Anda di halaman 1dari 4

DEVELOPMENT COOPERATION

Challenges of the New Aid Architecture


by Stephan Klingebiel

Kelompok 5:
Vinolla Sekar - 14050120130054
Diandra Paripurna Mukti - 14050120120009
Hilda Kusuma Kenya Vania - 14050120110027
Sherry Amara Budianjani - 14050120140034
Alifa Nasya Ramadhani - 14050120130047
Alyaa Hasna Syifa - 14050120120016

A. What Is Development Cooperation?


1.1.1 Definition
Kerjasama pembangunan merupakan kerjasama yang memiliki tujuan untuk membantu
negara-negara dalam upaya mencapai kemajuan sosial dan ekonomi. Tujuan lain dari kerjasama
pembangunan yakni mengejar tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam bidang ekonomi.
Di sisi lain, para donor dalam kerjasama ini biasanya memiliki minat yang jelas dalam membantu
negara-negara dalam proses pembangunan mereka. Selain itu, para donor juga telah
menetapkan aturan, khususnya dalam kerangka Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD) yang memiliki komite pembangunan sendiri dan Komite Bantuan
Pembangunan (DAC) yang ditugaskan dengan tugas terkait pembangunan. Adapun beberapa
kriteria yang harus dipenuhi jika bantuan internasional ingin diakui sebagai kerja sama
pembangunan, yaitu:
● Bantuan harus diberikan untuk negara-negara berkembang;
● Bantuan tersebut harus kondusif bagi pembangunan ekonomi atau peningkatan taraf hidup;
● Bantuan harus berupa hibah atau pinjaman lunak.

1.1.2 Scale of Development Cooperation


Terdapat beberapa cara untuk menentukan skala kerjasama pembangunan yang bisa
dilihat dari berbagai perspektif dalam menilai kontribusi donor dan pentingnya sumber daya
tersebut bagi negara berkembang. Pada tahun 2012, donor untuk Komite Bantuan Pembangunan
OECD menyumbang dengan total US$126 miliar. Selain itu Amerika Serikat pada tahun 2012 juga
ikut menjadi donor bantuan pembangunan bilateral terbesar di dunia sebesar US$ 30,5 miliar.
Lalu, diikuti oleh Inggris (US$ 13,7 miliar), Jerman (US$ 13,1 miliar), Prancis (US$ 12,0 miliar) dan
Jepang (US$ 10,5 miliar). Disisi lain, Organisasi non-pemerintah internasional juga
menyumbangkan dengan jumlah lebih dari US$ 15 miliar setiap tahun.
Mayoritas bantuan pembangunan yang diberikan oleh donor tersebut disalurkan ke
negara Afrika sub-Sahara sebanyak 37,9% pada tahun 2010/2011 dan hampir 10% dari bantuan
pembangunan OECD-DAC berbentuk bantuan kemanusiaan yang dipakai untuk meringankan
keadaan darurat jangka pendek.

1.1.3 Importance of Development Cooperation from the Developing Countries' viewpoint


Bagi negara berkembang, kerjasama pembangunan memiliki peranan yang penting. Hal
ini sangat bergantung pada perekonomian sebuah negara. Seperti contohnya, perekonomian
pada negara berkembang lebih rendah, maka ketergantungannya terhadap perekonomian
negara maju akan semakin besar. Ketergantungan tersebut biasanya meliputi bantuan
pembangunan atau berupa bantuan per penduduk bagi negara penerima. Misalnya bantuan
biaya kuliah terhadap para mahasiswa di negara berkembang. Pada data di tahun 2010, setiap
orang di negara berkembang menyumbang sekitar 23,5 US$ dalam bantuan per tahun
(Sub-Sahara Afrika US$ 51.1, Oseania US$ 221.6 dan Palestina US$ 607.0)

1.2 Why Development Aid is Provided: Motives and Interests


Kepentingan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara dunia muncul dari tujuan
kebijakan luar negeri dan keamanan mereka. Hal tersebut termasuk fasilitas akses ke pasar dan
pertahanan akses sumber daya alam. Beberapa konflik dalam hal ini biasanya disebabkan oleh
komunitas bisnis yang menginginkan sebagian besar bantuan yang diberikan. Dalam beberapa
kasus, para negara pemberi juga melakukan kerjasama pembangunan dalam mencapai tujuan
global jangka panjang mereka. Selain itu, gereja dan kelompok masyarakat sipil lainnya terlibat
dalam pembangunan. Untuk organisasi non pemerintah (LSM) memiliki kepentingan mereka
sendiri, seperti misalnya dalam mencari dana.

