Anda di halaman 1dari 15

Dalam kehidupan bernegara pemerintah tidak hanya bekerja sendiri, tetapi bekerja sama

dengan Lembaga Non Pemerintah atau yang lebih dikenal dengan NGO atau LSM. NGO adalah
organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan, mengentaskan
kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial dasar atau melakukan
kegiatan pengembangan masyarakat.
NGO berperan penting dalam Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur, Mendukung
inovasi, ujicoba dan proyek percontohan, Memfasilitasi komunikasi, Bantuan teknis dan
pelatihan, Penelitian, Monitoring dan Evaluasi , Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin.
NGO meliputi beberapa program diantaranya Program NGO di Bidang Pangan, Program NGO
di Bidang Gizi, program NGO di bidang kesehatan. Semua program tersebut mendukung
kegiatan pemerintah.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apa definisi dan sifat dari NGO
Untuk mengetahui sejarah NGO
Untuk mengetahui apa peranan NGO
Untuk mengetahui bidang-bidang apa saja yang ada di dalam NGO
Untuk mengetahui pengelompokan NGO
Untuk mengetahui apa saja kekuatan dan kelemahan NGO
Untuk mengetahui program-program NGO di bidang pangan
Untuk mengetahui program-program NGO di bidang gizi
Untuk mengetahui program-program NGO di bidang kesehatan

1.3 Rumusan Masalah


Apa itu definisi dan sifat dari NGO?
Bagaimana sejarah NGO?
Apa peranan NGO?
Bidang-bidang apa saja yang ada di dalam NGO?
Bagaimanan pengelompokan NGO?
Apa saja kekuatan dan kelemahan NGO?
Apa program-program NGO di bidang pangan?
Apa program-program NGO di bidang gizi?
Apa program-program NGO di bidang kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi, Sejarah dan Sifat NGO


Istilah non-governmental organization digunakan sejak berdirinya PBB pada tahun
1945, tepatnya pada pada Piagam PBB Pasal 71 Bab 10 tentang peranan konsultatif non-
governmental organization. Awalnya istilah ini digunakan untuk membedakan antara hak
partisipatif badan-badan pemerintah (intergovernmental agencies) dan organisasi-organisasi
swasta international (international private organizations).
Definisi international NGO (INGO) pertama kali diberikan dalam resolusi 288 (X)
ECOSOC pada 27 Pebruari 1950: setiap organisasi internasional yang tidak didirikan atas dasar
sebuah perjanjian internasional . World Bank, mendefenisikan NGO sebagai organisasi swasta
yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan, mengentaskan kemiskinan,
memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial dasar atau melakukan kegiatan
pengembangan masyarakat. Dalam sebuah dokumen penting World Bank, Working With
NGOs, disebutkan, Dalam konteks yang lebih luas, istilah NGO dapat diartikan sebagai semua
organisasi nirlaba (non-profit organization) yang tidak terkait dengan pemerintahan.
NGO pada umumnya adalah organisasi berbasis nilai (value-based organizations) yang
bergantung kepada, baik sebagian atau keseluruhan, bantuan amal (charitable donations) dan
pelayanan sukarela (voluntary service). Walaupun sejak lebih dari 2 dekade terakhir sektor NGO
telah semakin diprofesionalisasikan, namun prinsip-prinsip altruism (mementingkan orang lain)
and kesukarelaan (voluntarism) masih menjadi ciri utamanya.
Sejak beberapa dekade yang lalu, NGO telah menjadi pemain utama dalam bidang
pengembangan internasional (international development). Sejak pertengahan 1970-an, sektor
NGO di negara maju dan negara berkembang telah mengalami pertumbuhan yang berlipat ganda.
Dari 1970 hingga 1985 total bantuan untuk pengembangan yang diberikan oleh NGO
internasional telah meningkat 10 kali lipat. Pada tahun 1992 NGO internasional menyalurkan
lebih dari $7.6 miliar bantuan untuk negara-negara berkembang. Saat ini diperkirakan lebih dari
15% dari total bantuan dunia untuk pengembangan disalurkan melalui NGO.
2.2 Peranan NGO
Peranan NGO penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa. Ini disebabkan
karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan pemerintah untuk masyarakat
disalurkan melalui NGO. Sejak tahun 1970-an, NGO telah bertambah banyak dari sebelumnya
mencoba untuk mengisi ruang yang tidak akan atau tidak dapat diisi oleh pemerintah.
Dari sekian banyak peran yang dimainkan oleh NGOs, 6 hal berikut ini merupakan yang
penting:
Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur
Membangun perumahan, menyediakan infrastruktur seperti sumur atau toilet umum,
penampungan limbah padat dan usaha berbasis masyarakat lain.
Mendukung inovasi, ujicoba dan proyek percontohan:
NGO memiliki kelebihan dalam perancangan dan pelaksanaan proyek yang inovatif dan
secara khusus menyebutkan jangka waktu mereka akan mendukung proyek tersebut. NGO dapat
juga mengerjakan percontohan untuk proyek besar pemerintah karena adanya kemampuan
bertindak yang lebih cepat dibandingkan dengan pemerintah dengan birokrasinya yang rumit.
Memfasilitasi komunikasi
NGO dapat memfasilitasi komunikasi ke atas, dari masyarakat kepada pemerintah, dan ke
bawah, dari pemerintah kepada masyarakat. Komunikasi ke atas mencakup pemberian informasi
kepada pemerintah tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh masyarakat,
sedangkan komunikasi ke bawah mencakup pemberian informasi kepada masyarakat tentang apa
yang direncanakan dan dikerjakan oleh pemerintah. NGO juga dapat memberikan informasi
secara horizontal dan membentuk jejaring (networking) dengan organisasi lain yang melakukan
pekerjaan yang sama.
Bantuan teknis dan pelatihan
Institusi pelatihan dan NGO dapat merancang dan memberikan suatu pelatihan dan
bantuan teknis untuk organisasi berbasis masyarakat dan pemerintah.
Penelitian, Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi yang efektif terhadap sifat partisipatif suatu proyek akan
memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat dan staf proyek itu sendiri.

Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin


NGO menjadi jurubicara dan perwakilan orang miskin dan mencoba untuk
mempengaruhi kebijakan dan program pemerintah. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara
mulai dari unjuk rasa, proyek percontohan, keikutsertaan dalam forum publik untuk
memformulasi kebijakan dan rencana pemerintah, hingga mengumumkan hasil penelitian dan
studi kasus terhadap orang miskin. Jadi, NGO memainkan peran mulai dari advokasi kepada
orang miskin hingga implementasi program pemerintah; dari penghasut (pembuat opini) dan
pengkritik hingga rekan kerja dan penasehat; dari sponsor proyek percontohan hingga mediator.

2.3 Bidang-bidang di Dalam NGO


Beberapa bidang yang digeluti oleh NGO, antara lain:
1. Pendidikan masyarakat dan pengembangan kesehatan
Pendidikan seks dan kontrasepsi, kesehatan umum, pembuangan limbah/ sampah, penggunaan
air, vaksinasi, pelayanan konsultasi remaja.
2. Penanganan kesehatan khusus
HIV/AIDS, Hepatitis B, pemulihan kecanduan obat.
3. Masalah sosial masyarakat
Kenakalan (kejahatan) remaja, remaja yang meninggalkan rumah, anak jalanan, prostitusi.
4. Lingkungan hidup
Pendidikan konsumsi energi dan air, pelestarian gunung dan hutan
5. Ekonomi
Pinjaman dan usaha mikro, pelatihan keahlian (komputer, teknisi, katering, menjahit, dll),
promosi dan distribusi produk (bazaar, dll), pembentukan koperasi, konsultasi keuangan, bantuan
mencari kerja dan pengembangan karir.
6. Pengembangan
Pembangunan sekolah, pembangunan infrastruktur, pembangunan dan operasional pusat budaya,
bantuan ahli untuk pertanian dan kelautan.
7. Isu perempuan
Hak anak dan perempuan, pusat bantuan untuk perempuan yang mengalami kekerasan, terapi
kelompok terhadap perempuan yang mengalami pelecehan seksual, hotline counseling
(konseling via telepon khusus untuk perempuan), bantuan hukum untuk perempuan, mendorong
minat baca dan tulis.

