0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
845 tayangan7 halaman
Laporan ini membahas analisis interpolasi Kriging dan IDW untuk mendapatkan nilai curah hujan di Kabupaten Tulungagung. Hasilnya menunjukkan bahwa metode IDW memberikan nilai yang lebih mendekati data asli dibandingkan metode Kriging. Metode mana yang paling akurat untuk mengestimasi curah hujan di wilayah tersebut.
Laporan ini membahas analisis interpolasi Kriging dan IDW untuk mendapatkan nilai curah hujan di Kabupaten Tulungagung. Hasilnya menunjukkan bahwa metode IDW memberikan nilai yang lebih mendekati data asli dibandingkan metode Kriging. Metode mana yang paling akurat untuk mengestimasi curah hujan di wilayah tersebut.
Laporan ini membahas analisis interpolasi Kriging dan IDW untuk mendapatkan nilai curah hujan di Kabupaten Tulungagung. Hasilnya menunjukkan bahwa metode IDW memberikan nilai yang lebih mendekati data asli dibandingkan metode Kriging. Metode mana yang paling akurat untuk mengestimasi curah hujan di wilayah tersebut.
Oleh: Nama Mahasiswa : Ahmad Nur Fauzi NIM : 170721636599 Offering :A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI APRIL 2019 I. TUJUAN Tujuan dari kegiatan tutorial ini adalah: 1. Mahasiswa dapat melakukan proses interpolasi Kriging dan IDW 2. Mahasiswa dapat menerapkan proses interpolasi untuk memecahkan masalah spastial
II. DASAR TEORI
Sistem Informasi Geografis (SIG) biasanya digunakan dalam analisa spasial baik dalam format vektor maupun raster, diperlukan data yang meliputi seluruh studi area. Oleh sebab itu, proses interpolasi perlu dilaksanakan untuk mendapatkan nilai diantara titik sampel.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk melakukan
interpolasi seperti Trend, Spline, Inverse Distance Weighted (IDW) dan Kriging. Setiap metode ini akan memberikan hasil interpolasi yang berbeda. Akan menjadi mudah dan bermanfaat bagi pengguna berikutnya apabila ada kajian tentang perbandingan hasil interpolasi dengan metode yang berbeda sehingga metode yang tepat bisa dipilih. Penggunaan metode trend dan spline telah dijelaskan dalam Pramono (2005).
Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan
beberapa data yang telah diketahui (Wikipedia, 2008). Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga ter-buatlah peta atau sebaran nilai pada selu-ruh wilayah (Gamma Design Software, 2005). Didalam melakukan interpolasi, sudah pasti dihasilkan. Error yang dihasilkan sebelum melakukan interpolasi bisa dikarenakan kesalahan menentukan metode sampling data, kesalahan dalam pengukuran dan kesalahan dalam analisa di laboratorium.
. Metode IDW dapat dikelompokkan dalam estimasi deterministic
dimana interpolasi dilakukan berdasarkan perhitungan matematik. Sedang metode Kriging dapat digolongkan kedalam estimasi stochastic dimana perhitungan secara statistik dilakukan untuk menghasilkan interpolasi. Metode ini biasanya digunakan dalam industri pertambangan karena mudah untuk digunakan. Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil interpolasi. Nilai power yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi nearest neighbor dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data point terdekat.
Metode Kriging adalah estimasi stochastic yang mirip dengan
Inverse Distance Weighted (IDW) dimana menggunakan kombinasi linear dari weight untuk memperkirakan nilai diantara sampel data. Metode ini diketemukan oleh D.L. Krige untuk memperkirakan nilai dari bahan tambang. Asumsi dari metode ini adalah jarak dan orientasi antara sampel data menunjukkan korelasi spasial yang penting dalam hasil interpolasi ESRI, 1996). Metode Kriging sangat banyak menggunakan sistem komputer dalam perhitungan.
