Anda di halaman 1dari 18

Abstrak Dalam pelaksanaan pembangunan khusunya terhadap pengembangan kota berbagai macam dinamika dan permasalah kota baik

di sector ekonomi, social, dan budaya akan dihadapi. Pengembangan kota setidaknya menjadi urgen manakala ada beberapa isu masalah perkotaan yang harus direspon secara tepat, diantaranya, tingginya jumlah penduduk, tututan terhadap peningkatan kualitas pelayanan public, iklim kompetisi antar daerah, dan dampak pengembengan kota terhadap pengembangan desa. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah perencanaan pengembangan kota yang tepat untuk dijadikan solusi terhadap permasalahan tersebut, Pada artikel ini akan dijelaskan mengenai paradigma dan strategi pengembangan kota masa depan. Penerapan mengenai konsep Trianggle of Sustainability menjadi basis pengembangan kota menjadi sebuah pilihan alternative. Pengmbangan spesifikasi kota yang berbasis Trianggle of Sustainability harus peka terhadap segala sumber daya yang ada di kota. Di dalam artikel ini juga menjelaskan mengenai paradigma manajemen perkotan

selama ini dikenal dua paradigm pembangunan kota. Paradigma yang pertama adalah urban Oriented paradigm (UOP) dan yang kedua Rurban Oriented Paradigm (ROP). UOP adalah suatu paradigma pembanguna kota dengan filosofi pembangunnanya city just for urban residents atau city jus for city itself. Kerangka berfikir tersebut dilandasi oleh banyaknya keberadaan lahan kosong baik di bagian dalam kota maupun diluar kota yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodir struktur fiscal baru. Sedangkan ROP adalah paradigma yang dilandasi filosofy the development of acity is not just for the city itself but also for the rural area. Paradigm ini lahir karena adanya kesadaran bahwa disekitar yang dikembangkan banyak terdapat lahan pertanian yang produktif, serta sector pertanian yang masih memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Kata kunci: Trianggle of Sustainability, urban Oriented paradigm (UOP), Rurban Oriented Paradigm (ROP),

Pedahuluan Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam lingkup pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan oleh penyelenggara negara yaitu lembaga-lembaga tinggi negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Menurut Michel Todaro, pembangunan adalah prosess multidimensi yang mencangkup perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequality) serta pemberantasan kemiskinan.1 Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperbaiki keterbelakangan dan ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu keadaan yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kemudian diatur dengan UU No. 32 Tahun 2004 sebagai revisi atas UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam pelaksanaan pembangunan khusunya terhadap pengembangan kota berbagai macam dinamika dan permasalah kota baik di sector ekonomi, social, dan budaya akan dihadapi. Dalam hal tata ruang misalnya adanya wacana pemindahan pusat kota padang pasca Bencana gempa bumi yang melanda Kota Padang 30 September 2009 lalu, yang telah menghancurkan sebagian besar fasilitas perkantoran di lingkungan Pemko Padang perlu

lihat Michel Todaro dalam Triwidodo W. utomo, Administrasi Pembangunan;Ringkasan dan Transparansi,lembaga administrasi negara, Jawa Barat, 1998,hal 36

dilakukan percepatan pembangunannya.2 Pemindahan lokasi perkantoran itu selain terkait dengan alasan mitigasi bencana alam, sekaligus mengurangi tekanan lalulintas ke kawasan pusat Kota Padang saat ini. Jika hal ini terealisir pemerintah perlu melakukan perencanaan kota yang lebih matang jangan sampai menimbulakan sebuah pertanyaan bagi masyarakat yang akan datang mengenai Kondisi perkotaan saat ini, apakah merupakan pencerminan hasil kebijakan pembangunan perkotaan di masa lalu. oleh karena itu dalam rangka memahami permasalahan perkotaan guna mencari solusi terutama mengenai upaya perumusan kota ditinjau dari aspek spasial. Pada artikel ini penulis mencoba menjelaskan mengenai pembahasan paradikma dan strategi kebijakan kota masa depan.
METODE PENULISAN

Metode penulisan ini dilakukan dengan pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh untuk penulisan ini diperoleh dari studi literatur. Studi literatur digunakan untuk menelusuri berbagai konsep dan teori maupun berbagai pengalaman empiris yang dicermati dan ditulis dalam berbagai buku referensi, laporan penelitian, artikel jurnal maupun Kebijakan-kebijakan atau rencana dari pemerintah. Berbagai pokok pikiran dan fakta yang diperoleh dari studi literatur disusun secara tematis untuk mendukung kerangka penulisan artikel ini. Refleksi kritis merupakan salah satu cara untuk menoleh ke belakang dan mengkaji kembali fenomena, dalam hal ini perencanaan pembangunan regional dalam suatu kurun tertentu. Dengan upaya merefleksikan kembali pemahaman dan pengalaman kita yang diungkapkan secara tertulis akan mendorong terjadinya dialektika masa lalu dan masa kini untuk melanjutkannya pada masa depan agar lebih baik. Metode refleksi ibaratnya bercermin diri untuk dapat memahami kondisi dan mendorong upaya untuk memperbaiki diri, dalam hal ini pengembangan kota dimasa depan. Masalah dan pentingnya pengembangan kota Pemerintah daerah di tingkat lokal adalah pihak yang paling mengetahui kebutuhan didaerahnya. Salah satu kebutuhan dan tuntutan untuk dapat eksis dalam situasi yang semakin kompetitif adalah pengembangan spesifikasi kota. Pengembangan kota setidaknya menjadi