2.4 Pengelompokan NGO


World Bank membagi NGO ke dalam 2 kelompok, yaitu: Operasional dan Advokasi.
A. NGO Operasional
Tujuan utamanya adalah perancangan dan implementasi proyek pengembangan.
Kelompok ini menggerakkan sumber daya dalam bentuk keuangan, material atau tenaga relawan,
untuk menjalankan proyek dan program mereka. Proses ini umumnya membutuhkan organisasi
yang kompleks. NGO operasional ini masih dapat dibagi atas 3 kelompok besar:
1. Organisasi berbasis masyarakat yang melayani suatu populasi khusus dalam suatu daerah
geografis yang sempit;
2. Organisasi Nasional yang beroperasi dalam sebuah negara yang sedang berkembang,
3. Organisasi Internasional yang pada dasarnya berkantor pusat di negara maju dan menjalankan
operasi di lebih dari satu negara yang sedang berkembang.
B. NGO Advokasi
Tujuan utamanya adalah mempertahankaan atau memelihara suatu isu khusus dan bekerja
untuk mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah untuk atau atas isu itu. Berlawanan
dengan manajemen proyek operasional, organisasi ini pada dasarnya berusaha untuk
meningkatkan kesadaran (awareness) dan pengetahuan dengan melakukan lobi, kegiatan pers
dan kegiatan-kegiatan aktivis. NGO ini pada dasarnya bekerja melalui advokasi atau kampanye
atas suatu isu dan tidak mengimplementasikan program. Kelompok ini menjalankan fungsi yang
hampir sama dengan kelompok operasional, namun dengan tingkatan dan komposisi yang
berbeda. Pencarian dana masih perlu namun dengan ukuran yang lebih kecil.
NGO dapat pula dikelompokkan berdasarkan orientasi dan tingkat operasi:
1. Berdasarkan Orientasi
Orientasi Amal (Charitable) sering melibatkan kerja pola top-down dengan sedikit
partisipasi penerima manfaat. Kegiatan NGO diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan
makanan pada orang miskin, pakaian dan obat-obatan, perumahan, sekolah, dll. NGO ini
dapat juga melakukan aktifitas bantuan pada bencana alam atau bencana akibat perbuatan
manusia.

Orientasi pelayanan mencakup NGO yang aktifitasnya berupa penyediaan jasa


pelayanan kesehatan, perencanaan keluarga atau pelayanan pendidikan yang programnya
dirancang oleh NGO dan masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam implementasinya
dan dalam penerimaan layanannya.

Orientasi partisipasi dicirikan dengan proyek kelola sendiri (self-help projects) dimana
penduduk setempat dilibatkan dalam implementasi proyek dengan cara memberi bantuan
uang tunai, peralatan, lahan, bahan-bahan, tenaga kerja, dll. Dalam proyek
pengembangan masyarakat yang klasik, partisipasi dimulai dengan identifikasi kebutuhan
dan dilanjutkan kepada tahap perencanaan dan implementasi.

Orientasi pemberdayaan tujuannya adalah membantu orang miskin untuk


mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor sosial, politik, dan
ekonomi yang mempengaruhi kehidupan mereka, dan untuk meningkatkan kesadaran
mereka akan kekuatan potensial yang mereka miliki untuk mengendalikan kehidupan
mereka. Kadang-kadang, kelompok ini berkembang secara spontan akibat adanya suatu
masalah atau isu, dan NGO memainkan peranan fasilitasi dalam perkembangan mereka.
2. Berdasarkan tingkatan operasi

Organisasi berbasis masyarakat muncul dari inisiatif orang-orang itu sendiri. Ini dapat
mencakup klub olahraga, organisasi perempuan, organisasi jiran, organisasi agama atau
pendidikan. Ada banyak variasi dari jenis ini. Sebagian didukung oleh NGO, atau badan
bilateral atau internasional, dan yang lainnya independen dari bantuan pihak luar.
Sebagian bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat miskin kota atau
membantu mereka memahami hak-hak mereka dalam memperoleh akses kepada layanan
yag dibutuhkan sementara yang lain terlibat dalam penyediaan layanan itu sendiri.
Organisasi perkotaan (Citywide Organizations) mencakup organisasi seperti Rotary atau
Lions Club, kamar dagang dan industri, koalisi bisnis, kelompok etnis dan pendidikan
dan asosiasi organisasi masyarakat. Sebagian berdiri untuk tujuan tertentu namun menjadi
terlibat dalam membantu orang miskin sebagai satu dari banyak kegiatannya, sementara
yang lain dibentuk untuk tujuan khusus yaitu membantu orang miskin.

