, air, kesehatan, pendidikan,

telekomunikasi, perikanan, pekerjaan umum, dan infrastruktur. 3 Indonesia

membutuhkan adanya kerjasama bantuan luar negeri dengan negara lain

untuk dapat mengejar ketinggalan dan berusaha menghadapi beberapa

tantangan dalam perekonomian dan pembangunan yang harus di atasi seperti

tingginya jumlah penduduk dan rendahnya sumber daya manusia.

Untuk menghadapi tantangan dan menghindari middle income trap4 serta

dalam upaya pengembangan pendanaan pembangunan, pemerintah Indonesia

perlu secara tepat mengambil langkah-langkah kebijakan terkait dengan isu-

isu pengembangan sumber daya manusia melalui pembangunan infrastruktur,

dan pengelolaan dana dari sumber luar negeri secara tepat dan dilengkapi
5
dengan peraturan-peraturan yang memadai. Dalam mengembangkan

pendanaan pembangunan pemerintah Indonesia memerlukan lingkungan

internasional yang kondusif. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu

menata kerangka hubungan kerjasama bilateral dengan para mitra

pembangunan sehingga sesuai dan dapat mendukung terlaksananya

3
Ibid. Hal 170
4
Middle Income Trap atau perangkap pendapatan menengah adalah sebuah istilah ekonomi yang
diasosiasikan dengan kegagalan suatu negara untuk naik level dari negara berpendapatan rendah
ke pendapatan tinggi
3

kebijakan-kebijakan yang diambil untuk merespon masalah kemiskinan,

kesenjangan, dan rendahnya daya saing. Sejak kerangka kerjasama

pembangunan dimanfaatkan sebagai sarana untuk mewujudkan transfer ilmu

pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan capacity-building, pemanfaatan

investasi (investment lavarge), dan pengembangan kerjasama internasional.

Capacity-building, investment lavarge dan international cooperation

merupakan tiga pilar kerjasama pembangunan yang di adopsi oleh Indonesia6.

Pemanfaatan proyek-proyek pinjaman dan hibah luar negeri harus dilakukan

secara efektif sehingga dapat mendukung implementasi tiga pilar kerjasama

pembangunan.

Pada tataran kerjasama pembangunan bilateral, sejak 10 tahun terakhir

Indonesia telah mengadakan kerjasama kemitraan strategis maupun kerjasama

kemitraan komprehensif (comprehensive/strategic partnership co-orperation)

dengan 14 negara (termasuk beberapa diantarnya negara mitra negara


7
pemberi bantuan pembangunan resmi kepada Indonesia). Beberapa

kemitraan strategis telah berkembang dengan terbentuknya kemitraan

ekonomi strategis. Kemitraan tersebut dibentuk selain diarahkan untuk

mendukung agenda pembangunan nasional secara umum, beberapa di

antaranya telah dijabarkan dan diarahkan untuk mendukung pelaksanaan

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI). Sedangkan kemitraan ekonomi dibangun dan diarahkan untuk

6
Kerjasama Pembangunan, diakses melalui https://issu.com/inakos/docs/inakos, 08 Febuari 2018
7
Ke-14 kemitraan strategis tersebut adalah kemitraan starategis dengan Afrika selatan, Amerika
Serikat, Australia, Brasil, India, Inggris, Jepang, Korsel, Prancis, Rusia, RR Tiongkok, Turki, Uni
Eropa, Vietnam dan Belanda.
4

mendukung liberalisasi perdagangan fasilitasi perdangan dan investasi dan

pengembangan kapasitas.

Korea Selatan yang mempunyai status sebagai mitra utama pembangunan

bilateral Indonesia. Kerjasama bilateral Indonesia dengan Korea Selatan

dikukuhkan dalam suatu kerangka kerjasama kemitraan yang telah disepakati

melalui penandatanganan Joint Declaration on Strategic Partnership pada

tanggal 4 Desember 2006 di Jakarta. Joint Declaration mencakup 3 (tiga)

pilar kerjasama, yaitu: 1) kerjasama politik dan keamanan, 2) kerjasama

ekonomi dan pembangunan, dan 3) kerjasama sosial budaya. 8 Kerjasama

strategis merupakan suatu komitmen jangka panjang untuk memperluas dan

meningkatkan hubungan bilateral.9 Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam

meningkatkan kerjasama pembangunan bilateral melalui agenda kemitraan

strategis secara tepat waktu, mendalam, berkelanjutan dan berpandangan

kedepan dan respon terhadap tantangan abad ke-21.

Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa area prioritas yang menjadi

kepentingan kedua belah pihak. Menciptakan tata kelola pemerintah yang

efesien dan transparan, pengelolaan sumber daya, pembangunan

berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur ekonomi menjadi kegiatan

prioritas kerjasama pembangunan bilateral dengan Korea Selatan.

Beragamnya kegiatan prioritas dalam kerjasama pembangunan bilateral

8
“Bilateral RI-Korsel”, di http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/indokor, diakses pada tanggal
15 Agustus2017
9
“Badan Perencanaan Pembangunan Nasional: Strategi Pengembangan Kerjasama Pembangunan
Bilateral 2015-2019”, diakses http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file\filedigital/159384-
%5BKonten_%5D-Konten%20D102.pdf diakses pada 8 Febuari 2018.
5

tersebut menunjukan bahwa pendanaan pembangunan bilateral tidak hanya

berfungsi sebagai pembiayaan pembangunan, namun juga menjadi instrument

untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kapasitas pembangunan

ekonomi, dan kapasitas kelembagaan pemerintah untuk mendukung fungsi-

fungsi yang diembannya. Mengingat pembangunan nasional belum

sepenuhnya dapat mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk

peningkatan kapasitas nasional, pendanaan pembangunan bilateral masih

tetap dibutuhkan.

Dalam konteks kerjasama pembangunan antara Indonesia dan Korea

Selatan, dimana transformasi ekonomi Korea Selatan dari negara miskin

menjadi negara maju merupakan salah satu kisah sukses diabad ke-21.

Kesuksesan tersebut tidak lepas dari penggunan bantuan pembanguan resmi

Official Development Assistance (ODA) yang secara efektif mendukung

pembangunan ekonomi dan menurunkan kemiskinan. Korea selatan kini

bertransformasi dari negara penerima bantuan menjadi negara pemberi

bantuan dan mulai memberi bantuan kepada negara lain pada dekade 1970an

dan 1980an. Untuk mendukung kebijakan ini, pada tahun 1987 pemerintah

Korea Selatan mendirikan Economic Development Coopration Fund (EDCF)

untuk memberikan concessional loans 10 kepada negara berkembang, salah

10
Concessional Loans merupakan fasilitas pinjaman dengan syarat-syarat pelunasan ringan,
tingkat suku bunga rendah dan berjangka waktu panjang; fasilitas ini diberikan oleh bank
pembangunan multilateral dan bilateral untuk pembiayaan proyek pembangunan di negara-negara
berkembang. Pinjaman lunak tersebut berjangka waktu panjang sampai dengan 50 tahun, selama
masa tenggang hanya membayar bunga dan biaya pelayanan, negara berkembang dengan
pendapatan per kapita rendah dan negara berkembang yang mempunyai masalah dalam neraca
pembayaran akan memperoleh fasilitas dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari jadwal
pembayaran yang lebih ringan.
6

satu organisasi yang bertujuan untuk mencapai kepentingan ODA bilateral

Korea Selatan yaitu mengembangkan hubungan kerjasama yang saling

menguntungkan dan membangun ekonomi dan sosial di negara penerima

bantuan. Sistem ODA Korea Selatan dibawahi dalam Kemitraan Strategis dan

Keuangan, jenis bantuan ODA yang diberikan berupa pinjaman (loans) ini

dalam bentuk pinjaman melalui EDCF (di bawah Export-Import Bank Of

Korea).

Dalam upaya meningkatkan kesempatan kerjasama pembangunan dalam

kemitraan strategis, Korea Selatan telah menyatakan komitmennya untuk

memberikan dana pembangunan kepada Indonesia. Melalui Framework

Agreement EDCF yang telah disepakaiti dalam penandatanganan Nota

Kesepahaman atau Memorandum Of Understanding pada tanggal 30

Desember 2016. Dana tersebut akan di gunakan untuk proyek pembangunan

infrastruktur bendungan Karian-Serpong Convenyance System (KSCS) yang

terletak di Kecamatan Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Untuk pembangunan bendungan ini membutuhkan dana senilai 1.070 triliun,

dengan skema pendanaan pembangunan bendungan Karian-Serpong sebesar

51% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan melalui EDCF dan sebesar
11
49% ditanggung oleh pemerintah Indonesia. Dalam pembangunan

bendungan ini, untuk proyek pembangunan fisik akan dikerjakan oleh

perusahaan kontraktor PT. Daelim Industrial Co Ltd, PT Wijaya Karya

(WIKA) dan PT Waskita Karya (Pesero), serta gabungan supervise PT Korea

11
Bendungan, “Karian-Serpong” Banten, di akses melalui http://knibb-inacold/index.php/id, pada
tanggal 15 Agustus 2017
7

Rural Community Corporation dalam konsorsium bersama Korea Rural

Engineering Consultant Corp dan PT. Indra Karya, PT. Wiratman, serta PT.

Mettana12.

Pembanguna bendungan Karian-Serpong pada Januari 2018 sudah

mencapai 47,83 persen13. Peningkatan kinerja air melalui pembangunan dan

pengelolaan bendungan, merupakan salah satu pembangunan infrastruktur

yang dilakukan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan

energi. Kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia memicu

peningkatan permintaan dan kebutuhan akan air baku dan mineral dari tahun

ke tahun. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sejumlah

pembangunan perumahan, kawasan industri sedang berjalan pada tahun-tahun

terakhir, urbanisasi dan industrialisasi di daerah Jabodetabek menyebabkan

kenaikan kebutuhan air untuk perkotaan dan industri secara cepat.

Pemilihan pembangunan bendungan Karian-Serpong didasarkan pada

usulan Indonesia yang disetujui oleh Korea Selatan didasarkan beberapa

hal:14

1. Adanya investasi Korea Selatan dibeberapa wilayah Banten, yaitu

investasi di PT. Krakatau Posco Power yang bergerak dibidang

industri pembangkit listrik, PT. Krakatau Posco, PT. Hankook Tire

Indonesia, dan LG Electronics Indonesia. Sehingga hal ini dipandang

12
Waduk Karian, di akses melalui http://poskotanews.com/2017/10/04/jokowi-pembangunan-
waduk-karian-dipercepat-juni-2018-diharapkan-rampung/ pada tanggal 15 April 2018
13
Progress pembangunan bendungan, di akses melalui https://finance.detik.com/infrastruktur/d-
3827444/bendungan-karian-siap-rampung-lebih-cepat, pada tanggal 15 April 2018
14
Proyek Strategis Nasional di akses melalui https://kppip.go.id/proyek-strategis-nasional/j-sektor-
bendungan/bendungan-karian/ pada tanggal 15 April 2018
8

bahwa dengan adanya bantuan dana proyek pembangunan

infrastruktur bendungan Karian-Serpong akan memberikan maanfaat

dalam pengedalian banjir dan penyediaan air minum untuk kawasan

industri dan potensi pembangkit energi listrik.

2. Bendungan Karian-Serpong akan memberikan manfaat dalam

meningkatkan penyedian air minum dan air baku untuk Kabupaten

Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang, Kabupaten

Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan wilayah provinsi DKI Jakarta

sebesar 9,1 m3/detik.

3. Sebagai penyediaan kebutuhan suplesi ke daerah irigasi dan

peningkatkan peluang sebagai lokasi pariwisata yang bisa

mendongkrak pengunjung domestik maupun mancanegara.


9

Gambar 1.1 Lokasi Pembangunan Bendungan Karian-Serpong

Keterangan:

Karian Dam

Jalur akses Karian-Serpong Conveyance System (KSCS)

Titik wilayah aliran bendungan Karian-Serpong

Keterangan:

Karian Dam

Jalur akses Karian-Serpong Conveyance System (KSCS)

Titik wilayah aliran bendungan Karian-Serpong

Sumber: http://wikimapia.org/28239004/waduk-karian
10

Pembangunan infrastruktur melalui Economic Development Cooperation

Fund pada tahun 2015-2019 difokuskan untuk lebih memantapkan

pembangunan Indonesia secara menyeluruh dengan menekankan pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya

alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan

teknologi yang terus meningkat, sehingga pada tahun 2020 mampu

mewujudkan masyarakat Indonesia mandiri, maju, adil dan makmur melalui

percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian

yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

A. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Mengingat begitu kompleksnya masalah dan berbagai fenomena yang

terjadi di seputar masalah penelitian sedangkan kemampuan peneliti dalam

pencarian data pada keterbatasannya, maka pembatasan masalah dalam

penelitian ini lebih menitikberatkan pada pelaksanaan program kerjasama

bilateral Indonesia dan Korea Selatan dalam pinjaman dana pembangunan

ekonomi berdasarkan MOU dan pelaksanaan Economic Development

Cooperation Fund untuk proyek bendungan karian di Kecamatan Rangkas

Belitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2016-2019


11

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam kerjasama bilateral ini adalah :

1. Bagaimana implementasi peminjaman dana pembangunan infrastruktur

bendungan Karian-Serpong antara Indonesia-Korea Selatan melalui

Economic Development Cooperation Fund?