Rencana Pemindahan Pusat Pemerintahan Kota Padang Perlu Dukungan http://www.padang.go.id/v2/content/view/2540/1/ di unduh tanggal 10 april 2010 pukul 19:00 wib

di

urgen manakala ada beberapa isu masalah perkotaan yang harus direspon secara tepat, diantaranya:3 Pertama, pertumbuhan penduduk yang cepat dan kian padat. Salah satu ciri masyarakat kota adalah padat penduduk dan adanya perpindahan dari desa ke kota Pertambahan jumlah penduduk yang pesat akan berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana social ekonomi, kekurang mampuan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang dapat mengakibatkan banyaknya kerugian antara lain : - kemacetan lalu lintas - polusi lingkungan - ketidak nyamanan hidup - persaingan usaha, dll Yang pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan fisik kawasan perkotaan. Pertumbuhan perekonomian yang cepat akan membawa ketersediaan prasarana dan sarana perkotaan yang diperlukan. Di Indonesia, pertumbuhan penduduk kota cukup tinggi, salah data berikut menceritakan hal tersebut: Tabel 1 Luas Wilayah dan Persentase Penduduk menurut Provinsi Area and Percentage of Population by Province Provinsi Province 00. Indonesia 01. Nanggroe Aceh Darussalam 02. Sumatera Utara 03. Sumatera Barat 04. Riau 05. Jambi 06. Sumatera Selatan 07. Bengkulu 08. Lampung 09. Kep. Bangka Belitung 10. Kepulauan Riau 11. DKI Jakarta
3

Luas Wilayah Area km2 1,890,754 51,937 73,587 42,899 94,560 53,437 93,083 19,789 35,384 16,171 Na 664

% 100 2.75 3.89 2.27 5 2.83 4.92 1.05 1.87 0.86 na 0.04

Persentase Penduduk Percentage of Population 1971 1980 1990 2000 100 100 100 100 1.68 5.55 2.34 1.38 0.84 2.89 0.44 2.33 na na 3.84 1.77 5.67 2.31 1.47 0.98 3.14 0.52 3.14 na na 4.41 1.91 5.72 2.23 1.84 1.13 3.52 0.66 3.36 na na 4.59 1.91 5.65 2.06 1.92 1.17 3.34 0.76 3.27 0.44 0.49 4.07

2005 100 1.84 5.69 2.09 2.09 1.2 3.1 0.71 3.25 0.48 0.58 4.05

Dwiyanto indiahono, Kebijakan publik berbasis policy analisys, Gava media, Yogyakarta, 2009. Hlm 209

12. Jawa Barat 34,597 1.83 18.14 18.61 19.74 17.32 13. Jawa Tengah 32,549 1.72 18.35 17.2 15.91 15.14 14. DI Yogyakarta 3,186 0.17 2.09 1.87 1.62 1.51 15. Jawa Timur 47,922 2.53 21.41 19.79 18.12 16.86 16. Banten 8,651 0.46 na na na 3.93 17. Bali 5,633 0.3 1.78 1.67 1.55 1.53 18. Nusa Tenggara Barat 20,153 1.07 1.85 1.85 1.88 1.94 19. Nusa Tenggara Timur 47,351 2.5 1.93 1.86 1.82 1.92 20. Kalimantan Barat 146,807 7.76 1.69 1.68 1.8 1.95 21. Kalimantan Tengah 153,564 8.12 0.59 0.65 0.78 0.9 22. Kalimantan Selatan 43,546 2.3 1.43 1.4 1.45 1.45 23. Kalimantan Timur 230,277 12.18 0.62 0.83 1.05 1.19 24. Sulawesi Utara 15,273 0.81 1.44 1.43 1.38 0.98 25. Sulawesi Tengah 63,678 3.37 0.77 0.87 0.95 1.08 26. Sulawesi Selatan 62,365 3.3 4.35 4.11 3.89 3.5 27. Sulawesi Tenggara 38,140 2.02 0.6 0.64 0.75 0.88 28. Gorontalo 12,215 0.65 na na na 0.4 29. Sulawesi Barat Na na na na na 0.42 30. Maluku 46,975 4.12 0.91 0.96 1.03 0.58 31. Maluku Utara 30,895 1.63 na na na 0.38 32. Irian Jaya Barat Na na na na na 0.22 33. Papua 365,466 19.33 0.77 0.79 0.91 0.86 4 Sumber/Source : Sensus Penduduk (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas 2005.