1.3 What is Development Cooperation Meant to Achieve?


Kerjasama pembangunan berpacu pada kata “sustainability” atau keberlangsungan yang
bertujuan untuk membantu negara-negara berkembang mencapai kesetaraan dan mendukung
prioritas nasional serta internasional, seperti halnya MDGs. Suatu negara dapat dinyatakan
sustain apabila dapat memenuhi empat level; keberlangsungan keuangan, perencanaan,
operasional dan ekologis. Dalam mencapai hal ini, terdapat tiga hal yang perlu digarisbawahi;
keterkaitan antara kemiskinan dan agenda lingkungan, kebutuhan kerangka global yang mampu
mewadahi perubahan ekonomi dunia, serta fokus pencapaian global yang terlalu sempit.

B. Development Cooperation Actors: The New Variety of Donors


2.1 “Old Donors” – “New Donors”
Ada banyak donors yang terlibat kerjsama pembangunan dengan donors
tradisional dan membentuk Bantuan Pembangunan OECD. Perbedaan penting lain dari sebuah
donor tradisional ialah pemahaman berbeda mengenai pembangunan yang dikaitkan dengan
permasalahan politik. Perbedaan juga dibuat dalam perdebatan tentang kebijakan pembangunan
antara Kerjasama pembangunan bilateral dan multilateral.

Development Cooperation memiliki beberapa donors


The Traditional Donors - membentuk Komite Bantuan Pembangunan (DAC) yang dianggotai 24
negara (Jerman, Prancis, Jepang, dan Amerika) UNDP, IMF, dan World Bank bertindak sebagai
pengawas. Memberikan penyediaan 70-90% dari pengembangan global yang didasari oleh
kontribusi kerjasama pembangunan.

The Group of Arab donors - terlibat kerjasama pembangunan sejak tahun 70-an dan tidak
dianggap sebagai new donors. Kelompok ini mencakup Kuwait, Saudi Arabia, dan UAE.
menyumbangkan 90% dari uang sumbangan terhadap pembangunan Arab, donor Arab
memberikan sumbangan lebih besar dari kekuatan ekonomi mereka ( 1.5% dari GNP)
The Third Group Comprises the “emerging donors” - berisikan negara China, India, Brazil, Chile,
Venezuela, Mexico, dan South Africa. Kerjasama ini dikenal sebagai “South-South Cooperation”
yang berbentuk kerjasama horizontal.
Selain adanya govenrmental aid donors, ada beberapa donor dari non-pemerintah dan juga
privat.
2.2 Bi- and Multilateral Development Cooperation
Dalam praktik, hampir tidak mungkin untuk membuat perbedaan tegas antara
pembangunan Bi- dan Kerjasama multilateral. Secara khusus, Kerjasama pembangunan antar
Lembaga Uni eropa berbeda dengan Kerjasama multilateral.
Differences and intermediate forms – perbedaan bi- dan Kerjasama pembangunan multilateral
merupakan perbedaan mendasar dalam bantuan pembangunan. Merupakan indikasi bahwa
kerjasama pembangunan bergantung pada donot adalah negara individu (Kerjasama
pembangunan bilateral) atau Lembaga internasional (kerjasama pembangunan multilateral). .
Kemudian pada donor yang muncul mulai bervariasi dalam perilaku mereka dalam Kerjasama
pembangunan multilateral. Negara-negara anggota Uni Eropa yang bukan DAC, memberikan
bantuan pembangunan melalui Uni Eropa, Rusia, dan Brazil dengan mekanisme regional dan
China dan India lebih memilih pendekatan bilateral.
Multilateral development cooperation actors – aktor Kerjasama pembangunan multilateral
bervariasi dalam signifikansi, tugas, serta keselarasan regional dan sectoral. Mengenai volume
bantuan yang tersedia, bantuan pembangunan yang diberikan oleh Lembaga-lembaga Uni Eropa
dan oleh bank-bank pembangunan (International Development Association—IDA) dan bank
regional

2.2.1 The Specific Role of the EU


Uni Eropa sebagian besar didanai oleh Dana Pembangunan Eropa, dan dari tingkat
terendah, kerjasama pembangunan lembaga-lembaga UE menyumbang sekitar 18% dari total
bantuan pembangunan ke DAC oleh negara-negara anggota UE, menjadikan Komisi Eropa
sebagai donor terbesar Uni Eropa. Secara umum, kerja sama pembangunan UE tidak dapat
dimasukkan dalam kerja sama pembangunan multilateral, tetapi harus dilihat sebagai
bilateralisme kolektif. Klasifikasi ini dianggap relevan bagi negara-negara donor yang
memberikan bantuan terbatas kepada lembaga multilateral.
Perjanjian Maastricht menetapkan bahwa kebijakan lembaga-lembaga Uni Eropa harus
melengkapi kebijakan negara-negara anggota. Sejak akhir 1990-an, melalui serangkaian
reformasi, efektivitas kerjasama pembangunan bersama dengan lembaga-lembaga Uni Eropa
telah meningkat secara signifikan. Perjanjian Lisbon semakin meningkatkan pentingnya Uni
Eropa sebagai donor terpisah. Kebijakan UE dan negara-negara Anggotanya sekarang saling
melengkapi kompetensi paralel bersama

