Anda di halaman 1dari 45

HALAMAN JUDUL

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................. 2

1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4

2.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Regional .................................................. 4

2.2 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional ............................................. 9

2.2.1 Aliran Analitis ....................................................................................10

2.2.2 Aliran Historis ....................................................................................19

2.2.3 Export Base Models ............................................................................32

2.2.4 The Cummulative Causation Models ....................................................33

2.2.5 Core Peri-Phery Models ......................................................................34

BAB III HASIL DISKUSI ........................................................................................36

BAB IV PENUTUP .................................................................................................40

4.1 Kesimpulan ...........................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................42

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah pada mata kuliah
Ekonomi Wilayah dengan materi bahasan yaitu “Teori Pertumbuhan Ekonomi
Regional”. Proses penyusunan makalah ini dikerjakan secara bersama-sama dalam
satu tim atau kelompok dengan memahami hasil diskusi yang telah dilakukan pada
waktu presentasi kelompok yang diselenggarakan setiap minggu oleh masing-masing
kelompok sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada
kesempatan ini penulis sekaligus penyusun makalah menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini
yaitu :
1. Dr.Ir.Eko Budi Santoso,Lic.Rer.Reg dan Velly Kukinul S, ST.MT sebagai
dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membimbing kami dan
memberikan masuk baik ilmu maupun saran yang sangat bermanfaat
bagi kelompok kami.
2. Rekan-rekan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-ITS
yang memberikan dukungan dan motivasi demi kelancaran penyusunan
makalah ini.
Kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
pembaca tentang Ekonomi Wilayah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan sebagai penulis dan penyusun. Akhir kata, kami ucapkan
terimakasih.

Surabaya, 03 Maret 2017

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah merupakan suatu area yang mempunyai arti (meaningful), karena
adanya masalah- masalah yang ada di dalamnya, khususnya masalah yang
menyangkut sosial ekonomi (wilayah bukan sekedar areal dengan batas-batas
tertentu). Menurut Murty, merupakan suatu area geografis, teritorial atau tempat
yang dapat berwujud suatu negara, bagian, provinsi, distrik (kabupaten), dan dan
perdesaan yang memiliki satu kesatuan ekonomi, politik sosial, administrasi, iklim
hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan atau kajian.
Perkembangan ekonomi suatu daerah tidak terlepas dari daerah di sekitarnya,
wilayah sebagai subsistem spasial dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten
atau kota yang bersangkutan, juga perlu memperhatikan paling tidak bagaimana
perkembangan daerah di sekitarnya (interregional planning) (Sumarmi dan
Amirudin.2014). Perkembangan ekonomi (development) berawal pada suatu
lingkungan sosial, politik dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta.
Istilah pertumbuhan, perkembangan dan pembangunan sering digunakan secara
bergantian, tetapi mempunyai maksud yang sama, terutama dalam pembicaraan-
pembicaraan mengenai masalah ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi regional pada hakekatnya adalah serangkaian usaha
dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dari
sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Pembangunan ekonomi merupakan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat dan
meningkatkan hubungan regional antar daerah. Perencanaan pembangunan
ekonomi di suatu daerah memerlukan bermacam-macam data statistik sebagai dasar
penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sarana pembangunan dapat tercapai
secara tepat.
Pertumbuhan ekonomi regional yang di tunjukkan oleh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat secara sektoral maupun dari sisi lain, yaitu
dengan memperhatikan masing-masing pertumbuhan komponen penggunaannya.
1
Berbagai hasil pembangunan yang berkesinambungan ini telah dicapai dan dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Dalam melakukan analisis ekonomi haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi
dalam bidang ekonomi atau dalam dunia usaha pada masa yang akan datang.
Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang,
kita kenal dengan peramalan (forecasting).
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
suatu wilayah maka perlu mengetahui lebih dulu teori-teori perekonomian ekonomi
regional yang menjadi asal mula atau cikal-bakal munculnya dasar pemikiran bahwa
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional berdasarkan pada teori
pertumbuhan ekonomi regional yang dibawa oleh para ahli mulai Aliran Analisis,
Aliran Historis, Export Base Models, The Cummulative Causation Models, dan Core
Peri-Phery Models.

1.3 Sistematika Penulisan


BAB 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
makalah
BAB II Pembahasan
Berisikan tinjauan teori dan materi yang dibahas pada presentasi
kelompok yang berjudul “Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional”
meliputi, pengertian pertumbuhan ekonomi, perbedaan antara
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, teori-teori pada
pertumbuhan ekonomi regional oleh para ahli, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
BAB III Hasil Diskusi
Merupakan bagian dalam makalah ini yang berisi tentang
pembahsan diskusi yang telah dilakukan, dimana para audiens atau
peserta berhak mengajukan pertanyaan kepada pengaji materi.
2
Kemudian penyaji atau orang yang mempresentasikan materi wajib
untuk memberikan jawaban kepada penanya.
BAB IV Penutup
Beriskan kesimpulan dari keseluruhan makalah ini terkait materi
yang dibahas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Regional


Pada bahasan materi pertumbuhan ekonomi regional, terlebih dahulu perlu
mengetahui perbedaan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi. Dengan mengetahui dan memahami perbedaan antara pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi tersebut maka dapat menemukan benang merah pada
kedua kata yang memiliki makna masing-masing. Kemudian setelah mengetahui
perbedaan antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dapat lebih mudah
memahami pengertian pertumbuhan ekonomi regional, tujuan dari pertumbuhan
ekonomi regional serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
regional. Berikut penjelasan terkait konsep teori pertumbuhan ekonomi regional.
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pengertian pertumbuhan ekonomi dirumuskan dengan berbagai sudut pandang
yang berbeda oleh para ekonom. Salah satunya, Boediono (1999) yang
mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang. Penekanan di sini adalah pada proses karena
mengandung unsur perubahan dan indikator pertumbuhan ekonomi dilihat dalam
kurun waktu yang cukup lama. Menurut Suryana (2000), pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa
memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya. Samuelson (1995)
mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau
peningkatan dari Gross Domestic Product potensial/output dari suatu negara.
Dapat diartikan bahwa pengertian pertumbuhan ekonomi regional adalah
pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan
seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di suatu wilayah secara
berkesinambungan menuju ke keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
2. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi
 Pertumbuhan Ekonomi

4
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Perkembanngan kemampuan memrpoduksi barang dan jasa
sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu
diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi
yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat
dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994)
Pertumbuhan ekonomi di tandai dengan peningkatan produksi nasional atau
dalam istilah umum adalah peningkatan Produk Nasional Bruto dan lebih tepat lagi
adalah Produk Nasional Netto. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan
berkembangnya barang dan jasa atau Pendapatan Nasional, sangat diperlukan
karena ada dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor tambahnya jumlah
penduduk dari tahun ke tahun dan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat
sebagai hasil pembangunan itu sendiri. (Irawan dan Suparmoko, 2002).
Pertumbuhan ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah
komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu wilayah. Konsep ini
menyangkut pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai
suplai hasil akhir yang meningkat melalui pertukaran antar wilayah.
Kemudian, pengertian pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan
pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai
tambah (value added) yang terjadi di suatu wilayah secara berkesinambungan
menuju ke keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan kata lain dari pertumbuhan ekonomi dan
tujuan keduanya sama yaitu adanya peningkatan output/produksi pada masyarakat.
Menurut teori Schumpeter dalam Boediono (1992) mengatakan, pertumbuhan
ekonomi (growth) dan pembangunan ekonomi (development) keduanya adalah
sumber dari peningkatan output masyarakat tetapi masingmasing mempunyai sifat

5
yang berbeda. Pembangunan ekonomi merupakan sumber kemajuan ekonomi
secara historis paling penting. Sejarah pembangunan ekonomi adalah sejarah
kreatifitas manusia.
Pembangunan Ekonomi merupakan sebuah tindakan atau proses yang
dilakukan pemerintah dalam upaya menaikkan pendapatan berkapita yang pada
prosesnya sangat memperhatikan pemerataan pendapatan masyarakat serta
memperhatikan jumlah pertambahan penduduk yang biasanya dibarengi dengan
adanya perubahan struktur ekonomi pada suatu negara.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini tabel perbedaan antara pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan ekonomi pada suatu wilayah.