17.8 14.61 1.53 16.58 4.13 1.55 1.91 1.95 1.85 0.87 1.5 1.3 0.97 1.05 3.43 0.9 0.42 0.44 0.57 0.4 0.29 0.85

Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Kedua, masalah yang kian komplek. Tuntutan bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin cerdas terutama dalam memenuhi kebuthan publik secar lebih memuaskan. Sedangkan pemerintah sendiri harus menhadapi masalah-masalah perkotaan yang timbul karena kurang responsifnya pemerintah. Masalahmasalah yang lazim terjadi pada kota-kota di Indonesia diantarnya: masalah kemiskinan kota,
4

http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_tabel/kat,1/idtabel,114/Itemid,165/ di unduh pada tanggal 4 april 2010 pukul 08:26 wib

pengangguran dan keterbatasan pengangguran dan terbatasnya lapangna pekerjaan, penurunan kualitas pelayanan publik, berkurangnya taman kota dan ruang public karena imbas pembangunan yang amburadul serta tranportasi yang kian padat dan kemacetan. 5 Salah satu penyebab bertambahnya orang di kota miskin karena lahirnya imigran dari desa ke kota dan terjebak dalam kemiskinan. Berdasarkan definisi kemiskinan dari BPPS dan depsos, data jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 mencapai 35,7 juta jiwa termasuk didalamnya jumlah kategori fakir miskin 15,6 juta jiwa.6 Di era globalisasi, posisi penduduk miskin di kota-kota Negara berkembang akan makin terpuruk, karena pendidikan dan keterampilan yang rendah dan tidak mampu berkiprah dalam persaingan global (global competition). Keinginan yang besar untuk melakukan urbanisasi yang tidak didukung dengan kemampuan untuk berkompetisi malah menjadi sebuah boomerang bagi masyarakat hari demi hari jatuh kedalam lembah kemiskinan kota. Orang-orang ini terjebak dalam kemiskinan karena mereka tidak memahami apa yang akan mereka harapkan di kota, menurut sinulingan Over Urbanization sendiri bagi pemerintah kota dapat menimbulkan masalah pengangguran dan setengah penganguran, kondisi lalu lintas yang semakin padat, lahirnya pemukiman yang buruk, melimpahnya tenaga kerja dan peningkatan beban pemerintah daerah dalam hal memenuhi fasilitas-fasilitas public.7 Ironisnya golongan ini di waktu yang akan datang masih akan terus bertambah, sehingga pekerjaan pemerintah semakin banyak dan berat. Selain itu, urbanisasi urbanisasi juga memainkan perana penting, baik bagi masyarakat di wilayah perkotaan maupun di Indonesia secara keseluruhan, yaitu dalam hal meningkatnya kesenjangan antara pusat daerah. Ada beberapa factor penyebab Urbanisasi, diantaranya:8 1) Faktor penarik (pull factors). Adapun yang termasuk faktor penarik antara lain sebagai berikut. a. Penduduk desa beranggapan bahwa di kota banyak pekerjaan dan mudah memperoleh penghasilan. b. Kota merupakan pusat faslitas bidang pendidikan, rekreasi dan kesehatan. c. Kota merupakan tingkat kebudayaan yang lebih tinggi. d.
5 6

Kota merupakan tempat untuk dapat menggantungkan keahlian (skill).

Dwiyanto indiahono. Op cit. Eddy Mulyana, komunikasi pembangunan, pendekatan terpadu, simbiosa rekatama media, bandung, hlm 103 7 Dwiyanto indiahono. Op cit. hal 207 8 Pola keruangan kota http://www.scribd.com/document_downloads/direct/29273996?extension=pdf&ft=127095 6812&lt=1270960422&uahk=oAEYo0OHhLu+DHcAqcdzt+VTsYA unduh pada tanggal 4 april 2010 pukul 08:30wib

e. Tingkat upah di kota lebih tinggi. 2) Faktor pendorong (push factors) Yang termasuk faktor pendorong, yaitu sebagai berikut. a. Proses kemiskinan di desa akibat pembagian tanah warisan yang semakin menyempit. b. Lapangan pekerjaan yang hampir tidak ada. Orang desaterkenal ulet, sabar dan suka bekerja keras, tetapi karena jumlah penduduk tinggi sehingga jumlah lapangan kerja kurang. c. Upah buruh di desa lebih rendah daripada di kota. d. Adat istiadat yang ketat bagi yangberpendidikan, menyebabkan kemajuannya sering terhambat, sehingga mendorong untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota. e. Kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia di desa, sehingga pendudukdesa banyak yang pindah ke kota. Ketiga, iklim kompetisi antar daerah. Dunia yang semakin mengglobal dan liberal menjadi tantangan tersendiri bagi kota-kota di Indonesia untuk mampu bersaing secara fair. Kota-kota tersebut dituntut untuk dapat eksis ditengah persaingan yang ada dengan memanfaatkan potensi dan kemampuan manajerial yang handal. Keempat, pengembangan kota memilki hubungan erat dengan masalah pedesaan. Kota-kota sebagai denyut perekonomian di tingkat lokal harus disadari membawa dampak yang luas kepada pedesaan yang ada disekitarnya (trikle down effect). Industri dan jasa yang ada di kota setidaknya harus mampu memberikan kemanfaatan bagi tumbuhnya perekonomian secara merata bagi pembangunan lokalnya. industri dan jasa yang ada di kota harus diyakinkan tidak mematikan usaha-usaha kecil dan riil yang hidup di banyak desa di sekitarnya. Hal ini menjadi penting agar kota tidak menjadi kota parasit. Menurut tarigan, Kota parasit adalah kota yang tidak banyak berfungsi untuk menolong daerah belakangnya dan bahkan bisa mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh di desa.9 Di pihak lain, pertumbuhan kota-kota akan diikuti dengan tekanan-tekanan (urban development pressures) yang antara lain berupa: beralihfungsinya lahan-lahan pertanian yang subur di sekitar kotakota menjadi lahan-lahan non pertanian; makin kritisnya cadangan air tanah dan air permukaan; meningkatnya inefisiensi dalam pelayanan prasarana dan sarana perkotaan karena wilayah perkotaan yang makin melebar ke segala arah; serta berkurangnya tingkat
9

