Anda di halaman 1dari 25

FANADA SALSABIILA ARISENO

08211540000054

MANAJEMEN
PEMBANGUNAN
DAERAH

TUGAS 1

INTEGRASI PEMBANGUNAN DI PROVINSI


JAWA TENGAH: KAJIAN BANTUAN
KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA
MELALUI APBD PROVINSI JAWA TENGAH

DEPARTEMEN PERANCANAAN WILAYAH DAN KOTA - 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas critical review pada mata kuliah Manajemen Pembangunan Daerah
dengan jurnal yang berjudul “Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah: Kajian Bantuan
Keuangan kepada Kabupten/Kota melalui APBD Provinsi Jawa Tengah”. Selama proses
penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan optimal. Pada Kesempatan ini tim penulis menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini yaitu Bapak Dr.
Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg. sebagai dosen pengampu mata kuliah teori perencanaan
yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini serta memberikan ilmu dan saran
yang sangat bermanfaat.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

Surabaya, 12 Oktober 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
I. DESKRIPSI ISU-ISU UTAMA ............................................................................................ 1
II. CRITICAL REVIEW ............................................................................................................. 2
III. LESSON LEARNED ............................................................................................................... 2
LAMPIRAN JURNAL ...................................................................................................................... 4

ii
I. DESKRIPSI ISU-ISU UTAMA

Integrasi wilayah merupakan pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat


atas unit-unit atau wilayah politik yang lebih kecil yang mungkin beranggotakan
kelompok budaya atau sosial tertentu (KBBI). Pelaksanaan pembangunan yang
terintegrasi merupakan salah satu upaya mewujudkan good governance, yaitu
manajemen kompeten yang dijalankan oleh suatu negara dengan cara yang terbuka,
transparan, akuntabel, adil, dan responsif terhadap kebutuhan rakyatnya (Ray et al, 2013
dalam Chong et al, 2016). Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah daerah untuk mengelola sektor administrasi pemerintahan di samping
urusan pertahanan dan keamanan, kebijakan luar negeri, masalah moneter dan fisikal,
hukum serta agama (Kuncoro, 2004 dalam Soewadi, 2015) misalnya APBD Provinsi.
Pembangunan antar daerah yang terintegrasi antara Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dengan kepala daerah kabupaten/kota dengan pemberian bantuan keuangan yang
dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Tengah. Namun sayangnya integrasi yang diharapkan
tidak semulus sesuai kenyataannya. Keterbatasan kemampuan keuangan menjadi salah
satu persoalan pengalokasian dana sehingga diperlukannya kegiatan yang prioritas
melalui proses Musrenbang. Selain itu APBD yang sudah dicairkan, nyatanya
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih menjumpai kegiatan yang tidak dilaksanakan
oleh kabupaten/kota.
Pada jurnal ini dijelaskan peneliti menggunakan proses analisis
kesesuaian/ketidaksesuaian pada proses pelaksanaan kegiatan menggunakan teknik desk
analysis untuk mengidentifikasi kegiatan yang selesai dan tidak selesai atau tidak dapat
dilaksanakan. Selanjutnya peneliti menggunakan proses analisis
kesesuaian/ketidaksesuaian kegiatan terhadap kebutuhan kabupaten/kota yang memiliki
kegiatan tidak dapat dilaksanakan dan tidak dianggarkan kembali untuk menganalisis
kesesuaian/ketidaksesuaian kegiatan dengan kebutuhan kabupaten/kota yang
terwakilkan dalam unsur RPJPD, RPJMD dan RKPD masing-masing kabupaten/kota.
Output yang dihasilkan berupa pengelompokan integrasi kabupaten/kota berdasarkan
proses pelaksanaan maupun kesesuaian dengan kebutuhan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan diagram kuadran serta aspek dan kegiatan apa saja yang tidak sesuai
dengan menggunakan desk analysis

1
II. CRITICAL REVIEW

Setelah membaca jurnal integrasi merupakan kunci dari adanya sinkronisasi


kebijakan dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah pusat
sebaiknya juga bersikap sigap dalam menetapkan kebijakan dan tidak lupa juga untuk
menyesuaikan kebijakan tersebut agar bisa dijalankan di semua kabupaten/kota. Maka
dari itu sinkronisasi kebijakan seluruh kabupaten/kota diperlukan sebelum pemerintah
provinsi mematenkan kebijakan dalam melaksanakan program pembangunan yang
menggunakan APBD Provinsi. Sinkronisasi kebijakan juga dapat mematangkan lagi
program-program apa saja yang layak untuk diberikan bantuan dana APBD Provinsi.
Selain sigap, pemerintah provinsi juga harus bersikap tepat waktu dalam pemberian
alokasi dana yang sudah tepat, sehingga tidak ada pembangunan program yang harusnya
terlaksana jadi tidak terwujud akibat alokasi dana yang tidak kunjung cair. Pemerintah
provinsi juga harus bersikap adil dalam pemerataan alokasi anggaran serta mekanisme
penentuan kegiatan.
Untuk pemerintah kabupaten/kota yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
mengkaji tingkat prioritas program yang seharusnya direalisasikan terlebih dahulu,
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikannya, dan berapa jumlah dana
yang dibutuhkan. Saya sangat setuju apabila ketersediaan dana sharing dari tiap
kabupaten/kota maupun provinsi dijalankan untuk membantu percepatan realisasi daerah
yang dananya ternyata terbatas. Penelitian ini juga sudah menggunakan teknik analisa
yang menurut saya cukup baik karena output yang dikeluarkan mudah dipahami bagi
pembaca.

III. LESSON LEARNED

Lesson learned yang didapatkan setelah menelaah jurnal ini adalah sebagai berikut:
1. Integrasi merupakan kunci dari adanya sinkronisasi kebijakan dari
pemerintah pusat hingga ke pemerintah kabupaten/kota dalam upaya
mewujudkan good governance;
2. Perwujudan bentuk realisasi APBD Provinsi tidak selamanya berjalan
lancar, ternyata masih ada daerah yang menggunakan APBD Provinsi tidak
sesuai dengan proses pelaksanaannya;

2
3. Sebelum mengajukan permintaan bantuan dana melalui APBD Provinsi,
seharusnya daerah melakukan analisis terkait tingkat prioritas pembangunan
program-program sehingga lebih siap dalam perhitungan kebutuhan
anggaran;
4. Terdapat gap antara pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada
Kabupaten/Kota yang diharapkan dapat mendorong terjadinya integrasi
pembangunan di wilayah Provinsi dengan implementasinya di lapangan. Gap
tersebut bermuara pada pengalokasian anggaran yang besar sehingga
mengakibatkan banyaknya jumlah kegiatan apabila anggaran per kegiatan
bernilai kecil, serta sangat besarnya alokasi anggaran apabila jumlah
kegiatannya sedikit.
5. Penyediaan dana sharing juga harus dijalankan karena melihat masih
banyaknya daerah yang memiliki keterbatasan dana APBD Provinsi,
sehingga program yang seharusnya terlaksana tidak dapat di realisaikan
karena keterbatasan dana. Wilayah yang memiliki APBD berlebih
seharusnya bisa meminjamkan daerah yang membutuhkan tersebut sehingga
nantinya program pembangunan dapat berjalan dengan semestinya.