NGO nasional mencakup organisasi seperti Palang Merah (Red Cross), organisasi profesi,
dll. Sebagian di antaranya memiliki cabang di suatu negara dan membantu NGO
setempat.

NGO internasional mulai dari badan sekuler seperti organisasi Save the Children,
OXFAM, CARE, Ford and Rockefeller Foundations hingga kelompok yang didasarkan
oleh agama. Kegiatan mereka bervariasi dari pencariaan dana hingga implementasi
proyek.
2.5 Kekuatan dan Kelemahan NGO
Karena sifat dan kualitas masing-masing NGO sangat bervariasi, maka sangat sulit untuk
mengeneralisasikan sektor ini secara keseluruhan. Namun, terlepas dari berbagai variasi tersebut,
beberapa kekuatan dari sektor NGO adalah sbb:
1. Jaringan yang kuat.
2. Kemampuan melakukan inovasi dan beradaptasi, fleksibel dalam mengadaptasi situasi setempat
dan merespon terhadap kebutuhan setempat dan oleh karenanya mampu mengembangkan
proyek-proyek yang terintegarasi dan juga proyek-proyek sektoral.
3. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan dan menciptakan bantuan
yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif;
5. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan;
6. Efektifitas biaya.
7. Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari tetangga terdekat hingga tingkat
tertinggi pada pemerintahan.
8. Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.

Kelemahan-kelemahan yang paling umum dari sektor ini adalah:


1. Keterbatasan keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah)
2. Keterbatasan kapasitas institusi/kelembagaan;
3. Tertutupnya/kurangnya komunikasi intern organisasi dan/atau koordinasi;
4. Intervensi dalam skala yang kecil;
5. Kurangnya pemahaman akan konteks sosial ekonomi yang lebih luas;
6. Sikap terpola (paternalistic) membatasi tingkat keterlibatan partisipatif dalam desain
program/proyek.
7. Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.
8. Kepemilikan teritorial dari suatu daerah atau proyek mengurangi kerjasama antara badan-badan,
terlihat seperti ancaman atau adanya persaingan.