Dwiyanto indiahono. Op cit

produktivitas masyarakat perkotaan yang diakibatkan oleh makin besarnya tenaga dan waktu yang terbuang untuk mencapai pusat-pusat kegiatan. Apalagi saat ini kewenangan yang diberikan telah melalui perubahan dari sentralitis menuju desentralisasi, haruslah dimaknai sebagai sebuah peluang dan tantangan pembangunan. Pergeseran ini sesungguhnya mengidentifikasi political will pemerintah untuk mengatasi permasalahan pembangunan bagi rakyat secara menyeluruh. Pada tataran ini, persoalan-persoalan (kemiskinan, penganguran dan rendahnya kualitas pelayanan) yang diakibatkan praktik pembangunan yang tidak partisipatif, yang untuk sementara dipercaya mampu ditanggulangi. Oleh karena itu dalam mengahadapi permasalahan kota tersebut

perlunya sebuah perencanaan pembangunan kota yang didesain harus responsive terhadap pengembangan wilayahsecara lebih terintegrasi. Dari beberapa alasan diatas maka satu hal yang dapat disimpulkan bahwa kota harus mampu secara terencana, visioner, sustainable, kosisten dan berkeadilan. Pengembangan kota yang semacam ini mencanagkan adanya komitmen pemerintah pemerintah secara sungguhsungguh untuk memberikan kesejahteraan yang luas kepada rakyat, dan bukan sekedar ingin mendapatkan gelar sebagai kota yang maju saja.

Tata ruang, Manajemen kota dan beberapa dan beberapa contoh pengembangan spesifikasi kota Penataan ruang perkotan dapat diartikan sebagai proses perencanaa, pemafaatan dan pengendalian wilayah perkotaan dari kondisis yang lebih baik (ideal).10 Kondisi ideal tersebut, disamping di kaitkan dengan konsep city of tomorrow dari system kegiatan serta sisitem jaringan, juga dipengaruhi oleh system kelembagaan.dibutuhkan pula penataan dan pengelolaan (manajemen) system kelembagaan yang ada untuk menunjang perwujudan wilayah perkotaan yang ideal. Di Indonesia tata ruang diatur pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 yang memiliki Visi terwujudnya ruang nusantara yang mengandung unsur-unsur penting dalam menunjang kehidupan masyarakat, sebagai berikut:11 1. keamanan : masyarakat terlindungi dari berbagai ancaman dalam menjalankan aktivitasnya;
10 11

Definisi ini diambil dengan menyimpulkkan dari berbagai sumber bacaan Ning Purnomohadi, Implikasi undang undang no. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang terhadap penyediaaan ruang terbuka hijau (rth) menuju kota ekologis, edisi edisi mei - juni 2008 di http://bulletin.penataanruang.net/view/_printart.asp?idart=106 di unduh unduh pada tanggal 4 april 2010 pukul 08:33wib

2. kenyamanan: kesempatan luas bagi masyarakat untuk dapat menjalankan fungsi dan mengartikulasi nilai-nilai sosial budayanya dalam suasana tenang dan damai; 3. produktivitas: proses dan distribusinya dapat berlangsung efisien serta mampu menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing; 4. berkelanjutan: kualitas lingkungan dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dan generasi mendatang. Dalam era globalisasi yang di cirikan semakin dengan semakin terbukanya sisitem perkotaan, maka perubahan sistem lingkungan yang terjadi lebih pesat dan sulit diduga. Penataan ruang perkotaan harus mempertimbangkan factor lingkungan yang semakin terbuka serta perubahan lingkungan yang semakin dinamais. Maka dengan berbagai pertimbangan, majemen perkotaan diharapkan dapat menata wilayah perkotaa menjadi wilaah kota yang lebih ideal, wilayah perkotaan yang lebih produktif/efisien dari segi ekonomi, lebih merata/terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat dari segi social. Lebih

stabil/mantap/tertib/bersatu dari segi politik, dan lebih berwawasan lungkungan dari segi fisik. Proses manajemen perkotaan tersebut melibatkan berbagai factor yang memiliki berbagai kepentingan serta berbeda disiplim ilmunya. Proses tersebut melibatkan komunikasi vertical, yaitu komunikasi dalam kaitan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Proses ini juga menlibatakan komunikasi horizontal antar factor untuk tiap tahapan penataan tersebut, proses top-down/buttom-up yang melibatkan lembaga pusat dan daerah, serta proses kerja sama amtra pemerintah, swasta dan masyarakat. Dengan demikian, maka maanajen perkotaan dapat di artikan sebagai proses penataan ruang perkotaan dari kondisi sekarang menuju kondisi yang ideal, dengan memperhatikan dinamisnya perubahan system lingkungan, serta ditunjang oleh proses penataan/pengembangan system kelembagaan, dan juga dalam proses terpadu melalaui komunikasi berbagai proses yang melibatkan berbagai actor dari berbagai system/komponen. Menurut davey, definisi manajemen perkotaan (urban management) diartikan sebagai: the policies, plan programs, and prakties that seek to ensure that population growth is matched by acces will depend as much, if not more, on private initiatives and enterprise. These are critically effected by public sector policies and function that only government perform.(adalah kebijakan, rencana, program dan praktek untuk mengusahakan keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan akses terhadap infrastruktur dasar,

perumahan dan lapangan pekerjaan. Akses ini lebih banyak tergantung pada inisiatif swasata dan perusahaan swasta, yang pihak ini dipengaruhi oleh kebijakan dan fungsi public. Kebijakan dan fungsi public ini hanya dapat dilakukan oleh pemerintah. Secara lebih spesifik, manajemen kota mencakup kegiatan penataan lahan, sarana, prasarana dan lingkungan hidup, serta keuangan daerah dan pengentasan kemiskinan Ternyata manajemen kota tidak semata-mata terkait dengan penataan ruang. Karena bersumber pada kegiatan manusia, manajemen kota selalu dikaitkan dengan program pengentasan kemiskinan, kasus yang sering menyertai pertumbuhan kota. Manajemen kota pun mencakup aspek keuangan daerah, sebab dari sisi ekonomi, kota merupakan suatu entitas yang pengelolaannya membutuhkan dana dan dapat memberi keuntungan material. Kota adalah penggerak utama kegiatan ekonomi, karena di dalamnya terkandung bermacam-ragam industri dan jasa pelayanan. Kota telah menjadi sumber kehidupan bagi berbagai kelompok masyarakat, dari yang berkeahlian sangat tinggi sampai yang tidak memiliki keterampilan apapun. Angka statistik menyatakan bahwa arus urbanisasi akan semakin meningkat. Sayangnya, memikul peran yang sedemikian penting, kota yang berkembang justru sering menjadi tempat yang tidak nyaman, penuh dengan kemiskinan dan lingkungan hidup yang berkualitas rendah. Jelaslah bahwa kota tidak dapat dibiarkan asal berkembang tapi perlu dikelola secara baik, agar sumberdaya yang dimilikinya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat. Siapa yang bertugas mengelola kota? Terdapat beberapa alasan klasik bahwa perkotaan lebih baik dikelola oleh pemerintah (sektor publik) dibandingkan swasta.12 Pertama, sebagian besar jasa atau produk perkotaan adalah barang publik (public goods ). Contohnya jika jalur hijau dibangun di tengah kota, maka kenyamanannya dapat kita rasakan, tanpa mengurangi rasa nyaman orang lain; dan pula, semua warga dapat menikmati keindahan taman itu, terlepas apakah mereka telah atau belum membayar pajak yang dipakai untuk membangun taman tadi. Swasta tidak akan bersedia untuk memproduksi barang publik seperti itu. Kedua, terdapat tuntutan alami untuk memonopoli berbagai jasa pelayanan kota. Misalnya, penyediaan air bersih (PAM) lebih baik dikelola dalam skala besar, dari pada ditangani oleh setiap rumah tangga dalam skala yang kecil-kecil. Tentu saja dengan
12

http://rikania09.multiply.com/journal/item/17/Manajemen_Perkotaan di unduh unduh pada tanggal

11 april 2010 pukul 08:33wib

perkembangan teknologi, masalah skala ekonomi ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Bagaimanapun, penyediaan jasa ini membutuhkan peran dari suatu institusi yang besar. Ketiga, dalam kehidupan di kota banyak ditemui eksternalitas, yaitu tindakan atau keputusan satu pihak yang dapat memberi manfaat (atau kerugian) bagi pihak lain. Andaikan sekelompok warga membuang sampah di sekitar rumah kita, maka dapat diduga bahwa nilai rumah kita akan lebih rendah dari nilai yang seharusnya. Apakah setiap rumah tangga harus membuat sendiri aturan tentang kebersihan lingkungan dan mengawasi pelaksanaannya? Tentu tidak. Kembali diperlukan bantuan pemerintah. Pemerintah daerah dalam era otonomi daerah memiliki peran strategis dalam mengelola dan mengembangkan kota masing-masing. Sehingga tak mengherankan jika beberapa kota di indonesia telah mencari spesifikasinya. Kota padang, sebagai ibukota propinsi Sumatera Barat. Selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan, pusat pelayanan sosial, pusat pariwisata. Sehingga dalam pengembangan ekonomi kedepan telah merancang investasi yang dapat dikembangkan di kota Padang antara lain: pengembangan kawasan wisata (akan dibangunya Padang Bay City) dan pengembangan kawasan pinggiran khususnya wilayah utara untuk dijadikan pusat pemerintahan. Pengembangan spesifikasi kota berbasis Trianggle of Sustainability dan Rapid District Appraisal (RDA).13 Secara lebih spesifik manajemen dimasa yang akan datang dituntut untuk dapat mengembangkan kota secara lebih baik dalam hal pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki, sarana dan prsarana, lingkungan hidup dan pengentasan kemiskinan. Semua hal ini harus dapat diintegrasikan agar pengembangan kota tidak menimbulkan efek negatif yang sama atau lebih besar dari dampak positif yang berhasil dinikmati. Konsep Trianggle of Sustainability adalah usaha untuk mengembangkan kota dengan kosentrasi menghapus kemiskinan, melindungi lingkungan serta meningkatkan produktifitas perkotaan. Hal ini sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius, karena salah satu penyebab konflik yang terjadi antara Negara maupun di dalam Negara adalah laahirnya kompetisi karean semakin menipisnya sumber daya alam yang tersedia, Berdasarkan hal diatas tersebut pengembangan kota yang dikembangkan harus dapat mengurangi angka kemiskinan, melindungi kelestarian lingkungan dan produktifitas
13

Pemahaman mengenai konsep ini dilihat pada buku Dwiyanto indiahono,Op. Cit. Hlm 212

poerkotaan sehingga usaha-usaha pengembangan kota setidaknya harus memenuhi persyaratan : terencana, visioner, sustainable dan berkeadilan. 1. Terencana Hal ini bermakna bahwa perencanaan pengembangan kota harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan yang baik, memiliki tujuan dan menunjuk wilayah dan waktu yang tepat untuk dimplementasi dan dievaluasi. Perencanaan ini harus diusahakan sejauh mungkin melibatkan masyarakat, sehingga kota yang dikembangkan merupakan kota yang berbasis penduduk. Tujuannya jelas, agar penduduk kota mampu memahami rencana pengembangan kotanya dan merangsang partisipasi public di tingkat local. 2. Visioner dan kompetitif Perencanaan pengembangan kota harus dapat memiliki cakupan yang jauh kedepan. Hal positif mengenai pengembangan kota yang visioner adalah pengembangan kota dapat dilakukan bertahap dan disertai dengan proses berlajar social yang menguntungkan. Selain hal tersebut, pengembangan kota harus kompetitif dengan pengembangan kota yang lain. Artinya pengembangan kota merupakan produk akan bersaing ditingkat global dan local. Hanya yang mempunyai spesifikasi yang khas lah yang mempu eksis dan bertahan dalam dunia yang kian kompetitif. 3. Sustainable dan berkeadilan Berkelanjutan bermakna, bahwa pengembangan kota yang telah didesain dengan baik harus dilakukan secara berkesinambungan dan terancana secara baik. pemerintah harus memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan rencana pengembangan kota secara berkelanjutan. Inilah salah satu kunci keberhasilan pembangunan kota yang sesungguhnya, komitmen pemerintah untuk eksis melakukan perubhan sesuia dengan tahap-tahap pengembangan kota. Pengembangan kota harus didesain dapat memberikan keadilan begi mesyarakat kota dan masyarakat yang ada disekitar kota. Pengembangan kota harus tidak bertentangan dengan pembangunan pedesaan. Disinilah arti penting pengembangan kota yang berkeadilan dan mensejahterkan. UNDP menunjukkan lima aspek kesinambungan pembangunan yang secara langsung berkaitan dengan tugas-tugas pemerintah local dia abd ke-21 yaitu:14

14

Dwiyanto indiahono. Op ci, hal 215

1. Pemberdayaan Menurut shardlow melihat bahaw pada pemberdayaan pada intinya membahas bagimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol

kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan yang mereka inginkan.15 Peningkatan kemampuan dan pilihan hidup bagi masyarakat akan memperbesar kemepuan mereka untuk menempuh pilihan-pilihan itu tanpa dibelenggu oleh kelaparan dan kemiskinan. 2. Kerjasama Pembanguna masyarakat harus mengupayakan masyarakat bekerjasama dan berinteraksi 3. Kesamarataan Adanya pemerataan pembangunan bagi setiap masyarakat misalnya system pendidikan yang dapat diakses oleh setiap orang 4. Kesinambungan Kebutuhan generasi sekarang harus dipenuhi tanpa pengurangan hak generasi yang akan datang untuk hidup bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan, 5. Rasa aman Terutama keamanan yang menyangkut hajat hidup atau nafkah manusia. Pengmbangan spesifikasi kota yang berbasis Trianggle of Sustainability dengan demikian harus peka terhadap segala sumber daya yang ada di kota. Pengenalan wilayah perkotaan secara baik menjadi hal yang penting. Untuk adapat mengenali wilayah perkotaan yang lebih baik banyak peneliti menggunakan metode Rapid District Appraisal (RDA) sebagai strategi yang dianggap cukup baik untuk menghasilkan perencanaan daerah. Menurut chambers ada dua prinsip dasar yang perlu diketahu untuk melaksanakan RDA ini yaitu: pertama, Optimal Ignorance yaitu menujukkan bahwa perencana pengembang daerah mempersiapkan sesuatu secara baik. Perencana telah memiliki acuan terlebih dahulu mengenai informasi yang emereka butuhkan dan yang tidak mereka ketahui. Hal ini menjadikan RDA efesien, hemat waktu, berbiaya rendah dan terlebih lagi informasi yang didapat informasi yang relevan dengan perencaan daerah. Kedua, propostionenate accurancy, yaitu menunjukkan bahwa pencarian data difokuskan apada vaiabel-varaibel inti yang dinilai, sehingga dari segi waktu dan biaya akan lebih efesien. Selain itu, RDA juga membuka diri akan dialog interaktif dan partisipatif yang dilakukan dengan berbagai kalangan
15

Eddy Mulyana, Op. cit., hal 108

masyarakatdaerah yang hendak dikembangkan. Dalam kaitan ini, poppe menyatakan bahwa rapid appraisal adalah strategi pertisipatif bagi pengumpul informasi yang dapat memberikan pengetahuanyang cukup tentang cirri j-khas utamadari suatu daerah berdasrkan mendengar dan belajar.16 Hasil dari RDA dikelompokkan menjadi tiga bagian.17pertama service centers yaitu informasi yang relevan yang dapat digunakanan untuk pengembangan daerah yang berkaitan dengan pusat-pusat pelayanan. Informs yang relevan dalam hal ini dapat berupa data tentang lokasi pusat-pusat pelayanan, baik yang ebsifat public maupun privat. Selain itu data ini dapat dilengkapi dengan menggambarkan rasiopusat-pusat pelayanan dengan jumlah penduduk sehingga dapat memprediksi aksebilitasnya. Hasil ini dapat digunakan untuk bahan dalam merancang pengembanagn daerah sector pelayanan. Keduan, adalah market town, yaitu menunjuk bahwa hasil dari RDA adalah informasi tentang pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas ekonomi. Data yang didapat dapat berupa sarana penunjang aktivitas ekonomi, transportasi, pasar-pasar, baik yang teradisional maupun yng modern. Ketga regional centers yaitu menunujk data informasi yang menyangkut hubungan suatu daerah dengan daerah yang lain misalnya sarana dan prasrana penunjang perdangan yang lebih luas. Lebih baik lagi pad bagian ini dilengkapi data-data yang sama pada kota-kota yang ada disekitarnya. Paradigma dan strategi pengembangan kota masa depan Di dalam manajemen perkotan selama ini dikenal dua paradigm pembangunan kota. Paradigma yang pertama adalah urban Oriented paradigm (UOP) dan yang kedua Rurban Oriented Paradigm (ROP).18 UOP adalah suatu paradigma pembanguna kota dengan filosofi pembangunnanya city just for urban residents atau city jus for city itself. Kerangka berfikir tersebut dilandasi oleh banyaknya keberadaan lahan kosong baik di bagian dalam kota maupun diluar kota yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodir struktur fiscal baru. Sedangkan ROP adalah paradigma yang dilandasi filosofy the development of acity is not just for the city itself but also for the rural area. Paradigm ini lahir karena adanya kesadaran bahwa disekitar yang dikembangkan banyak terdapat lahan pertanian yang produktif, serta sector pertanian yang masih memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Sehingga, Jika disekitar kota yang hendak dikembangkan lebih banyak lahan kosong dan tidak produktif maka UOP lah pilihanya dan begitu sebaliknya jika banyak terdapa lahan produktif maka

16 17

Dwiyanto indiahono. Op ci, hal 216 Ibid 18 Hadi sabari yunus, manajemen kota perspektif spasial, pustaka pelajar, Yogyakarta. Hal 240-244

ROP adalah pilihnnya. ROP menghedaki pengembangn kota tidajk boleh hanya untuk kepentingan kota itu sendiri dan kehidupan kota tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan desa. Sehingga program pengembangan kota juga harus memperhatikan kepentingan desa. Kota yang dapat eksis dalam kompetisi yang kian sengit adalah kota yang mampu mengembangkan kotanya dengan kreatif , visioner dan pro kepada keadilan social. Kota ini harus bertamggung jawab atas setiap masalah yang dihadapi oleh warganya. Menurut Indiahono kota masa depan adalah kota yang mampu menghapus kemiskinan, melestarikan lingkungan dan meningkatkan produktivitasnya (Trianggle of Sustainability). Keadaan untuk tumbuh tanpa menghindari kerusakan lingkungan khusunya bagi Negara-negara berkembang bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi tawaran industrialisasi dalam menekan tingkat pengangguran. Pengembangan kota yang pro terhadap lingkungan merupakan cerminan dari konsep Sustainability as opportunity yang dikembangkan oleh bank dunia. Agar didalam pembangunan tidak memunculkan capital accumulation dan inequlity. Konsep ini

menghendaki sustainable development yang memberikan generasimendatang income disertai pertumbuhan capital sama dengan generasi sekarang yang dapat memperlihatkan dengan relative lebih tinggi capital per kapita dibandingkan dengan generasi sekarang. Gambar berikut menjelasakan gambar 1 keberlanjutan dan ketersedian modal per kapita

natural capital

sosial capital

Natural

capital
Man-made

Social capital Huaman capital

mam-made capital

human capital

capital

Sumber : serageldin (1996)19

19

Idiahono, Op cit, hal 219

Human capital dimaksudkan bahwa bentuk investasi dalam bidang pendidikan dan kesehatan gizi, sedangkan social capital yaitu fungsi dan keberadaan kelembagaaan budaya dalam masyarakat. Pada segmen ini diharapkan kondisi ideal yang dharapkan proporsinya dan jumlahnya senantiasa naik. Lain halnya mengenai natura capital (Funsi dan keberadaan sumber daya alam dan lingkungan) serta man made capital (investasi yang terhitung dalam anggaran perkonomian pada kondisi idealnya proporsi dan jumlah mutlak(konstantanya)-nay boleh konstan Dalam hal ini pengembangan kota juga harus memeprhatiakan pembentukan modal manusia. Pembentukan modal manusia adalah proses memperoleh dan meingkatkan jumalah orang yang memiliki keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik disuatu Negara. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh alex ikles bahwa pada dasarnya berbicara pentingnya factor manusia sebagai penopang penting pembangunan. Pembangunan (pengembangan kota) bukan sekedar perkara pemasokan modal dan teknologi saja. Tetapi dibutuhkan manusian yang dapat mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif.20Hal Ini menjadi penting karena studi yang dilakukan oleh beberap ekonom amerika seperti harbison moses,Kendrick, dension dan becker menyatakan bahwa salah satu dari beberapa factor penting yang menyebabkan perekonomian amerika majudenagan pasar adalah adanya pembiyaan pendidikan yang relative tinggi. Pengembangan kota masa depan harus dapat menjadi solusi atas masalah-masalah yang dihadapi warga kota. Oleh karena itu, pengembangan kota harus responsive mau tidak mau terhadap aspirasi atau nilai-nilai masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui masalah yang dihadapi oleh mereka danpemerintahnya. Kebijakan pengembangan kota yang dilakukan pemerintah setidaknya harus dilakukan dengan akuntabilitas yang tinggi, agar public kota mengetahui dan percaya bahwa pemerintah bersungguh-sungguh didalam memikirkan urusan-urusan kota.kepercayaan yang tinggi akan melahirkan komitmen bersama dalam menuju cita-cita kota masa depan. Kota yang mampu memerangi kemiskinan, produktif dan pro kepada lingkungan. Penutup Pengembangan kota masa depan harus dapat menjadi solusi atas masalah-masalah yang dihadapi warga kota. Oleh karena itu, pengembangan kota harus responsive mau tidak
20

Arif budiman, teori pembanguna dunia ketiga, gramedia, Jakarta, 2000, hal 34

mau terhadap aspirasi atau nilai-nilai masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui masalah yang dihadapi oleh mereka danpemerintahnya. Kebijakan pengembangan kota yang dilakukan pemerintah setidaknya harus dilakukan dengan akuntabilitas yang tinggi, agar public kota mengetahui dan percaya bahwa pemerintah bersungguh-sungguh didalam memikirkan urusan-urusan kota.kepercayaan yang tinggi akan melahirkan komitmen bersama dalam menuju cita-cita kota masa depan. Kota yang mampu memerangi kemiskinan, produktif dan pro kepada lingkungan.

Daftar kepustakaan Budiman, Arif. 2000. Teori pembangunan dunia ketiga. Jakarta: Gramedia Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Public berbasis dynamic policy analisys. Yogyakarta: Gava media. Mulyana, deddy. 2007. Komunikasi pembangunan, pendekatan terpadu. Bandung: simbiosa Rekatama Media Yunus, Hadi Sabari. 2005. Manajemen Kota: Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka pelajar http://rikania09.multiply.com/journal/item/17/Manajemen_Perkotaan di unduh unduh pada tanggal 11 april 2010 pukul 08:33wib Purnomohadi, Ning. edisi mei - juni 2008. Implikasi undang undang no. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang terhadap penyediaaan ruang terbuka hijau (rth) menuju kota ekologis. http://bulletin.penataanruang.net/view/_printart.asp?idart=106 di unduh unduh pada tanggal 4 april 2010 pukul 08:33wib. Pola keruangan kota. http://www.scribd.com/document_downloads/direct/29273996?extensio n=pdf&ft=1270956812&lt=1270960422&uahk=oAEYo0OHhLu+DHcAqcdzt+VTsY A unduh pada tanggal 4 april 2010 pukul 08:30wib

Anda mungkin juga menyukai