2. Apa hambatan implementasi kerjasama pembangunan melalui

Economic Development Cooperation Fund dalam melaksanakan

pembangunan proyek bendungan Karian-Serpong di Banten?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menjelaskan implementasi pembangunan bendungan Karian-

Serpong antara Indonesia-Korea Selatan melalui economic development

cooperation fund.

b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan yang dihadapi oleh

pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam melaksanakan

pembangunan proyek bendungan Karian-Serpong di Banten.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak-pihak ataupun praktisi

Ilmu Hubungan Internasional yang berminat dalam mengkaji mengenai


12

Economic Development Cooperation Fund dan pembangunan ekonomi

suatu bangsa melalui infrastruktur.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi dan bahan kajian

bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan terutama

Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia dalam meningkatkan

hubungan bilateral melalui Economic Development Cooperation Fund.

C. Landasan Teori dan Konsep

1. Konsep Kerjasama Bilateral

Kerjasama bilateral sebagai suatu konsep yang berkaitan erat dengan


15
dinamika hubungan internasional. Menurut Plano pada dasarnya

kerjasama bilateral didefinisikan sebagai hubungan kerjasama yang terjadi

antara dua negara yang tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-

masing negara. Konsep kerjasama bilateral mengacu pada adanya suatu

hubungan kerjasama politik, budaya dan ekonomi antar dua negara.

Hubungan bilateral juga terbentuk melalui adanya kesepahaman antara dua

negara dengan memperhatikan kesamaan budaya, politik dan struktur

ekonomi untuk mencapai kepentingan nasional dalam politik luar negeri

nya masing-masing.

Menurut Devetak, George, dan Burke kepentingan nasional

didefiniskan sebagai berikut A notoriously plastic term that refers to the

15
D. Krisna, Kamus Politik Internasional, Grasindo, Jakarta, 1993, p. 18.
13

state's foreign policy aims. The national interest is said to be the same

regardless of the government in power, but different governments will hold

different ideological agendas and priorities, meaning that the national

interest will change according.16 Bahwasanya kepentingan nasional selalu

dimiliki oleh setiap negara dalam hubungan antar bangsa. Setiap negara

memiliki kepentingan nasional yang berbeda tergantung faktor yang

mempengaruhi negara baik secara historis, politik, ekonomi dan geografis.

Dalam kamus politik internasional, kerjasama bilateral merupakam

“suatu keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling

mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak

(dua negara)”. Kerjasama bilateral yang dimaksud adalah kerjasama

dibidang ideologi, politik, ekonomi, hukum, keamanan dan pembangunan.

Menurut Holsty 17 terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan

dalam kerjasama hubungan bilateral antara lain;

1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara.

2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung

berbagai tujuan.

3. Kredibilitas ancaman serta gangguan

4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan

5. Responsivitas di kalangan pembuat keputusan.

16
R. Deveta, J. George, & A. Burke, An Introduction to International Relation: Australian
Perspective, Cambridge University Press, Cambridge, 2001, p. 391
17
K. J. Holsti, International Politics, A Framework of Analysis, United States of America, Univ
sersity of Colombia, 1988, p. 434.
14

Terwujudnya kerjasama bilateral oleh kedua negara dimaksudkan

untuk mengatasi permasalahan dengan berusaha memecahkan masalah

sosial, ekonomi maupun politik. Konsep kerjasama bilateral ini digunakan

untuk memperkokoh kerjasama antara dua negara dengan menggunakan

pengaruhnya sehingga dapat mencapai tujuan nasional. Dalam membentuk

sebuah kerjasama bilateral setiap negara memiliki tujuannya masing-

masing, oleh karena itu setiap negara merumuskan sebuah kebijakan yang

dibuat oleh aktor elite politik yang memegang otoritas dalam politik

pemerintahan. Setiap pemerintah akan mengidentifikasi tujuan mereka

dengan mengelola cara-cara pencapaiannya melalui aksi politik atau

kebijakan luar negeri. Dengan demikian decision makers akan menetapkan

langkah kebijakan yang diambil melalui kerjasama bilateral maupun

multilateral.18 Kedua negara menganggap bahwa melalui kerjasama dapat

meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan baik dibidang

ekonomi, sosial maupun politik.

Hal serupa dijelaskan di dalam buku pengantar hubungan

internasional yang ditulis oleh Perwita dan Yani 19 dijelaskan bahwa

hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan

terbentuknya hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. Proses

hubungan bilateral juga dilatarbelakangi oleh 3 aspek yakni: memelihara

18
S. Ellis, Krauss & TJ. Pempel, Beyond Bilateralism: US-Japan Relation in the New Asia Pacific,
Stanford University Press, United States of America, 2004, p. 34.
19
Perwita & Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, 2005, p. 29.
15

kepentingan nasional, memeliharan perdamaian dan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi.

2. Konsep Bantuan Luar Negeri

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang

sering digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum bantuan luar

negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu

pemerintah ke pemerintah lain yang dapat berbentuk barang atau dana.

Dalam membahas bantuan luar negeri, pengertian bantuan luar negeri

diartikan oleh sejumlah pakar.

Dalam arti sempit, bantuan luar negeri diartikan oleh Robert

Gilpin dalam bukunya “The Political Economy of International

Relations” yakni bantuan luar negeri diartikan sebagai sejumlah

dana yang diberikan oleh negara yang relatif maju atau kaya kepada

negara yang secara ekonomi lebih miskin.20 Sedangkan dalam arti luas,

K.J. Holsti dalam bukunya “International Politics: Framework of

Analysis” mengartikan bantuan luar negeri sebagai transfer uang,

teknologi, ataupun nasehat-nasehat teknis dari negara donor ke negara

penerima.21

Secara historis, kebanyakan bantuan luar negeri telah diberikan

sebagai bantuan bilateral langsung dari satu negara ke negara lain. Para

donor juga memberikan bantuan secara tidak langsung sebagai bantuan

20
K.J. Holsti, International Politics : Framework of Analysis,(New Jersey, 1995), hal 180
21
Ibid. Hal 181
16

multilateral, di mana sumber dayanya berasal dari beberapa donor. 22

Terkait dengan kebijakan luar negeri yang memiliki nilai kepentingan

(interest) negara, maka salah satu bentuk kebijakan itu dapat dituangkan

dalam bentuk bantuan luar negeri.23

Bantuan luar negeri (foreign aid) didefinisikan sebagai semua jenis

bantuan yang diberikan oleh negara atau lembaga donor internasional, baik

berupa pinjaman atau hibah dengan persyaratan tertentu. 24 Bantuan ini

tidak hanya terbatas dalam bentuk material kebendaan saja, namun juga

bisa disalurkan dalam bentuk jasa.

Bantuan luar negeri tersebut digolongkan ke dalam tiga jenis

bantuan, yaitu: 25

1) Bantuan Program (Program Aid)

Bantuan Program (Program Aid) adalah bantuan berupa devisa

yang diperlukan untuk menutup kekosongan neraca pembayaran,

yang digunakan untuk mengimpor barang-barang yang diperlukan

masyarakat, seperti bantuan pangan dan komoditas.

2) Bantuan Proyek (Project Aid)

Project Aid adalah bantuan yang diberikan kepada

pemerintahan berupa valuta asing yang ditukarkan ke dalam mata

uang negara penerima dan digunakan untuk membiayai berbagai


22
Steven Radelet, A Primer for s Foreign Aid, (Working paper number 92, 2006), hal. 4
23
World Bank, Assessing Aid: What Works, What doesn‟t, and Why, (A World bank Policy
Research Report. Oxford: Oxford University Press. 1998), hal 7
24
John D. White, The Politics of Foreign Aid. (The Bodley Head. London, Sydney, Toronto.
1974), hal 188
25
Biro Perencanaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia,
Peluang dan Prosedur Pemanfaatan Bantuan Luar Negeri. 1999, hal 4
17

kegiatan proyek-proyek pembangunan baik dalam rangka

rehabilitasi, pengadaan barang atau peralatan dan jasa, serta

perluasan atau pengembangan proyek-proyek pembangunan baru.

3) Bantuan Teknik (Technical Assistance)

Bantuan yang diberikan adalah berupa tenaga ahli, pelatihan, dan

peralatan. Inti daripada bantuan teknik ini adalah

dimungkinkannya ahli teknologi, yakni dengan mengisi

kekosongan dalam bidang-bidang keahlian tertentu dan sekaligus

memindahkan keahlian para tenaga ahli internasional kepada

tenaga kerja di dalam negeri.

Negara pendonor maupun negara yang mendapatkan bantuan pada

dasarnya mendapatkan keuntungan dari serah terima bantuan yang

dilaksanakan. Bantuan luar negeri memiliki azas timbal balik, di mana

secara historis sulit untuk ditemukan fakta bahwa bantuan yang diberikan

hanya berdasarkan kebaikan negara pendonor semata. Alasan pemberian

bantuan oleh suatu negara atau institusi tertentu terutama ialah self- interest

politik, strategi dan ekonomi, sekalipun pada umumnya alasan itu berupa

moral atau kemanusiaan. 26 Jadi sulit ditemukan adanya bantuan yang

diberikan tanpa dilandasi oleh kepentingan.

Dalam konteks penelitian ini, jenis bantuan yang dimaksud adalah

bantuan berupa pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur

didefinisikan sebagai fasilitas kapital fisik dan termasuk juga kerangka

26
Yanuar Ikbar. Hal 190.
18

kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk

organisasi masyarakat dan pembangunan ekonomi masyarakat. Menurut

Familoni, pembangunan infrastruktur dibedakan menjadi 2 yaitu ;

infrastuktur ekonomi dan sosial. Infrastruktur ekonomi diantaranya sarana

publik seperti tenaga listrik, telekomunikasi, suplai air bersih, sanitasi dan

saluran pembuangan dan gas. Kemudian juga termasuk pula pekerjaan

umum, seperti jalan, kanal, bendungan, irigasi dan drainase serta proyek

transportasi seperti jalar kereta api, angkutan kota, waterway, dan

bandara.27 Sedangkan infrastruktur sosial mengacu kepada fasilitas dan

mekanisme yang menjamin pendidikan, kesehatan, pengembangan

masyarakat, distribusi pendapatan, pekerjaan, dan kesejahteraan

sosial.28

Bantuan infrastruktur Korea Selatan kepada Indonesia yang

digolongkan sebagai Project Aid dan Technical Assistence. Hal ini

dikarenakan bantuan yang diberikan oleh Korea Selatan digunakan untuk

pembiayaan proyek-proyek pembangunan sarana dan prasarana umum

Indonesia dan juga Korea Selatan tidak hanya memberikan dana untuk

pembangunan saja , tetapi juga membantu dalam hal lainnya.

Bantuan luar negeri merupakan konsep yang rumit. Terkadang

bantuan luar negeri bisa dilihat sebagai sebuah kebijakan, tetapi bukan

27
Tanjung Hapsari,” Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia,
(Universitas Uni Syarif Hidayatullah: Jakarta. 2011)
28
Gianpiero Torrisi, Public Infrastructure : Defenition, Classification, and Measurement Issues,
(University of Catania. 2009)
19

hanya kebijakan melainkan alat dari kebijakan.29 Kerumitan ini terjadi

ketika membahas mengenai mengapa suatu negara memberikan bantuan

luar negeri karena bantuan luar negeri tidak hanya dapat dijadikan sebagai

suatu ketergantungan negara-negara penerima tetapi justru merupakan

proses pembelajaran melalui proses modernisasi yang dinamis. Dalam

praktiknya, bantuan luar negeri tidak hanya menyangkut masalah ekonomi,

tetapi juga masalah politik yang sulit untuk dipisahkan demikian

bantuannya berbentuk pinjaman dalam artian negara yang mendapat

bantuan harus mengembalikannya. Implementasi peminjaman dana yang

ada di dalam bantuan luar negeri menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu penelitian bertujuan untuk

memberikan gambaran implementasi peminjaman dana kerjasama bilateral

antara Indonesia - Korea Selatan dalam meningkatkan pembangunan

ekonomi melalui Economic Development Cooperation Fund untuk

pelaksanaan proyek pembangunan bendungan Karian – Serpong di Banten.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu data primer dan

sekunder. Data primer merupakan data diperoleh secara langsung dari

29
Carol Lancaster, Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics. (Chichago: The
University of Chichago Press. 2007), hal 9.
20

Balai Bendungan Indonesia/Direktorat Jendral Sumber Daya Air

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sedangkan data

sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari sumber tidak langsung

yaitu dengan melakukan library research berupa buku-buku, jurnal,

makalah, surat kabar, artikel, dan internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah

telaah pustaka (library research) guna membantu dalam proses

penelitian. Library research yaitu pengumpulan data dengan menelaah

sejumlah literatur baik berupa buku-buku, jurnal ilmiah, dokumen, surat

kabar, makalah, internet dan artikel yang berkaitan dengan masalah

tersebut.

