Anda di halaman 1dari 8

HAND OUT

PANDUAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH DAN EVALUASI KONSERVASI LAHAN

ACARA X
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan tingkat kesesuaian suatu lahan
2. Mahasiswa dapat menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan
3. Mahasiswa dapat menentukan rekomendasi pemanfaatan lahan berdasarkan kesesuaian
lahan

B. Dasar Teori Singkat


Apakah yang dimaksud analisis kesesuaian lahan? Apa bedanya dengan analisis
kemampuan lahan yang telah kita pelajari dalam praktikum acara sebelumnya?
Kesesuaian lahan (land suitability) memiliki persamaan dan perbedaan dengan
kemampuan lahan (land capability). Persamaannya adalah, kesesuaian lahan ini juga
merupakan salah satu metode dalam evaluasi sumberdaya lahan. Kita ingat, sebagaimana
telah dibahas dalam acara sebelumnya, evaluasi sumberdaya lahan merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses perencanan penggunaan lahan. Mengapa penting? karena
evaluasi lahan memberikan rekomendasi penggunaan lahan yang sesuai dan batas-batas
kemungkinan penggunaannya. Selain itu evaluasi lahan juga memberikan rekomendasi
tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat dipergunakan secara lestari, atau
dengan kata lain memberikan rekomendasi arahan konservasi (Arsyad, 2010).
Lalu apa perbedaannya evaluasi kesesuaian lahan dengan kemampuan lahan?
Evaluasi kesesuaian lahan ini sifatnya lebih spesifik. Dalam evaluasi ini kita akan langsung
menganalisis apakah lahan dapat digunakan untuk jenis penggunaan tertentu atau tidak. Hal
ini berbeda dengan evaluasi kemampuan lahan yang sifatnya lebih umum. Dalam evaluasi
kemampuan lahan kita mendapatkan hasil analisis berupa kelas-kelas kemampuan lahan.
Masing-masing kelas memiliki rekomendasi penggunaan lahan. Kelas yang baik memilki
rekomendasi yang semakin banyak dan kita dapat memilih salah satu. Sementara pada
evaluasi kesesuaian lahan, kita akan langsung menganalisis secara spesifik apakah lahan ini
dapat digunakan untuk suatu jenis penggunaan tertentu atau tidak. Analisis kesesuaian lahan
sangat beragam jenisnya, tidak hanya terbatas pada usaha pertanian. Ada analisis
kesesuaian
lahan untuk membangun permukiman, mendirikan SPBU, dan sebagainya. Dalam praktikum
kali ini kita akan fokuskan pada analisis kesesuaian lahan untuk pertanian.
Untuk lebih memahami perbedaan antara kemampuan dan kesesuaian lahan, coba kita
perhatikan penjelasan dari Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) berikut ini. Kemampuan
lahan (land capability) merupakan usaha pengelompokan lahan atas dasar kemampuannya
untuk memproduksi tanaman pertanian dan rumput pakan ternak tanpa menimbulkan
kerusakan dalam jangka panjang. Menurut beberapa ahli, kemampuan (capability)
merupakan kapasitas suatu lahan untuk berproduksi, sedangkan kesesuaian (suitability)
merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Sebenarnya
ada pula ahli berpendapat bahwa istilah capability dan suitability sebenarnya memiliki arti
yang sama sehingga dapat saling menggantikan. Namun demikian menurut pengertian yang
umum dianut saat ini adalah bahwa kemampuan lahan berarti potensi lahan untuk
penggunaa pertanian secara umum sedangkan kesesuaian lahan berarti potensi lahan untuk
jenis tanaman tertentu.
Lebih lanjut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) menjelaskan bahwa sistem
klasifikasi kesesuaian lahan mengacu kepada kerangka evaluasi lahan menurut FAO (1976).
Metode ini pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dan berbagai negara sedang
berkembang. Kesulitan dari metode analisis ini adalah diperlukan berbagai informasi yang
tidak dapat diamati langsung di lapangan, seperti sifat-sifat kimia tanah. Namun demikian
hasil analisis dengan metode ini sangat lengkap dan rinci. Dalam evaluasi kesesuaian lahan
metode FAO ini ada empat kategori yaitu ordo, kelas, sub-kelas, dan unit.
Kesesuaian Lahan Tingkat Ordo
Menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Pada
tingkat ordo ini ada dua jenis yaitu S (suitable atau sesuai) dan N (not suitable atau tidak
sesuai). Ordo S berarti lahan dapat digunakan dalam jangka waktu tidak terbatas untuk suatu
tujuan yang telah dipertimbangkan, sedangkan Ordo N menunjukkan tanah memiliki kesulitan
sedemikian rupa sehingga menghambat penggunaan yang direncanakan.
Kesesuaian Lahan Tingkat Kelas
Menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan. Pembagian lebih lanjut dari ordo dan
menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo. Kelas diberi nomor urut yang ditulis di belakang
simbol ordo. Semakin besar nomornya maka kelasnya semakin jelek. Pada tingkatan ini
terdapat lima kelas. Tiga kelas termasuk dalam kelompok S dan dua kelas di kelompok N,
yaitu (1) S1: sangat sesuai / higly suitable, (2) S2: cukup sesuai / moderately suitable, (3) S3:
sesuai marginal / marginally suitable, (4) N1: tidak sesuai pada saat ini / currently not
suitable, (5) tidak sesuai selamanya / permanently not suitable.
Kesesuaian Lahan Tingkat Sub-Kelas
Pada kategori ini ditunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan
dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih sub kelas, tergantung dari
faktor pembatas yang ada. Jenis pembatas ditulis dengan huruf kecil yang ditempatkan
setelah kelas. Sebagai contoh: S2s adalah adalah kelas S2 dengan pembatas kedalaman
efektif tanah (s). Jika terdapat lebih dari satu pembatas maka yang paling dominan ditulis
paling depan. Misalnya S2ts memiliki pembatas pertama berupa topografi (t) dan pembatas
kedua kedalaman efektif (s).
Kesesuaian Lahan Tingkat Unit
Tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub kelas berdasarkan besarnya
faktor pembatas. Pemberian simbol pada tingkat unit dilakukan dengan penambahan angka
di belakang simbol sub kelas, dengan dipisahkan oleh strip. Misalnya: S2m-1, S2e-2.