III. ALAT dan BAHAN
a. Alat 1. Software ArcGIS 10X 2. Laptop b. Bahan 1. Peta digital Administrasi Kabupaten Tulungagung skala 1:350.000 2. Peta station CH 3. Data Curah hujan/kecamatan
IV. LANGKAH KERJA
Langkah kerja dari praktikum kali ini dapat dilihat di link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=73bJwO5hAME V. HASIL 1. Interpolasi menggunakan Kriging
2. Interpolasi menggunakan IDW
VI. PEMBAHASAN
Dari hasil paraktikum tentang analisis interpolasi yang
menggunakan metode Kriging dan IDW (Inverse Distance Weighted) dengan bahan peta Kabupaten Tulungagung yaitu pada peta kriging menggunakan gradasi warna biru, yang mana kelas warna tersebut membedakan nilai dari titik-titik data curah hujan yang ada di setiap stasiun curah hujan yang ada pada setiap kecamatan di kabupaten Tulungagung. Terdapat 19 kecamatan yang semuanya terdapat stasiun curah hujan.data curah hujan terendah berada pada kecamatan Ngantru yang memiliki nilai 1996 dan yang paling tinggi berada pada kecamatan endang dengan nilai 4672. Pada peta yang menggunakan kriging terdapat 5 kelas yang berwarna biru/paling rendah dengan warna biru muda mempunyai nilai 2.375-2.566 sedangkan yang paling tinggi berwarna biru tua mempunyai nilai 3.120-3431. Jika dilihat datanya curah hujan, nilai terendahnya yaitu 1996 pada kecamatan Ngantru. Namun data tersebut seharusnya tidak termasuk dalam kelas paling rendah, sebab nilainya tidak sama dengan deskripsinya pada legenda. Kemudian nilai tertinggi dengan nilai 44672 yang merupakan kecamatan Sendang juga tidak ada, yang nilainya paling tinggi yaitu 3.431 hal ini merupakan cara analisi interpolasi yang sangat kurang akurat hasilnya. Untuk hasil peta IDW (Inverse Distance Weighted) juga terdapat 5 kelas namun menggunakan warna merah kecokelatan yang warna merah muda/trang memiliki nilai terendah yakni 1.997-2552. Sedangkan nilai klas tertinggi memiliki warna yang gelap/merah kecokelatan dengan nilai 3.809- 4.667. jika dilihat data curah hujannya nilai terendah yaitu pada kecamatan Ngantru yang memiliki nilai 1.996 yang mana termasuk kedalam kelas yang paling rendah dan nilainya juga hampir mendekati aslinya yaitu -1 dan pada nilai curah hujan tertinggi yang ada di kecamatan Sendang dengan nilai 4.672 juga hampir mendekati nilai dari kelas yang paling tinggi. Hal ini bisa dipastikan dari hasil kedua metode tersebut, metode yang paling akurat digunakan yaitu dengan menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weighted) dari pada menggunakan metode Kriging VII. KESIMPULAN Metode IDW memberikan hasil interpolasi yang lebih akurat dari metode Kriging. Hal ini dikarenakan semua hasil dengan metode IDW memberikan nilai mendekati nilai minimum dan maksimum dari sampel data. Sedang metode Kriging terkadang memberikan hasil interpolasi dengan kisaran yang rendah. Opsi power dan jumlah sampel tidak memberikan perubahan yang signifikan pada hasil interpolasi. VIII. DAFTAR PUSTAKA Gatot H. Pramono. 2008. Akurasi Metode Idw Dan Kriging Untuk Interpolasi Sebaran Sedimen Tersuspensi Di Maros, Sulawesi Selatan. Forum Geografi, Vol. 22, No. 1: 145-158 Wikipedia. 2008. Interpolasi. http://en.wikipedia.org/wiki/Interpolation
Pramono, G. 2005. Perbandingan Metode Trend dan Spline untuk
Interpolasi Sebaran Sedimen Tersuspensi Di Kabubaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Geomatika 11(1): 20-32.
Gamma Design Software. 2005. Interpolation in GS+.