Tabel 1 Perbedaan Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi


PERTUMBUHAN EKONOMI PEMBANGUNAN EKONOMI
Proses naiknya produk per kapita Proses perubahan terus menerus
menuju perbaikan termasuk usaha
meningkatkan produk per kapita.
Tidak memperhatikan pemerataan Memperhatikan pemerataan
pendapatan. pendapatan.
Tidak memperhatikan pertambahan Memperhatikan pertambahan
penduduk penduduk.
Belum tentu dapat meningkatkan Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
taraf hidup masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi belum tentu Pembangunan ekonomi selalu
disertai dengan pembangunan dibarengi dengan pertumbuhan
ekonomi ekonomi.
Setiap input dapat menghasilkan Setiap input selain menghasilkan
output yang lebih banyak output yang lebih banyak juga terjadi
perubahan – perubahan kelembagaan
dan pengetahuan teknik.

6
3. Prinsip Hubungan Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pada prinsipnya, hubungan antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
adalag pembangunan ekonomi selalu diiringi dengan pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan, pertumbuhan ekonomi tidak selalu dibarengi oleh pembangunan
ekonomi. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi berada di dalam pembangunan
ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi poin penting dalam menjabarkan
pembangunan ekonomi pada suatu wilayah.
4. Tujuan Pertumbuhan Ekonomi Regional
Untuk tujuan dari pertumbuhan ekonomi regional yaitu merubah kondisi
perekonomian regional atau wilayah dengan adanya proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
regional. Selain itu, tujuan mempelajari pertumbuhan ekonomi regional adalah untuk
meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Dan perencanaan pembangunan ekonomi di suatu daerah memerlukan bermacam-
macam data statistik sebagai dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar
sarana pembangunan dapat tercapai secara tepat.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah sebagai pertimbangan untuk perencanaan :
 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan
tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor
terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang
lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta teknologi, bisa dibeli atau
dipinjam dari negara lain. Tetapi penerapan teknik-teknik produktivitas tinggi
atas kondisi-kondisi lokal hampir selalu menuntut tersedianya manajemen,

7
keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui
angkatan kerja terampil yang terdidik.
 Sumber Daya Alam (SDA)
Faktor produksi kedua adalah seumber daya alam. Sebagian besar negara
berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses
pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh
kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam
yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud diantaranya kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
 Pembentukan modal.
Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan
konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun.
Pembentukan modal modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhklan
untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi. Sumber daya modal dibutuhkan
manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya
modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas.
 Perubahan teknologi dan inovasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat
pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat
kewiraswastaan. Perokonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki
para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan
mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru,

8
mengadapi berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan
teknik usaha yang lebih maju
 Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya
sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya
yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis,
egois, boros, KKN, dan sebagainya.
2.2 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu untuk memahami arti
penting pembangunan ekonomi daerah, yaitu teori Ekonomi Klasik, teori Ekonomi
Neo Klasik, teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory), teori Kausasi Kumulatif
(The Cummulative Causation Model) dan teori Core Peri-Phery Model. Berikut ini
penjelasan terkait teori-teori pertumbuhan ekonomi regional berdasarkan aliran yang
dianut oleh para ahli disertai bagan hubungan masing-masing teori pertumbuhan
ekonomi regional.

Gambar 1 Bagan Hubungan Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional Berdasarkan


Aliran

9
2.2.1 Aliran Analitis
Di akhir abad 18 dan awal abad 19, lanskap
ekonomi inggris berubah dengan adanya revolusi
pertanian & industri. Berbagai inovasi dilakukan dan
menghasilkan berbagai teknik produksi baru.
Perubahan sosial terjadi, terutama berkaitan dengan
“pemagaran” tanah oleh para pemilik tanah. Daripada
mengerjakan tanah mereka sendiri, para tuan tanah
justru membagi tanah tersebut untuk dikerjakan oleh
para petani yang diupah.
Menurut pandangan klasik, ada tiga syarat mutlak yang diperlukan untuk
mencapai keserasian dalam kehidupan ekonomi dan kesejahteraan umum yaitu
spesialisasi, efisiensi, dan pasar bebas.

1. Teori Klasik
Teori Klasik adalah teori yang memandang bahwa suatu perekonomian yang
diatur oleh mekanisme pasar tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu
tercapai. Tokoh-tokoh dalam aliran Klasik diantaranya Adam Smith, David Ricardo,
Thomas Robert Malthus, dan Karl Marx. Namun pada pembahasan teori klasik
mengenai pertumbuhan ekonomi, hanya ada dua tokoh yaitu Adam Smith dan David
Ricardo.
a. Teori Adam Smith
Teori ini mengatakan individu yang bertindak untuk kepentingan pribadi justru
makin meningkatkan kesejahteraan publik yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
segala usaha yang diarahkan negara. Di dalam buku terkenal, The Wealth of
Nations, Smith menulis: ”Dengan mengejar kepentingan pribadi, seseorang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat jauh lebih efektif daripada apabila secara
sadar ia mencoba memperbaiki kesejahteraan masyarakat.” Menurut teori Smith,
para pelaku bisnis atau pemilik modal yang mencoba mengejar kepentingan
pribadinya akan mencari keuntungan sebesar-besarnya, pegawai berusaha mencari
gaji setinggi-tingginya, sementara konsumen berusaha membeli barang semurah-
murahnya. Dari interaksi inilah sumber daya dapat dialokasikan secara efisien di
10
dalam ekonomi pasar. Ciri khas dari teori Adam Smith yaitu menerapkan invisble
hand, dimana tidak ada campur tangan pemerintah dalam melakukan kegiatan
perekonomian di pasar. Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan
ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan
adanya pertambahan output atau hasil. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi berdasarkan teori Adam Smith yaitu :
a) jumlah penduduk,
b) jumlah stok barang-barang modal,
c) luas tanah dan kekayaan alam, dan
d) tingkat teknologi yang digunakan
Dalam teori Adam Smith terdapat pembagian kerja dan spesialisasi, sehingga
hal ini menyebabkan tingkat kemahiran tenaga kerja yang lebih tinggi, penghematan
waktu untuk produksi barang (keluaran), dan penemuan mesin-mesin atau alat yang
lebih canggih.

Gambar 2 Grafik Alur Pemikiran Adam Smith terkait Pertumbuhan Ekonomi


b. Teori David Ricardo
Ricardo adalah seorang praktisi yang berasal dari keluarga pedagang
menengah dan tidak pernah seperti yang telah disinggungkan dimuka menuntut
pendidikan fromal di lembaga pendidikan tinggi. David Ricardo mengemukakan teori
pertumbuhan ekonomi dalam sebuah buku yang berjudul “The Principles of Political
Economy and Taxation”. Menurut David Ricardo, pertumbuhan ekonomi suatu
negara ditentukan oleh pertumbuhan penduduk, dimana bertambahnya penduduk
akan menambah tenaga kerja dan membutuhkan tanah atau alam.

11
Dalam menganalisis masalah-masalah ekonomi ada dua perbedaan antara
pemikiran Ricardo dengan Adam Smith, yaitu :
 Adam Smith menggunakan pendekatan yang bersifat empiris-induktif.
Analisis ini didasarkan atas pengalaman empiris dan kemudian
kesimpulan yang diperoleh disusun dalam suatu pola kerangka
pemikiran yang sistematis. Sedangkan Ricardo, dapat dikatakan sebagai
seorang ahli ekonoomi (ekonom) pertama yang meletakkan pondasi
untuk pendekatan yang bersifat teoritis-deduktif.
 Adam Smith memandang masa depan perkembangan masyarakat
dengan nada optimis, sedangkan Ricardo memberikan syarat tentang
masa depan yang suram. Dan asumsi yang digunakan Ricardo adalah
jumlah tanah terbatas, tenaga kerja meningkat dan menurun
tergantung pada tingkat upah yang ditawarkan, akumulasi modal terjadi
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh para pemilik modal berada
diatas tingkat keuntungan minimal, kemajuan sektor terjadi sepanjang
waktu, dan sektor pertanian sangat dominan.
Namun terdapat kelemahan dari teori David Ricardo yaitu mengabaikan
pengaruh kemajuan teknologi, mengabaikan faktor-faktor kelembagaan, dan
mengabaikan suku bunga. Berikut alur pemikiran David Ricardo tentang
pertumbuhan ekonomi regional.

Gambar 3 Grafik Alur Pemikiran David Ricardo terkait Pertumbuhan Ekonomi

12
2. Teori Neo-Klasik
Teori Neoklasik adalah teori yang digunakan untuk
mendefinisikan beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi
yang mencoba menjabarkan pembentukan harga, produksi,
dan distribusi pendpatan melalui mekanisme permintaan
dan penawaran pada suatu pasar. Tokoh-tokoh dalam
aliran Neo-Klasik diantaranya adalah John Maynard Keynes,
W.W. Rostow, Sollow-Swan, Joseph Schumpter, dan Harrod
– Domar.
a. Teori Keynes
Teori ekonomi yang diambil dari John Maynard Keynes, seorang ahli ekonomi
yang berasal dari Inggris dan dikenal sebagai orang pertama yang mampu
menjelaskan secara sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonomi yang
didasarkan atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa
peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan
pendapatan yang kemudian akan mendorong lebih meningkatkan belanja dan
pendapatan.
Pada teori ini, konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian
akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama.
Sehingga, apabila seseorang membelanjakan uangnya, maka ia membantu
meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini akan terus berlanjut dan membuat
perekonomian dapat berjalan secara normal. Keika Great Depression melanda,
masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan cenderung
menimbun uangnya. Hal ini berdasarkan teori Keynes akan mengakibatkan
berhentinya siklus perputaran uang dan selanjutnya membuat perekonomian
lumpuh.
Solusi yang ditawarkan Keynes untuk menerobos hambatan perekonomian ini
adalah dengan cara campur tangan dari sektor publik dan pemerintah. Keynes
berpendapat bahwa pemerintah harus ikut campur tangan dalam meningkatkan
belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan suplay uang atau dengan cara
pembelian barang dan jasa oleh pemerintah sendiri.

13
Intinya Teori Keynes ini memuat sampai seberapa jauh dapat dipergunakan
untuk manentukan kebijaksanaan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi yang stabil, dalam tingkat yang tinggi (planning, dan economy policy).

Gambar 4 Diagram Alur Pemikiran John Keynes tentang Pertumbuhan Ekonomi

b. Teori Rostow
Teori pembangunan ekonomi dari Rostow ini sangat populer dan paling banyak
mendapatkan komentar dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan artikel
Rostow yang dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956) dan kemudian
dikembangkan nya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of
Economic Growth (1960). Menurut pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini
dikelompokkan ke dalam model jenjang linear (linear stages mode).
Rostow pula yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor
kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi „less developed‟, untuk
menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional, dan
terminologi ‟more developed‟ untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah
mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal pre-kondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara,
penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang
dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat
kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan

14
baru yang berkualitas. Teori Rostow ini secara mendasar bersifat unilinear dan
universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan jika sudut pandang nya dalam arti proses, diartikan sebagai
modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke
arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan
sifat alami „pembangunan‟ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi
dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga
pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa. Pembangunan,
dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan
adanya :
 Kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat.
 Sebagian besar non-pertanian.
 Sangat berbasis perkotaan sebagai bagian teori modernisasi, teori ini
mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai
dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi
menganggap bahwa teori pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh
terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai „teori modernisasi.
Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5
tahap. Adapun 5 tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow yakni :
1) Masyarakat tradisional (the traditional society),
2) Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off),
3) Tinggal landas (the take-off),
4) Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan
5) Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)

15
Gambar 5 Tahap Pembangunan Ekonomi Menurut Rostow
Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut
adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi.
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat
tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang
multidimensional.
c. Teori Sollow-Swan
Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National University
secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang
sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo-Klasik. Seperti halnya dengan
model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada
bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan
output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model
model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih “luwes” karena :
(a) Menghindari masalahy “ketidakstabilan” yang mkemrupakan cirri warranted rate
of growth dalam model Harrod-Domar.
(b) Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi
pendapatan.
Keluesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan swan menggunakan
bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Dalam
16
model Harrod-Domar, output dan capital dan output dan tenaga kerja masing-
masing dihubungkan oleh satu “fungsi produksi” dengan koefisien yang tidak bisa
berubah, yaitu Qp = hK dan Qn, = nN. Dalam model Neo-Klasik dari Solow dan
Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang bias menampung
berbagai kemungkinan substitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Bentuk
fungsi produksi adalah sebagai berikut :
Q = F ( K, L )
Rumus tersebut memungkinkan berbagai
kombinasi penggunaan K dan L untuk mendapatkan
suatu tingkat output. Fungsi produksi semacam ini
(yang sering dijumpai dalam teori ekonomi mikro)
disebut fungsi produksi Neo-Klasik. Dalam
menggunakan fungsi semacam inilah Solow dan
Swan bisa menghindari masalah “ketidakstabilan”
dan mengambil kesimpulan-kesimpulan baru
mengenai distribusi pendapatan dalam proses
pertumbuhan (seperti halnya kaum Klasik).
Dengan digunakannya fungsi produksi Neo-klasik tersebut, ada satu
konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh factor yang
tersedia, baik berupa K maupun berupa L akan selalu terpakai atau tergunakan
secara penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena dengan fungsi produksi
Neo-Klasik tersebut, berapapun K dan L yang tersedia akan bisa dikombinasikan
untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan “kelebihan” dan
“kekurangan” factor produksi seperti dalam model misalnya, Harrod-Domar atau
Lewis. Posisi “full employment” ini membedakan model Neo-Klasik. Dengan adanya
model Keynesian (Harrod-Domar) maupun model Klasik. Jadi jelas bahwa
penggunaan fungsi produksi Neo-Kalsik sehingga selalu jelas terdapat „full
employment‟ merupakan cirri utama yang membedakan model ini dengan model-
model pertumbuhan lain.
d. Teori Scumpter
Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang
berbahasa Jerman pada tahun 1911, lalu pada tahun 1934 diterbitkan dengan
17
berbahasa Inggris berjudul “The Theory of Economic Defelopment”. Kemudian
Joseph Alois Schumpeter menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses
pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya
yang berjudul “Business Cycles” pada tahun 1939. Salah satu pendapat Schumpeter
yang penting adalah landasan teori pembangunannya yaitu keyakinannya bahwa
system kapitalisme merupakan system yang paling baik untuk menciptakan
pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan
secara pesimis bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami
kemandegan.
Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang
menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah
para innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu
masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.
Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Menurut Schumpeter
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri. pembangunan
ekonomi adalah kenaikan out put yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh
para wiraswasta. Inovasi ini berarti perabaikan “teknologi” dalam arti luar, miasalnya
penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebagainya.
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan para pengusaha merupakan golongan yang
akan terus-menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam ekonomi. Hal ini
bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan perekonomian jika para pengusaha
terus-menerus mengadakan inovasi dan mampu pengadakan kombinasi baru atas
investasinya atau proses produksinya. Adapun jenis-jenis inovasi, di antaranya dalam
hal berikut.
a) Penggunaan teknik produksi.
b) Penemuan bahan dasar.
c) Pembukaan daerah pemasaran.
d) Penggunaan manajemen.
18
e) Penggunaan teknik pemasaran

e. Teori Harrond-Domar
Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan
yang berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, teori itu
merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan
teori jangka pendek yang kemudian menjadi teori jangka panjang. Pada model
Harrod-Domar peranan investasi sangat penting.
Teori ini menjelaskan tentang syarat yang harus dipenuhi supaya
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh (steady growth) dalam
jangka panjang. Asumsi yang digunakan oleh Harrod–Domar dalam teori
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh beberapa hal sebagai beriku:
a) Tahap awal perekonomian telah mencapai tingkat full employment.
b) Perekonomian terdiri atas sektor rumah tangga (konsumen) dan sektor
perusahaan (produsen).
c) Fungsi tabungan dimulai dari titik nol, sehingga besarnya tabungan
proporsional dengan pendapatan.
d) Hasrat menabung batas (Marginal Propencity to Save) besarnya tetap.
Sehingga menurut Harrod – Domar pertumbuhan ekonomi yang teguh akan
mencapai kapasitas penuh (full capacity) dalam jangka panjang.

2.2.2 Aliran Historis


Aliran historis menekankan proses pembangunan ekonomi berdasarkan
pengalaman sejarah secara bertahap-tahap. Teori ini berasal dari Jerman dan
muncul pada abad ke 19. Beberapa tokoh utama mashab ekonomi historis adalah

19
Frederich List, Bruno Hilderbrand, Karl Bucher, Walt Whiteman Rostow, Karl Marx,
dan Bruno Hidebrand.
a. Karl Heinrich Marx
Teori Marx ini merupakan reaksi terhadap proses
pertumbuhan ekonomi klasik berdasarkan kapitalisme
yang dikemukakan sebelumnya oleh Adam Smith
(1723-1790) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh David Ricardo (1772-1823).
Penerapan teori klasik pada tahap-tahap awal
pertumbuhannya di Eropa Barat, terutama di Inggris
ternyata telah menimbulkan kesenjangan ekonomi
yang semakin hari semakin melebar, khususnya
diantara kaum kapitalis yang semakin kaya dan kaum
buruh yang semakin miskin.Teori klasik yang menekankan peranan kapital beserta
akumulasinya dalam pertumbuhan ekonomi mendorong para pemilik modal
(kapitalis) memaksimumkan penggunaan modal melalui operasi perusahaan.
Selanjutnya dalam mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu laba maksimum, para
kapitalis yang sekaligus adalah manejer perusahaan ini, antara lain berusaha
menekan biaya produksi yang salah satu komponen utamanya adalah upah buruh.
Jadi ada pertentangan kepentingan diantara para majikan dengan
buruh.Pertarungan ini berkisar pada masalah penetapan upah, dalam mana pihak
kapitalis berada pada posisi yang lebih dominan. Maka proses pertumbuhan ekonomi
klasik ini cenderung memperlebar jurang pendapatan diantara para majikan dengan
buruh. Para pemilik modal menjadi semakin kata, karena selalu berusaha
memaksimumkan laba dan menginvestasikan lagi keuntungannya, sebaliknya para
buruh semakin melarat, karena selalu mendapat tekanan dari para kapitalis.Maka
konflik diantara kedua kepentingan inilai yang dieksploitasi oleh Marx dalam
merumuskan teorinya.
Menghadapi kenyataan ini Marx menawarkan teori alternatif, yang pokok isinya
adalah membela kepentingan para pekerja dan meramalkan runtuhnya sistem
kapitalis.Teori ini sering disebut teori sosialis dan dalam perkembangannya

20
melahirkan sistem ekonomi komunis yang banyak dipraktekkan di negara-negara
Eropa Timur, Uni Sovyet, RRC dan di beberapa NT dan NSB lainnya.
Teori Marxis ini bukan saja menjelaskan fenomena sejarah perekonomian
sebagaimana yang dikemukakan oleh Friedrick List, Karel Bucher dan Bruno Hilde
Brand misalnya, tetapi juga memberikan suatu kerangka analisis dan saran-saran
untuk meruntuhkan sistem kapitalis dan mewujudkan suatu masyarakat sosialis atau
masyarakat komunal modern. Karena lingkupnya yang demikian luas, yaitu ingin
merubah secara mendasar tatanan tatanan ekonomi dan masyarakat yang sudah
berurat berakar. Menurut Karl Marx, masyarakat menempuh tahapan-tahapan
berbeda dalam sejarah dan penentu tahapan tersebut adalah perubahan dalam
sarana produksi dan hubungan produksi. Berdasarkan sejarahnya, perkembangan
masyarakat ditempuh melalui lima tahapan sebagai berikut :
 Masyarakat komunal primitif
Dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan masyarakat yang menekankan
kepada pentingnya kebersamaan. Jadi berbeda dengan tatanan masyarakat kapitalis
primitif yang lebih menonjolkan kepentingan individu. Perekonomian primitif ditandai
oleh teknologi atau peralatan kerja yang sifatnya masih sangat sederhana seperti
alat-alat yang berasal dari batu dan sebagainya.Tahap ini identik dengan tahap
pertama (mengembara), kedua (beternak), dan ketiga (bertani) versi Friedrick List.
Perbedaaannya, List melihat dari sisi perkembangan teknik produksi sementara Marx
menekankan kajiannya kepada sisi pemilikan faktor produksi, yaitu pada tahap ini
pemilikan faktor produksi bersifat komunal. Kegiatan perdagangan belum ada dan
kalaupun ada masih bersifat barter dan sangat terbatas. Pada umumnya orang
memproduksi sendiri produk yang mereka perlukan, dan oleh karena itu juga tidak
ada surplus konsumsi di atas produksi atau sebaliknya. Dengan demikian dapat
diduga bahwa kondisi perekonomian pada tahap ini berada dalam keadaan stabil
dengan distribusi pendapatan relatif merata.
Tetapi lama-kelamaan karena kemajuan teknik produksi, terjadilah perubahan
sosial dan pembagian kerja yang semakin jelas, tegas dan tajam dalam
produksi.Pertukaran barang-barang secara berangsur-angsur terus berkembang dan
saling mendorong dengan kemajuan teknik produksi.Semuanya ini mendorong

21
terjadinya disparitas dalam distribusi pendapatan diantara anggota masyarakat yang
sekaligus secara berangsur-angsur juga mengurangi rasa kebersamaan. Dengan
kata lain pola kehidupan komunal secara berangsur-angsur berakhir. Sebaliknya bibit
individualisme mulai bersemi.
 Masyarakat perbudakan
Suatu fenomena penting dalam perkembangan teknik produksi ini adalah
terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu sama lain disamping saling
membutuhkan, tetapi dalam prakteknya juga sering mempunyai kepentingan yang
saling bertentangan. Kelompok pertama adalah pemilik alat-alat produksi dan
sekaligus merupakan pihak yang mempekerjakan (majikan).Kelompok kedua adalah
pekerja (budak) yang hanya menyediakan tenaganya.Dalam prakteknya pada masa
itu majikan mempunyai kedudukan yang lebih dominan daripada budak dan
mempunyai tendensi untuk menguasai budak tersebut secara tidak manusiawi untuk
kepentingan dirinya sendiri.Sebaliknya, para budak mempunyai posisi yang sangat
lemah sehingga sangat tergantung kepada majikan. Dengan kata lain para budak
kurang dihargai. Keadaan ini sebenarnya dilatarbelakngi oleh kenyataan bahwa para
budak pada umumnya adalah orang yang tidak puya (the havenot), kecuali
tenaganya sebaliknya para majikan adalah orang haya (the have). Disamping itu
banyak juga budak yang berasal dari tawanan perang, biasanya berasal dari pihak
yang kalah.Dalam kebanyakan masyarakat memang ada kecenderungan untuk
kurang menghargai orang yang miskin dan orang yang kalah.
Dengan pola hubungan produksi yang semacam itu, menurut Marx, majikan
dapat memperoleh keuntungan yang semakin besar, karena para budak hanya diberi
upah sekedar untuk bisa bekerja dan tidak mati.Tatanan masyarkat yang semacam
inilah yang disebut masyarakat perbudakan. Perubahan masyarakat ke arah yang
semacam ini menandai dimulainya kecenderungan untuk memberi keuntungan bagi
diri sendiri (individual) melalui pengorbanan pihak lain, dan rasa kebersamaan yang
melandasi masyarakat komunal semakin berkurang.
Dalam pada itu pembagian kerja dan tingkat spesialisasi yang semakin jauh di
berbagai sektor produksi, dengan sendirinya mendorong peningkatan pengetahuan
dan keterampilan para budak atau pekerja serta mendorong mereka untuk

22
memperbaiki alat-alat produksi. Semuanya ini meningkatkan produktivitas kerja para
budak serta kontribusinya dalam proses produksi. Sementara para tuan tanah tidak
berminat memperbaiki alat-alat produksi terutama karena murahnya tingkat upah
atau harga tenaga budak. Hal ini lama-kelamaan menyadarkan para budak akan
kedudukannya dan merasa tidak puas dengan apa yang diperolehnya dari hubungan
produksi yang timpang ini. Maka dari itu permusuhan diantara kedua kelompok
masyarakat ini mulai tampak.
 Masyarakat feodal
Kritik-kritik berbagai kalangan terhadap praktek perbudakan, akhirnya
meluluhlantakkan sistem tersebut. Perang saudara di Amerika Serikat adalah perang
antara pihak yang menginginkan dihapuskannya perbudakan (terdiri dari negara-
negara bagian yang terletak di belahan utara) dengan pihak yang ingin
mempertahankan sistem tersebut (terdiri dari negara-negara bagian yang terletak di
belahan selatan negeri itu). Perang ini akhirnya dimenangkan oleh pihak utara yang
berimplikasi kepada dihapuskannya di Amerika Serikat. Begitu pula kebanyakan
agama, misalnya Islam sangat menentang praktek-praktek perbudakan yang tidak
manusiawi. Menyusul berakhirnya sistem perbudakan muncullah suatu bentuk
masyarakat baru, yaitu masyarakat feodal, dimana kaum bangsawan menguasai
alat-alat produksi utama pada waktu itu, yaitu tanah.
Masyarakat feodal ini, oleh karena itu terdapat dalam suatu perekonomian
yang agraris, dimana distribusi pemilikan lahan (tanah) sangat timpang. Sehingga
sebagian besar petani tidak memiliki tanah atau hanya memiliki tanah yang luasnya
sangat terbatas sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh
karena itu kebanyakan mereka bekerja pada tanah milik orang lain (pada umumnya
tuan tanah yang memiliki tanah yang luas) sebagai buruh tani atau sebagai
penyewa. Para petani atau buruh tani tersebut kebanyakan terdiri dari para budak
yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah untuk kaum feodal dan setelah itu
baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan. Seperti halnya dalam masyarakat
perbudakan, kepentingannya satu sama lain saling bertentangan. Kedua kelas itu
adalah: (1) kelas feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih berkuasa dalam
hubungan produksi dan sosial itu dan, (2) kelas petani yang bertugas melayani

23
mereka. Dalam hal ini, menurut Marx, kaum feodal hanya memikirkan keuntungan
saja, sehingga kehidupan selalu tertekan. Meskipun demikian, dibandingkan dengan
hubungan produksi pada sistem perbudakan hubungan produksi semacam itu
ternyata mendorong adanya perbaikan alat-alat produksi dan kemajuan teknologi
terutama di sektor pertanian. Akibatnya terjadi peningkatan produktivitas dan jumlah
produksi yang sangat berarti sehingga mendorong perkembangan sektor pertukaran.
Pedagang-pedagang baru banyak muncul dan didukung oleh raja-raja yang
kemudian membutuhkan pasar yang lebih luas karena produksi selalu bertambah.
Kaum pedagang mulai menggeser kedudukan kaum bangsawan yang hanya
menerima hasil begitu saja dari hasil keringat para petani.
Dalam perkembangan selanjutnya para pedagang ini disamping berdagang
lama-kelamaan menginvestasikan sebagian dari keuntunganya dalam usaha
processing (pabrik) sehingga lama-kelamaan terbentuklah apa yang disebut dengan
alat produksi kapitalis. Dengan demikian terbentuklah suatu kelas baru dalam
masyarakat yaitu kelas borjuis yang kapitalistik. Kaum borjuis ini menghendaki
dihapuskannya sistem feodal yang didominasi oleh kaum bangsawan. Kelas borjuis
yang memiliki alat-alat produksi menghendaki pasar buruh yang bebas dan
hapusnya tarif dan lain-lain rintangan dalam perdagangan yang diciptakan oleh
kaum feodal.
Demikian kerasnya pertentangan antara kaum borjuis dan feodal ini, maka di
Eropa pada akhir abad ke delapan belas meletuslah Revolusi Perancis yang
dimenangkan oleh kaum borjuis sehingga revolusi Perancis tersebut disebut juga
revolusi borjuis. Peristiwa ini mempercepat terwujudnya masyarakat kapitalis.
 Masyarakat kapitalis
Lahirnya masyarakat kapitalis diilhami oleh gagasan Adam Smith yang
menggarisbawahi pentingnya peranan kapital dan akumulasi kapital dalam
pertumbuhan ekonomi lewat peningkatan produktivitas per pekerja. Peningkatan
produktivitas per pekerja terjadi karena tambahan kapital membuka peluang untuk
mempertajam tingkat spesialisasi dan pembagian kerja (specialization division of
labor). Disamping itu faktor lain yang ikut menunjang proses pertumbuhan ekonomi
menurut Adam Smith adalah: (a) Pasar yang semakin luas, dan (b) Laba usaha.

24
Kedua faktor tersebut saling berkaitan. Meluasnya pasar membuka kemungkinan
untuk inovasi lebih lanjut, dus menciptakan pembagian kerja yang lebih tajam dan
menambah peluang untuk memacu pertumbuhan laba dan akumulasi kapital. Syarat
utama yang harus dipenuhi untuk memaksimumkan luas pasar menurut Adam Smith
adalah memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anggota masyarakat dalam
mengelola kegiatan ekonominya.
Dalam kenyataannya lahirnya masyarakat kapitalis ini berbarengan dengan
terjadinya perubahan struktur ekonomi dari agraris ke industri di Inggris pada akhir
abad ke XVIII. Revolusi industri tersebut didukung oleh kemajuan teknologi produksi
yang spektakuler yang berimplikasi kepada peningkatan skala produksi dan
perluasan pasar. Semuanya ini memerlukan kapital dalam jumlah yang besar,
sehingga mendorong terjadinya proses akumulasi kapital yang intensif sehingga
masyarakat menjadi kapitalistik.
Dampak dari perkembangan yang semacam itu adalah bahwa masyarakat
kembali terbagi dua tetapi dengan corak yang berbeda dari periode sebelumnya.
Kedua kelompok itu adalah: a) kelas kapitalis, dan b) kelas buruh. Dalam hubungan
ini para kapitalis mempekerjakan kaum buruh, yang dalam hal ini mempunyai posisi
yang relatif lemah terutama karena tidak memiliki alat produksi. Dalam konstelasi
yang semacam itu kaum kapitalis memanfaatkan kelemahan kaum buruh ini yaitu
dengan memberikan tingkat upah yang rendah untuk memaksimumkan labanya dan
mempercepat laju akumulasi kapital. Sementara itu kaum buruh menjadi semakin
melarat. Pertentangan kepentingan ini makin lama makin besar dan akhirnya timbul
pertarungan diantara keduanya yang oleh Marx disebut perjuangan kelas.
Sementara itu sistem kapitalis yang mementingkan adanya kebebasan dalam
berusaha melahirkan suasana persaingan yang tajam terutama diantara para
kapitalis itu sendiri, baik dalam memasarkan output maupun dalam membeli input
untuk memaksimumkan profitnya. Dalam persaingan ini nantinya akan semakin
banyak kapitalis tersisih, sementara yang menang jumlahnya akan semakin sedikit
tetapi kekayaannya akan semakin besar. Prosesi ini melahirkan kesenjangan yang
sangat besar dalam masyarakat dimana jumlah orang yang kaya semakin sedikit
dengan tingkat kekayaan yang semakin besar dan jumlah orang miskin menjadi
semakin banyak. Tatanan ekonomi masyarakat menyerupai piramid dengan lapisan
25
masyarakat yang berpendapatan rendah berada
pada bagian bawahnya dan yang paling kaya yang
jumlahnya sangat sedikit bertengger di puncak
piramid. Pertarungan ini oleh karena itu, seperti
digambarkan oleh Marx pada akhirnya akan
dimenangkan oleh kaum buruh yang kemudian
membentuk masyarakat sosialis atau masyarakat
komunal modern.
 Masyarakat sosialis
Seperti halnya dalam masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat komunal
modern faktor-faktor produksi adalah milik bersama (social ownership). Namun
berbeda dengan masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat komunal modern
alat-alat produksi atau teklogi sudah jauh lebih maju. Dalam sistem ini semua
manusia mempunyai peluang yang sama untuk maju pada semua bidang kehidupan
dan terutama dalam bidang ekonomi.
Dari kelima tahapan tersebut Marx melihat adanya siklus dalam perkembangan
masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif) pada tahap pertama dan
berakhir kembali pada masyarakat komunal atau sosial (modern) pada tahap kelima.
Dalam pada itu pada tahap kedua, ketiga dan keempat ditandai oleh adanya konflik
dan perjuangan kelas diantara kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan
yang bertentangan dalam masyarakat yang bersangkutan.
b. Frederich List
Friedrich List sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang
berpendapat bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi sumber daya
yang optimal. Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi hanya terjadi apabila
dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan
perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya proteksi pemerintah bagi industri-industri yang
masih lemah. Suatu hal yang dapat dimengerti karena dia menghendaki
berkembangnya industri di Jerman yang pada waktu itu masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan di Inggris. Dengan demikian menurut Friedrich List

26
perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah,
organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi
perkembangan teknik produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-
tahap tersebut adalah :
(1) Mengembara
Pada masa ini peradaban masih sangat sederhana, manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya tergantung pada alam, mereka hidup secara berkelompok, dan
berpindahpindah dari suatu daerah ke daerah yang lainnya, yang dapat memberikan
kehidupan bagi mereka.
(2) Beternak dan bertani
Pada masa ini mereka mulai hidup menetap, bercocok tanam, dan beternak. Mereka
mulai menanam jenis tumbuhan yang mereka dapatkan dari tempat lain, dan mulai
mencoba memelihara hasil buruannya yang masih hidup, sehingga tidak sepenuhnya
tergantung pada alam.
(3) Bertani dan Kerajinan
Pada masa ini peradaban mulai meningkat sehingga kebutuhan mereka
bertambah, meningkatnya kebutuhan ini mendorong mereka untuk berusaha
memperluas lahan pertanian dan berusaha membuat kerajinan-kerajinan tangan
untuk mengisi waktu senggangnya setelah bertani.
(4) Kerajinan, industri rumah tangga (manufaktur), dan perdagangan
Pada masa ini masyarakat telah berubah, kerajinan yang semula hanya
sebagai sampingan, lambat laun menjadi sebuah kawasan industri kerajinan dan
sudah mulai ditukarkan dengan hasil pertanian di suatu tempat tertentu/pasar. Pada
masa inilah akhirnya timbul perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang.
Kehidupan masyarakat berkembang dengan adanya pertanian, industri, dan
perdagangan.
Dalam masyarakat yang berada pada tahap kelima tingkat kemajuan teknik
produksi tersebut saling tumpang tindih (overlapping), sehingga sulit menentukan
batas diantara tahap-tahap tersebut secara tegas.

27
c. Karl Bucher
Karl Bucher mengemukakan analisisnya dengan mengacu kepada evolusi
perekonomian di Jerman. Bucher mencoba mensintesakan pendapat List dan
Hildebrand dengan mengatakan bahwa perekonomian tumbuh melalui 3 tahap,
yaitu:
1) Produksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri (rumah tangga)
2) Perekonomian kota, dimana perdagangan sudah meluas
3) Perekonomian nasional, dimana kegiatan produksi sudah berorientasi ke pasar
(market oriented) yaitu barang diproduksi untuk dijual ke pasar. Dengan
demikian peranan pedagang semakin penting.
Seperti halnya dalam teori pertumbuhan List dan Bruno Hildebrand, sudah
barang tentu tidak akan dapat diketahui secara pasti dan tegas batas-batas diantara
ketiga tahap pertumbuhan ekonomi Karl Bucher ini. Kemudian pada tahap pertama
yaitu rumah tangga, dibedakan lagi secara rinci yaitu sebagai berikut.
 Rumah tangga tertutup, dimana kehidupan
masyarakat pada masa ini proses pertukaran belum
ada, masyarakat menghasilkan barang terbatas hanya
untuk lingkungannya sendiri (produksi untuk kebutuhan
sendiri).
 Rumah tangga kota, dimana rumah tangga kota
pertukaran sudah meluas, masyarakat mulai mengenal
pertukaran hasil produksi. Hasil produksi kota biasanya
dikerjakan dalam bentuk gilda yaitu suatu ikatan di antara para produsen
sejenis, hubungan antara para pekerja dan pimpinan masih bersifat
kekeluargaan, produksinya pun dikerjakan atas dasar pesanan.
 Rumah tangga bangsacatau perekonomian nasional, dimana peran
pedagangmenjadi semakin penting, produksi tidak lagi didasarkan atas
pesanan,tetapi sudah berorientasi untuk mendapatkan keuntungan, di dalam
rumah tangga bangsa sistem gilda sudah hilang.

28
 Rumah tangga dunia, di dalam rumah tangga dunia ruang lingkup pasar
mencakup pasar internasional. Sistem perekonomian tidak terbatas hanya di
dalam negeri, tetapi sudah sampai ke luar negeri.
d. Walt Whitmen Rostow
Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dapat dikatakan sebagai
reaksi terhadap teori komunis Marx. Hal ini terlihat dari karya utama Rostow yang
berjudul The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Seperti
analisis Marx, model pertumbuhan ini ternyata jauh lebih berpengaruh kepada para
politisi daripada kepada para teoritisi ekonomi atau sejarawan profesional. Rostow
yang berasal dari Texas University mengajukan lima tahap pertumbuhan ekonomi,
yaitu:
(1) Masyarakat Tradisional,
Pada masyarakat tradisional ini, cara produksi masih primitif, dan cara hidup
masyarakatnya masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang
rasional, tetapi oleh kebiasaan yang turun-temurun, tingkat produktivitas
pekerja masih rendah.
(2) Prakondisi untuk Take-off
Pada tahap prasyarat tinggal landas ini merupakan masa transisi di mana
masyarakat mulai mempersiapkan diri untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri (selfsustained growth), untuk mencapai pertumbuhan yang
mempunyai kekuatan untuk terus berkembang.
(3) Periode Take-off
Pada tahap tinggal landas ini pertumbuhan ditandai oleh adanya perubahan yang
drastis dalam masyarakat, terciptanya kemajuan yang pesat sehingga timbul
adanya penanaman modal.
(4) Dorongan menuju kematangan (Drive to Maturity)
Pada masa ini masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi
modern pada hampir semua kegiatan produksi.
(5) Konsumsi tinggi dan besar-besaran (High-mass consumption)
Pada tahap ini masyarakat sudah menekankan pada masalah konsumsi dan
kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi.

29
Dari kelima tahap tersebut, take off (lepas landas) merupakan tahap kunci
yang didorong oleh satu atau lebih leading growth sector.
e. Werner Sombart
Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Masa perekonomian tertutup
Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya
semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen
sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran
barang atau jasa. Adapu yang menjadi ciri khusus pada
masa pererokonomian ini yaitu kegiatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, setiap individu sebagai
produsen sekaligus sebagai konsumen, dan belum ada
pertukaran barang dan jasa
2) Masa kerajinan dan pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang
sesuai dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan
pertukaran barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum
didasari oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling
memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri
seperti; Meningkatnya kebutuhan manusia, adanya pembagian tugas sesuai dengan
keahlian, timbulnya pertukaran barang dan jasa, dan pertukaran belum didasari
profit motive
3) Masa kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya
kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan
oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah
bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat
masa sebagai berikut:
30
 Tingkat prakapitalis, masa ini memiliki ciri-ciri seperti kehidupan
masyarakat masih statis, bersifat kekeluargaan, bertumpu pada sektor
pertanian, bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan hidup
secara berkelompok.
 Tingkat kapitalis, masa ini memiliki cirri-ciri seperti, kehidupan
masyarakat sudah dinamis, bersifat individual, adanya pembagian
pekerjaan, dan terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan.
 Tingkat kapitalisme raya, masa ini memiliki cirri-ciri seperti usahanya
semata-mata mencari keuntungan, munculnya kaum kapitalis yang
memiliki alat produksi, produksi dilakukan secara masal dengan alat
modern, perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli,
serta dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan
buruh.
 Tingkat kapitalisme akhir, masa ini memiliki cirri-ciri seperti munculnya
aliran sosialisme, adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi,
dan mengutamakan kepentingan bersama.
f. Bruno Hildebrand
Bruno Hildebrand mengkritik Friedrich List dan berdasarkan pengalaman
Inggris dia mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan
karena sifat-sifat produksi atau konsumsi, tetapi karena perubahan-perubahan
dalam metoda distribusi yang digunakan. Brunomenganalisis proses pertumbuhan
ekonomi dari segi evolusi alat-alat tukar, yaitu :
(1) Perekonomian barter, dimana pertukaran masih bersifat kekeluargaan
dengan ruang lingkup sempit.
(2) Perekonomian uang, dimana sudah ada alat ukur nilai berupa uang yang
dapat digunakan sebagai investasi dan tabungan.
(3) Kredit, pertukaran dengan cara kredit merupakan kemudahan yang
diberikan, meskupun tak punya uang sesorang dapat membeli barang.
Dari pemaparan berbagai teori pertumbuhan ekonomi yang terdapat pada
aliran historis berikut ini bagan untuk memperjelas perbedaan dari teori-teori
pertumbuhan ekonomi yang termasuk ke dalam aliran historis.

31
Gambar 6 Bagan Teori Pertumbuhan Ekonomi Aliran Historis

2.2.3 Export Base Models


Teori basis ekspor membagi wilayah yang melakukan
perdagangan menjadi 2 (dua), yakni wilayah yang
bersangkutan dan wilayah-wilayah sisanya. Teori ini membagi
struktur perekonomian menjadi 2 (dua) sektor basis/sektor
dasar atau basic activities dan sektor nonbasis/nondasar atau
nonbasic activities. Sektor basis menghasilkan barang-barang
untuk ekspor keluar wilayah, sedangkan sektor nonbasis
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di wilayah bersangkutan. Asumsi dari teori ini berupa sektor basis
merupakan kunci pertumbuhan suatu wilayah, dimana semakin besar ekspor yang
dilakukan oleh satu wilayah ke wilayah lainnya maka akan semakin meningkatkan
pertumbuhan wilayah daerah tersebut (begitu juga sebaliknya).
Suatu wilayah tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari spesialisasi dalam
kegiatan ekspor. Dengan adanya spesialisasi, pekerjaan akan lebih efisien dan
menaikkan pendapatan, sehingga akan meningkatkan kekayaan dan kemampuan
32
untuk melakukan pembangunan dan membayar barang hasil impor. Dengan kata
lain, pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal termasuk tenaga
kerja dan material untuk komoditas ekspor akan meningkatkan kesempatan kerja
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa kritik terhadap teori basis ekspor yang dikemukakan oleh North
adalah sebagai berikut :
1. Terdapat kesulitan dalam mengukur dan membedakan antara kegiatan
dasar/basis dengan kegiatan nondasar/nonbasis. Selain itu, pembagian
struktur perekonomian kedalam sektor basis dan nonbasis apabila ditinjau dari
kerangka teoritik merupakan kelemahan yang paling mendasar.
2. Pembagian wilayah yang melakukan perdagangan menjadi 2 dinilai tidak
realistis, sehingga hasil analisis yang dilakukan tidak akan sempurna.
3. Karena sumber pertumbuhan wilayah terletak pada perubahan yang berasal
dari luar yakni permintaan terhadap ekspornya, maka penawaran tenaga kerja
dianggap elastis sempurna, sedangkan permintaan terhadap tenaga kerja
adalah tidak elastis sempurna, karena model basis ekspor berorientasi pada
segi permintaan.

2.2.4 The Cummulative Causation Models


Model Teori Cummulative Causation ini
dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi dan sosiologi
yang berasal dari Swedia yaitu Karl Gunnar Myrdal.
Profesor Gunnar Myrdal berpendapat bahwa
pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses
sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya
mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka tertinggal di belakang menjadi
semakin terhambat.
Teori ini mengatakan bahwa “peningkatan pemerataan pembangunan antar
daerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar (market mechanism).
Tapi dapat dilakukan melalui campur tangan aktif dari pemerintah dalam bentuk
program-program pembangunan wilayah”. Dampak Balik (Backwach Effect)
cenderung membesar dan Dampak Sebar (Spread Effect) cenderung mengecil.
33
Secara kumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan
internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di antara negara-negara
terbelakang.
Dalam teori ini, strategi campur tangan pemerintah berupa pengambilan
tindakan kebijakan diperlukan untuk melemahkan backwash effect (penjalaran ke
daerah belakang) dan memperkuat spread effect.
Prof. Myrdal yakin bahwa menerapkan gagasan keseimbangan-stabil sebagai
dasar suatu teori yang dipergunakan untuk menjelaskan perubahan suatu sistem
sosial adalah keliru. Tetapi, jika kita tetap menerapkan analisis keseimbangan
tersebut, maka “suatu perubahan akan senantiasa menimbulkan reaksi di dalam
sitem itu sendiri dalam bentuk perubahan-perubahan yang secara keseluruhan
bergerak ke arah yang berlawanan dengan perubahan pertama.
Asumsi tidak realistis lainnya yang berkaitan dengan pendekatan keseimbangan
stabil adalah faktor ekonomi. Teori ekonomi klasik mempunyai kelemahan pokok
yaitu mengabaikan faktor-faktor nonekonomi yang menjadi salah satu faktor yang
memperlicin jalannya sebab-menyebab sirkuler di dalam proses kumulatif perubahan
ekonomi. Karena kedua asumsi yang tidak realistis inilah maka teori tradisional gagal
menjelaskan problem dinamis keterbelakangan dan pembangunan ekonomi.
Sehingga dapat disimpulkan tiga poin penting dalam teori ini yaitu sebagai berikut :
1. Dunia dihuni oleh segelintir negara yang sangat kaya dan sejumlah besar
negara miskin.
2. Negara melaksanakan pola perkembangan ekonomi yang terus menerus,
sedangkan negara miskin mengalami perkembangan yang sangat lamban.
3. Ketimpangan atau ketidakmerataan antar negara semakin besar

2.2.5 Core Peri-Phery Models


Model teori Core Peri-Phery dikemukakan oleh
John Friedman. Menekankan analisanya pada
hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara
pembangunan kota (core) dan desa (periphery).
Menurut teori ini gerak langkah pembangunan daerah
perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa –desa sekitarnya.

34
Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan sangat ditentukan oleh arah
pembangunan daerah perkotaan aspek interaksi antar daerah (spatial interaction).
Menurut John Friedman, hubungan Core Periphery dapat terjadi disebabkan
karena :
1. Perluasan pasar
2. Penemuan sumber-sumber baru
3. Perbaikan prasarana perhubungan
4. Penyebaran tehnologi antar daerah

Gambar 7 Hubungan Core Periphery

35
BAB III
HASIL DISKUSI

Pada bab ini berisi tentang hasil selama diskusi yang telah dilakukan antara
penyaji (pihak yang presentasi materi) dan penanya (para audiens). Dimana penyaji
memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh penanya,
sedangkan penanya memilki hak untuk mengajukan pertanyaan kepada penyaji
terkait materi yang telah disampaikan selama presentasi. Berikut ini tabel daftar
pertanyaan yang diajukan oleh penanya serta jawaban yang dijawab oleh penyaji.

No Nama Pertanyaan Jawaban


Penanya
1. Imroatul Salah satu faktor yang Benar, dengan teknologi yang
Azizah mempengaruhi semakin maju maka mungkin saja
(3614100029) pertumbuhan ekonomi peran tenaga kerja sudah mulai
suatu wilayah adalah digantikan oleh robot atau mesin
tenaga kerja, dengan seperti yang dilakukan oleh berbagai
kemajuan teknologi negara maju yaitu Jepang. Namun
maka jumlah tenaga untuk negara berkembang seperti
kerja bisa digantikan Indonesia misalnya, maka tenaga
oleh mesin atau robot, kerja manusia masih dibutuhkan
Bagaimana tanggapan untuk tetap menjalankan roda
kelompok Anda terkait kehidupan bagi perusahan dan
faktor jumlah tenaga pabrik. Untuk masa depan, kita
kerja yang besar justru memang tidak pernah tahu apa yang
malah menghambat akan terjadi, namun karena manusia
pertumbuhan ekonomi yang mempunyai akal untuk berpikir
suatu wilayah ? dan hat untuk merasakan maka
tidak semua pekerjaan dapat
digantikan oleh mesin atau robot.
Meskipun ada kasus PHK massal
buruh atau tenaga kerja sebuah

36
perusahaan. Dengan kemampuan
berpikir manusia maka akan muncul
hal-hal baru yang dapat mereka
lakukan untuk mempertahankan
hidupnya, seperti halnya wiraswasta
atau wirausaha yang mampu
membuat lapangan kerja sendiri dan
dapat membuka lapangan kerja bagi
orang lain. Dan tidak hanya itu,
jangan lupa yang menciptakan robot
atau mesin adalah manusia, jadi
ketika kondisi manusia telah
terancam oleh buatannya (robot
atau mesin) maka mereka tidak akan
diam dan melakukan inovasi-inovasi
baru.
2. Rezky Dwi P R Faktor pertumbuhan Berbicara tentang Singapura yang
(3614100054) ekonomi salah satunya merupakan termasuk salah satu
adalah SDA. Semakin negara maju di dunia dengan SDA
besar jumlah SDA terbatas, maka dapat kembali lagi ke
maka pertumbuhan sejarah negara Singapura itu sendiri.
ekonomi suatu Dulu, masyarakat asli Singapura
wilayah semakin besar masih bertani dan melakukan cocok
juga. Bagaimana kalau tanam pada lahan seadanya
studi kasusnya di tersebut. Namun, dengan adanya
Singapura? Dimana SDM (Sumber Daya Manusia) yang
negara Singapura pandai dan cerdas maka Singapura
merupakan negara dapat survive dengan kondisi lahan
yang paling maju yang terbatas. Bagaimana Singapura
dibanding Indonesia bisa sukses dan maju sekarang?
meskipun memiliki Nah, dengan adanya manusia-

37
jumlah SDA yang manusia yang cerdas mereka
sedikit. mampu memanfaatkan keadaan
negara sebelah atau tetangga
seperti mereka membeli rempah
atau hasil panen buah sayur mayur
dalam mentahan yang dihasilkan
oleh negara Indonesia, kemudian
dibawa ke negaranya lalu diolah
menjadi berbagai produk turunan
yang menghasilkan kualitas lebih
baik sehingga harga jualnya lebih
tinggi (mahal). Oleh sebab itu
negara Singapura tetap maju
meskipun jumlah SDA sedikit.
3. Gusti Putra P Di negara Amerika, Sebenarnya, pertanyaan ini bukan
(3614100002) BCA sudah dikuasi oleh ekonomi regional tapi sudah
swasta. Hal ini, disebut ekonomi internasional. Terkait
dengan istilah elite persoalan elite global dimana hanya
global. Menurut sebagian orang yang berkuasa di
pendapat kelompok dunia, maka cara yang dapat
Anda, bagaimana cara dilakukan adalah menggunakan
menanggapi persoalan power pemerintah, dimana
ini? pemerintah memiliki kekuasaan dan
wewenang untuk mengeluarkan
regulasi, kebijakan, dan tindakan
untuk meangani persoalan tersebut.
Salah satu contoh, Perusahaan
rokok. Dimana rokok merupakan
barang yang membahayakan untuk
perokok dan orang disekitarnya
serta dapat mengakibatkan berbagai

38
polusi. Nah, pemerintah melakukan
regulasi dan kebijakan untuk
menekan jumlah perusahaan dan
pabrik yang ada di Indonesia agar
tetap terbatas dan tidak muncul
pabrik-pabrik baru dengan cara
pajak pada perusahaan rokok dibuat
mahal. Oleh karena itu, pajak pabrik
rokok di Indonesia mahal.
4. M. Amir Faiz Setelah mengetahui Tujuan mempelajari teori
(3614100075) teori-teori pertumbuhan ekonomi regional ini
pertumbuhan ekonomi adalah untuk mengetahui faktor-
regional tersebut, terus faktor yang terdapat pada masing-
Apa? Apa yang masing teori. Dengan mengetahui
menjadi arahan dari faktor-faktor yang mempengaruhi
teori tersebut pada pertumbuhan ekonomi maka sebagai
dunia kePWK-an dan perencana, kita akan lebih muda
kita sebagai memulai perencanaan. Karena
perencana? dengan mengetahui faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu
wilayah maka lebih mudah untuk
menangani persoalan yanga ada.

39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan
ekonomi, baik dilihat dari sisi permintaan maupun jika dilihat dari sisi penawaran.
Terdapat perbedaan antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Dimana
pertumbuhan ekonomi tidak selalu dibarengi oleh pembangunan ekonomi,
sedangkan pembangunan ekonomi selalu dibarengi oleh pertumbuhan ekonomi.
Teori-teori pertumbuhan ekonomi regional dibedakan menjadi lima diantaranya
aliran analitis, aliran historis, teori ekonomi basis, teori cummulative causation
model, dan teori core-periphery model. Aliran analitas terdapat dibedakan menjadi
dua yaitu teori klasik dan neo-klasik. Menurut pandangan klasik, ada tiga syarat
mutlak yang diperlukan untuk mencapai keserasian dalam kehidupan ekonomi dan
kesejahteraan umum yaitu spesialisasi, efisiensi, dan pasar bebas. Tokoh-tokoh
dalam aliran Klasik yaitu Adam Smith dan David Ricardo. Sedangkan, Aliran historis
menekankan proses pembangunan ekonomi berdasarkan pengalaman sejarah secara
bertahap-tahap. Teori ini berasal dari Jerman dan muncul pada abad ke 19.
Beberapa tokoh utama mashab ekonomi historis adalah Frederich List, Bruno
Hilderbrand, Karl Bucher, Walt Whiteman Rostow, Karl Marx, dan Bruno Hidebrand.
Kemudian Export Base Models atau teori basis ekspor, dimana membagi wilayah
yang melakukan perdagangan menjadi dua, yakni wilayah yang bersangkutan dan
wilayah-wilayah sisanya. Teori ini membagi struktur perekonomian menjadi dua
sektor basis/sektor dasar atau basic activities dan sektor nonbasis/nondasar atau
nonbasic activities. Sektor basis menghasilkan barang-barang untuk ekspor keluar
wilayah, sedangkan sektor nonbasis menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di wilayah bersangkutan. Selanjutnya, The Cummulative
Causation Models adalah teori yang menjelaskan tentang peningkatan pemerataan
pembangunan antar daerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar
(market mechanism). Tapi dapat dilakukan melalui campur tangan aktif dari
pemerintah dalam bentuk program-program pembangunan wilayah. Strategi campur
tangan pemerintah berupa pengambilan tindakan kebijakan diperlukan untuk

40
melemahkan backwash effect (pengurasan) dan memperkuat spread effect
(perambatan). Myrdal sang pencetus teori percaya bahwa tingkat perbedaan
pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara miskin semakin tinggi. Hal ini
bersimpangan dengan teori klasik Adam Smith. Yang terakhir, teori Core Peri-Phery
Models. Dimana dalam teori cetusan John Friedman, menekankan analisanya pada
hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dan
desa (periphery). Dari teori-teori pertumbuhan ekonomi tersebut maka dapat
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
diantaranya yaitu : Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), sumber
modal baik investasi maupun barang dan jasa lainnya, IPTEK, dan faktor budaya
meliputi adat-istiadat serta sikap masyarakat.

41
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo(2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.


Adisasmita, Rahardjo(2008). Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Modul Ekonomi Regional oleh Emilia Imelia Tahun 2006
Qodim, Hs. Abd.( 2007, July 1). Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Jember:
Analisis Perbandingan Pewilayahan Pemerintah Kolonial Belanda dengan Pemerintah
Indonesia

42

Anda mungkin juga menyukai