Evaluasi kesesuaian lahan mencakup evaluasi kesesuaial lahan aktual dan potensial.
Kesesuaian lahan aktial atau kesesuaian lahan pada saat ini adalah evaluasi yang belum
mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan.
Sementara itu kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai
setelah dilakukan usaha perbaikan lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Dengan
kata lain, jika kita melakukan perbaikan pada kondisi lahan yang sekarang, mestinya tingkat
kesesuaian lahannya akan meningkat menjadi lebih baik. Mengapa demikian? Karena ada
faktor pembatas yang kita atasi sehingga kondisi lahan pada masa mendatang menjadi lebih
baik. Itulah yang dimaksud sebagai kesesuaian lahan aktual. Namun demikian perlu kita
pahami bahwa tidak semua faktor pembatas dapat diatasi dengan usaha perbaikan. Ada
faktor pembatas yang bersifat permanen sehingga tidak memungkinkan atau tidak ekonomis
(secara modal) untuk diatasi, ada pula faktor pembatas sementara yang dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknologi yang sesuai (Lihat Gambar 1).
Evaluasi kesesuaian lahan juga dapat dilakukan pada berbagai tingkatan yaitu tingkat
tinjau, tingkat semi detil, dan tingkat detil. Semakin detil analisis yang dilakukan maka
variabel yang digunakan semakin banyak. Hal ini karena evaluasi tingkat detil mencakup
aspek lahan yang lebih luas sehingga hasilnya juga lebih terperinci. Perhatikan gambar 2
untuk melihat perbandingan antara evaluasi kesesuaian lahan tingkat tinjau, semi detil, dan
detil.
C. Alat dan Bahan
Praktikum acara ke X ini menggunakan alat berupa alat tulis dan kalkulator, dengan
bahan berupa data hasil pengamatan variabel-variabel kondisi lahan pada beberapa lokasi
sampel.