3
LAMPIRAN JURNAL

4
INTEGRASI PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH:
KAJIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA MELALUI
APBD PROVINSI JAWA TENGAH

DEVELOPMENT INTEGRATION IN CENTRAL JAVA PROVINCE:


REVIEW OF FINANCIAL ASSISTANCE TO REGENCY/MUNICIPALITY THROUGH
CENTRAL JAVA PROVINCE BUDGET

Handa Ashidy, Wiwandari Handayani


Biro Administrasi Pembangunan Daerah, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah
Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota FT Universitas Diponegoro
Email: kaylanivanyafayza@yahoo.co.id
Diterima: 29 Maret 2017, Direvisi: 17 April 2017, Disetujui: 19 Mei 2017

ABSTRAK

Integrasi pembangunan melalui Bantuan Keuangan dari PemerintahProvinsi Jawa Tengah


Kepada Kabupaten/Kota telah mempertimbangkan skala prioritas melalui proses Musrenbang,
namun masih dijumpai kegiatan yang tidak dilaksanakan, sehingga mengindikasikan belum adanya
sinkronisasi antara kegiatan yang ditetapkan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota. Dari gambaran
tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji tingkat integrasi pembangunan
dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, menggunakan data sekunder serta teknik
analisis desk analysis dan diagram kuadran, dengan hasil bahwa tingkat integrasi pembangunan di
Provinsi Jawa Tengah melalui pelaksanaan kegiatan Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota
bidang sarana prasarana masih rendah, dipengaruhi oleh faktor kebijakan mengenai luncuran
kegiatan, ketersediaan dana sharing, konsistensi penggunaan indikator perhitungan
proporsionalitas keserasian, sumber usulan, proporsi usulan, jumlah dan kapasitas SDM,
kebijakan pemerataan alokasi anggaran dan mekanisme penentuan kegiatan.

Kata kunci :integrasi pembangunan, integrasi vertikal, integrasi strategis

ABSTRACT

Integrated development through The Financial Assistance Towards the


Regency/Municipality financed must consider the priority activities. The fact that are always
certain activities not carried out indicates the lack of synchronization between the priority
activities defined by the needs of the Regency/Municipality. From the description, the
research aimed to assess the level of development integration of Central Java Province
towards the needs of the Regency/Municipality through the implementation of the Financial
Assistance Towards the Regency/Municipality in the field of infrastructure. The study was
conducted by using quantitative research methods and by utilizing the secondary data. The
study population was all Regencies/Municipalities in Central Java by performing desk
analysis analytical technique to as well as quadrant diagram. The analysis results indicate
that the development integration in Central Java Province has not been implemented well,
influenced by the policies of the activities, the availability of funds sharing, consistent use of
the indicator calculation proportionality harmony, the source of the proposal, the proportion
of proposals, capacity of human resources, equalization budget allocation policies and
mechanisms for determining activities.

KeyWords:development, vertical, strategic integration

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 13
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
PENDAHULUAN kegiatan (Wennersten et al, 2016).
Integrasi terbagi menjadi tiga Integrasi antar lembaga merupakan inte-
dimensi yaitu wilayah (integrasi wilayah), grasi yang dilakukan antara pemerintah,
sektoral (integrasi sektoral) dan organisasi swasta dan masyarakat dalam pelaksanaan
(integrasi organisasional) menurut Kidd kegiatan sektor publik (Scott et al, 2013).
(dalam Ran dan Budic, 2016) yang Pelaksanaan pembangunan yang
dilingkupi oleh kebijakan sebagai konsep terintegrasi merupakan salah satu upaya
besar integrasi pembangunan (Stead dan mewujudkan good governance, yaitu
Meijers, 2009). Integrasi wilayah merupa- manajemen kompeten yang dijalankan
kan integrasi dengan pendekatan hirarki oleh suatu negara dengan cara yang
(Ran dan Budic, 2016) yaitu seperangkat terbuka, transparan, akuntabel, adil dan
elemen dalam tingkatan yang berbeda responsif terhadap kebutuhan rakyatnya
mulai dari tingkat regional, nasional, (Ray et al, 2013 dalam Chong et al, 2016),
provinsi sampai dengan lokal (Rajabifard, utamanya dalam tantangan otonomi
Escobar, dan Williamson, 2000 dalam Ran daerah. Otonomi daerah adalah kewe-
dan Budic, 2016). Integrasi organisasional nangan yang diberikan kepada Pemerintah
bertujuan untuk menghasilkan keputusan Daerah untuk mengelola sektor adminis-
yang lebih komprehensif serta menghasil- trasi pemerintahan disamping urusan
kan kegiatan yang lebih mungkin untuk pertahanan dan keamanan, kebijakan luar
dilaksanakan (Ran dan Budic, 2016), yang negeri, masalah moneter dan fiskal,
dibedakan menjadi tiga, yaitu; pertama, hukum serta agama (Kuncoro, 2004 dalam
integrasi strategis, merupakan sinkronisasi Soewardi, 2015). Dengan adanya kewe-
antara kegiatan yang direncanakan dengan nangan tersebut, diperlukan pembangunan
program/kegiatan lain ataupun rencana yang terintegrasi antara Pemerintah
strategis lain; kedua, integrasi operasional, Provinsi Jawa Tengah dengan visi dan
merupakan integrasi mekanisme pelaksa- misi kepala daerah kabupaten/kota. Salah
naan program yang melibatkan berbagai satu alat yang dapat digunakan yaitu
instansi terkait; dan ketiga, integrasi Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/
pemangku kepentingan, merupakan Kota yang dibiayai dari APBD Provinsi
integrasi dalam berbagai disiplin ilmu Jawa Tengah.
serta berbagai pemangku kepentingan Permasalahan integrasi pemba-
(Kidd, 2007 dalam Scott et al, 2013). Hal- ngunan melalui Bantuan Keuangan
hal yang mempengaruhi integrasi organi- Kepada Kabupaten/Kota dari segi pembia-
sasional adalah ada tidaknya koordinasi, yaan berupa terbatasnya kemampuan
komunikasi dan saling pengertian antara keuangan, sehingga pengalokasiannya
pemangku kepentingan (Wennersten et al, harus mempertimbangkan kegiatan
2016), keterbatasan kemampuan keuangan prioritas melalui proses Musrenbang.
(alokasi anggaran), keterbatasan waktu, Disamping itu, selalu dijumpai kegiatan
serta staf yang memadai (keterbatasan yang tidak dilaksanakan oleh Kabupaten
sumber daya manusia) menurut Amos /Kota yang mengindikasikan belum
(dalam Baker et al, 2010). Sementara itu, adanya sinkronisasi antara kegiatan
integrasi sektoral dapat dibedakan menjadi prioritas yang ditetapkan dengan kebutu-
dua yaitu integrasi lintas sektoral dan han Kabupaten/Kota. Dari gambaran
integrasi antar lembaga (Kidd, 2007 dalam tersebut, maka dilakukan penelitian yang
Scott et al, 2013). Integrasi lintas sektoral bertujuan untuk mengkaji tingkat integrasi
merupakan gabungan berbagai perspektif pembangunan antara Provinsi Jawa
sektor dalam perencanaan program/ Tengah terhadap kebutuhan Kabupaten/