2.6 Program NGO di Bidang Pangan


WFP (World Food Programme) atau Program Pangan Dunia didirikan oleh FAO pada
1960. Bermarkas besar di Kota New York, WFP memberikan bantuan kemanusiaan dan
perkembangan jangka panjang untuk program pangan di negara-negara berkembang. WFP
merupakan agensi yang didanai secara sukarela, oleh karena itu agensi ini bergantung pada
sumbangan dari pemerintah dan pribadi. Program-programnya menekanankan pengembangan
pelayanan masyarakat untuk mempromosikan program pangan.
Pada tanggal 17 Oktober 2009 di ruang pertemuan di markas PBB Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO), Roma, ledakan tepuk tangan dari negara-negara anggota dan berbagai peserta
dirakit lainnya (termasuk kontingen yang cukup besar masyarakat sipil) menandai kesimpulan
dari reformasi proses Komite PBB pada World Food Security (CFS).
Para Mundubat ONG dan difasilitasi oleh Komite Perencanaan Internasional tentang Kedaulatan
Pangan - IPC dengan maksud memberikan kontribusi untuk diskusi terbuka dan informasi
tentang tata kelola sistem pangan, konkrit tentang reformasi Komite Keamanan pangan FAO,
menghasilkan mendokumentasikan Komite Reformed tentang Ketahanan Pangan. Sebuah kertas
briefing untuk masyarakat sipil.
Peluncuran rencana aksi ini sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010
mengenai program pembangunan berkeadilan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
milenium (MDGs). Dalam inpres tersebut diamanahkan perlunya disusun dokumen RAN-PG
2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 provinsi.
Penyusunan RAN-PG adalah program lima tahunan pemerintah sejak 2001 lalu. Rencana aksi
tersebut diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah ditetapkan dalam RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2010-2014. Yakni, menurunkan prevalensi
gizi kurang pada anak berusia bawah lima tahun atau balita.
Rencananya, RAN-PG juga akan menjadi panduan pelaksanaan pembangunan pangan dan gizi
bagi institusi pemerintah, organisasi non-pemerintah, institusi swasta, masyarakat dan pelaku lain
baik pada tataran nasional, provinsi, maupun kabupaten.(CHR/ANS)
Program Pangan Dunia (World Food Program /WFP) berharap Indonesia terus memperkuat
perannya dalam isu ketahanan pangan dunia di berbagi forum multilateral, khususnya dengan
memanfaatkan posisi sebagai anggota G20. WFP merupakan lembaga bantuan kemanusian PBB
terbesar di dunia, khususnya dalam hal bantuan pangan dan nutrisi.
Biskuit bergizi (fortified biscuits) yang diproduksi Indonesia terbukti efektif dan menjadi bagian
dari paket bantuan kemanusian WFP ketika terjadi banjir di Filipina.
WFP diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai sentra pembelian bahan pangan bantuan, di
antaranya, beras, jagung, dan minyak sawit.
Dalam hal ini, WFP diharapkan untuk melaksanakan program penguatan ketahanan pangan di
sejumlah provinsi Indonesia, meningkatkan manajemen penguatan program beras untuk rakyat
miskin (raskin), serta memperkuat sistem logistik dari Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan
Bencana di Indonesia.
2.7 Program NGO di Bidang Gizi
Salah satu program NGO yang digunakan di Indonesia untuk mengurangi gizi
buruk adalah dengan Positive Deviance.
Positif Deviance adalah pendekatan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan yang
dianggap menyimpang atau unik di suatu wilayah, meski diistilahkan menyimpang,
penyimpangannya tidak mengarah ke hal yang negatif melainkan ke arah positif.
Dalam satu wilayah yang mengalami masalah gizi buruk, tentu ada satu atau dua yang
masih sehat. Wilayah yang sehat itu pasti punya positive deviance yang bisa ditularkan (Ir Asih
Setiarini, MSc, Ahli gizi masyarakat dari Universitas Indonesia)
Sebagai contoh, kebiasaan makan siput sebagai salah satu perilaku menyimpang yang
positif. Dalam satu kasus yang ditemukan di Cianjur Jawa Barat, anak yang mengonsumsi siput
sawah tetap sehat meski anak-anak lain di lingkungannya mengalami gizi buruk.
Perilaku menyimpang di tiap daerah bisa berbeda, misalnya ada satu kasus di wilayah lain
yang anaknya tetap sehat karena banyak makan teri. Di wilayah lainnya lagi, ada yang
menambahkan santan saat memberi makan sayur pada anaknya sehingga tidak kena gizi buruk.
Kebiasaan-kebiasaan seperti itu diidentifikasi, kemudian ditularkan melalui program yang
sesuai dengan NGO atau LSM tersebut.
PD merupakan pendekatan yang tradisional untuk menemukan prilaku-prilaku sehat dari
komunitas mereka sendiri dan konsumsi makanan bergizi yang ada di lingkungan mereka
sendiri, yaitu dari keluarga miskin yang punya anak sehat. Perilaku sehat itu dapat berupa
konsumsi makanan bergizi, perawatan anak yang baik, pengasuhan yang baik, pengolahan bahan
makanan yang baik dan prilaku-prilaku sehat lainnya. Di Pos Rehabilitasi Gizi, nantinya ibu PD
(ibu yang memiliki balita sehat dari keluarga miskin) akan melakukan sharing dengan ibu-ibu
peserta pos (ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dengan gizi yang buruk dan gizi kurang)
sehingga ibu-ibu tersebut dapat belajar dari ibu PD. Dengan kata lain, mereka melihat dan
belajar dari yang telah ada dan dari komunitas mereka sendiri yang sama dan sederajat.
PD merupakan pendekatan yang sangat baik bagi masyarakat menengah ke bawah
(apalagi miskin) terutama dari segi konsumsi, yaitu dengan mengkonsumsi makanan bergizi
yang bahan makanan tersebut sangat banyak dijumpai di lingkungan mereka sendiri. Di samping
aman, mudah, murah, ia juga bergizi dan sehat. Jadi, miskin bukan halangan lagi untuk hidup
sehat.
Jadi Positive Deviance (PD) lebih efektif daripada banyak program perbaikan gizi dengan
cara instan akhirnya menyerang balik lembaga donor. Contoh klasiknya adalah pemberian
makanan gratis alias makanan tambahan. Masyarakat akan selalu terbiasa mendapatkan bantuan
langsung tanpa harus bekerja lebih giat lagi. Ini sungguh merupakan kontra produktif dengan
pemberdayaan.
Perbaikan gizi dengan model pemberian makanan tambahan, MP-ASI dan sejenisnya
dimana masyarakat tidak memiliki sumberdaya didalamnya sebagai bahan baku, maka itu hanya
berujung ketergantungan. Masalahnya pemerintah tidak mungkin memiliki cukup uang untuk
membiayai seluruh makanan anak miskin di negeri ini. Jadi sebaiknya kita sadar diri bahwa uang
bukan segalanya dalam mengatasi masalah gizi buruk di negeri ini.