D. Langkah Kerja
Langkah kerja dalam analisis kemampuan lahan adalah sebagai berikut:
1. Buatlah satuan-satuan lahan pada wilayah lahan yang akan disurvei tingkat kemampuan
lahannya. Langkah ini sama dengan yang telah kita pelajari dalam analisis kemampuan
lahan.
Contoh:
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa kondisi bentuklahan, kemiringan lereng, dan
penggunaan lahan di Desa Kaliurang adalah sebagai berikut:
 bentuklahan di Desa Kaliurang: kaki gunungapi (V3) dan dataran kaki gunungapi
(V4)
 kemiringan lereng di Desa Kaliurang: landai (kelas II) dan miring (kelas III)
 penggunaan lahan di Desa Kaliurang: kebun campuran (kc), tegalan (tg) , dan
permukiman (per)
berikut ini adalah sketsa wilayah desa kaliurang yang menunjukkan persebaran
bentuklahan, lereng, dan kebun campuran:
Kc
V3
III
Tg
V4
II
Per

Bentuklahan Lereng Penggunaan lahan

Untuk membuat satuan lahan, kita gabungkan ketiga informasi diatas, menjadi seperti
berikut ini:
V3 III Tg

V4 III Tg

V4 II Tg

V4 II Per

Sehingga diperoleh lima satuan lahan seperti ditunjukkan pada sketsa diatas

2. Selanjutnya, lakukanlah pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian pada


masing-masing satuan lahan, meliputi:
Contoh data hasil pengukuran adalah sebagai berikut:
Karakteristik lahan Nilai data
0
Suhu rata-rata tahunan 26,7 C
Bulan kering 1 bulan
Curah hujan tahunan 2454 mm/tahun
Panjang periode tumbuh 320 hari
Drainase Sedang
Tekstur Liat berhistik
Kedalaman efektif 150cm
Gambut, kematangan Bukan gambut
Ketebalan Bukan gambut
Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tinggi
pH 5,0-5,4
N total Tinggi
P2O5 tersedia Sangat tinggi
K2O tersedia Sedang
Periode banjir Tidak pernah
Frekuensi banjir Tidak pernah
Kegaraman (salinitas) 1 mmhos/cm3
Kejenuhan aluminium Sedang
Kedalaman pirit 50-75 cm
Konsistensi Agak lekat
Kemiringan lahan 0-2%
Batu permukaan 0%
Singkapan batuan Tidak ada
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Rendah
3. Langkah selanjutnya, carilah syarat tumbuh tanaman yang akan ditanam pada lahan
tersebut. Misalnya yang akan ditanam adalah tanaman jagung, syarat tumbuhnya adalah
seperti pada tabel berikut ini.
4. Setelah data lahan dan syarat tumbuh tanaman tersedia, langkah berikutnya adalah kita
lakukan analisis dengan metode matching, seperti pada gambar berikut ini
Berdasarkan gambar diatas dapat kita ketahui kesesuaian lahan aktual dan potensial.
Kesesuaian lahan aktual termasuk dalam kelas S3. Mengapa S3 bukan S1? Padahal
banyak variabel yang nilainya S1. Begitulah metode analisis matching, variabel yang
paling jelek akan menyebabkan lahan auto-masuk ke kelas yang jelek. Variabel yang
jelek itu sekaligus adalah faktor pembatasnya. Jadi pada tingkat sub-kelas, kesesuaian
lahan tersebut adalah S3f-g. Apa itu f dan g? perhatikan bagian paling kiri dari tabel
tersebut ada kode untuk masing-masing variabel, f adalah kode untuk retensi hara dan g
adalah toksisitas.
Jadi kesesuaian lahan aktual pada lahan tersebut adalah S3 dengan faktor pembatas
retensi hara dan toksisitas. Bagaimana dengan kesesuaian lahan potensialnya? Karena
retensi hara dan toksisitas sama-sama bisa diperbaiki, maka lahan bisa menjadi S1 pada
masa mendatang, tentunya setelah dilakukan perbaikan. Kalau belum diperbaiki ya tetap
S3.

Anda mungkin juga menyukai