14 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


Kota-nya melalui pelaksanaan kegiatan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/ Data yang digunakan merupakan data
Kota bidang sarana prasarana. sekunder sedangkan teknik pengumpulan
Beberapa penelitian mengenai data yang digunakan dalam adalah telaah
integrasi dalam pelaksanaan pembangunan dokumen. Dokumen yang diperlukan
di antaranya adalah analisis pembangunan merupakan dokumen yang berkaitan
daerah dari sumber alokasi anggaran Uni dengan realisasi kegiatan dalam hal
Eropa menggunakan metode penelitian alokasi anggaran dan waktu pelaksanaan
kuantitatif dan alat analisis korelasi oleh beserta kebijakan terkaitnya dan dokumen
Mura dan Buleca (2014), integrasi penge- yang menunjukkan gambaran pelaksanaan
lolaan sumber daya daerah menggunakan kegiatan di masing-masing Kabupaten/
alat analisis multilevel untuk mengiden- Kota. Selain itu diperlukan pula dokumen
tifikasi kebutuhan dalam pendekatan yang menunjukkan visi misi Kabupaten/
menentukan arah prioritas pembangunan Kota serta prioritas program di Kabupaten/
ekonomi regional oleh Shugaepova dan Kota pada Tahun 2011-2015.
Ravzieva (2015) serta integrasi pelaporan Proses analisis terbagi menjadi dua
realisasi pelaksanaan kegiatan beserta yaitu pertama proses analisis kesesuaian/
perencanaannya menggunakan metode ketidaksesuaian pada proses pelaksanaan
penelitian kuantitatif dan alat analisis kegiatan menggunakan teknik analisis
deskriptif, chi-squaredan Mann-Whitney desk analysis untuk mengidentifikasi
oleh Susanto dan Djuminah (2015). kegiatan yang selesai dan tidak selesai
Penelitian terdahulu tersebut dilakukan atau tidak dapat dilaksanakan. Kedua,
secara spesifik pada satu tahapan tertentu proses analisis kesesuaian/ketidaksesuaian
(pengalokasian anggaran saja, pengelolaan kegiatan terhadap kebutuhan Kabupaten/
saja, pelaporan saja, dan perencanaannya Kota menggunakan teknik analisis desk
saja), sehingga belum secara menyeluruh analysis terhadap Kabupaten/Kota yang
mengkaji mengenai integrasi pemba- memiliki kegiatan tidak dapat dilaksana-
ngunan. kan dan tidak dianggarkan kembali untuk
menganalisis kesesuaian/ketidaksesuaian
kegiatan dengan kebutuhan Kabupaten/
BAHAN DAN METODE Kota yang terwakilkan dalam unsur
Metode penelitian yang digunakan RPJPD, RPJMD dan RKPD masing-
dalam penelitian ini adalah kuantitatif- masing Kabupaten/Kota. Dari kedua
positivistik. Menurut Sugiyono (2010) proses analisis tersebut, diketahui
metode kuantitatif merupakan penelitian kelompok integrasi Kabupaten/Kota
yang datanya berupa angka-angka dan berdasarkan proses pelaksanaan maupun
analisisnya menggunakan statistik, kesesuaian dengan kebutuhan
sedangkan menurut Bungin (2005) metode Kabupaten/Kota dengan menggunakan
positivistik merupakan penelitian yang diagram kuadran serta aspek dan kegiatan
menggunakan teori atau paradigma teori apa saja yang tidak sesuai dengan
untuk menemukan masalah penelitian, menggunakan desk analysis sebagaimana
hipotesis, konsep-konsep, metodologi dan Gambar 1.
alat-alat analisis data, dengan menekankan

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 15
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
Proses pelaksanaan Kelompok integrasi Kab/Kota
Bankeu berdasarkan proses dan kebutuhan
Analisis
Kesesuaian/Ketidaksesuaian
Bankeu terhadap Aspek ketidaksesuaian integrasi pemb
Kebutuhan Kab/Kota dan keg yg tdk sesuai kebutuhan
Kab/Kota

Gambar 1
Diagram Proses Analisis Integrasi Pembangunan
Sumber: Hasil analisis, 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Kudus, Jepara, Kota Salatiga dan Kota


Hasil Semarang. Dari sembilan Kabupaten/Kota
Gambaran hasil analisis kegiatan yang telah disebutkan, Kabupaten
yang tidak selesai dan/atau kegiatan yang Wonosobo, Klaten dan Banjarnegara
tidak dapat dilaksanakan di seluruh merupakan daerah dengan persentase
Kabupaten/Kota pada TA 2011-2015 cenderung selalu tinggi. Peningkatan
dapat dilihat dalam Gambar 2. Melalui terjadinya kegiatan yang tidak selesai
diagram tersebut, diketahui bahwa 9 dan/atau tidak dapat dilaksanakan di
Kabupaten/Kota selalu memiliki kegiatan sembilan Kabupaten/Kota tersebut rata-
tidak selesai dan/atau tidak dapat rata terjadi pada Tahun 2013, 2014 dan
dilaksanakan yaitu; Banjarnegara, 2015.
Wonosobo, Klaten, Grobogan, Blora,