2.8 Program NGO di Bidang Kesehatan


Sasaran Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals
atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan
kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai
dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target
ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam
Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New
York pada bulan September 2000 tersebut.
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia
untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin
semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada
semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga
separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Poin Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 di bidang
kesehatan dintaranya:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan

Pendapatan populasi dunia sehari $1.

Menurunkan angka kemiskinan.

2. Menurunkan angka kematian anak


Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah
5 tahun.
3. Meningkatkan kesehatan ibu
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses
melahirkan.
4. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran
HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat
laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu
dengan Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk
menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran
Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi
pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian sasaran MDGs, mengukur, dan
menganalisa kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi
kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-
program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran ini. Dengan tujuan utama
mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun
1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai
tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap
perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki komitmen
untuk mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh
pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di
Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan.
Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling hutang untuk negara berkembang
sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik.
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun
2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban
pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan,
kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan
membutuhkan biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan
terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54
triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang
Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi
pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan
MDGs.
Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development
(INFID) Don K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan
untuk mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa
syarat dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance)
yang tidak bermanfaat untuk Indonesia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
NGO adalah organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan,
mengentaskan kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial dasar
atau melakukan kegiatan pengembangan masyarakat.
Peranan NGO : pengembangan dan pembangunan infrastruktur, mendukung inovasi, ujicoba dan
proyek percontohan, memfasilitasi komunikasi, bantuan teknis dan pelatihan, penelitian,
monitoring dan evaluasi, advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin.
Bidang yang digeluti oleh NGO isu perempuan, pengembangan, ekonomi, lingkungan hidup,
masalah sosial masyarakat, penanganan kesehatan khusus, dan pendidikan masyarakat dan
pengembangan kesehatan.
Program-program yang dilakukan oleh NGO diantaranya Positive Deviance, MDGs

3.2 Saran
Tingkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, ketersediaan
pangan, dan mengatasi kasus gizi buruk dan gizi kurang.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://artikata.com/arti-123958-ngo.html
2. http://persagintb.wordpress.com/2011/09/20/menularkan-perilaku-menyimpang-untuk-atasi-gizi-
buruk/
3. http://askensinaga.wordpress.com/2008/06/02/ngo-defenisi-sejarah-peranan-pengelompokan-
dan-karir/
4. http://www.kpmm.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&lang=en
5. http://gizimu.com/positive-deviance-belajar-dari-halmahera-timur/
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Program_Pangan_Dunia
8. http://www.antaramaluku.com/berita/937/indonesia-diharapkan-perkuat-peran-ketahanan-
pangan-dunia

Anda mungkin juga menyukai