Dosen Pengampu:
Dita Septyana, S.Pd.,M.Sc
Disusun oleh:
MOH.FAJAR TAQWA
F 231 21 109
1 I 0-8 Datar 20
2 II 8,01-15 Landai 40
3 III 15,01-25 Agak curam 60
4 IV 25,01-45 Curam 80
5 V >45 Sangat curam 100
Tabel 2.4 kriteria dan tata cara penetapan Kawasan lindung dan budidaya
(berdasarkan skor)
No Fungsi Kawasan Total nilai skor
1 Kawasan lindung >175
2 Kawasan penyangga 125-174
3 Kawasan budidaya <125
2.6 Layouting
Layout adalah tata letak dari suatu elemen desain. Layout berupa gambar dan teks
sehingga hasil menjadi lebih baik dan mudah untuk dipresentasikan. Terdapat beberapa
komponen layout pada peta yaitu:
a. Judul Peta (cerminan dan tipe dari peta tersebut). Penulisan judul biasanyaberada
ditengah atas, atas kanan atau pada bagian bawah
b. Skala Peta perbandingan jarak yang berada di peta dengan jarak yang sebenarnya,
contohnya 1 cm:50.000 km jadi dapat dilihat bahwa 1 cm secara
horizontalataupun vertikal pada peta berjarak 50.000 km di keadaansebenarnya.
c. Arah (letak orientasi arah ini berada ditempat yang sesuai jika ada garis
lintangdan bujur ataupun kordinat sebagai penunjuk arah). Penunjuk arah ini
biasanyadisimbolkan dengan huruf U yang merupakan arah utara padasuatu peta
d. Koordinat/grid (yang biasa digunakan adalah system Universal Transverse
Mercator (UTM) dan sistem koordnat geografis yang menunjukan suatu
titikdibumi berdasarkan garis lintang dan bujur.
e. Legenda (keterangan dari simbol-simbol yang ada di peta).
BAB III
METODE
Metode yang dipakai dalam praktikum teknologi informasi kali ini adalah
overlaydan buffer. Dalam tahapannya yaitu penentuan variabel, skoring/matching dari
variabel,overlay peta dengan menggunakan sofware GIS.Skoring/matching ditetapkan
berdasarkan total nilai skor dari tiga faktor(variable) yang dinilai yaitu kemiringan, jenis
tanah, curah hujan. Penentuan pemanfaatanlahan berdasarkan total nilai skor dapat dilihat
dari tabel-tabel yang sudah tersedia.
Overlay yaitu menggabungkan beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial
yangbaru. Dengan kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai operasi spasial
yangmenggabungkan layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan
Praktikum Teknologi Informasi Sistem Informasi Geografis (SIG) khususnya
analisis spasial dengan overlay (intersect), proximity (buffer), dan layouting peta yang
telah dilaksanakan adalah dengan menggunakan software ArcGIS, lebih tepatnya ArcMap
versi 10.8. Tujuan dan fungsi pada overlay, buffer, dan layout berbeda-beda.
Proses dimulai dari tahapan memeriksa sistem koordinat pada setiap layer.
Selanjutnya yaitu melakukan tahap skoring berdasarkan data dan nilai yang telah tersedia.
Tahapan skoring akan berpengaruh kepada tahap selanjutnya yaitu penentuan arahan
fungsi pemanfaatan lahan. Dalam skoring, pemanfaatan lahan ditetapkan berdasarkan total
nilai skor yang diambil dari tiga variabel. Tiga variabel tersebut diantaranya adalah
kemiringan lahan, jenis tanah dan kepekaannya terhadap erosi, juga curah hujan harian
rata-rata. Tahapan setelah melakukan skoring adalah melakukan proses overlay.
Dalam praktikum ini tool yang digunakan yaitu intersect. Intersect merupakansebuah
fungsi pada analisis spasial untuk menghasilkan unsur spasial baru dari dua atau lebih
unsur spasial. Intersect menghasilkan unsur spasial baru dari irisan dua atau lebih unsur
spasial sebelumnya. Input yang dimasukkan yaitu kemiringan/kelerengan, jenis tanah,
dan curahhujan. Outputnya adalah berupa gabungan dari ketiga informasi di atas. Setelah
proses overlay dilakukan, selanjutnya yaitu menentukan fungsi Kawasan berdasarkan
total skor yang telah calculate.
Kawasan budidaya adalah kawasan dengantotal skor < 125. Kawasan ini merupakan
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan
penyangga yaitu kawasan yang memiliki totalskor 125 – 174. Kawasan ini adalah
kawasan yang ditetapkan berfungsi menyangga antara kawasan non budidaya (hutan
lindung, cagar alam dll) dan kawasan budidaya dimana diperkenankan adanya budidaya
namun hendaknya menunjang fungsi lindung. Yang terakhir yaitu kawasan lindung, atau
kawasan yang memiliki total skor lebih dari atau elindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
Langkah selanjutnya dalam praktikum ini adalah melakukan layouting peta.
Melaluifasilitas layout dapat membuat dan mengatur data mana saja yang akan digunakan
sebagai output dari proses serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan. Manfaat
layout adalah untuk memperindah secara tampilan serta sebagai pelengkap yang mampu
menjelaskan isi peta (informasi-informasi penting). Adapun layout peta yaitu judul peta,
skala peta, petunjuk arah, koordinat/grid, legenda, danindeks peta.
Langkah terakhir yaitu memasukan total score yang telah di dapat sebelumnya ke
dalam excel lalu jumlah kan semua score Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (7044),
Kawasan Penyangga (8174), dan Permukiman (12752), lalu selanjutnya masukan rumus
Daya Dukung Permukiman ke dalam Excel. Rumus Daya Dukung Permukiman yaitu:
(L, 1p − KRth/Pd
DDP =
KLp + KP
Keterangan: DDP = Daya Dukung Permukiman
L.1p = Luas Lahan yang Layak untuk Permukiman (m²)
KRth= Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (m²), dimana luasanya sebesar 30
% dan luasan lahan yang layak untuk permukiman , sesuaidengan Pd KLp KP
Undang - Undang No. 26 Tahun 2007.
Pd = Jumlah Penduduk (jiwa).
KLp = Kebutuhan Lahan Permukiman per Orang (m²), dimana luasannya
sebesar 20 m² yang merupakan kebutuhan lahan permukiman per orang
sesuai saran WHO dan hasil-hasil penelitian di beberapa negara KP =
Kebutuhan Lahan untuk Pelayanan (m²),dimana luasannya sebesar 30 % dan
kebutuhan lahan permukiman. Luas lahan yang layak untuk permukiman
diperoleh dari rencana peruntukan permukiman pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
Jika sudah maka nilai Daya Dukung Permukiman akan keluar.
4.2 Hasil Peta dan Excel
1. Hasil peta setelah di Layout
2. Hasil Excel penentuan Daya Dukung Permukiman