Gambar 2
Diagram Kegiatan Tidak Selesai dan/atau Tidak Dapat Dilaksanakan
di 35 Kab/Kota TA 2011-2015
Sumber: Hasil analisis, 2017

16 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


Gambaran hasil analisis kegiatan naan kegiatan berdasarkan variabel waktu
yang tidak sesuai proses pelaksanaannya pelaksanaan yang sangat tinggi pada
dari segi waktu di seluruh Kabupaten/Kota Tahun 2013 dan 2014. Hal tersebut
pada TA 2011-2015 dapat dilihat dalam disebabkan karena adanya perubahan
Gambar 3. Dalam diagram tersebut, regulasi kebijakan mengenai ketentuan
sebagian besar Kabupaten/Kota memiliki waktu pelaksanaan kegiatan (luncuran
tingkat ketidaksesuaian proses pelaksa- kegiatan).
120.00

100.00

80.00

TA. 2011
TA. 2012
60.00
TA. 2013
TA. 2014
TA. 2015

40.00

20.00

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Gambar 3
Diagram Ketidaksesuaian Proses Pelaksanaan Kegiatan dari Variabel Waktu Pelaksanaan di 35
Kab/Kota TA 2011-2015

Trend persentase ketidaksesuaian (99,26 persen menjadi 0 persen), Kabupa-


proses pelaksanaan kegiatan dari variabel ten Temanggung (97,56 persen menjadi 0
alokasi anggaran terhadap keseluruhan persen) dan Kota Pekalongan (38,89
jumlah kegiatan bantuan sarana prasarana persen menjadi 0 persen). Hal tersebut
se-Provinsi Jawa Tengah pada setiap yang mengakibatkan menurunnya persen-
Tahun Anggaran (TA) cenderung mening- tase ketidaksesuaian pada keseluruhan
kat meskipun sempat menurun pada TA Jawa Tengah pada Tahun 2014 tetapi
2014. Hal tersebut dapat dilihat pada dilihat secara masing-masing Kabupaten/
Gambar 4. Sebanyak 18 dari 27 Kabupa- Kota terjadi peningkatan jumlah Kabupa-
ten/Kota yang memiliki kegiatan yang ten/Kota yang memiliki kondisi tidak
tidak sesuai dari variabel alokasi anggaran sesuai. Penurunan ketidaksesuaian proses
pada Tahun 2013 menurun di Tahun 2014. pelaksanaan kegiatan dari variabel alokasi
Penurunan di beberapa Kabupaten/Kota anggaran pada Tahun 2014 diantaranya
terjadi cukup drastis seperti Kabupaten dapat terjadi karena adanya revisi/
Banyumas (63,64 persen menjadi 0 regrouping kegiatan, sehingga Kabupaten/
persen), Kabupaten Kebumen (93,94 Kota berkesempatan untuk mengganti
persen menjadi 0 persen), Kabupaten kegiatan sesuai dengan prioritas daerah
Magelang (57,41 persen menjadi 0 dan lebih siap dalam perhitungan
persen), Kabupaten Pati (99,79 persen kebutuhan anggaran.
menjadi 0 persen), Kabupaten Demak

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 17
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
120.00

100.00

80.00

TA. 2011
TA. 2012
60.00
TA. 2013
TA. 2014
TA. 2015

40.00

20.00

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Gambar 4
Diagram Ketidaksesuaian Proses Pelaksanaan Kegiatan Dari Variabel Alokasi Anggaran di 35
Kab/Kota TA 2011-2015

Gambaran hasil analisis kegiatan Ketidaksesuaian pada kedua daerah


yang tidak sesuai dengan kebutuhan tersebut, sebagian besar merupakan
Kabupaten/Kota pada TA 2011-2015 kegiatan yang tidak sesuai dengan jenis
dapat dilihat dalam Gambar 5. Melalui kegiatan dalam ketentuan (diantaranya
diagram tersebut, dapat diketahui bahwa pembangunan balai pertemuan dan
terdapat 2 daerah yang hampir selalu pembuatan taman pada Kabupaten
memiliki kegiatan tidak sesuai dengan Wonosobo serta pembangunan pada
kebutuhannya dalam RPJPD, RPJMD atau sekolah dan pembangunan gapura pada
RKPD, yaitu Wonosobo dan Blora, Kabupaten Blora).
sedangkan 21 daerah lainnya selalu sesuai.
25.00

20.00

15.00
TA. 2011
TA. 2012
TA. 2013
TA. 2014

10.00 TA. 2015

5.00

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Gambar 5
Diagram Ketidaksesuaian Kegiatan Terhadap Kebutuhan di 35 Kab/Kota TA 2011-2015
Sumber: Hasil analisis, 2017

