Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gita Christina Manurung

Nim : K5420034

Kelas :A

TUGAS

HUTANG LUAR NEGRI & PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

SOAL :

Hutang Negara secara keseluruhan bisa dibedakan menjadi Hutang Negara oleh Pemerintah
dan Hutang oleh Swasta. Hutang oleh Pemerintah bisa dibedakan dalam Hutang Luar Negri
dan Hutang Dalam Negri. Hutang Swasta dapat pula dibedakan menjadi Hutang ke Asing dan
Hutang ke dalam negri. Bersama ini dilampirkan Hutang Pemerintah ke Luar Negri bulan
November.

ATAS DASAR DATA TERSEBUT APA KOMENTAR DAN TANGGAPAN SAUDARA


disamping sebagai Calon Guru juga sekaligus Warganegara yang nantinya harus menanggung
dan membayar hutangnya. Komentar dan tanggapan di dasarkan pada perspektif Pancasila
Sebagai Dasar Negara

JAWAB :

Hutang Luar Negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara
yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan.

Pembiayaan Melalui Utang


Utang Pemerintah digunakan untuk pembiayaan secara umum (general financing) dan untuk
membiayai kegiatan/proyek tertentu.

Untuk pembiayaan umum, utang digunakan antara lain untuk membiayai Belanja produktif dan
Penyertaan Modal Negara (PMN). Pemberian PMN memberi ruang gerak yang lebih besar bagi
BUMN untuk melakukan leverage jika dibandingkan dengan belanja negara.
Pemanfaatan utang negara yang produktif serta sumber pembiayaan yang efisien dan berisiko
rendah akan meringankan beban generasi mendatang.

Terdapat 3 indikator risiko yang menunjukkan bahwa utang pemerintah dikelola dengan baik,
antara lain:

1. Penurunan porsi kepemilikan asing dalam utang pemerintah. Data menunjukkan bahwa
rasio utang dalam valuta asing, terhadap total utang pemerintah terus menurun dari 2015
sebesar 44,5% ke38,6% di 2018. Hal ini menunjukkan risiko utang yang berasal dari nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing dapat ditekan. Artinya utang Indonesia tidak
terdampak apabila ada pengaruh dari luar negeri/global.
2. Kenaikkan rasio utang dengan tingkat bunga tetap terhadap total utang pemerintah. Data
menunjukkan bahwa dalam 4 tahun terakhir rasio ini meningkat dari 86,3% ke 89,6%.
Hal ini berarti risiko utang pemerintah tidak terlalu terpengaruh oleh situasi pasar yang
tidak stabil (floating).
3. Kenaikan rasio utang yang jatuh tempo lebih dari 3 tahun terhadap total utang
pemerintah. Data menunjukkan bahwa dalam 4 tahun terakhir rasio ini meningkat
dari 21.4% ke 26.5%. Hal ini berarti risiko beban pembayaran utang pemerintah dalam
jangka pendek memiliki tren menurun, artinya alokasi pembayaran utang dalam APBN
akan mengecil, seiring dengan meningkatnya porsi utang yang memiliki jatuh tempo
menengah/panjang, sehingga setiap tahunnya APBN tidak akan terbebani oleh cicilan
utang dan dapat dialokasikan untuk belanja produktif lainnya.
Contoh:

Budi memiliki penghasilan Rp10 juta/bulan dengan pengeluaran tetap Rp4 juta/bulan.
Budi berencana membeli ruko seharga Rp144 juta untuk usaha (belanja produktif). Budi
mendapatkan penawaran kredit dengan pilihan 1: Rp6 juta selama 24
bulan dan pilihan 2: Rp2,4 juta selama 60 bulan (kedua ilustrasi tanpa bunga). Budi
memutuskan untuk memilih pilihan 2 dengan pertimbangan cicilan hanya Rp2,4
juta, sehingga Budi masih memiliki ruang gerak keuangan yang cukup untuk investasi
produktif lainnya sebesar Rp3,6 juta.

Indonesia berutang untuk memajukan Indonesia

Keadaan sekarang ini Pemerintah tidak dapat menunda kebutuhan-kebutuhan yang mendesak.
Sebab jika ditunda maka di masa depan seiring dengan kenaikan harga maka, biaya untuk
kebutuhan-kebutuhan tersebut aka semakin tinggi. Jadi Pemerintah tetap harus membayar biaya-
biaya kebutuhan tersebut walau pendapatan kita terbatas. Utang menjadi alat untuk membayar
kekurangan biaya-biaya tersebut. Jika nanti infrastruktur telah memadai dan SDM kita telah
kompeten maka kita dapat bersaing dengan Negara tetanga bahkan dengan dunia.
 Berutang adalah pilihan kebijakan yang rasional untuk menyelesaikan pembangunan
yang tidak bisa ditunda. Utang adalah alat (tool) untuk mengakselerasi pembangunan dan
mewujudkan kesejahteraan rakyat.
 Pemerintah berutang bukan sekedar buat menutup biaya operasional seperti layaknya
utang untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Utang tadi berguna agar kita punya sumber
daya lebih banyak untuk pembangunan Indonesia, bukan soal konsumsi aja.
 Kalau infrastruktur udah bagus, transportasi akan lebih mudah. Kalau transportasi mudah,
biaya kirim barang jadi makin murah. Semakin murah biaya kirim barang, akan semakin
murah harga jual barang.
 Kalau barang murah, masyarakat makin banyak yang bisa beli, perekonomian makin
lancar, rakyat makin sejahtera.
 Nah, makanya nih, pembangunan ngga bisa ditunda lagi. Semakin lama, biaya
pembangunan infrastruktur bakal makin mahal. Sama kaya beli properti, harus bisa
diusahakan secepatnya keburu harga naik terus. Selain itu, dari pembangunan
infrastruktur tadi manfaat ekonomi dan sosialnya berlipat-lipat. Kita jadi punya nilai
tawar dan daya saing yang lebih tinggi.
 Menurut BPS, populasi penduduk Indonesia saat ini didominasi kelompok umur
produktif yakni antara 15-34 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang
memasuki era bonus demografi, dimana kelebihan penduduk usia produktif bisa
dimanfaatkan untuk peningkatan pembangunan. Diperkirakan, era bonus demografi ini
akan mencapai puncaknya pada periode 2025–2030. Utang pemerintah saat ini juga
ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan, untuk menjamin bonus
demografi tadi benar-benar menjadi generasi penduduk yang berkualitas, cerdas dan
sehat sehingga berguna bagi pembangunan Indonesia.
 Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini juga masih di atas 10% dari jumlah penduduk.
Selain itu ada masalah tingkat kesenjangan yang masih tinggi yang perlu diselesaikan,
dengan menaikkan taraf ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (bukan dengan
menurunkan taraf ekonomi masyarakat menengah ke atas), makanya perlu program
perlindungan sosial masyarakat antara lain melalui peluncuran Kartu Indonesia Pintar
(KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), subsidi pupuk,
tunjangan BPJS dan lain-lain.
 Jadi berutang saat ini adalah pilihan yang logis dan rasional untuk kemajuan Indonesia.
Kita berutang untuk hal produktif yang bisa dinikmati sekarang dan masa mendatang.
Kita punya kebutuhan penting, mendesak dan prioritas saat ini. Tinggal kita memilih mau
dipenuhi dari sekarang atau menunggu nanti terkumpul uangnya. Jika ditunda ini bisa
mengakibatkan kerugian finansial yang lebih besar misal ketinggalan waktu dan
kesempatan (momentum) dan kenaikan harga karena inflasi. Oleh karena kita perlu
belanja ekspansif untuk belanja produktif, maka pembuatan anggaran kita menerapkan
kebijakan defisit.

Secara substansial, hubungan antara utang luar negeri dan pendidikan dapat diibaratkan

seperti hubungan antara kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan. Utang luar negeri merupakan

alat penjajahan baru bagi negara-negara maju atau organisasi kreditur internasional kepada
negara-negara berkembang, sedangkan pendidikan merupakan proses sistematis yang dilakukan

oleh sebuah bangsa untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa-nya” demi membebaskan diri dari

penindasan atau penjajahan. Berbeda dari penjelasan yang biasa kita dengar bahwa utang luar

negeri merupakan bantuan dunia internasional kepada negara-negara berkembang untuk

membangun negaranya, utang luar negeri sejatinya merupakan proses sistematis yang dilakukan

oleh negara-negara maju untuk menjerumuskan negara-negara berkembang dalam perangkap

neokolonialisme/neoliberalisme. Ketika negara berkembang telah masuk dalam perangkap itu,

kebijakan-kebijakan yang lahir di negara yang bersangkutan pun dikontrol oleh negara kreditur

atau organisasi kreditur internasional tempat ia berutang. Dengan besarnya jumlah utang luar

negeri Indonesia,proses pendidikan di Indonesia menjadi patut diwaspadai telah berubah fungsi

dari “pencerdasan kehidupan bangsa” menjadi penghasil agen-agen

neokolonialisme/neoliberalisme.

Secara finansial, kewajiban membayar utang luar negeri yang jumlahnya sangat besar

menjadi hambatan bagi pemerintah untuk menyediakan anggaran yang lebih besar pada sektor

pendidikan. Besarnya pembayaran angsuran pokok dan bunga utang yang berkali-kali lipat lebih

besar dari anggaran pendidikan menjadi penyebab utama lemahnya komitmen pemerintah dalam

penyelenggaraan pendidikan.
 Oleh sebab itu, penyajian Statistik Utang Luar Negeri Indonesia ini sangat relevan sebagai bahan
monitoring dan pengendalian terutama bagi pelaku pasar dan penyusun kebijakan = Akan
terimplikasi ke prodi Pendidikan Geografi.
 Di hubungkan dengan Pancasila : apakah utang negara akan menguntungkan atau merugikan
masyarakat Indonesia ?? utang digunakan untuk kepentingan negara dan masyarakat dan
hasilnya belum dirasakan oleh masyarakat tersebut. Apakah akan dirasakan oleh masyarakat
atau nti?
 Yang menanggung utang luar negri = penduduk termasuk mahasiswa,
 Omnibus law bukan mengurangi utang luar negri, tetapi orang luar yang membangun
perusahaan di dalam negeri tersebut akan membawa lari untung produksi perusahaan tersebut
kenegara asalnya.
 Masyarakat harus mampu mengekspor barang atau jasa untuk menguragi utang luar negeri
melalui devisa.
 Materi publikasi ini mencakup data tentang komitmen, posisi, pembayaran, dan indikator beban
hutang (debit burden). Posisi utang luar negeri Indonesia disajikan menurut kelompok peminjam
(Pemerintah, Bank Indonesia dan Swasta), sektor ekonomi, jenis mata uang, jenis kreditor, jenis
instrumen serta jangka waktu, baik asal maupun sisa waktu.
 Utang menjadi persoalan Bersama, dan perlu penataan ulang dengan pendapat .

Anda mungkin juga menyukai