Anda di halaman 1dari 8

MODUL PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DASAR


Dosen Pengampu : Genthur Adi Tjahjono, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DASAR
I. ACARA KE : III (Tiga)
II. JUDUL PRAKTIKUM : LABELING DAN LAYOUT
III. TUJUAN :
1. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk dapat
melakukan input data dan labeling
2. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk dapat
melakukan
IV. CARA KERJA :
1. Buka Aplikasi Arcgis
2. Masukkan shp peta macam tanah dan peta macam tanah format tiff yang
sudah di georeferensi pada acara sebelumnya
3. Langkah selanjutnya buka tabel atribut pada shp peta macam tanah dengan
cara klik kanan pada layer shp macam tanah, kemudian pilih “open attribute
table”.
4. Selanjutnya menambahkan kolom baru untuk mengisi data sesuai dengan
informasi yang ada pada peta dasar dengan cara klik pada “table option”
kemudian pilih “Add Field” isikan kolom “name” dengan nama
“macamtanah”, kemudian pada kolom “type” ada beberapa pilihan yaitu
short integer (untuk penulisan jumlah digit yang kecil), long integer (untuk
penulisan digit yang banyak), double (untuk perhitungan luas), text (untuk
mengisi deskripsi berupa kata/huruf alphabet), dan date (untuk tanggal).
Untuk penamaan macam tanah ini menggunakan isian kolom “type” dengan
“text”, kemudian klik “ok”
5. Selanjutnya klik tools “start editing” untuk memulai mengisi atribut macam
tanah, isikan macam tanah sesuai dengan peta dasar.
6. Kemudian ulangi dengan membuat kolom untuk “jenistanah” dengan type
text, dan kolom “kepekaantanah” dengan kolom type “text”, serta kolom
“skortanah” dengan type “short integer” sesuai dengan dasar teori.
Pengisian skor tanah dilakukan dengan cara klik kanan pada kolom
“skortanah” untuk menandai, kemudian pilih tool “table” lalu “select by
attribute” pilih “kepekaantanah” dengan cara dobel klik, kemudian klik
tanda “=”. Kemudian pilih “get unique value”, pilih “agak peka” kemudian
klik “apply”. Kemudian kembali ke table atribut “skortanah” pilih “field
calculator”, lalu pada isian “skortanah” diisi dengan skor pada dasar teori
dengan memberikan dua tanda petik pada awal dan akhir skor tanpa spasi.
Kemudian klik “ok”.
7. Langkah selanjutnya masukan shp peta curah hujan dan peta curah hujan
format tif yang sudah di georeferensi dan lakukan pengisian atribut seperti
langkah sebelumnya, dengan menambahkan kolom baru untuk mengisi
informasi intensitas curah hujan. Kolom yang ditambahkan adalah kolom
“kelas” dengan type “short integer” (diisikan dengan angka numeric) ,
kolom “intensitas” dengan type “text” , kolom “klasifikasi” dengan type
“text” dan kolom “skorhujan” dengan type “ short integer” sesuai dengan
dasar teori.
8. Kemudian untuk kemiringan lereng masukan shp peta kemiringan lereng
dan peta kemiringan lereng format tif yang sudah di georeferensi dan
lakukan pengisian atribut seperti langkah sebelumnya, dengan
menambahkan kolom baru untuk mengisi informasi data kelerengan. Kolom
yang ditambahkan adalah kolom “kelaslereng” dengan type “short integer”
(diisikan dengan angka numeric) , kolom “kelerengan” dengan type “text” ,
kolom “klasifikasi” dengan type “text” dan kolom “skorlereng” dengan type
“ short integer” sesuai dengan dasar teori.
9. Melakukan intersect terhadap peta lereng, tanah dan curah hujan dengan
langkah: pilih menu geoprocesing  Intersect  add shp peta tanah, peta
lereng dan curah hujan  pilih lokasi penyimpanan  OK
10. Melakukan skoring pada hasil intersect ketiga peta tersebut dan melakukan
pembagian kelas yaitu untuk kawasan lindung, kawasan penyangga,
kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim
dan permukiman dengan cara :
a. Add field dengan nama “skortotal”. Kemudian pilih type short integer
 OK
b. Add field baru dengan nama “Fungsi Kawasan” dengan type text  OK
c. Isikan masing-masing nilai skor sesuai SK MENTERI PERTANIAN
NO. 837/KPTS/UM/1980 dengan cara klik tools switch selection pada
tabel “skortotal”, kemudian klik kanan  Field Calculator  isikan
[skorhujan] + [skorlereng] + [skortanah]  OK
d. Klasifikasi fungsi kawasan dengan cara select by attribute nilai total
sesuai dengan kriteria fungsi kawasan.
 Fungsi Kawasan Lindung Setempat menggunakan “skortotal”
>=175  Apply
 Fungsi Penyangga menggunakan "skortotal" >=125 AND
"skortotal" <=174  Apply
 Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan mengunakan
”skortotal” <=124 AND “kelas”>1  Apply
 Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman semusim dan permukiman
mengunakan ”skortotal” <=124 AND “kelas”=1  Apply
e. Klik kanan pada tabel “fungsikawasan”  field calculator  masukan
nama sesuai kriteria fungsi kawasan  OK
11. Menentukan kawasan lindung lainnya melalui buffer sungai, caranya click
geoprocessing  buffer  input shp sungai  pilih penyimpanan, pada
linear unit isikan nilai 50  OK
V. DASAR TEORI
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi spasial yang
digunakan untuk memproses data yang bergeoreferensi. Sistem Informasi
Geografis merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari software dan
hardware, data dan pengguna serta institusi untuk menyimpan data yang
berhubungan dengan semua fenomena yang ada dimuka bumi. Data-data yang
berupa detail fakta, kondisi dan informasi disimpan dalam suatu basis data dan akan
digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti analisis, manipulasi, penyajian
dan sebagainya
Dalam menentukan fungsi kawasan dilakukan melalui analisis satuan lahan
yang diperoleh dari hasil tumpang susun overlay peta tanah, peta kemiringan lereng,
peta geologi, dan peta penggunaan lahan. Namun parameter yang dinilai dalam
menentukan fungsi kawasan adalah kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas
curah hujan harian yang terdapat pada masing-masing satuan lahan.
a. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng menunjukkan relief suatu wilayah. Relief erat kaitannya
dengan pengelolaan lahan dan erosi. Dalam menentukan fungsi kawasan dilakukan
pengklasifikasian kemiringan lereng.
Tabel 3.2 Klasifikasi kemiringan lereng
Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi Nilai skor

I 0-8 Datar 20
II 8-15 Landai 40
III 15-25 Agak Curam 60
IV 25-45 Curam 80
V > 45 Sangat Curam 100

Sumber :Asdak 1995 : 512.


b. Jenis Tanah
Jenis tanah juga menjadi salah satu parameter dalam penentuan fungsi kawasan.
Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan pada Pedoman Penyusunan Pola
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah.
Tabel 3.3 Klasifikasi Jenis Tanah

Nilai
Kelas Jenis tanah Klasifikasi
skor
I Aluvial, Planosol, Hidromorf kelabu, Tidak peka 15
Laterik
II Latosol Agak peka 30

III Tanah hutan coklat, tanah meditera Kepekaan sedang 45


IV Andosol, Laterik, Grumusol, Podsol, Peka 60
Podsolic
V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka 75

Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah


(1986).

c. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan harian diperoleh melaui data sekunder yakni data dari
statiun curah hujan yang berada di setiap kecamatan. Data yang diperoleh kemudian
dihitung rata-rata per hari nya, berikut rumus intensitas curah hujan harian rata-rata
:

Intensitas CH harian rata-rata : Rata-rata Curah hujan tahunan


Rata-rata hari hujan tahunan

Setelah diperoleh rata-rata setiap stasiun hujan, lalu diklasifikasikan intensitas


rata-rata hujan mengacu pada Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah.
Tabel 3.4 Klasifikasi dan Skor Intensitas Curah Hujan Harian Rata-rata

Kelas Intensitas hujan (mm/hari) Kalsifikasi Nilai skor

I ≤13,6 Sangat rendah 10


II 13,6-20,7 Rendah 20
III 20,7-27,7 Sedang 30
IV 27,7-34,8 Tinggi 40
V >34,8 Sangat tinggi 50
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
(1986).
Berdasarkan hasil scoring ketiga karakteristik DAS tersebut maka
diklasifikasikan bahwa :
1. Kawasan Fungsi Lindung
Merupakan Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik
fisiknya sama dengan atau lebih besar dari 175 atau memenuhi salah atau
atau beberapa kriteria sebagai berikut :
- Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %
- Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap
erosi (regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai
kemiringan lereng > 15%
- Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100
meter di kanan kiri alur sungai
- Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 meter dari pusat mata air.
- Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas
permukaan laut.
- Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai
kawasan lindung.
2. Kawasan Fungsi Penyangga
Merupakan satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik
fisiknya antara 125-174 serta memenuhi kriteria sebagai berikut :
– Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan
budidaya.
– Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.
– Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila
dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
3. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman
Pada kawasan fungsi budidaya secara umum memiliki jumlah skor <
124 serta sesuai untuk dikembangkan tanaman pertanian. Kawasan fungsi
budidaya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Merupakan kawasan yang dikembangkan untuk usaha tani tanaman
tahunan, yaitu merujuk pada tanaman berkayu keras untuk
membedakannya dengan semak dan rerumputan yang sebenarnya juga
bisa dikatakan tanaman tahunan.
b. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim
Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan
budidaya tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat dan
tanah negara yang seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman
semusim. Selain memenuhi kreteria tersebut diatas, untuk kawasan
permukiman harus berada pada lahan yang memiliki lereng mikro tidak
lebih dari 8%.

Anda mungkin juga menyukai