18 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


Meskipun banyak Kabupaten/Kota pelaksanaan yang digunakan untuk
dengan kondisi kegiatan Bantuan menciptakan kondisi kesesuaian justru
Keuangan Kepada Kabupaten/Kota bidang tidak tercapai. Hal tersebut dikarenakan
sarana prasarana telah sesuai dengan ketentuan waktu pelaksanaan kegiatan
kebutuhan Kabupaten/Kota serta terjadi yang diharuskan selesai dalam satu TA
persentase penurunan pada Tahun 2013 mengakibatkan Kabupaten/Kota memilih
dan 2014 di keseluruhan Jawa Tengah, untuk tidak melaksanakan kegiatan atau
namun pelaksanaan analisis ini memiliki tidak melakukan pencairan dana apabila
beberapa kelemahan, yaitu prioritas diperkirakan waktu pelaksanaan tidak
program dalam RKPD Kabupaten/Kota mencukupi (utamanya pada kegiatan yang
kurang spesifik, sehingga sebagian besar dialokasikan pada APBD Perubahan).
kegiatan Bantuan Keuangan Kepada Hasil analisis aspek ketidaksesuai-
Kabupaten/Kota bidang sarana prasarana an integrasi pembangunan pada proses
dapat disesuaikan, selain itu sasaran dalam pelaksanaan menunjukkan bahwa aspek
RKPD Kabupaten/Kota belum disusun variabel integrasi pembangunan yang
secara spasial, sehingga tidak dapat diukur paling mempengaruhi adalah aspek alokasi
kesesuaian lokasi kegiatan Bantuan anggaran (15 Kabupaten/Kota pada 2011,
Keuangan Kepada Kabupaten/Kota bidang 13 Kabupaten/Kota pada 2012, 26 Kabu-
sarana prasarana yang ditetapkan dengan paten/Kota pada 2013 serta 24 Kabupaten/
lokasi yang direncanakan. Kota pada 2014 dan 2015. Dengan
Hasil analisis menggunakan dia- demikian, variabel alokasi anggaran meru-
gram kuadran menunjukkan bahwa pakan sumber dari penentuan integrasi
sebagian besar Kabupaten/Kota terletak pembangunan wilayah di Provinsi Jawa
pada kuadran III (ketidaksesuaian terbesar Tengah. Hal tersebut relevan dengan hasil-
berada pada ketidaksesuaian proses hasil analisis sebelumnya bahwa pengalo-
pelaksanaan kegiatan). Terdapat gap kasian anggaran yang besar mengaki-
antara pelaksanaan Bantuan Keuangan batkan banyaknya jumlah kegiatan apabila
Kepada Kabupaten/Kota yang diharapkan anggaran per kegiatan bernilai kecil serta
dapat mendorong terjadinya integrasi sangat besarnya alokasi anggaran apabila
pembangunan di wilayah Provinsi Jawa jumlah kegiatannya sedikit yang mem-
Tengah dengan implementasinya di pengaruhi kesiapan Kabupaten/Kota agar
lapangan. Apabila dilihat dari hasil-hasil kegiatan dapat dimulai seawal mungkin
analisis sebelumnya, gap tersebut dan dapat diselesaikan secara tepat waktu.
bermuara pada pengalokasian anggaran Ditambah pula dengan pengambilan
yang besar sehingga mengakibatkan kebijakan waktu pelaksanaan yang tidak
banyaknya jumlah kegiatan apabila mendukung hal tersebut.
anggaran per kegiatan bernilai kecil, serta
sangat besarnya alokasi anggaran apabila Pembahasan
jumlah kegiatannya sedikit. Keduanya Berdasarkan uraian hasil analisis,
sama-sama memerlukan waktu persiapan diperoleh temuan berupa faktor-faktor
yang panjang agar kegiatan dapat dimulai yang mempengaruhi ketidaksesuaian
seawal mungkin dan dapat diselesaikan proses pelaksanaan kegiatan yaitu kebija-
secara tepat waktu. Pengambilan kebija- kan yang diterapkan oleh Pemerintah
kan ketentuan waktu pelaksanaan yang Provinsi Jawa Tengah, sinkronisasi
tidak berpihak pada kondisi di keseluruhan dengan kebijakan yang lain, tingkat
Kabupaten/Kota, atau dapat dikatakan kematangan perencanaan kegiatan, dan
pengambilan kebijakan ketentuan waktu pengalokasian kegiatan memperhatikan

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 19
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
ketersediaan waktu. Keempat faktor kebijakan penetapan kegiatan pada APBD
tersebut menunjukkan adanya keterkaitan Perubahan. Kedua kebijakan tersebut
antara kebijakan yang satu dengan yang saling bertentangan sehingga berdampak
lain, namun tidak saling menguatkan. pada pelaksanaan kegiatan oleh
Salah satunya yaitu kebijakan mengenai Kabupaten/Kota (Gambar 6).
ketentuan luncuran kegiatan dengan

Gambar 6
Interkoneksi Kebijakan Dalam Pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota
Sumber: Hasil analisis, 2017

Interkoneksi kebijakan yang tidak hubungan antar lokasi melalui interko-


saling mendukung menyebabkan tidak neksi antar kebijakan. Dengan demikian,
terwujudnya pembangunan Provinsi Jawa pelaksanaan kegiatan Bantuan Keuangan
Tengah yang terintegrasi dengan Kabupa- Kepada Kabupaten/Kota tidak mendukung
ten/Kota. Menurut Kidd (2007) dalam Ran terjadinya integrasi pembangunan di wila-
dan Budic (2016), integrasi pembangunan yah Provinsi Jawa Tengah (Gambar 7).
merupakan pendekatan untuk memperkuat
Integrasi Pembangunan

tidak tercipta

Pendekatan untuk memperkuat hubungan antara


Provinsi dengan Kabupaten/Kota tidak tercipta

Antar Kebijakan Provinsi


Tidak saling mendukung
Interkoneksi Kebijakan
Kebijakan Provinsi dgn
Kebijakan lain

Gambar 7.
Hubungan Tidak Terwujudnya Integrasi Pembangunan

20 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


Kebijakan yang diambil berkaitan pada Tahun 2014 diantaranya pada
dengan waktu pelaksanaan dan alokasi Kabupaten Grobogan dan Klaten, serta
anggaran kegiatan Bantuan Keuangan perubahan kebijakan ketentuan waktu
Kepada Kabupaten/Kota hingga mengaki- pelaksanaan mengakibatkan kegiatan yang
batkan peningkatan angka ketidaksesuaian dialokasikan pada APBD Perubahan tidak
setiap tahunnya, belum mencerminkan dapat dilaksanakan. Sebelumnya, kegiatan
terwujudnya integrasi pembangunan yang dialokasikan pada APBD Perubahan
vertikal sekaligus integrasi strategis antara boleh dianggarkan kembali sehingga
Provinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten/ Kabupaten/Kota tidak ragu untuk
Kota. Dipandang dari hirarki kewilayahan, melakukan pencairan dana dan memulai
integrasi pembangunan melalui pelaksana- persiapan kegiatan. Sementara itu setelah
an Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/ tidak diperbolehkan, Kabupaten/Kota
Kota merupakan pendekatan dalam inte- memilih untuk tidak melakukan pencairan
grasi vertikal yaitu pendekatan dengan dana dan tidak melaksanakan kegiatan.
melibatkan seperangkat elemen antara Demikian halnya dengan kebijakan yang
tingkatan spasial yang lebih tinggi dengan berkaitan dengan alokasi anggaran.
yang lebih rendah sebagaimana dijelaskan Pemberian alokasi yang besar menimbul-
oleh Healey (2004) dalam Ran dan Budic kan terjadinya peluang permasalahan
(2016). Sementara itu, keberhasilan pende- berupa banyaknya jumlah kegiatan yang
katan integrasi vertikal yang dilakukan harus dilaksanakan, sehingga berimplikasi
dapat tercermin melalui tercapainya tujuan terhadap kemampuan Kabupaten/Kota
integrasi strategis yaitu menghasilkan dalam menyelesaikan pekerjaan secara
keputusan yang lebih komprehensif serta tepat waktu (keterbatasan SDM dan
menghasilkan kegiatan yang lebih penyediaan dana sharing) serta besarnya
mungkin untuk dilaksanakan (Scott et al, nilai paket pekerjaan, sehingga membu-
2013). Dilihat dari kebijakan yang tuhkan waktu penyelesaian yang lebih
berkaitan dengan waktu pelaksanaan panjang (membutuhkan waktu untuk
Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/ proses lelang). Kedua kemungkinan
Kota, perubahan kebijakan turut mengaki- tersebut diperparah dengan pengalokasian
batkan kegiatan tidak lebih mungkin untuk pada APBD Perubahan serta penentuan
dilaksanakan karena perubahan kebijakan kegiatan diluar usulan dalam Musrenbang.
ketentuan waktu pelaksanaan tidak Hubungan permasalahan tersebut dengan
diimbangi dengan pemilihan kegiatan tidak terciptanya integrasi vertikal dan
yang tepat. Masih adanya kegiatan yang strategis dapat dijelaskan dalam skema
menjadi kewenangan Pemerintah Desa Gambar 8.
atau hibah yang belum by name by adress