4. Teknis Analisis Data

Dari hasil pengumpulan data tersebut, kemudian diolah dengan

menggunakan menggunakan teknik kualitatif yaitu teknik yang

menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis atau terucapkan30

secara sistematis, dengan menafsirkan dan menghubungkan data yang satu

dengan lainnya yang memiliki hubungan saling berkaitan dan dianggap

dapat mendukung permasalahan yang sedang diteliti.

30
Catherine Cassell and Gillian Symon (eds), Qualitative Methods in Organizational Research,
London, Sage Publications, 1994, hal. 3 – 4.
21

F. Definisi Operasional

1. Kerjasama bilateral antara pemerintah Indonesia - Korea Selatan adalah

kerjasama dalam peminjaman dana proyek pembangunan infrastruktur

yang telah ditandatangani dalam Nota Kesepahaman/Memorandum Of

Understanding pada tanggal 30 Desember 2016. Dana tersebut akan di

implementasikan dalam bentuk pembangunan bendungan Karian-Serpong

di Banten melalui Economic Development Cooperation Fund dengan

jumlah dana sebesar 1.070 triliun. Dalam pembangunan fisik proyek ini

akan dikerjakan oleh perusahaan kontraktor PT. Daelim Industrial Co Ltd,

PT Wijaya Karya (WIKA) dan PT Waskita Karya (Pesero), serta gabungan

supervise PT Korea Rural Community Corporation dalam konsorsium

bersama Korea Rural Engineering Consultant Corp dan PT. Indra Karya,

PT. Wiratman, serta PT. Mettana. Untuk Progress pembangunan

bendungan hingga Januari 2018 sudah mencapai 47,83 persen.

2. Economic Development Cooperation Fund merupakan bentuk

peminjaman dana untuk negara berkembang dalam meningkatkan

pembangunan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan

ekonomi jangka panjang yang digunakan untuk meningkatkan hubungan

bilateral antara kedua negara dan meningkatkan pembangunan nasional

yang lebih baik melalui pembangunan infrastuktur yang dapat menurunkan

angka pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

berkelanjutan, serta mengurangi isu ketahanan pangan dan energi dalam

negeri.
22

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menurut keseluruhan yang disajikan dengan

tujuan mempermudah pemahaman terhadap proposal ini secara keseluruhan,

maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang pendahuluan yang menguruaikan latarbelakang

kerjasama bilateral di bidang pembangunan ekonomi, yaitu kerjasama yang

memiliki upaya dan peningkatan kepentingan yang sama, identifikasi

masalah yang berupa pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian dan teknik

pengumpulan data, dan defenisi operasional, serta diahiri dengan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas uraian atau informasi mengenai tema yang

dijadikan variabel bebas yaitu, konsep yang menjelaskan dan memprediksi

permasalahan tersebut. Pada bab ini, peneliti menguraikan tinjauan dari

hubungan bilateral indonesia dengan korea selatan serta gambaran umum

mengenai kerjasama Indonesia dan Korea Selatan di bidang pembangunan

ekonomi melalui proyek yang disetujui dalam Nota Kesepahaman atau

MOU.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan hingga

saat ini, permasalahan-permasalah dalam pembangunan proyek bendungan


23

karian di Banten dan uraian singkat mengenai pinjaman dana pembangunan

dari Economic Development Cooperation Fund.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dan pembahasan yang menguraikan secara rinci

analisis dari hasil simulasi yang telah dibuat. Diawali gambaran singkat

mengenai kerjasama pembangunan yang dilanjutkan dengan analisis simulasi

data dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir dari proposal ini yang memuat kesimpulan yang

diperoleh dari pembahasan terhadap hasil penelitian. Selanjutnya bab ini juga

memuat saran yang disusun berdasarkan kesimpulan. Saran ini merupakan

rekomendasi penulis dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada.


24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menganalisis dan membandingkan permasalahan

yang diangkat yakni kerjasama Indonesia-Korea Selatan dalam Pembangunan

bendungan Karian di Banten melalui Economic Development Cooperation Fund

tahun 2016 dengan tulisan yang dijadikan tinjauan pustaka di dalam penelitian ini.

Adapun tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah skripsi milik

Muh. Nizar Syarief yang berjudul “Kerjasama Indonesia-Korea Selatan di Bidang

Manufaktur”. Dalam bab ini selanjutnya akan dijelaskan tentang inti penelitian,

pandangan kritis, serta menjelaskan perbandingan mengenai perbedaan dan

persamaan dengan penelitian ini.

A. Inti Penelitian
31
Dalam tulisan yang diangkat oleh Muhammad Nizar Syarief ,

membahas mengenai kerjasama Indonesia-Korea Selatan di bidang

manufaktur. Penulis memaparkan bahwa, kerjasama antara Indonesia dan

Korea Selatan memiliki tujuan untuk saling menguntungkan. Kerjasama

antara kedua negara juga mengupayakan saling membantu untuk menuju

kesejahteraan bersama. Disisi lain investasi Korea Selatan ke Indonesia terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Investasi yang dilakukan tersebar ke

dalam beberapa sektor terkhususnya sektor manufaktur. Realisasi investasi

Korea Selatan terwujud melalui pendirian perusahaan-perusahaan berbasis

31
Syarief, Nizar Muhammad, Kerjasama Indonesia-Korea Selatan di Bidang Manufaktur,
Universitas Hasanudin (Skripsi), Makassar, 2016 hal. 28-77
25

maufaktur di beberapa wilayah di Indonesia. Bagi perusahaan manufaktur

Korea Selatan, Indonesia dianggap sebagai daerah investasi yang menarik.

Tercapainya suatu kerjasama antar kedua negara tidak terlepas dari

strategi yang dilakukan kedua negara untuk memaksimalkan kerjasama

tersebut. Korea Selatan dan Indonesia merupakan sebuah negara demokratis

dan pada umumnya negara demokratis memberikan ruang dan kebebasan

terhadap aktornya untuk melakukan berbagai bentuk interaksi dan hubungan

kerja. Salah satu hal yang mendasar dari kebijakan luar negeri Korea Selatan

ialah pasokan sumber daya alam berupa bahan baku, mineral, dan energi dari

negara-negara kaya akan sumber daya alam. Kesadaran kedua negara

terhadapa kelemahan dan kekuatan potensi yang dimiliki, menjadi pemicu

menjalin hubungan kerjasama dibidang manufaktur antar kedua negara.

Indonesia dan Korea Selatan sejak tahun 2006 sepakat untuk membentuk

deklarasi bersama kemitraan strategis (Joint Declaration on Strategic

Partnership to Promote Friendship an Cooperation between the Republic of

Indonesia and Republic of Korea in the 21st Century) pada tahun 2006. Joint

declaration meliputi 32 item kerjasama dikelompokkan ke dalam bidang

kerjasama ekonomi, sosial dan budaya, politik dan pertahanan, ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan hukum. Kerjasama kemitraan strategis itu

merupakan gerbang bagi kedua negara dalam memulai hubungan kerjasama

dibidang industri yang lebih intens.

Untuk mewujudkan kerjasama industri, maka kedua negara membentuk

beberapa kesepakatan yang saling terintegrasi dalam kerjasama kemitraan


26

strategis “Joint Declaration” yaitu dibentukkan Joint Task Force on

Economic Cooperation (JTF-EC) yang dikelola ke dalam Working Level Task

Force Meeting (WLTFM). Kerjasama kemitraan strategis dibidang industri

ini sangat terkait dengan investasi, perdagangan dan ekspor. Oleh sebab itu,

Indonesia sangat terbuka untuk investasi apa saja pada perushaan industri

Korea Selatan terutama perusahaan industri besar atau perusahaan MNC

Korea Selatan seperti POSCO, Samsung, LG, Hankook Tyre dan sebagainya.

Pada tanggal 29-30 September 2014 diadakan pertemuan ke-5 WLTFM di

Seoul, Korea Selatan. Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak sepakat

untuk mengakselerasi kerjasama bilateral dengan memprioritaskan 10 proyek

utama. Pada pertemuan ini dibentuklah WG (Working Group) yang

merupakan pengelompokan bidang-bidang kerjasama ekonomi termasuk

kedalam aspek industri ialah mencakup kerjasama dukungan kebijakan,

perdagangan dan investasi, teknologi informasi, riset dan pengetahuan, energi

dan sumber daya mineral, infrastruktur dan konstruksi, industri pertahanan

dan kehutanan.

Dengan masuknya investasi Korea Selatan ke Indonesia maka akan

mendorong perekonomian domestik Indonesia. Menindaklanjuti kesepakatan

tersebut maka kembali dibentuk sebuah kerjasama ekonomi yang juga terkait

dalam bidang industri kedua negara yaitu Indonesia-Korea Selatan

Comperehensive Economic Partnership (IK-CEPA) pada 2011. Kerjasama ini

dibentuk oleh kedua negara untuk memudahkan kerjasama terkhusus bidang

perdagangan dan investasi. Perundingan ini mencakup perluasan akses pasar


27

ke dan dari kedua negara, peningkatan investasi dan fasilitas perdagangan,

serta pengembangan kapasitas industri Korea Selatan ke Indonesia terutama

dalam masalah barang, jasa, investasi dan kerjasama.

Dalam perundingan telah dicapai suatu kesepakatan dimana telah

disepakati untuk dibentuk pilar utama untuk meningkatkan akses pasar

perdagangan barang dan jasa, fasilitas perdagangan dan investasi serta

cooperation termasuk capacity building. Meskipun perundingan ini masih

belum selesai, kedua negara saling mendukung dan bertekad satu sama lain

untuk segera menyelesaikan perundingan IK-CEPA dalam jangka waktu yang

tidak terlalu lama. Kesepakatan IK-CEPA akan menjadi payung kerjasama

bagi kedua negara dalam mewujudkan upaya peningkatan perdagangan

barang dan jasa investasi antara keduanya. Dari sisi Indonesia sendiri, IK-

CEPA tentunya merupakan suatu perundingan bilateral dengan subtansinya

adalah menargetkan masuknya investasi Korea Selatan.

Melalui metode kualitatif content analysis yaitu penelitian yang bersifat

pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak

dalam buku dan media masa terkait dengan topik yang dibahas. Penulis

berupaya untuk menganalisis mengenai peluang dan tantangan serta strategi

yang dilaksanakan oleh kedua negara untuk meningkatkan hubungan

kerjasama di bidang manufaktur, dimana di rumuskan dalam dua hal utama

sebagai hasil temuan dari penelitian Muhammad Nizar Syarief yakni:

1. Adanya Peluang dan tantangan dalam kerjasama Indonesia-Korea Selatan

dibidang manufaktur, dimana peluang merupakan salah satu kesempatan


28

untuk kedua negara dalam meningkatkan hubungan lebih erat antara dua

negara. Adapun peluang dalam hubungan kerjasama bilateral yaitu:

a. Indonesia memiliki sumber daya yang tinggi, potensi kekayaan

sumber daya alam Indonesia sangat melimpah seperti petrolum, timah,

gas alam, kayu, bauksit, tembaga, tanah yang subur, batu bara, emas

dan perak. Indonesia saat ini telah berubah dari perekonomiannya

yang sangat bergantung pada pertanian, menjadi negara yang

perekonomiannya lebih seimbang, dimana sektor manufaktur

(industri) kini lebih dominan dibanding sektor pertanian. Sumber daya

tersebut berasal dari luas wilayah yang cukup potensial yakni

1.904.569 km2 dengan jumlah populasi 255.993.674 juta jiwa.

b. Korea Selatan memiliki modal dan teknologi yang tinggi, kemajuan

teknologi yang diraih Korea Selatan tidak terlepas kerjasama antara

pemerintah dan lembaga-lembaga independen yang bergerak dalam

pengembangan kemajuan teknologi yang berjalan serasi. Industri

Korea Selatan tumbuh lebih dahulu kemudian menyediakan acuan

bagi perkembangan inovasi teknologi. Secara komparatif Korea

Selatan memiliki modal dan teknologi yang tinggi, sehingga antara

Indonesia dan Korea Selatan menunjukkan adanya hubungan yang

saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

c. Perluasan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, mengalirnya

investasi perusahan-perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur,

baik yang bersifat substitusi impor, berorientasi ekspor, padat karya,


29

maupun padat teknologi telah banyak memberikan keuntungan yakni

meningkatkan jumlah lapangan kerja serta penyerapan tenaga kerja.

Sedangkan, tantangan merupakan hambatan-hambatan yang

dihadapi oleh Indonesia maupun Korea Selatan dalam kerjasama dibidang

manufaktur. Adapun tantangan yang terdapat dalam kerjasama Indonesia

Korea Selatan dibidang manufaktur yaitu:

a. Perselisihan buruh Indonesia dengan pengusaha Korea Selatan.

b. Kemudahan berinvestasi di Indonesia masih rendah.

c. Ekspor Indonesia ke Korea Selatan menurun.

2. Strategi yang dilakukan oleh kedua negara dalam memaksimalkan

kerjasama dibidang manufaktur adalah melalui kemitraan strategis dalam

bentuk JTF-EC yang dikelola kedalam WLTFM sejak tahun 2011. Selain

itu kerjasama kedua negara juga dilakukan melalui IK-CEPA, mengingat

bahwa tidak ada negara yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya

sendiri dan harus bekerjasama dengan negara lain dalam pemenuhan

kebutuhannya dalam negerinya.

B. Pandangan Kritis

Dari tulisan Muhammad Nizar Syarief terdapat beberapa hal yang

menjadi kelebihan didalam karya tulisnya. Muhammad Nizar Syarief

menggambarkan mengenai strategi yang dilakukan oleh kedua negara dalam

memaksimalkan kerjasama dibidang manufaktur, melalui kemitraan strategis


30

dalam bentuk JTF-EC yang dikelola kedalam WLTFM dan kerjasama kedua

negara juga dilakukan melalui IK-CEPA dipengaruhi oleh beberapa peluang

dan tantangan serta strategi yang secara komparatif Korea Selatan memiliki

modal dan teknologi yang tinggi, sehingga menunjukkan adanya hubungan

yang saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Dari segi kelengkapan

data penjelasan yang disampaikan oleh Muhammad Nizar Syarief dilengkapi

catatan penting dan data mengenai proses kerjasama manufaktur antara kedua

negara. Disini, Muhammad Nizar Syarief menggunakan konsep kerjasama

bilateral dan teori keunggulan komparatif (Comparative Advantage) sebagai

tolak ukur dalam menganalisis dimana teori atau konsep ini merupakan

konsep yang dinilai tepat dalam menganalisis beberapa hal yang menjadi

peluang dan tantangan serta strategi kerjasama Indonesia - Korea Selatan

dibidang manufaktur, sehingga hal ini menjadi kekuatan dalam tulisan beliau.

Namun dilihat dari segi sistematisasi penulisan Muhammad Nizar

Syarief kurang sistematis dalam menjabarkan karya tulisnya. Seperti halnya

banyak pertanyaan dari rumusan masalah yang dijawab terlebih dahulu

sebelum bab pembahasan, Seperti halnya dalam bab III beliau memaparkan

jawaban atas rumusan masalahnya yakni strategi kerjasama Indonesia-Korea

Selatan di bidang manufaktur yaitu dilakukan melalui kemitraan strategis

dalam bentuk JTF-EC yang dikelola kedalam WLTFM sejak tahun 2011 dan

kerjasama kedua negara juga dilakukan melalui IK-CEPA. Beberapa sumber

yang terdapat dalam tulisan Muhammad Nizar Syarief pun kurang terpercaya
31

seperti halnya data yang diambil melalui website pribadi dan bukan website

resmi sehingga hal ini menjadi kekurangan didalam tulisan beliau.

C. Perbandingan Penelitian

Setelah meninjau penelitian diatas, terdapat persamaan dan perbedaan

yang ditemukan dari karya tulis Muhammad Nizar Syarief, dengan penelitian

yang penulis teliti.

1. Persamaan

a. Ditinjau dari level analisis, karya tulis yang ditinjau dengan penelitian

penulis, sama-sama menggunakan level analisis negara dan negara atau

korelasionis. Model analisis korelasionis dimana tingkat unit eksplanasi

dalam pemikiran ini, yaitu kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan

dalam strategi untuk meningkatkan kerjasama bilateral dan dampak

hubungan untuk dalam negeri.

b. Masing-masing karya tulis dan penelitian, menggunakan konsep yang

sama, yaitu kerjasama bilateral. Kerjasama bilateral ini merupakan

strategi yang dilaksanakan oleh kedua negara untuk meningkatkan

hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

2. Perbedaan

a. Karya tulis Muhammad Nizar Syarief, memfokuskan penelitian di

bidang manufaktur terkait sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan

teknologi. Sedangkan peneliti, memfokuskan penelitian di bidang

infrastruktur terkait peminjaman dana pembangunan bendungan Karian


32

di Banten melalui Economic Development Cooperation Fund yang

diberikan oleh Korea Selatan untuk Indonesia sebagai bentuk kerjasama

bantuan Luar Negeri.

b. Karya tulis Muhammad Nizar Syarief, menggunakan teori keunggulan

komparatif (Comparative Advantage) sebagai bentuk kerjasama

Indonesia-Korea Selatan saling melengkapi. Indonesia memiliki sumber

daya alam yang melimpah dan tenaga kerja yang murah dan Korea

Selatan memiliki modal serta teknologi yang diperlukan dalam industri

manufaktur. Sedangkan peneliti, menggunakan konsep bantuan luar

Negeri sebagai langkah kebijakan dengan dasar proyek strategis

nasional yang tertuang dalam peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016

tentang percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional untuk

pembangunan infrastruktur.
33

BAB III

GAMBARAN UMUM

Adapun distrubusi bantuan luar negeri yang diberikan oleh Korea Selatan

kepada Indonesia diharapkan dapat mempercepat dalam penyelesaian

pembangunan infrastruktur yang merupakan langkah kebijakan dengan dasar

proyek strategis nasional. Dalam bab ini akan dijelaskan dengan lebih lanjut

sejarah hubungan bilateral dan kerjasama Indonesia-Korea Selatan yang berfungsi

sebagai dasar pijakan penelitian ini, bendungan Karian-Serpong sebagai salah satu

proyek strategis nasional yang menjadi unit eksplanasi dalam penelitian ini, serta

peminjaman dana melalui EDCF untuk pembangunan proyek infrastruktur

bendungan Karian yang menjadi unit analisis.

A. Sejarah Hubungan Bilateral dan Kerjasama Indonesia-Korea Selatan

Hubungan Indonesia dan Korea Selatan pada awalnya merupakan

hubungan yang lemah dimana kedua negara ini merupakan korban perang

dingin yang pada waktu itu memiliki ideologi yang berbeda. Korea Selatan

yang terbagi dua segera digolongkan ke dalam warnanya masing-masing oleh

ideologi yang berlainan. Sedangkan Indonesia, dibawah kepemimpinan

Presiden Soekarno, tidak mau digolongkan ke dalam Dunia Timur maupun

dunia barat. Dalam hal itu, Korea Selatan yang pro Amerika Serikat dan
34

dunia barat tidak bisa menjalin hubungan diplomatik yang mulus dengan

Indonesia di masa Bung Karno.32

Hubungan kenegaraan antara Korea Selatan dan Indonesia telah

berjalan selama lebih dari empat dasawarsa sejak kedua negara telah

menandatangani persetujuan pembukaan hubungan diplomatik kenegaraan

tingkat konsuler pada bulan Mei 1966. Persetujuan tersebut ditindaklanjuti

dengan pembukaan kantor Konsulat Jendral Korea di Jakarta pada tanggal 1

Desember 1966 dan diikuti dengan pembukaan Konsulat Jendral Indonesia di

Seoul pada tanggal 1 Juni 1968. Sebagai langkah pertama dimulainya

hubungan kenegaraan resmi antara Korea Selatan dan Indonesia, hubungan

diplomatik tingkat konsuler membuka banyak kesempatan bagi kedua negara

untuk bekerja sama di berbagai bidang demi tercapainya kepentingan suatu

negara. Seiring dengan semakin meningkatnya hubungan kedua negara maka

ditingkatkan ke tingkat diplomatik penuh pada tanggal 18 September 1973.33

Hubungan antara kedua negara ini mengalami perkembangan yang

sangat cepat dan meluas dalam berbagai bidang ekonomi, politik, sosial,

budaya dan pertahanan yang semakin erat. Sejarah hubungan bilateral kedua

negara dimulai dengan peningkatan hubungan ekonomi dan tentunya

berdampak pada peningkatan hubungan politik. Bersama dengan adanya

peningkatan hubungan Korea Selatan dan Indonesia dibidang politik,

hubungan kerjasama ekonomi pun mengalami peningkatan yang cukup pesat.

32
Yang Seung-Yoon, “4O Tahun hubungan Indonesia-Korea Selatan”, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, 2005, hal 47
33
Noor Rahmah, “diplomasi kebudayaan korea selatan melalui film dan drama” Jakarta :
universitas Islam Negeri”, 2013 hal. 2
35

Hubungan kerjasama ekonomi ini dimanfaatkan oleh kedua negara untuk

saling mengisi satu sama lain, yaitu keunggulan Indonesia dalam hal sumber

daya alam, tenaga kerja serta pasar yang luas dan aktif dapat melengkapi

keunggulan Korea Selatan dalam hal modal dan teknologi yang memadai,

maupun sebaliknya.

Dalam proses selanjutnya, hubungan kedua negara di bidang

kebudayaan muncul sebagai salah satu dari hubungan dalam bidang ekonomi

dan politik. Sejalan dengan semakin banyaknya kalangan bisnis kedua negara

yang masuk ke wilayah negara lain, jumlah turis dan angka bidang pariwisata

pun meningkat. Banyaknya warga negara Korea Selatan yang tinggal di

Indonesia dan warga Indonesia di Korea Selatan mendorong berjalannya

proses hubungan timbal-balik di bidang kebudayaan antara masyarakat kedua

negara, yang kemudian semakin berkembang sampai pada tingkat lembaga

dan pemerintah. Hubungan bilateral kedua negara diberbagai bidang

mengalami pasang surut. Sejak awal tahun 1980 Korea Selatan telah

membina kerjasama nyata dengan negara-negara Asia Tenggara, terutama

Indonesia walaupun ekonomi dunia menitikberatkan pada wilayah dan

mengarah pada pembentukan blok regional yang luas, Korea Selatan terus

berusaha menghadapinya dengan keunikan politik dan ekonominya, termasuk

permasalahan antarKorea yang sangat rumit. Dalam hal itu, bagi Korea

Selatan, Indonesia menjadi negara terpenting di Kawasan Asia


36

Tenggara,bukan hanya berdasarkan alasan ekonomi saja, tetapi juga

berdasarkan alasan politik internasional dan keamanan.34

Hubungan Korea Selatan dan Indonesia selama ini telah mengalami

peningkatan berbagai kontak dan pertukaran pejabat tinggi dari tahun 1966

sampai tahun 1970 antara lain ditandai dengan pertemuan Ketua DPR

Indonesia dan Ketua Parlemen Korea Selatan, menteri luar negeri, pejabat-

pejabat tinggi militer dari tiap-tiap negara. Dalam selang waktu tahun 1970-

1975, Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Perdagangan dan

Perindustrian Korea Selatan juga aktif melakukan pertemuan. Hal tersebut

tentu saja mempertinggi tingkat saling ketergantungan antara kedua negara.

Interaksi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Korea Selatan dan

Indonesia pada masa kini, misalnya dalam pertukaran personel dalam wujud

kunjungan kerja, pertukaran delegasi budaya dan olah raga, turis dan para

pakar, juga meningkat dengan pesat selama periode tahun 1980-an.

Pada pertengahan tahun 1990-an, hubungan Korea Selatan-Indonesia di

bidang politik dan ekonomi mengalami penurunan yang cukup drastis dengan

adanya pergantian pemerintahan di kedua negara, yakni dari pemerintahan

berbasis militer menjadi pemerintahan sipil ditambah dengan kondisi

ekonomi yang krisis di kedua negara dalam waktu yang hampir bersamaan,

hal tersebut membuat pemerintah kedua negara sibuk mengurusi negara

masing-masing sehingga munculnya ketidakjelasan sikap dari masing-masing

negara hal ini tentunya mengakibatkan penurunan hubungan antar kedua

34
Ibid hal 78
37

negara. Meskipun telah terajadi perubahan dalam dua negara, keduanya tetap

menyadari keuntungan pengembangan politik yang saling menguntungkan

dengan adanya pertemuan para pejabat tinggi pemerintah Indonesia telah

membuat hubungan kedua negara kembali ke arah positif dimana dimulai

pada tahun 2000 kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke Korea Selatan

selanjutnya Presiden Kim Dae-Junh dan Presiden Abdurrahman Wahid dapat

bertemu kembali pada bulan Oktober di Seoul dalam acara penyelenggaraan

Koferensi Tingkat Tinggi Asia-Europe Metting (KTT ASEM) ke-3. Kedua

negara pun kembali melakukan pertemuan di Jakarta pada bulan desember

tahun 2000.35

Pada 4 Desember tahun 2006 hubungan kerjasama Indonesia dan Korea

Selatan ditingkatkan dengan kemitraan strategis yang ditandai dengan

penandatanganan Joint Declaration between the Republic of Indonesia and

the Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote Friendship and

Cooperation in the 21st Century oleh Presiden RI Soesilo Bambang

Yudhoyono dan Presiden Korsel Roh Moo Hyun. Joint Declaration

mencakup tiga pilar kerjasama, yaitu kerjasama politik dan keamanan,

kerjasama ekonomi dan Pembangunan, perdagangan dan investasi, dan

kerjasama sosial budaya. Selanjutnya Kunjungan Presiden ROK, Lee Myung-

bak pada tanggal 6-8 Maret 2009 juga menghasilkan sejumlah perjanjian

kerjasama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MOU) di bidang

35
Ibid, Hal. 80
38

pendidikan, riset dan teknologi, dan kehutanan, Letter of Intent (LOI) di

bidang pertahanan, dan peminjaman dana pembangunan ekonomi.36

Sejak diberlakukannya Joint declaration tersebut, investasi dan

perdagangan antar kedua negara terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Untuk mewujudkan pilar kerjasama ekonomi, perdagangan dan

investasi, kedua negara setuju untuk membentauk Indonesia-Korea Joint Task

Force on Economic Cooperation (JTF-EC) yang telah menyelenggarakan

pertemuan tahunan sejak tahun 2007. Pada tahun 2011, Indonesia-Korea JTF-

EC direvitalisasi menjadi Working Level Task Force Meeting (WLTFM) yang

melakukan pertemuan dua kali setahun untuk mengakomodasi perkembangan

yang signifikan dalam kerjasama ekonomi kedua negara. Pertemuan pertama

WLTFM telah dilaksanakan di Bali pada tanggal 18-19 Mei 2011. 37

Terbinanya hubungan ekonomi yang erat selama bertahun-tahun diantara

kedua negara telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

perekonomian Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM)

mencatat, pada periode 22 Oktober 2014 hingga 4 Desember 2015, minat

investasi Negeri Ginseng yang teridentifikasi mencapai 16 milliar dollar.38

Selain hubungan bilateral langsung, kedua negara secara aktif

berpartisipasi dalam organisasi-organisasi regional maupun global (ARF,

36
DPR-RI, “Laporan Kunjungan Kerja Komisi I DPR-RI Seoul, Busan Republik Korea Selatan
30Desember2011”,dalamhttp://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K1_kunjungan_Laporan_Kunjun
gan_Kerja_Komisi_I_DPR_RI_ke_Korea_Selatan,_26-30_Desember_2011.doc , diakses tanggal
8 September 2018 pukul 20.30 WITA
37
Yang Seoun Yoon, Ibid Hal. 80
38
Republika, “Menjaring Investasi Korea Selatan”, diunggah 04 Januari 2016 dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/16/01/04/o0ezc829-menjaring-investasi-korea-
selatan, diaksestanggal 20 Septeber 2018 pukul 15.21 WITA
39

APEC, ASEAN, ASEM, Non Blok, PBB) yang berfungsi sebagai wadah lain

bagi kedua negara mempererat hubungan kedua negara serta memberikan

sumbangsi terhadap masyarakat internasional dibalik kedekatan hubungan

politik kedua negara. Mekanisme bilateral yang ditempuh oleh kedua negara

ialah dengan berbagai cara, dengan bentuk-bentuk komisi dan forum

kerjasama yang beragam. Seperti Joint Commision, Working level task force,

Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF), Indonesia-Korea Forestry Forum,

Commision on Cultural Cooperation, Join committe and logistic meeting,

Indonesia-Korea Ocean and Fisheries Forum. Dalam rangka memperkokoh

hubungan dan kerjasama bilateral Indonesia dan Korea Selatan, pada tanggal

18 Desember 2015 di Seoul diadakan the 2nd Joint Commission Meeting

(JCM) ke-2 antara Indonesia dan Korea Selatan. Pertemuan JCM merupakan

implementasi kesepakatan antara Presiden Jokowi dan Presiden Park Gun-hye

dalam pertemuan bilateral di Busan pada 11 Desember 2014. 39 Yang

sebelumnya telah dilakukan JCM pertama pada Pada 9 Juni 2006.

Dalam pertemuan tersebut Indonesia menekankan agar pembangunan

kapal selam ke-3 dapat dilakukan di Indonesia dengan skema joint section

plus. Indonesia juga menyampaikan harapannya agar Korea Selatan dapat

membeli lebih banyak pesawat militer/sipil buatan Indonesia, CN 235 serta

meng-upgrade 12 CN 235 yang dimiliki Republic of Korea Aircraft

(ROKAF) serta Pertemuan sepakat untuk perkuat kerjasama di bidang

39
Kemlu,”Indonesia- Korea Selatan Selenggarakan Joint Commission Meeting ke 2 untuk Lebih
Perkokoh Kerjasama Bilateral”, diunggah 18 Desember 2015 dalam
http://www.kemlu.go.id/seoul/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Indonesia--Korea-Selatan-
Selenggarakan-Joint-Commission-Meeting-ke-2-untuk-Lebih-Perkokoh-Kerjasama-Bilateral.aspx,
diakses pada tanggal 8 September 2018 pukul 18.04 WITA
40

maritim baik dalam kerangka kerjasama bilateral maupun regional. Indonesia

mengharapkan agar kedua negara dapat bekerjasama dalam

mengimplementasikan 5 (lima) pilar kerjasama maritim sebagaimana

dimandatkan pada EAS Summit di Kuala Lumpur.40 Korea Selatan berminat

untuk mengembangkan kerjasama maritim dengan Indonesia khususnya

untuk pembangunan galangan kapal, dan pembangunan Kesatuan Penjaga

Pantai. Saat ini Korea Selatan sedang melakukan studi yang mendalam

mengenai potensi kerjasama maritim kedua negara.

Hasil studi ini akan menjadi dasar bagi peningkatan kerjasama maritim

kedua negara. Meningkatnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut

antara lain didukung oleh sifat komplementaritas sumber daya dan

keunggulan yang dimiliki masing-masing disamping proses kemajuan

ekonomi dan politik kedua negara yang sangat baik yang membuka peluang

kerja sama di berbagai sektor semakin terbuka lebar. Bagi Indonesia, Korea

Selatan menawarkan peluang yang baik sebagai sumber modal/investasi,

teknologi dan produk-produk teknologi dan menjadi alternatif sumber

teknologi khususnya di bidang heavy industry, IT dan telekomunikasi.

Di lain pihak, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup

"robust" dalam dekade terakhir menawarkan peluang pasar yang sangat besar,

sumber alam/mineral, dan tenaga kerja. Hubungan bilateral Indonesia dan

Korea Selatan merupakan salah satu contoh hubungan kenegaraan yang

40
KbriSeoul, “Indonesia dan Korea Selatan Selenggarakan joint commission meeting ke-2 untuk
lebih perkokoh kerjasama bilateral” dalam,http://www.kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-
01-21-22-49-05/berita-terkini/544-indonesia-korea-selatan-selenggarakan-joint-commission-
meeting-ke-2-untuk-lebih-perkokoh-kerjasama-bilateral, di akses 8 September 19.38 WITA
41

sangat kokoh. Hal tersebut ditandainya dengan pesatnya kerjasama antar

kedua negara sejak tahun 1978, serta tingginya tingkat ketergantungan satu

sama lain yang membuat kedua negara merasa perlu untuk meningkatkan

kerjasama secara terus menerus.

B. Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dibidang Pembangunan

Infrastruktur

Hubungan kerjasama Indonesia dan Korea Selatan sudah sejak lama

terkait dalam sebuah koneksi yang saling menguntungkan. Relasi itu semakin

dipererat ketika Mentri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menjadi

Utusan Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan ke

Seoul pada Februari 2011 silam. Pada kesempatan itu, keduanya membahas

perkembangan proyek kerjasama antar perusahaan Indonesia dan Korea

Selatan, antara lain pembangunan pabrik baja Posco dengan Krakatau Steel.

Selain itu, di acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dan KTT

Asia Timur dibahas mengenai keikutsesrtaan Korea Selatan dalam proyek

jembatan Selatan Sunda. Mereka juga berkeinginan untuk mengembangkan

Multiple Industries Cluster (Industri Klaster Terpadu) di Kalimantan pada

sektor manufaktur pangan, mineral, dan pelabuhan. Kerjasama yang

mengarah pada investasi Korea Selatan dalm proyek–proyek Master Plan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPE3I) ini

terus dimatangkan kedua belah pihak melalui serangkaian perundingan

teknis. Salah satunya adalah penandatanganan sembilan nota kesepahaman


42

(MOU) kedua negara dalam lanjutan Joint Task Force di Bali pada tanggal

18 Mei 2011 yang dihadiri langsung oleh Mentri Ilmu Pengetahuan Ekonomi

Korea Selatan yaitu Choi Jung Kyung.

Selama ini hubungan ekonomi merupakan salah satu hubungan yang

peningkatannya banyak dipengaruhi oleh penigkatan hubungan bidang

politik. Bersama dengan adanya peningkatan hubungan Indonesia-Korea

Selatan di bidang politik, hubungan kerjasama ekonomipun mengalami

peningkatan yang cukup pesat. Hubungan kerjasama ini dimanfaaatkan oleh

kedua negara untuk saling mengisi satu sama lain, yaitu keunggulan

Indonesia dalam hal sumber daya alam, tenaga kerja, serta pasar yang luas

dan aktif, dapat melengkapi keunggulan Korea Selatan dalam hal modal dan

teknologi yang memadai, demikian juga sebaliknya.41

Meningkatnya hubungan dan kerjasama bilateral tersebut antara lain di

dukung oleh sifat komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang

dimiliki masing-masing, disamping proses kemajuan ekonomi dan politik

kedua negra yang sangat baik membuka peluang kerjasama di berbagai sektor

semakin terbuka lebar. Bagi Indonesia, Korea Selatan menawarkan peluang

yang baik sebagai sumber modal atau investasi, teknologi dan produk-produk

teknologi. Korea Selatan menjadi alternatif sumber tekhnologi khususnya di

bidang Heavy Industri, IT, dan Telekomunikasi. 42 Di lain pihak, Indonesia

dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam dekade terahir menawarkan

41
Hubungan Indonesia-Korea Selatan, 2011. http://www.neraca.co.id/article/6523/hubungan-
indonesia-dan -korea-selatan Diakses pada tanggal 20 Septeber 2018.
42
Arifin Multazam, 2010. Diplomasi Pertahanan Indonesia Terhadap Korea Selatan Periode
2006-2009. Skripsi, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia.
43

peluang pasar yang sangat besar, sumber alam atau mineral, dan tenaga kerja.

Pada pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dan Presiden Park Geun

Hye pada 11 Desember 2014 43 . Kedua pemimpin sepakat yaitu untuk

menghidupkan kembali Joint Commisision Meeting (JCM) pada tingkat

Menlu kedua negara dan pertemuan akan dilaksanakan pada tahun 2015.

Pertemuan JCM ini mencatat perdagangan kedua negara yang terus

menurun tahun 2014 tercatat sebesar USD 23,7 milyar. Untuk itu, disepakati

langkah-langkah yang baru dan kreatif serta mmengintensifkan komunitas

kedua negara dalam mendorong penyelesaian ASEAN-ROK FTA (ASEAN

Republic Of Korea) dan dimulainya kembali perundingan Indoneia-Korea

Selatan Comperehensive Economic Partnership (IK-CEPA).

Di bidang investasi, minat investor Korea Selatan di Indonesia masih

cukup tinggi dan investasi Korea Selatan pada tahun 2015 di bulan Januari

sampai September menduduki urutan empat investor terbesar di Indonesia.

Kedua Menteri menyambut baik ditandatangani MoU kerjasama untuk

promosi Investasi Korea Selatan di Indonesia antara Kepala BKPM dan

Woori Bank, Korea Selatan. Kerjasama diharapkan dapat membantu dalam

mendorong perusahaan Korea Selatan untuk menanamkan modalnya di

Indonesia. Korea Selatan menyampaikan minatnya untuk berpartisipasi dalam

proyek pembangunan tenaga listrik 35 ribu megawatt dan harapkan dukungan

Pemerintah terhadap rencana dimaksud.

43
KBRI Seoul-Hubungan Bilateral, 2014. “Hubungan Bilateral Indonesia-Korea Selatan”.
http://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN- BILATERAL.aspx Diakses pada tanggal
17 Februari 2017
44

Di bidang keuangan, pertemuan menyambut baik pendirian Bank BNI di

Seoul, ROK. Bank BNI merupakan Bank Indonesia yang pertama kali

membuka cabang di ROK. Indonesia mengharapkan bantuan dan dukungan

ROK agar kegiatan Bank BNI dapat berjalan lancar. 44 Dengan adanya

mekanisme JCM ini maka lebih mudah bagi kedua negara untuk memantau

perkembangan kerjasama kedua negara dan menindaklanjuti kesepakatan

yang disetujui pada tingkat Leader. Sebagai tindak lanjut kesepakatan

Pemimpin kedua negara, selanjutnya telah menyepakati untuk melaksanakan

Joint Commission Meeting (JCM) ke-2 di Seoul pada 18 Desember 2015.

Hubungan dan kerjasama yang erat juga terlihat di berbagai forum global,

regional, yang menjadi kepentingan bersama. Sementara itu untuk bidang

kerjasama pembangunan, Indonesia adalah mitra terbesar ke 6 kerjasama

pembangunan dari 120 negara.

Korea Selatan akan terus memperkuat kerjasama pembangunan di

berbagai bidang antaralain ekonomi sosial, administrasi publik, lingkungan

hidup, dan pengelolaan sumber daya alam. Dalam kaitan ini, kedua negara

diharpakan dapat segera menyelesaikan Framework Agreement (FA)

Economic Development Cooperation Fund (EDCF) untuk periode 2016-2020

sebagai dasar bagi peningkatan kerjasama pembangunan kedua negara.45

44
Indonesia-Korea Selatan Selenggarakan Joint Commission Meeting Ke-2 untuk Lebih Perkokoh
Kerjasama Bilateral, 2015. Http://kemlu.go.id/seoul/id/berita-perwakilan/Pages/Indonesia--Korea-
Selatan-Selenggarakan-Joint-Commission-Meeting-ke-2-untuk-Lebih-Perkokoh-Kerjasama -
Bilateral.aspx Diakses pada tanggal 4 Maret 2017.
45
Ibid.
45

1. Analisis permasalahan dalam pembangunan proyek bendungan

Karian

Pembangunan waduk merupakan salah satu bentuk pelestarian atau

konservasi terhadap sumber daya air, seperti yang tercantum dalam

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan pasal 1 ayat

2 yang menyebutkan bahwa “penyelenggaraan pembangunan dan

pengelolaan bendungan beserta waduknya dilaksanakan sebagai upaya

konservasi sumberdaya air”. Waduk itu sendiri adalah bendungan yang

dibuat sengaja oleh manusia dengan maksud untuk menampung air yang

nantinya dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Sedangkan menurut Notohadiprawiro (2001 : 1) “Waduk merupakan suatu

piranti untuk membenahi daur hidrologi atau neraca air suatu wilayah

sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan penduduk”.

Rencana pembangunan bendungan Karian merupakan suatu bentuk

kongkrit Pemerintah Kabupaten Lebak dalam menggalakan pelestarian dan

konservasi sumberdaya air. Lahan yang akan dipergunakan dalam

pembangunan bendungan Karian terdiri dari lahan milik masyarakat dan

lahan milik pemerintah, lahan milik masyarakat terdiri dari sawah,

pemukiman, tegalan dan kebun, sedangkan lahan milik pemerintah terdiri

dari tanah kehutanan, jalan, dan sungai. Sebagian besar lahan yang akan

dipergunakan dalam pembangunan bendungan Karian ini adalah lahan

milik masyarakat, yang mana nantinya lahan ini akan dibebaskan atau

menjadi hak milik pemerintah, tentunya bagi masyarakat yang lahannya


46

digunakan untuk pembangunan bendungan Karian nantinya akan

dibebaskan dan mendapat biaya ganti rugi dari pemerintah.

Penggunaan lahan milik masyarakat sebagai area pembangunan

bendungan secara langsung akan memberikan suatu dampak bagi

masyarkat itu sendiri, selain akan kehilangan tempat tinggalnya mereka

juga akan kehilangan lapangan pekerjaanya, karena sebagian besar lahan

yang digunakan dalam pembangunan. Bendungan Karian ini adalah lahan

yang digunakan oleh masyarakat untuk mencari nafkah, seperti lahan

pertanian dan lahan perkebunan, sehingga bagi masyarakat yang bermata

pencaharian di sektor pertanian dan perkebunan harus bersiap diri dengan

kemungkinan beralih mata pencaharian ke sektor lain. Tidak sedikit

masyarakat yang akan terkena dampak langsung dari pembangunan

bendungan Karian ini.

Suatu proses pembangunan diharapkan dapat berdampak positif

bagi masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri dari setiap pembangunan

juga dapat memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu

dalam melaksanakan suatu pembangunan khususnya pada pembangunan

bendungan Karian ini perlu memperhatikan berbagai aspek guna

mengsukseskan pembangunannya, salah satu aspek yang perlu

diperhatikan adalah aspek kesiapan dari masyarakat itu sendiri, khususnya

pada masyarakat desa Pasir tanjung. Salah satu upaya yang bisa dilakukan

untuk mempersiapkan masyarakat adalah dengan cara meningkatan

Sumber Daya Manusia, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat


47

mengenai dampak dan manfaat yang akan dihasilkan dari pembangunan

bendungan Karian nantinya, dengan cara mensosialisasikannya ke

masyarakat. Selama ini faktor ketidaksiapan masyarakat setempat sering

dijadikan alasan yang dikemukakan sebagai penyebab ketidak berhasilan

suatu pembangunan.

Kesiapan masyarakat desa Pasir Tanjung dalam menghadapi rencana

pembangunan bendungan Karian baik secara mental, pengetahuan dan

keterampilan menjadi aspek yang perlu diperhatikan dengan serius,

karena aspek kesiapan dari masyarakat dapat menimbulkan suatu

permasalahan, yang nantinya dapat menghambat dari pembangunan

bendungan Karian. Oleh sebab itu dalam suatu pembangunan perlu

direncanakan dengan baik dan benar-benar memperhatikan berbagai

aspek yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sehingga prsoes

suatu pembangunan dapat mengsukseskan, dan dapat meminimalisir

dampak negatif yang mungkin bisa terjadi dari pembangunan tersebut,

serta dapat memberikan suatu manfaat terutama bagi masyarakat setempat

dan bukan merugikan mereka.

2. Peminjaman dana pembangunan proyek bendungan dari Korea

Selatan

Di dalam kebijakan EDCF, kepentingan nasional yang utama adalah

confidence building dengan negara penerima, memperkuat pengaruh di

masyarakat internasional, dan meningkatkan perekonomian nasional


48

melalui upaya mendukung perusahaan Korea Seatan, dan lain-lain.7

Seperti sudah disampaikan, EDCF adalah bantuan pembangunan

infrastruktur untuk negara -negara berkembang sebagai alat diplomasi

yang sangat efektif bagi negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi

besar, khususnya bagi negara-negara yang tidak bisa secara leluasa

menggunakan kekuatan militernya untuk mendapatkan pengaruh dalam

politik internasional. Korea Selatan membuat kebijakan yang

memungkinkan baik Korea maupun negara-negara penerima dapat

mengembangkan perekonomian mereka. Untuk lebih jelasnya, kategori

EDCF Korea dan skema proses formulasi keputusan proyek

Pembangunan Bendungan Karian-Serpong di Indonesia dapat dilihat pada

Gambar 2 dan 3 di halaman berikut.


49

Skema 1.2 Kategori Peminjaman Dana Korea Selatan

Bantuan pembangunan
Hibah Infrastruktur bendungan
Karian-Serpong

Kerjasama Pengiriman tenaga


Teknis kerja ahli
Bantuan Resmi
Pembangunan Bantuan Bilateral Kerjasama Studi pembangunan
(ODA) teknis dan penyediaan
bertipe peralatan
proyek

.
Pinjaman dana proyek
melalui EDCF

Pinjaman ODA
Penjadwalan
kembali utang-utang

Sumber: Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan. Http://www.bpkp.god/


50

Tabel 1.3 Skema Proyek Pembangunan Bendungan Karian-Serpong

LOAN BAPPENAS EDCF EXIM


BANK

T I E

KOICA
T/C SEKKAB/ EDCF

BAPPENAS

D P N

KOICA
LOAN EDCF EDCF

Sumber: Olahan Penulis

Keterangan :

1. TD atau Technical Department adalah departemen teknis yang

merupakan devisi yang bertanggung jawab untuk evaluasi teknis,

interpretasi, dan implementasi EDCF dan lainnya, serta pengawasan

organisasi yang diakui dengab memberikan dukungan internal dan

eksternal dalam pembangunan bendungan.

2. T/C atau Technical Cooperation adalah kerjasama teknis yang

mencakup semua yang digunakan untruk menggambarkan bantuan

EDCF untuk negara berkembang.


51

3. SEKKAB atau Sekretaris Kabinetyang memberikan dukungan

pengelolaan mananjemen kabinet dalam menyelenggarakan

pemerintahan.

4. BAPPENAS atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional adalah

kementerian yang memiliki tugas menyelenggarakan urusan

pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional untuk

membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.

5. EDCF atau Economic Deveopment Cooperation Fund ialah bentuk

peminjaman dana untuk negara berkembang dalam meningkatkan

pembangunan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan

ekonomi jangka panjang yang digunakan untuk meningkatkan

hubungan bilateral antara kedua negara dan meningkatkan

pembangunan nasional yang lebih baik melalui pembangunan

infrastuktur yang dapat menurunkan angka pengangguran dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, serta

mengurangi isu ketahanan pangan dan energi dalam negeri.

6. EXIM BANK yang menyediakan pinjaman EDCF untuk proyek-

proyek model yang berhasil diselesaikan KOICA (dibawah kendali

Kementerian Keuangan dan Ekonomi MOFE)

7. KOICA atau Korea International Cooperation Agency sebagai

bagian dari kerjasama teknis, mengimplementaqsikan program studi

pembangunan yang merupakan jenis layanan konsultasi mengenai

perencanaan dan proyek pembangunan di berbagai bidang.


52

8. EN atau Exchange of Notes atau perjanjian dengan mempertukangan

dua dokumen yang kemudian di tandangani (MOU)

9. IP atau Implementation of the Project yaitu menjalankan kegiatan

yang dijelaskan dalam rencana kerja.

Mengacu pada Gambar 1.3 di atas, aktor utama yang terlibat pada

proyek pembangunan ODA Korea Selatan adalah EDCF sebagai

koordinator kebijakan ODA secara umum . EDCF banyak terlibat pada

proyek pinjaman (loan project), dengan agen pelaksanaan di lapangan

KOICA dan EXIM BANK of Korea adalah dua lembaga penguat

kerjasama yang diamanatkan untuk mengeluarkan pinjaman EDCF.

Implementasi proyek dilakukan oleh oleh perusahaan kontraktor PT.

Daelim Industrial Co Ltd, PT Wijaya Karya (WIKA) dan PT Waskita

Karya (Pesero), serta gabungan supervise PT Korea Rural Community

Corporation dalam konsorsium bersama Korea Rural Engineering

Consultant Corp dan PT. Indra Karya, PT. Wiratman, serta PT. Mettana46.

46
Waduk Karian, di akses melalui http://poskotanews.com/2017/10/04/jokowi-pembangunan-
waduk-karian-dipercepat-juni-2018-diharapkan-rampung/ pada tanggal 15 September 2018
53

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bantuan luar negeri yang disebut juga sebagai bantuan pembangunan

adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan pemerintah untuk

mencapai tujuan kebijakan luar negeri dan mempererat hubungan antar negara.

Hal ini membuat negara maju dan negara berkembang seperti Indonesia untuk

melakukan kerjasama peminjaman dana pembangunan. Bagi Indonesia, dana

pembangunan ini dapat memberikan pertumbuhan bagi negara penerima donor

serta meningkatkan pembangunan infrastruktur.

Pada bab IV ini akan dianalisis mengenai proses peminjaman dana

pembangunan infrastruktur yang merupakan jenis bantuannya ialah Project Aid

yang bersifat Loans dan Technical Assistance yang bersifat bantuan berupa tenaga

ahli dari negara pendonor, hal-hal apa saja yang menjadi hambatan kerjasama

pembangunan melalui Economic Development Cooperation Fund sehingga

bermuara pada rumusan implementasi pinjaman dana pembangunan infrastruktur

serta hambatan implementasi kerjasama Economic Development Cooperation

Fund dalam melaksanakan proyek bendungan Karian di Banten.

A. Implementasi Pinjaman Dana Economic Development Cooperation Fund

untuk Proyek Bendungan Karian.

Hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan sudah berlangsung

sejak lama dan terus meningkat terutama dalam pembangunan infrastruktur.


54

Korea Selatan sebagai mitra utama pembangunan infrastruktur bilateral

Indonesia dalam suatu kerangka kerjasama kemitraan yang telah disepakati

melalui penandatanganan Joint Declaration between the Republic of

Indonesia and the Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote

Friendship and Cooperation in the 21st Century oleh Presiden RI Soesilo

Bambang Yudhoyono dan Presiden Korsel Roh Moo Hyun. Joint Declaration

mencakup tiga pilar kerjasama, yaitu kerjasama politik dan keamanan,

perdagangan dan investasi, dan kerjasama sosial budaya, serta kerjasama

ekonomi dan pembangunan dengan bantuan berupa tenaga ahli dalam

pembangunan infrastruktur bendungan Karian serta memberikan dana

bantuan yang dapat dikelola dengan instansi terkait pemerintah negara yang

bersangkutan.

Untuk mendukung kebijakan ini, melalui Economic Development

Coopration Fund (EDCF) untuk memberikan concessional loans 47 kepada

negara berkembang, salah satu organisasi yang bertujuan untuk mencapai

kepentingan ODA bilateral Korea Selatan yaitu mengembangkan hubungan

kerjasama yang saling menguntungkan dan membangun ekonomi dan sosial

di negara penerima bantuan. Sistem ODA Korea Selatan dibawahi dalam

Kemitraan Strategis dan Keuangan, jenis bantuan ODA yang diberikan

47
Concessional Loans merupakan fasilitas pinjaman dengan syarat-syarat pelunasan ringan,
tingkat suku bunga rendah dan berjangka waktu panjang; fasilitas ini diberikan oleh bank
pembangunan multilateral dan bilateral untuk pembiayaan proyek pembangunan di negara-
negara berkembang. Pinjaman lunak tersebut berjangka waktu panjang sampai dengan 50 tahun,
selama masa tenggang hanya membayar bunga dan biaya pelayanan, negara berkembang dengan
pendapatan perkapita rendah dan negara berkembang yang mempunyai masalah dalam neraca
pembayaran akan memperoleh fasilitas dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari jadwal
pembayaran yang lebih ringan.
55

berupa pinjaman (loans) ini dalam bentuk pinjaman melalui EDCF (di bawah

Export-Import Bank Of Korea).

Selain itu, pemberian bantuan EDCF hingga ke pelosok daerah seperti

ini tentu menguntungkan bagi pihak pemerintah Korea Selatan dalam

mempertahankan sistem politik, investasi, ekonomi dan sosial serta

menstabilkan kebijakan pemerintahan negara penerima bantuan sehingga

menguntungkan bagi pemerintah Korea Selatan. Saat ini kolaborasi kedua

negara ini diwujudkan dalam proyek pembangunan bendungan Karian senilai

1 triliun yang pendanaannya sebagian pinjaman Pemerintah Korea, dengan

skema pendanaan pembangunan bendungan Karian-Serpong sebesar 51%

ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan melalui EDCF dan sebesar 49%

ditanggung oleh pemerintah Indonesia.48

Pinjaman dana loan melalui EDCF merupakan pinjaman lunak dengan

bunga hanya 2% dan jangka waktu cukup lama yakni 20 tahun. Total dari

keseluruhan dana yang dibutuhkan dalam proyek ini terbilang cukup besar,

yakni 1 triliun. Pemerintah Korea Selatan menggunakan K-Water sebagai

lembaga pelaksana bantuan Korea Selatan dalam bentuk kerjasama teknik,

sedangkan bentuk pinjaman atau loan dilakukan melalui KOICA yang

merupakan penggabungan dua badan kerjasama internasional yaitu EDCF

(Economic Development Cooperation Fund) dan EXIM (Export Import

Bank). Akhirnya, Pemerintah melalui BAPPENAS menyetujui proyek ini

48
Bendungan, “Karian-Serpong” Banten, di akses melalui http://knibb-inacold/index.php/id, pada
tanggal 20 Juni 2019
56

untuk direalisasikan. Kemudian, BAPPENAS menyerahkan proyek ini

kepada bidang terkait yakni Kementerian Pekerjaan Umum, untuk selanjutnya

dikerjakan oleh perusahaan kontraktor PT. Daelim Industrial Co Ltd, PT

Wijaya Karya (WIKA) dan PT Waskita Karya (Pesero), serta gabungan

supervise PT Korea Rural Community Corporation dalam konsorsium

bersama Korea Rural Engineering Consultant Corp dan PT. Indra Karya, PT.

Wiratman, serta PT. Mettana.

Gambar 1.4

Skema mekanisme bantuan dan pelaksanaan pembangunan bendungan Karian

Kemenpupr Implementasi pembangunan


Infrastruktur bendungan
Karian-Serpong

PT. Wijaya PT. Waskita


Karya Karya

Kerjasama bilateral Penandatangan PT. Indra PT. Wiratman


INDO-KORSEL MOU Karya dan PT. Mettana

.
Kontraktor PT. Daelim
Industrial Co Ltd

K-Water
PT. Korea Rural
Community Corporation
Sumber : Olahan Penulis
57

Proyek studi ini merupakan bantuan proyek (project aid) yaitu fasilitas

pembiayaan berupa pemberian dana secara langsung melalui pinjaman lunak

(pemberian dana dengan kewajiban untuk mengembalikan berdasarkan

kesepakatan yang disetujui sebelumnya) dan proyek bantuan teknis (technical

assistance) yang diimplementasikan oleh Kemenpupr bersama dengan K-

water. Jenis bantuan proyek peminjaman dana luar negeri yang di maksudkan

adalah mekanisme dan prosedur pendanaan dalam rangka pembangunan

bendungan dan rekonstruksi wilayah Banten mengikuti prosedur baku

pendanaan sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang nomor 17 tahun

2003 tentang keuangan negara dan undang-undang nomor 1 tahun 2004

tentang perbendaharaan serta aturan pelaksanaan yang terkait dengan undang

undang.49

Aturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam tata cara pinjaman luar

negeri juga terdapat dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri

Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua

Bappenas No.185/KMK.03/1995-No. 031/Ket/5/1995 tanggal 5 Mei 1995

tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan dan Pemantauan

Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja negara. Perencanaan suatu usulan proyek yang akan

menggunakan pinjaman luar negeri dilakukan dengan memperhatikan

beberapa faktor diantaranya adalah : (i) keselarasan dengan prioritas sektoral

sesuai dengan program nasional, (ii) kelayakan lokasi proyek dengan

49
Anonim, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air: Data Daerah Aliran Sungai,
http://sda.pu.go.id:10001/sda-data. Diakses pada 14 Juni 2019
58

perencanaan regional, (iii) sinkronisasi dengan proyek/program lain, (iv)

pemenuhan ketentuan yang disyaratkan oleh lembaga donor, (v) kelayakan

nilai proyek serta alokasi pembiayaan untuk setiap kategori, (vi) ketersediaan

dana pendamping, (vii) kesiapan instansi/daerah pelaksana proyek, (viii)

menghindari overlaping proyek, (ix) sustainability project (O&M), (x)

evaluasi kinerja pinjaman yang ada di setiap instansi/daerah pengusul, dan

(xi) persyaratan pinjaman jika pinjaman diteruskan kepada BUMN/

BUMD/Daerah.50

Penerusan pinjaman ke daerah diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan No: 35/07/ Tahun 2003 tentang Perencanaan,

Pelaksanaan/Penatausahaan, dan Pemantauan Penerusan Pinjaman Luar

Negeri ke Pemerintah Daerah serta mengacu pada UU No.32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Prosedur mengenai tata cara

perencanaan pinjaman luar negeri disajikan dalam bentuk bagan alir pada

Gambar 1.5. Penjelasan mengenai tahapan mekanisme pinjaman luar negeri

tersebut adalah sebagai berikut:51

1. Usulan proyek yang dinilai layak untuk mendapatkan Pinjaman

Luar Negeri oleh Direktorat PLNM dan Direktorat

Sektoral/Regional serta disetujui oleh Deputi sektor terkait dan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan untuk

50
Evaluasi kinerja pinjaman dana luar negeri di akses melalui
https://sidongayah.blogspot.com/2014/01/mengakses-dana-hibah-dan-pembiayaan.html pada
tanggal 12 September 2019
51
Mekanisme pendanaan dan pelaksanaan pembangunan Karian Banten , di akses melalui
.pu.go.id/v5/dok/NUWSP_ESMF_IND_Final_18Okt2017.pdf pada tanggal 12 september 2019
59

mendapatkan persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan,

Deputi Pendanaan atas nama Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan menyampaikan usulan kepada negara donor

dengan tembusan kepada Menteri Keuangan (Langkah 6 dan

7).

2. Lembaga donor melakukan appraisal terhadap usulan proyek

yang diajukan oleh Deputi Pendanaan dengan melibatkan

instansi pelaksana/daerah, instansi pengusul dan instansi terkait

lainnya (Langkah 8 dan 9).

3. Terhadap usulan proyek tersebut, Direktorat PLNM melakukan

kick off meeting sebagai pertemuan awal dalam rangka

koordinasi persiapan pelaksanaan proyek. Kick off meeting ini

melibatkan Bappenas, Departemen Keuangan, instansi

pengusul dan instansi terkait lainnya (Langkah 10).

4. Setelah appraisal selesai dilakukan, Direktorat PLNM/instansi

pengusul mengadakan pertemuan wrap-up dengan melibatkan

semua pihak-pihak yang terkait (Langkah 10).

5. Hasil dari pertemuan wrap-up tersebut menjadi bahan untuk

proses negosiasi, yang dihadiri oleh Lembaga Donor,

Bappenas, Depkeu, Departemen/LNPD pelaksana proyek dan

instansi terkait lainnya (Langkah 11 dan 12).

6. Draf NPPHLN yang dihasilkan dari negosiasi tersebut dibahas

oleh Direktorat PLNM, Direktorat Sektoral, Departemen


60

Keuangan dan instansi pengusul. NPPHLN sebagai hasil

pembahasan kemudian ditandatangani oleh Dirjen Anggaran

atas nama Menteri Keuangan dengan lembaga donor (Langkah

13). 52

52
UN-Water.Water Security for Indonesia - Korea selatan di akses melalui
http://www.unwater.org/topics/water-PLNM.security.com pada tanggal 12 september 2019
61
62

Selanjutnya, jenis bantuan teknis yang dimaksudkan adalah studi

pengembangan yang bertujuan untuk mendukung perumusan berbagai

rencana pengembangan seperti peningkatan produksi pertanian,

pengembangan kualitas sumber daya manusia, dan lain-lain.53

Dalam implementasi pembangunan bendungan Karian baik itu oleh

pihak Korea Selatan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun

masyarakat, tentunya terdapat tantangan dan hambatan antara lain:

keterlibatan masyarakat belum didukung penuh oleh pemerintah, kurangnya

transparansi dalam alokasi bantuan, daya dukung lingkungan semakin

terbebani oleh pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, interpretasi UU No. 7

Tahun 2004 tidak mendorong pengembangan dan kerjasama antar daerah

dalam penyediaan air, kebijakan yang memihak kepada masyarakat miskin

masih belum berkembang, PDAM tidak dikelola dengan prinsip

kepengusahaan, keterbatasan pembiayaan mengakibatkan rendahnya

investasi, kelembagaan pengelolaan air yang sudah ada tidak memadai lagi

dengan perkembangan saat ini, kemitraan dalam penyediaan air bersih kurang

berkembang serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang kelestarian air.

Pinjaman Korea Selatan melalui ECDF adalah bentuk bantuan yang

menyaratkan pengembalian dengan bunga dan batas waktu tertentu,

pemberian bantuan pinjaman dana bersifat loans. Korea Selatan melalui


53
Anonim, Official Development Assistance Definition and Coverage
http://www.oecd.org/dac/stats/officialdevelopmentassistancedefinitionandcoverage.htm. Diakses
pada 9 september 2019 15:30 WITA
63

EDCF kepada pemerintah Indonesia merupakan salah satu dari bentuk

implementasi hubungan bilateral antar kedua negara. Dalam kerjasama

bilateral untuk peminjaman dana ada hambatan implementasi proyek

pembangunan bendungan Karian di Banten. Tahun 2016, pemerintah

Indonesia menjalin kerjasama dengan KOICA melalui EDCF dengan

menandatangani MoU terkait proyek bendungan karian di Banten, yang

dinamai dengan program Korea-Indonesia.

Di dalam kebijakan EDCF, kepentingan nasional yang utama adalah

confidence building dengan negara penerima, memperkuat pengaruh di

masyarakat internasional, dan meningkatkan perekonomian nasional melalui

upaya mendukung perusahaan Korea Seatan, dan lain-lain.7 Seperti sudah

disampaikan, EDCF adalah bantuan pembangunan infrastruktur untuk negara

-negara berkembang sebagai alat diplomasi yang sangat efektif bagi negara-

negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar, khususnya bagi negara-

negara yang tidak bisa secara leluasa menggunakan kekuatan militernya

untuk mendapatkan pengaruh dalam politik internasional. Korea Selatan

membuat kebijakan yang memungkinkan baik Korea maupun negara-negara

penerima dapat mengembangkan perekonomian mereka.