2.2.2 Multilateral Development Cooperation: Strengths and Weaknesses


Dalam konteks pembangunan, kerja sama multilateral memberi beberapa keuntungan
yang dapat diukur menggunakan lima tolok ukur, yakni:
1. Aid effectiveness and the partner countries’ perspective
Menurut Manning (2012), kerja sama pembangunan multilateral (multilateralisasi)
merupakan suatu agenda pemberian kontribusi yang bertujuan untuk mengalokasikan
sumber daya secara efektif. Kontribusi efektif ini termanifestasi dalam bentuk
pengumpulan sumber daya dan rasionalisasi atas suatu prosedur bantuan.

2. New visibility
Visibilitas pembangunan berkelanjutan suatu negara lebih mudah untuk diamati apabila
dicapai melalui usaha kerja sama pembangunan multilateral. Dengan adanya
multilateralisasi, maka akan ada lebih banyak dialog di antara pihak yang terlibat.
Sehingga, visibilitas kondisi negara dapat lebih terkondisikan.
3. Country- and sector-related division of labour
Dengan merujuk pada efektivitas pembangunan, maka pembagian kerja dalam kerja
sama multilateral jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pembagian kerja
bilateral. Hal ini karena kerja sama multilateral memiliki prinsip ‘donor of last resort’
yang bertujuan untuk memelihara jaringan yang luas.

4. Global public goods


Kerja sama pembangunan multilateral memiliki lebih banyak keuntungan dalam
penyediaan public goods karena memiliki peluang yang besar untuk mengatasi setiap
masalah atau kesulitan yang timbul.

5. Norms and standards


International norms and standard-setting yang dimiliki oleh kerja sama pembangunan
multilateral terbukti lebih memberikan dampak positif kepada proses pembangunan
karena hanya dapat dilakukan oleh aktor-aktor di tingkat multinasional.

2.2.3 Effectiveness of Multilateral Development Cooperation


Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari
kerja sama pembangunan multilateral; analisis kinerja yang ditargetkan dari sistem kerja sama
pembangunan multilateral dan indikator kelayakan kerja sama yang diperkenalkan oleh OECD.
Dengan berdasar pada dua indikator tersebut, maka banyak penelitian yang menyatakan bahwa
kerja sama pembangunan multilateral lebih efektif dibandingkan dengan kerja sama
pembangunan bilateral. Hal ini karena kerjasama pembangunan bilateral menyebabkan
fenomena fragmentasi yang relatif lebih banyak dibandingkan kerjasama pembangunan
multilateral. Temuan ini pun didukung dengan 26 dari 27 negara anggota Uni Eropa yang menilai
bahwa kerja sama pembangunan multilateral lebih menguntungkan mereka dibandingkan kerja
sama bilateral.

2.2.4 Bi- or Multilateral?


Merujuk pada banyak penelitian dalam beberapa tahun terakhir, sistem bantuan
multilateral menunjukkan pemahaman yang positif. Artinya, banyak dari penelitian tersebut yang
menyatakan bahwa bantuan multilateral memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini tercermin
dalam perubahan perilaku pendanaan, yakni melalui lembaga multilateral untuk membangun
dan mencapai tujuan donor individu. Negara-negara donor juga memperkuat tren ini dengan
menugaskan analisis kinerja yang lebih relevan dengan sistem penargetan donor masing-masing
daripada sistem penargetan lembaga multilateral masing-masing. Kerja sama pembangunan UE
sangat berbeda dengan kerja para aktor multilateral.
UE adalah komunitas politik yang beroperasi sebagai entitas independen dalam lembaga
multilateral seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara-negara anggota memiliki lebih banyak
kesempatan untuk secara individual mempengaruhi praktik UE daripada lembaga multilateral
dengan badan pengatur yang berbeda secara struktural. Perbedaan antara tindakan multilateral
dan pendekatan UE ini harus diperhitungkan dalam kerja sama pembangunan (misalnya, ketika
mengusulkan kerja sama pembangunan bilateral dan multilateral).

Anda mungkin juga menyukai