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 21
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
Integrasi Mekanisme Integrasi Integrasi
Strategis Pembangunan Vertikal
Hirarki
Wilayah

Pengambilan Kebijakan Tidak dapat


Implementasi
keputusan (Bankeu) dilaksanakan
kegiatan
(Bankeu)

Waktu Alokasi
pelaksanaan Anggaran

Keg lebih mungkin


untuk dilaksanakan

Keterangan:
: Implikasi
: Kebijakan dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota
Gambar 8.
Hubungan Tidak Terwujudnya Integrasi Vertikal Dan Integrasi Strategis
Sumber: Hasil analisis, 2017

Dalam temuan hasil analisis diminimalisir. Akan tetapi, Musrenbang


kesesuaian terhadap kebutuhan bukanlah merupakan satu-satunya sumber
Kabupaten/Kota, diperoleh faktor yang usulan kegiatan Bantuan Keuangan
mempengaruhi ketidaksesuaian kegiatan Kepada Kabupaten/Kota. Dalam
Bantuan Keuangan Kepada Peraturaan Gubernur Jawa Tengah
Kabupaten/Kota bidang sarana prasarana menyebutkan bahwa sumber usulan
TA 2011-2015 terhadap kebutuhan lainnya yaitu usulan strategis Pemerintah
Kabupaten/Kota yaitu sinkronisasi Kabupaten/Kota pasca Musrenbangprov
penentuan kegiatan dengan ketentuan. dan usulan tindak lanjut hasil
Ketentuan mengenai pedoman kegiatan reses/kunjungan kerja DPRD Provinsi
sarana prasarana apa saja yang boleh Jawa Tengah, sehingga kedua sumber
dianggarkan melalui Bantuan Keuangan tersebut juga harus disesuaikan.
Kepada Kabupaten/Kota telah diatur Masih ditemukannya kegiatan yang
dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah. tidak sesuai dengan kebutuhan
Namun demikian, masih ditemui kegiatan Kabupaten/Kota menunjukkan adanya
yang tidak sesuai. Apabila menilik salah ketidaksinkronan kegiatan yang
satu tahapan proses penentuan usulan direncanakan dalam Bantuan Keuangan
prioritas melalui Musrenbang adalah Kepada Kabupaten/Kota dengan rencana
pelaksanaan desk dan verifikasi, maka strategis yang ada di Kabupaten/Kota. Hal
seharusnya pemilihan kegiatan yang tidak itu menyebabkan masih ditemukannya
sesuai dengan ketentuan dapat kegiatan yang tidak dilaksanakan dan

22 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


tidak dilakukan pencairan dananya karena dengan integrasi strategis dan vertikal
tidak sesuai dengan prioritas program ditunjukkan dalam Gambar 9.
daerah. Hubungan antara hal tersebut

Mekanisme Hirarki
Integrasi wilayah
Pembangunan

Integrasi Strategis Integrasi Vertikal


Belum ada
Sinkronisasi sinkronisasi

Implementa Kebijakan

Keg yg Rencana strategis si Kegiatan


direncanakan lain (kebutuhan
(dlm Bankeu) dlm program Ketentuan keg
prioritas) yg
Hasilnya diperbolehkan
(terdapat keg yg tdk sesuai
ketentuan)
Sumber usulan
dan
proporsinya

Masukan
kebijakan

Keterangan:
: Implikasi
: Kebijakan dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota

Gambar 9.
Pengaruh Sinkronisasi Penetapan Kegiatan Dengan Ketentuan
Terhadap Integrasi Vertikal dan Strategis
Sumber: Hasil analisis, 2017

Bagan dalam Gambar 9 dapat Dari hasil analisis kesesuaian


menjelaskan bahwa kebijakan mengenai proses pelaksanaan kegiatan serta
kegiatan yang diperbolehkan serta sumber kesesuaian terhadap kebutuhan Kabupaten
usulan beserta proporsinya mempengaruhi /Kota, ditemukan dua faktor penyebab
pelaksanaan integrasi strategis melalui terjadinya gap antara pelaksanaan Bantuan
sinkronisasi antara kegiatan yang Keuangan Kepada Kabupaten/Kota yang
direncanakan dengan kebutuhan Kabupa- diharapkan dapat mendorong terjadinya
ten/Kota sebagaimana diungkap-kan oleh integrasi pembangunan di wilayah
Scott et al (2013). Pada pelaksanaan Provinsi Jawa Tengah dengan implemen-
Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/ tasinya di lapangan. Posisi keduanya
Kota bidang sarana prasarana TA 2011- membentuk pola integrasi kebijakan
2015, integrasi strategis belum dapat Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/
diwujudkan karena belum terbangunnya Kota yang digambarkan dalam diagram
sinkronisasi. pada Gambar 10.