Setelah penandatanganan antara Indonesia dan Korea, kemudian

dilakukan evaluasi program ternyata ada dua faktor hambatan yang terdapat

dalam proyek bendungan karian. Pertama, masalah teknis terkait kondisi

geografis, kurangnya SDM, dan birokrasi yang panjang. Kedua masalah non
64

teknis terkait hambatan sosial seperti persepsi masyarakat yang menganggap

bahwa penggunaan lahan merugikan masyarakat lantaran kawasan tersebut

adalah sumber penghasilan dalam melakukan aktivitas bertani. KOICA

melalui EDCF kemudian melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah

hambatan tersebut, untuk masalah teknis KOICA melakukan hal – hal seperti

melakukan input teknologi, pembuatan embung, pelatihan dan pembekalan

bagi staf lingkungan, mempersingkat birokrasi untuk mempermudah akses

registrasi. Sedangkan untuk non-teknis KOICA melalui EDCF melakukan

sosialisasi secara intensif terhadap masyarakat dan pelembagaan norma adat

yang ditandatangani oleh ketua, sekertaris Desa Tanjung Pasir, Kepala

Tanjung Pasir, dan Camat Tanjung Pasir.54

B. Hambatan Implementasi Pembangunan bendungan karian dalam

peminjaman dana EDCF

Pembangunan waduk merupakan salah satu bentuk pelestarian atau

konservasi terhadap sumber daya air, seperti yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan pasal 1 ayat 2 yang

menyebutkan bahwa “penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan

bendungan beserta waduknya dilaksanakan sebagai upaya konservasi

sumberdaya air yang nantinya dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan

54
Proyek implementasi pembangunan Karian Dam Banten tahun 2016-2020 di akses melalui
https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/12/05/30/nasional/umum/12/12/1
8/ekonomi/keuangan/13/10/29/ekonomi/keuangan/13/11/22/nasional/jawa-barat-
nasional/13/12/09/ekonomi/bisnis/13/09/12/mt01j9-waduk-karian-tetap-dibangun pada tanggal 20
Juni 2019
65

hidup manusia dan membenahi daur hidrologi atau neraca air suatu wilayah

sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan penduduk. 55

Rencana pembangunan bendungan Karian merupakan suatu bentuk

kongkrit Pemerintah Kabupaten Lebak dalam menggalakan pelestarian dan

konservasi sumberdaya air. Lahan yang akan dipergunakan dalam

pembangunan bendungan Karian terdiri dari lahan milik masyarakat dan

lahan milik pemerintah, lahan milik masyarakat terdiri dari sawah,

pemukiman, tegalan dan kebun, sedangkan lahan milik pemerintah terdiri

dari tanah kehutanan, jalan, dan sungai. Sebagian besar lahan yang akan

dipergunakan dalam pembangunan bendungan Karian ini adalah lahan milik

masyarakat, yang mana nantinya lahan ini akan dibebaskan atau menjadi hak

milik pemerintah, tentunya bagi masyarakat yang lahannya digunakan untuk

pembangunan bendungan Karian nantinya akan dibebaskan dan mendapat

biaya ganti rugi dari pemerintah.56

Penggunaan lahan milik masyarakat sebagai area pembangunan

bendungan secara langsung akan memberikan suatu dampak bagi masyarkat

itu sendiri, selain akan kehilangan tempat tinggalnya mereka juga akan

kehilangan lapangan pekerjaanya, karena sebagian besar lahan yang

digunakan dalam pembangunan. Bendungan Karian ini adalah lahan yang

digunakan oleh masyarakat untuk mencari nafkah, seperti lahan pertanian dan

55
Proyek Startegis Nasional dalam pembangunan bendungan karian-banten di akses melalui
https://www.ekon.go.id/berita/print/bendungan-karian-proyek.3385.html pada tanggal 21 Juni
2019
56
Karian Dam (pembangunan bendungan wilayah strategis Indonesia) di akses melalui
https://properti.kompas.com/read/2018/11/24/202839521/butuh-rp-2-triliun-bangun-bendungan-
karian-1740-hektar pada tanggal 24 Juni 2019
66

lahan perkebunan, sehingga bagi masyarakat yang bermata pencaharian di

sektor pertanian dan perkebunan harus bersiap diri dengan kemungkinan

beralih mata pencaharian ke sektor lain. Tidak sedikit masyarakat yang akan

terkena dampak langsung dari pembangunan bendungan Karian ini. Suatu

proses pembangunan diharapkan dapat berdampak positif bagi masyarakat,

namun tidak dapat dipungkiri dari setiap pembangunan juga dapat

memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam

melaksanakan suatu pembangunan khususnya pada pembangunan bendungan

Karian ini perlu memperhatikan berbagai aspek guna mengsukseskan

pembangunannya, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek

kesiapan dari masyarakat itu sendiri, khususnya pada masyarakat desa Pasir

tanjung.57

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat

adalah dengan cara meningkatan Sumber Daya Manusia, serta memberikan

pemahaman kepada masyarakat mengenai dampak dan manfaat yang akan

dihasilkan dari pembangunan bendungan Karian nantinya, dengan cara

mensosialisasikannya ke masyarakat. Selama ini faktor ketidaksiapan

masyarakat setempat sering dijadikan alasan yang dikemukakan sebagai

penyebab ketidak berhasilan suatu pembangunan.

Kesiapan masyarakat desa Pasir Tanjung dalam menghadapi rencana

pembangunan bendungan Karian baik secara mental, pengetahuan dan

keterampilan menjadi aspek yang perlu diperhatikan dengan serius, karena

57
Prospek pembanguan bendungan Karian Dam banten dalam kemitraan Strategis di akses melalui
https://economy.okezone.com/read/2019/01/10/320/2002714/rampung-oktober-2019-bendungan-
karian-alirkan-air-dari-banten-hingga-jakarta pada tanggal 25 Juni 2019
67

aspek kesiapan dari masyarakat dapat menimbulkan suatu permasalahan,

yang nantinya dapat menghambat dari pembangunan bendungan Karian. Oleh

sebab itu dalam suatu pembangunan perlu direncanakan dengan baik dan

benar-benar memperhatikan berbagai aspek yang berhubungan dengan

kehidupan masyarakat sehingga proses suatu pembangunan dapat

mengsukseskan, dan dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin bisa

terjadi dari pembangunan tersebut, serta dapat memberikan suatu manfaat

terutama bagi masyarakat setempat dan bukan merugikan mereka. Sehingga

dalam mengatasi hambatan untuk pembebasan lahan di wilayah proyek telah

dilakukan sejak tahun 2008 dan pembangunan jalan akses menuju lokasi

bendungan telah dimulai pada tahun 2010. Melalui proses pemenuhan kriteria

kesiapan dan negosiasi pinjaman, akhirnya Perjanjian Pinjaman

ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea pada 30

Desember 2016.
68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melalui uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa kerjasama bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan

melalui Economic Development Cooperation Fund untuk proyek

pembangunan bendungan Karian mengalami perkembangan yang baik,

dimana pembangunan ini telah mencapai 52% pada November 2018.

Keberadaan Korea Selatan sebagai negara yang memiliki perkembangan

dalam pembangunan infrastrukturnya, berkaitan dengan perkembangan

Infrastuktur pembangunan bendungan di Indoensia. Kerjasama Indonesia dan

Korea Selatan sudah berkembang melalui Investasi di beberaapa perusahaan

Industri di beberapa wilayah Indonesia, khususnya Banten yang saat ini

menjadi upaya kerjasama bantuan dana yang bersifat Loan untuk

pembangunan bendungan melalui EDCF.

Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa area prioritas yang menjadi

kepentingan kedua belah pihak. Menciptakan tata kelola pemerintah yang

efesien dan transparan, pengelolaan sumber daya, pembangunan

berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur ekonomi menjadi kegiatan

prioritas kerjasama pembangunan bilateral dengan Korea Selatan.

Beragamnya kegiatan prioritas dalam kerjasama pembangunan bilateral

tersebut menunjukan bahwa pendanaan pembangunan bilateral tidak hanya


69

berfungsi sebagai pembiayaan pembangunan, namun juga menjadi instrument

untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kapasitas pembangunan

ekonomi, dan kapasitas kelembagaan pemerintah untuk mendukung fungsi-

fungsi yang diembannya. Mengingat pembangunan nasional belum

sepenuhnya dapat mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk

peningkatan kapasitas nasional, pendanaan pembangunan bilateral masih

tetap dibutuhkan.

Implementasi pembangunan infrastruktur yang baik seperti bendungan

untuk mendukung ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi

tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah

pusat, pemerintah daerah, pemerintah kabupaten/kota, swasta dan masyarakat.

Sehingga nantinya tidak lama lagi masyarakatlah yang akan mengambil

manfaat langsung dari pembangunan infrastruktur tersebut. Patut menjadi

perhatian bersama yaitu peningkatan kinerja tampungan air melalui

pembangunan bendungan/waduk baru dan peningkatan jaringan irigasi baru.

Disinilah peran pemerintah dalam meningkatkan kedaulatan pangan,

bersama air dan energi tidak lain merupakan jati diri dan martabat bangsa,

maka tidak ada alas an lain bagi Indonesia untuk menunda pencapaiannya dan

bendungan karian bisa selesai lebih cepat apabila tidak ada hambatan dalam

pembebasan tanah dan kondisi geologi yang tidak sulit dikerjakan. Memang

kendala umum yang sering terjadi dalam pembangunan bendungan adalah

masalah lahan.
70

B. Saran

Melalui penelitian ini dapat diajukan saran bagi para pemangku

kebijakan bahwa kerjasama luar negeri memiliki peranan penting dalam

mewujudkan kepentingan nasional suatu negara. Ini disebabkan kepentingan

suatu negara sifatnya adalah tidak terbatas, sedangkan sumber daya yang

dimiliki suatu negara sifatnya adalah terbatas. Lebih dari itu, kerjasama

memiliki peranan penting sebagai strategi dalam menangani perkembangan

aspek kehidupan dalam konteks ketahanan pangan sumberb daya air.

Pembangunan bendungan menunjukan bahwa kerjasama bantuan dana

pembangunan Korea Selatan akan membentuk suatu daerah yang memiliki

industri dengan kapasitas kebutuhan ketersedian air yang cukup serta akan

mampu menarik investasi asing, Berkaitan dengan kasus hambatan dalam

pembebebasan lahan, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang proseedur

dalam penyelesaian pembebasan lahan yang tidak menimbulkan koflik dan

menghambat dalam penyelesaian pembangunan bendungan tersebut.

Diharapkan nantinya perkembangan pembangunan bendungan Karain dapat

mengembangkat kota Banten dan perindustrian serta mampu menarik

beberapa Investasi dengan negara lain.


71

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A.W. Solichin, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang Press, 2008)

Holsti,KJ.Politik Internasional, Kerangka Untuk Dianalisis, Jilid II, Terjemahan

M.Tahrir Azhari, (Jakarta Erlangga, 1988).

Juwondo. 1991.Hubungan Bilateral : Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press.

Perwita, A.A. Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Riant Nugroho, Public Policy: Dinamika Kebijakan-Analisis Kebijakan-

Manejemen Kebijakan, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011)

William N. Dunn, Public Policy Analysis; an Introductoin (Analisis Kebijakan

Publik), terjemahan (Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya, 2003)

132.

PUBLIKASI

Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Sumber

Daya Air. Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan. Mater 2003.

Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Direktorat

Sungai, Danau, Dan Waduk. Pedoman Grouting Untuk Bendungan.

Desember 2005. Jakarta.


72

Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Banten Triwulan II 2015.

Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2015-2025 Tahun

2015.

SITUS

Bilateral RI-Korsel http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/indokor (diakses

tanggal 15 September 2017) .

Bendungan,http://sda.pu.go.id/wiki/index.php?title=Bendungan_Karian&oldid=1

231", diakses pada tanggal 25 september 2017.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional: Strategi Pengembangan Kerjasama

Pembangunan Bilateral 2015-2019”, diakses

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file\filedigital/159384-

%5BKonten_%5D-Konten%20D102.pdf diakses pada 8 Febuari 2018.

BPS Banten. 2018. Geografi dan Iklim. Diakses melalui

http://lebakkab.bps.go.id. Pada tanggal 25 April 2019

Kemenlu, Hubungan Bilateral Republik Indonesia - Korea Selatan,

Diaksesmelaluihttp://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGANBIL

ATERAL.aspx,pada tanggal 15 september 2017.

Kementerian Bilateral Republik Indonesia Seoul, kerjasama ekonomi, di akses

melalui http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-07-15-02

52/ekonomi, pada tanggal 15 Agustus 2017.

Pembangunan Bendungan, “Karian-Serpong”, di akses melalui http://knibb-

inacold/index.php/id, pada tanggal 15 Agustus 2017.


73

Pembangunan berkelanjutan dalam politik luar negeri indonesia, terdapat dalam

http://sri-harinifisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-161273, pada 15

september 2019

Progress pembangunan infrastruktur bendungan karian-serpong, di akses melalui

https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3827444/bendungan-karian-siap

rampung-lebih-cepat, pada tanggal 15 April 2018

Proyek Strategis Nasional di akses melalui https://kppip.go.id/proyek-strategis-

nasional/j-sektor-bendungan/bendungan-karian/ pada tanggal 15 April

2018

Skema Bantuan Keuangan Economic Development Cooperation Fund.

http://kemlu.go.id/_layouts/mobile/PortalDetailPressReleaseLike.aspx?ld

&ItemId=9b468fbc-0f22-4e72-a929-4041d0dc1938, pada 15Agustus

2017.

Saluran Air Baku dan Air Bendungan Karian-Serpong, di akses melalui

ttp://sda.pu.go.id/wiki/index.php?title=Bendungan_Karian-Serpong&old.

id=231", diakses pada tanggal 25 september 2017.

Waduk Karian, melalui http://poskotanews.com/2017/10/04/jokowi-

pembangunan-waduk-karian-dipercepat-juni-2018-diharapkan-rampung/

pada tanggal 15 April 2018


74
75
76
77
78
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai