Anda di halaman 1dari 24

Modul | Raster Calculator 1

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 2

1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................................... 2

1.2. Tujuan ............................................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 3

2.1. Data Raster ................................................................................................................................... 3

2.2. Map Algebra dan Raster Calculator............................................................................................. 5

3.1. Studi Kasus .................................................................................................................................... 8

3.2. ANALISIS RASTER CALCULATOR ................................................................................................... 9

3.2.1. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan rawan bencana erosi 9

3.2.2. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan kelerengan .............. 11

3.2.3. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan ketersediaan air ...... 13

3.2.4. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan drainase .................. 15

3.2.5. Analisis raster calculator menentukan permukiman tidak berada pada daerah lindung
(RTH), sungai, tambak berdasarkan data guna lahan ....................................................................... 17

BAB 4 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOMANUNGGAL MENGGUNAKAN TOOLS


ERASE, UNION, DAN DISSOLVE................................................................................................................... 19

BAB 5 KESIMPULAN .................................................................................................................................... 22


Modul | Raster Calculator 2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia serta sebagai PKN (Pusat
Kegiatan Nasional) menjadikan kota tersebut memiliki berbagai dinamika peruntukkan
lahan. Perkembangan tata guna lahan di Surabaya pun sangat pesat sehingga lahan yang
digunakan juga akan semakin berkurang. Selain itu perubahan alih fungsi lahan juga
sering terjadi. Sehingga diperlukan perencanaan tata guna lahan yang tepat sasaran
sehingga peruntukkan lahan di Surabaya dapat dikendalikan.
Wilayah perencanaan peneliti juga merupakan salah satu kecamatan di Surabaya
yaitu Kecamatan Sukomanunggal yang merupakan termasuk UP. Dukuh Pakis. Tujuan
pengembangan Kecamatan Sukomanunggal sebagai Sub UP yaitu mengembangkan
permukiman, perdagangan dan jasa, serta Kawasan khusus dengan tingkat pusat
pelayanan skala lingkungan .Tingkat pelayanan skala lingkungan meliputi kecamatan dan
kelurahan, serta Kawasan perumahan dengan fungsi utama perumahan dan fasilitas
pendukungnya (sarana umum) . yang dimana peneliti akan memfokuskan kasus pada
bidang permukiman .
Pada modul ini akan disajikan peruntukkan lahan permukiman yang dibentuk
berdasarkan Permen PU No. 41 tahun 2007 dari Kecamatan Suko Manunggal dengan
menggunakan Raster Calculator. Berdasarkan data tersebut, nantinya akan dilakukan
analisis kesesuaian lahan dengan cara membandingkan perutukkan lahan permukiman
sesuai Permen PU No. 41 tahun 2007 dan peruntuhan lahan eksisting sehingga dihasilkan
Peta kesesuaian lahan Kecamatan Sukomanunggal khusunya di bidang permukiman.
Dengan ini diharapkan bisa menjadi masukkan bagi perencanaan permukiman di
Kecamatan Sukomanunggal.

1. Tujuan
1) Mengidentifikasi peruntukkan penggunaan lahan permukiman yang ada di Kecamatan
Suko Manunggal berdasarkan Permen PU No. 41 tahun 2007 dengan menggunakan
Rater Calculator
2) Menganalisis kesesuaian lahan khususnya permukiman di Kecamatan Sukomanunggal
Modul | Raster Calculator 3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.

2.1. Data Raster

“Data raster adalah matriks sel (piksel) yang disusun dalam baris dan kolom (grid) yang
berisi nilai atau informasi tertentu.”
Akurasi model data raster sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya di permukaan
bumi. Contoh unsur spasial raster adalah citra satelit (NOAA, spot, Landsat, Ikonos,dll), citra
radar, dan model ketinggian digital (DTM).

Data yang disimpan dalam format raster mewakili fenomena dunia nyata, misalkan:

Data tematik (diskrit)  data penggunaan lahan atau tanah.

Data kontinu  suhu, ketinggian, atau data spektral seperti gambar satelit dan foto udara.

Gambar  peta atau gambar yang discan, foto bangunan.


Modul | Raster Calculator 4

Model data raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana saja dalam bentuk
gambaran yang digeneralisir. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai elemen matrik
atau sel-sel grid yang homogen. Dengan model data raster, data geografi ditandai oleh nilai-
nilai (bilangan) elemen matrik persegi panjang dari suatu objek.

“Dengan demikian, secara konseptual, model data raster merupakan model data spasial
yang paling sederhana.”
Nilai sel raster mewakili fenomena yang digambarkan oleh dataset raster seperti category,
magnitude, height, atau spectral value.

• Category  kelas tata guna lahan seperti padang rumput, hutan, atau jalan.

• Magnitude  gravitasi, polusi suara, atau persen curah hujan.

• Height  ketinggian permukaan di atas permukaan laut rata-rata, yang dapat


digunakan untuk menurunkan sifat lereng, aspek, dan daerah aliran sungai.

• Spectral value  citra satelit dan foto udara untuk merepresentasikan


pantulan dan warna cahaya.

Nilai sel dapat positif atau negatif, integer, atau floating point.

• Nilai integer paling baik digunakan untuk mewakili data kategorikal (diskrit)

• Nilai floating-point untuk mewakili permukaan kontinu.

Sel juga dapat memiliki nilai NoData untuk mewakili tidak adanya data.
Modul | Raster Calculator 5

Dalam GIS, penggunaan data raster termasuk dalam empat kategori utama:

Raster sebagai basemaps

Raster sebagai peta permukaan

Raster sebagai peta tematik

Raster sebagai atribut fitur

2.2. Map Algebra dan Raster Calculator

“Map Algebra adalah cara untuk melakukan analisis spasial dengan membuat
ekspresi dalam bahasa aljabar.”
Struktur umum pernyataan Map Algebra adalah operator penugasan (=), yang digunakan
untuk memisahkan tindakan ke kanan dari nama output (objek raster) di sebelah kirinya

Komponen Map Algebra


Tools and functions  outRas = Aspect("C:/Datat/inraster")
Operator  outRas = Raster("inraster1") + Raster("inraster2")
Input  outRas = Sin("inraster")
Tool Parameter  outRas = Slope("inraster")
Output Data  outRas = Slope("inraster")
Modul | Raster Calculator 6

“Raster Calculator adalah tool membuat dan menjalankan ekspresi


Map Algebra (Aljabar Peta) guna menghasilkan raster baru.”
Raster Calculator adalah salah satu tool pada ArcToolbox yang sangat berguna untuk
analisa data raster. Salah satu formula yang paling sering digunakan adalah formula
formula CON (if, jika). Apabila kita terbiasa dengan MS Excel atau ER Mapper, tentu sudah
familiar dengan statement IF A THAN B ELSE C. Pada Raster Calculator, formula tersebut
dilakukan dengan CON.

Raster Calculator pada ArcGIS

 ArcToolBox  Spatial Analysis Tools  Map Algebra  Raster Calculator

Operator dalam kotak dialog raster calculator:

/ == != &
(Division) (Equal To) (Not Equal) (Boolean And)
* > >= |
(Greater Than or
(Multiplication) (Greater Than) (Boolean Or)
Equal to)
- < <= ^
(Subtraction) (Less Than or Equal
(Less Than) (Boolean XOr)
(Negate) to)
+ ~
(Addition) (Boolean Not)
Modul | Raster Calculator 7

OutRas = Raster("InRas1") & Raster("InRas2")

OutRas = Raster("InRas1") | Raster("InRas2")

OutRas = ~ Raster("InRas1")

OutRas = Raster("InRas1") ^ Raster("InRas2")

OutRas = Con(Raster(“InRas1") >= 2, 40, 30)

OutRas = Pick(InRas1, [InRas2, InRas3])

OutRas = SetNull(InRas1, InRas2, "Value = 4")


Modul | Raster Calculator 8

BAB 3

PENENTUAN PERUNTUKKAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN


SUKOMANUNGGAL MENGGUNAKAN RASTER CALCULATOR

3.3.1. Studi Kasus


Dalam studi kasus kali ini, raster calculator akan digunakan untuk menentukan kawasan
permukiman yang sesuai dengan pedoman Permen PU No. 41 tahun 2007 untuk
Kecamatan Sukomanunggal dengan ketentuan sebagai berikut:
ξ Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);

Cocok untuk permukiman : nilai kelerengan 0-25%

Tidak cocok untuk permukiman : nilai kelerengan >25%

ξ Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100
liter/org/hari;

Cocok untuk permukiman : nilai SKL Ketersediaan Air H3

Tidak cocok untuk permukiman : niali SKL Ketersediaan air < 3

ξ Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)

Cocok untuk permukiman : nilai SKL Erosi H3

Tidak cocok untuk permukiman : nilai SKL Erosi < 3

ξ Drainase baik sampai sedang

Cocok untuk permukiman : nilai SKL Drainase H2

Tidak cocok untuk permukiman : nilai SKL Drainase < 2

ξ Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran


pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan

ξ Tidak berada pada kawasan lindung

ξ Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga

ξ Menghindari sawah irigasi teknis.


Modul | Raster Calculator 9

3.2. ANALISIS RASTER CALCULATOR


Dalam menentukan peruntukkan permukiman berdasarkan Permen PU no 41 tahun
2007, maka menggunakan tools raster calculator. Dikarenakan di Kecamatan
Sukomanunggal tidak terdapat kawasan budi daya pertanian dan irigasi teknis maka yang
dialisis adalah berdasarkan kelerengan, ketersediaan air, rawan bencana khususnya erosi,
drainase, RTH, sungai dan Tambak. Berikut adalah analisisnya :

3.2.1. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan rawan bencana


erosi

Rumus : Con(("SKL_EROSI.tif" < 3),1,Con(("SKL_EROSI.tif" > 3),0)

Berdasarkan hasil analisa diatas, diketahui bahwa rumus untuk menentukan


kelerengan yang sesuai dengan permukiman ialah dibawah 3. Adapun angka tersebut
sesuai dengan pedoman Permen PU No. 41 tahun 2007 yang menyatakan erosi untuk
permukiman tidak dapat melebihi >3. Maka dari itu angka tersebut dinilai 1 atau
benar. Sedangkan angka yang melebihi 3 dinyatakan tidak memenuhi pedoman, maka
dari itu dinilai 0 atau salah.
Modul | Raster Calculator 10
Modul | Raster Calculator 11

3.2.2. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan kelerengan

Rumus : Con(("RASTER KELERENGAN SUKOMANUNGGAL.tif" <= 0.25),1,Con(("RASTER


KELERENGAN SUKOMANUNGGAL.tif" > 0.25),0))
Berdasarkan hasil analisa diatas, diketahui bahwa rumus untuk menentukan
kelerengan yang sesuai dengan permukiman ialah dibawah 0.25. Adapun angka
tersebut merupakan bentuk desimal dari 25%, sesuai dengan pedoman Permen PU
No. 41 tahun 2007 yang menyatakan kelerengan untuk permukiman tidak dapat
melebihi 25%. Maka dari itu angka tersebut dinilai 1 atau benar. Sedangkan angka
yang melebihi 0.25 dinyatakan tidak memenuhi pedoman, maka dari itu dinilai 0 atau
salah.
Modul | Raster Calculator 12
Modul | Raster Calculator 13

3.2.3. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan ketersediaan air

Rumus: Con(("SKL_KETERSEDIAANAIR.tif" < 3),0,Con(("SKL_KETERSEDIAANAIR.tif" >=


3),1))

Berdasarkan hasil analisa diatas, diketahui bahwa rumus untuk menentukan


ketersediaan air yang sesuai dengan permukiman ialah diatas atau sama dengan 3.
Adapun angka tersebut didapatkan dari pedoman Permen PU No. 41 tahun 2007 yang
menyatakan ketersediaan air yang sesuai untuk permukiman harus melebihi 3
(minimal sedang). Maka dari itu angka tersebut dinilai 1 atau benar. Sedangkan angka
yang kurang dari 3 dinyatakan tidak memenuhi pedoman, maka dari itu dinilai 0 atau
salah.
Modul | Raster Calculator 14
Modul | Raster Calculator 15

3.2.4. Analisis raster calculator menentukan permukiman berdasarkan drainase

Rumus : Con(("DATA\SKL_DRAINASE.tif" >= 2),1,Con(("DATA/SKL_DRAINASE.tif" < 2),0))

Berdasarkan hasil analisa diatas, diketahui bahwa rumus untuk menentukan


utilitas drainase yang sesuai dengan permukiman ialah diatas atau sama dengan 2.
Pada pedoman Permen PU No. 41 tahun 2007, dinyatakan bahwa drainase yang
sesuai dengan permukiman ialah minimal bernilai 3. Namun, nilai drainase pada
kecamatan Sukomanunggal hanya memiliki kisaran 1 dan 2. Melihat pedoman yang
memiliki sifat fleksibel, maka diambil angka lebih dari sama dengan 2 untuk
menyatakan drainase yang sesuai. Sehingga angka tersebut dinilai 1 atau benar.
Sedangkan angka yang kurang dari 2 dinyatakan tidak memenuhi pedoman, maka dari
itu dinilai 0 atau salah.
Modul | Raster Calculator 16
Modul | Raster Calculator 17

3.2.5. Analisis raster calculator menentukan permukiman tidak berada pada daerah lindung
(RTH), sungai, tambak berdasarkan data guna lahan

Rumus : Con(("RASTER LAND USE BARU.tif" < 6),1,Con(("RASTER LAND USE BARU.tif" >=
6),0))

Berdasarkan hasil analisa diatas, diketahui bahwa rumus untuk menentukan lahan
yang sesuai dengan permukiman ialah kurang dari 6. Adapun angka tersebut didapatkan
dari pedoman Permen PU No. 41 tahun 2007 yang menyatakan daerah permukiman tidak
berada pada daerah lindung (RTH), sungai, tambak berdasarkan data guna lahan. Angka
dari 1 sampai 5 mengkategorikan guna lahan yang sesuai dengan permukiman. Maka dari
itu angka tersebut dinilai 1 atau benar. Sedangkan angka yang lebih dari sama dengan 6
dinyatakan tidak memiliki guna lahan yang sesuai, maka dari itu dinilai 0 atau salah.
Modul | Raster Calculator 18
Modul | Raster Calculator 19

BAB 4
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOMANUNGGAL MENGGUNAKAN TOOLS
ERASE, UNION DAN DISSOLVE

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 terdapat karakteristik


lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan permukiman. Dengan adanya pedoman ini maka di
erase/dihapus kawasan yang memiliki kondisi eksisting yang tidak sesuai dengan kriteria dari
pedoman dari Peta dasar Sukomanunggal sehingga terbentuk peruntukkan kawasan permukiman.
Setelah terbentuk beberapa peta untuk menentukan permukiman seperti ketersediaan air,
kelerangan yang sebelumnya sudah dialisis menggunakan raster calculator maka bagian yg memiliki
nilai 0 akan dipotong dari peta dasar sehingga terbentuk peta peruntukka kasawan permukiman.
Berikut adalah peta peruntukkan permukiman
Modul | Raster Calculator 20

Dalam menentukan kesesuaian lahan, dilakukan penggabungan attribute antara


peta peruntukkan permukiman dan kondisi eksisting dengan menggunakan tools UNION.
Dengan itu bisa di dapatkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak sesuai
berdasarkan peruntukkan lahannya.
Modul | Raster Calculator 21

Keterangan tidak sesuai maksudnya terdapat permukiman di kondisi eksisting yang terbangun

Warna hijau : Lokasi permukiman


yang tidak sesuai

Warnah Merah : terdapat beberapa


lokasi permukiman yang sesuai

Nb: tidak memperhatikan perjas dan


insdustri dalam penentuan
kesesuainnya karena kelompok kami
hanya melakukan analisis
peruntukkan permukiman

di daerah yang bukan peruntukkan permukiman. Berikut adalah peta kesesuainnya


Modul | Raster Calculator 22

BAB 5
KESIMPULAN

Dalam menentukan peruntukkan permukiman diKecamatan Sukomanunggal


berdasarkan Permen PU no 41 tahun 2007 dilakukan analisis dengan menggunakan tools
raster calculator, yang meliputi aspek kelerengan, ketersediaan air, rawan bencana
khususnya erosi, drainase, RTH, sungai dan Tambak. Setelah dilakukan analisis tersebut
diketahui bahwa rumus untuk menentukan aspek-aspek tersebut sudah memenuhi
pedoman Permen PU no. 41 tahun 2007 sehingga dapat disimpulkan bahwa peruntukan
permukiman di kecamatan Sukomanunggal sudah sesuai dengan Pedoman Permen PU no
41 tahun 2017.

Selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan di kecamatan Sukomanunggal


dengan menggunakan tools Erase dan Union. Dengan adanya pedoman PERMEN PU No.
41/PRT/M/2007 maka di erase/dihapus kawasan yang memiliki kondisi eksisting yang tidak
sesuai dengan kriteria dari pedoman dari Peta dasar Sukomanunggal sehingga terbentuk
peruntukkan kawasan permukiman. Kemudian, dilakukan penggabungan attribute antara
peta peruntukkan permukiman dan kondisi eksisting dengan menggunakan tools UNION.
Dengan itu bisa di dapatkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak sesuai
berdasarkan peruntukkan lahannya. Kawasan permukiman yang tidak sesuai maksudnya
terdapat permukiman pada kondisi eksisting yang terbangun di daerah yang bukan
seharusnya peruntukan permukiman.

Anda mungkin juga menyukai