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 23
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
Kebijakan
Dalam
Bankeu

Waktu Alokasi
Pelaksanaan Anggaran

Tidak Ketentuan Pemerataan


aplikatif Luncuran Alokasi
Jml keg
banyak
Pemberian Menghindari
Paket Kecil Kesiapan
kegiatan dokumen
pada APBD-P perencan
Revisi/ Nilai aan
Regrouping paket
besar
Sumber
Usulan dan
Proporsinya

Gambar 10
Integrasi Kebijakan Dalam Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota
Sumber: Hasil analisis, 2017

Posisi integrasi kebijakan dalam oleh Kabupaten/Kota kegiatan serta


pelaksanaan kegiatan Bantuan Keuangan sumber usulan beserta proporsinya.
Kepada Kabupaten/Kota bidang sarana Sementara beberapa hal yang mendukung
prasarana TA 2011-2015 terhadap perwu- mekanisme alokasi sumber daya adalah
judan integrasi pembangunan digambar- dilakukannya pemerataan alokasi angga-
kan dalam Gambar 11. Gambar tersebut ran oleh Pemerintah Provinsi, himbauan
menunjukkan bahwa integrasi kebijakan untuk menghindari paket pekerjaan
merupakan konsep besar dalam mewujud- bernilai kecil serta pemberian kegiatan
kan integrasi pembangunan (Steid dan pada APBD Perubahan. Di samping itu
Meijers, 2009), demikian halnya dalam beberapa hal yang mempengaruhi kondisi
mewujudkan integrasi pembangunan kelembagaan adalah penyiapan dokumen
melalui Bantuan Keuangan Kepada perencanaan di Kabupaten/Kota dan
Kabupaten/Kota. Secara lebih jauh, Steid ketentuan luncuran kegiatan oleh Pemerin-
dan Meijers (2009) menyebutkan bahwa tah Provinsi. Kesemuanya menentukan
integrasi kebijakan tidak berdiri sendiri praktek pelaksanaan kegiatan dengan hasil
melainkan dalam implementasinya dipe- ditemukannya ketidaksesuaian proses
ngaruhi oleh adanya kepentingan antara pelaksanaan di sebagian besar Kabupaten
publik dan politis, mekanisme alokasi /Kota, sehingga belum dapat mendukung
sumber daya serta kondisi kelembagaan tujuan bersama antara dua tingkatan
dan praktek pelaksanaan. Pada proses pemerintahan yang berbeda (Provinsi Jawa
pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada Tengah dan Kabupaten/Kota) sebagai
Kabupaten/Kota, beberapa hal yang tujuan integrasi pembangunan menurut
mendukung kepentingan publik dan politis Stead dan Meijers (2009).
adalah dilakukannya revisi/regrouping

24 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


Kepentingan Integrasi Mekanisme
Publik dan Kebijakan alokasi
Politis Sumber Daya
Pemerataan
Revisi/ Kondisi alokasi
regrouping Kelembagaan

Sumber usulan Penyiapan Menghindari


dan dokumen paket kecil
proporsinya perencanaan
Pemberian keg
Ketentuan di APBD-P
luncuran

Praktek
Pelaksanaan

Sebagian besar Kab/Kota tdk sesuai proses


pelaksanaan kegiatan

Integrasi Pembangunan

Keterangan: Tidak memenuhi


: Implikasi tujuan bersama

Gambar 11.
Integrasi Kebijakan Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Dalam Mewujudkan Integrasi
Pembangunan
Sumber: Hasil analisis, 2017

Temuan hasil analisis aspek Tengah melalui Bantuan Keuangan


ketidaksesuaian integrasi pembangunan Kepada Kabupaten/Kota bidang sarana
pada proses pelaksanaan dan kegiatan prasarana TA 2011-2015 serta kegiatan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang tidak sesuai petunjuk teknis (Juknis)
Kabupaten/Kota berupa variabel alokasi sebagai kegiatan yang tidak sesuai dengan
anggaran sebagai variabel utama dalam kebutuhan Kabupaten/Kota, dapat dijelas-
integrasi pembangunan Provinsi Jawa kan melalui Gambar 12.

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 25
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
APBD Induk/P Jml keg Tingkat Integrasi
banyak kesiapan Vertikal
Kab/Kota antara
melaksanakan kebijakan dan
Besar Nilai paket
kegiatan implementasi
Alokasi besar
keg Bankeu
Anggara
n Kecil
Political tidak
Gover mendukung
nance Sumber pemerataan
Integrasi
Usulan dan pembangunan
Pembangu
Good Economic Proporsinya nan Prov
Gover Gover
nance Jateng
nance

Administra
tive Gover
nance
Sinkronisasi Integrasi
pemilihan keg dgn Strategis antara
ketentuan jenis Tdk sesuai penentuan keg
kegiatan Keg tdk Bankeu dgn
program
sesuai Juknis program
prioritas
Keterangan: Sinkronisasi strategis
daerah
: Implikasi pemilihan keg dgn Kab/Kota
peraturan lain

Gambar 12.
Variabel yang Mempengaruhi Integrasi Pembangunan Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Hasil analisis, 2017

Gambar 12 menjelaskan mengapa yang dilakukan dengan cara membanding-


temuan variabel alokasi anggaran dan kan antara kebijakan dengan implementasi
kegiatan yang tidak sesuai dengan Juknis kegiatan Bantuan Keuangan Kepada
menjadi variabel yang menentukan inte- Kabupaten/Kota bidang sarana prasarana
grasi pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun Angaran 2011-2015; serta Kegiatan
melalui Bantuan Keuangan Kepada Kabu- Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/
paten/Kota, yaitu variabel alokasi angga- Kota bidang sarana prasarana TA 2011-
ran menjadi variabel penting karena 2015 yang tidak sesuai dengan Juknis
penentuannya dipengaruhi oleh berbagai sebagai kegiatan yang tidak sesuai dengan
faktor begitu juga dengan implikasinya kebutuhan Kabupaten/Kota, dipengaruhi
yang diakibatkan. Penentuannya diantara- oleh beberapa hal yaitu sinkronisasi
nya dipengaruhi oleh sumber usulan dan pemilihan kegiatan dengan ketentuan jenis
proporsinya serta waktu pengalokasian- kegiatan dan sinkronisasi dengan peratu-
nya. Implikasinya berupa banyaknya ran yang lain. Keduanya merupakan peng-
jumlah kegiatan serta besarnya nilai paket hambat baik bagi Provinsi Jawa Tengah
pekerjaan yang berujung pada tingkat maupun Kabupaten/Kota untuk mendu-
kesiapan Kabupaten/Kota dalam melaksa- kung integrasi strategis pada tingkat
nakan kegiatan. Tingkat kesiapan ini yang perencanaan.
kemudian menjadi penghambat bagi Tingkat integrasi pembangunan di
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendu- Provinsi Jawa Tengah melalui pelaksanaan
kung integrasi vertikal antara Provinsi kegiatan Bantuan Keuangan Kepada
Jawa Tengah dengan Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota bidang sarana prasarana

26 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


masih rendah. Jika diamati dari titik penggunaan indikator perhitungan
kritisnya (Gambar 13), maka rendahnya proporsionalitas keserasian, sumber
integrasi pembangunan di Provinsi Jawa usulan, proporsi usulan, jumlah SDM pada
Tengah melalui pelaksanaan Bantuan SKPD Kabupaten/Kota pengelola
Keuangan Kepada Kabupaten/Kota kegiatan; kapasitas SDM pengelola
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kegiatan, pemerataan alokasi anggaran,
adanya ketentuan luncuran kegiatan, dan mekanisme penentuan kegiatan.
ketersediaan dana sharing, konsistensi

Gambar 13.
Skema Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Bantuan Keuangan
Kepada Kabupaten/Kota
Sumber: Hasil analisis, 2017

SIMPULAN SDM pada SKPD Kabupaten/Kota


Rendahnya integrasi pembangunan pengelola kegiatan; kapasitas SDM
di Provinsi Jawa Tengah melalui pengelola kegiatan, pemerataan alokasi
pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada anggaran, dan mekanisme penentuan
Kabupaten/Kota disebabkan oleh beberapa kegiatan.
faktor, yaitu adanya ketentuan luncuran Jika dihubungkan dengan faktor-
kegiatan, ketersediaan dana sharing, faktor integrasi pembangunan baik
konsistensi penggunaan indikator perhi- integrasi wilayah, organisasional maupun
tungan proporsionalitas keserasian, sektoral, terdapat beberapa faktor yang
sumber usulan, proporsi usulan, jumlah tampak turut berperan dalam mem-

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 27
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
pengaruhi tingkat integrasi pembangunan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota.
di Provinsi Jawa Tengah melalui Pertama pengkajian ketentuan luncuran
pelaksanaan Bantuan Keuangan Kepada kegiatan dengan memperhatikan kebijakan
Kabupaten/Kota. Faktor-faktor integrasi yang lain (penentuan kegiatan prioritas,
pembangunan tersebut adalah sinkronisasi penentuan besaran anggaran dan waktu
kebijakan merupakan faktor dari integrasi pengalokasian, Kedua, penyediaan dana
vertikal dalam integrasi wilayah, sharing untuk membiayai perencanaan dan
implementasi kegiatan merupakan faktor persiapan kegiatan, Ketia, penggunaan
dari integrasi horizontal dalam integrasi indikator proporsionalitas keserasian
wilayah, waktu pelaksanaan merupakan untuk menetapkan besaran alokasi
faktor dari integrasi strategis dalam anggaran bantuan sarana prasarana.
integrasi organisasional, alokasi anggaran Keempat, koordinasi dalam penentuan
merupakan faktor dari integrasi strategis kebijakan proporsi sumber usulan kegiatan
dalam integrasi organisasional, SDM yang (antara usulan dari Pemerintah
memadai merupakan faktor dari integrasi Kabupaten/Kota, DPRD dan Gubernur)
operasional dalam integrasi organisasi- berdasarkan urgenitasnya terhadap
onal, koordinasi merupakan faktor dari penyelesaian permasalahan di Kabupaten/
integrasi pemangku kepentingan dalam Kota serta prioritas terhadap pencapaian
integrasi organisasional, komunikasi dan program-program strategis daerahuntuk
saling pengertian merupakan faktor dari menjaga keseimbangan kekuasaan antar
integrasi pemangku kepentingan dalam sektor, Kelima, pengembangan kapasitas
integrasi organisasional, serta keseimbang- SDM pada SKPD Kabupaten/Kota
an kekuasaan antar sektor merupakan pengelola kegiatan Bantuan Keuangan
faktor dari integrasi lintas sektoral dalam Kepada Kabupaten/Kota. Keenam,
integrasi sektoral. peningkatan komunikasi bersama dengan
Berdasarkan uraian diatas, terdapat sumber-sumber usulan dalam pemerataan
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk alokasi anggaran melalui rapat koordinasi
mewujudkan integrasi pembangunan di terkait besaran dan sasaran lokasi
Provinsi Jawa Tengah melalui Bantuan kegiatan.

28 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017


DAFTAR PUSTAKA Shugaepova, Aliya A dan Ravzieva,
Baker, Mark and Hincks, Stephen et al. Dilyara I. 2015. Regional Strategic
2010. Getting Involved in Plan- Priorities Identification Approach.
Making: Participation and Procedia Economics and Finance 24,
Stakeholder Involvement in Local 643-651.
and Regional Spatial Strategies in Soewardi, Tiara Juniar and Ananda,
England. Environment and Planning Candra Fajri. 2015. The
C Government and Policy 28 (4): Transformation of Bea Acquisition
574-594. Rights to Land and Buildings
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi (BPHTB): Case Study in Kediri City
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: of East Java. Procedia-Social and
Kencana. Behavioral Sciences 211: 1179-
Chong, Joanne and Abeysuriya, Kumi et 1185.
al. 2016. Strengthening Local Stead, Dominic and Meijers, Evert. 2009.
Governance Arrangements for Spatial Planning and Policy
Sanitation: Case Studies of Small Integration: Concepts, Facilitators
Cities in Indonesia. Aquatic and Inhibitors. Planning Theory &
Procedia 6: 64-73. Practice 10: 317-332.
Mura, Ladislav dan Buleca, Jan et al. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
2014. Identification of Funding of Kuantitatif Kualitatif & RND.
Regional Governments Using Bandung: Alfabeta.
Correlation Analysis. Procedia Susanto, Dwi and Djuminah. 2015. The
Economics and Finance 15, 154- Usefulness of Local Government
161. Financial Statements for Regional
Ran, Jing and Budic, Zorica Nedovic. Development Planning Process (An
2016. Integrating Spatial Planning Empirical Study Against the Head of
and Flood Risk Management: A the District Development Planning
New Conceptual Framework for The Agencies in Java and Madura).
Spatially Integrated Policy Procedia-Social and Behavioral
Infrastructure. Computers, Sciences 211: 75-80.
Environment and Urban Systems 57: Wennersten, Ronald and Sun, Qie et all.
68-79. 2016. How Can the Gradual
Scott, A.J and Carter, C et all. 2013. Development of More Sustainable
Disintegrated Development at The Energy Systems be Integrated in
Rural-Urban Fringe: Re-Connecting Urban Planning in China?. Energy
Spatial Planning Theory and Procedia 88: 23-30.
Practice. Progress in Planning 83: 1-
52.

Integrasi Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; Kajain Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota Melalui 29
APBD Provinsi Jawa Tengah– Handa Ashidy, Wiwandari Handayani
30 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 15 Nomor 1 – Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai