Anda di halaman 1dari 73

PROGRAM STUDI KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH

DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI S


FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

PETUNJUK PRAKTIKUM
GKP 0 3 0 3

ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL


PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

TIM PENYUSUN :
1.Dr.R.Suharyadi, M.Sc.
2.Barandi Sapta W.,M.Si.,M.Sc.
3.Dr.Taufik Hery Purwanto, M.Si.
4.R.Ibnu Rosyadi,S.Si., M.Cs.
5.Dr.Nur Mohammad Farda, M.Cs
6.Muhammad Sufwandika Wijaya, S.Si.
7.Nuril Umam, S.Si.
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

DAFTAR ISI

Hal
Daftar Isi i
Kata Pengantar ii
Tim Penyusun iii

Acara 1 : PEMODELAN OVERLAY


A. Matriks Dua Dimensional 3
B. Pendekatan Kuantitatif Binary 10
C. Pendekatan Kuantitatif Berjenjang 18
D. Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang 22

Acara 2 : NETWORK ANALYST


A. Pembuatan Network Database 26
B. Penentuan Rute Optimum 34
C. Penentuan Akses Fasilitas Terdekat 37
D. Penentuan Pelayanan 40
E. Matriks Harga 42

Acara 3 : 3D ANALYST ( ANALISIS 3 DIMENSI ) 45

Acara 4 : PEMODELAN HIDROLOGI ( ANALISIS HIDROLOGI) 62


PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Kata Pengantar
Segala Puji bagi Allah S.W.T, sehingga buku petunjuk praktikum: Analisis dan Pemodelan
Spasial (SIG II: Lanjut Pemodelan Spasial) ini dapat terselesaikan.
Buku petunjuk ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
praktikum Analisis dan Pemodelan Spasial. Petunjuk ini merupakan pedoman bagi kegiatan
praktikum Analisis dan Pemodelan Spasial yang merupakan kelanjutan praktikum SIG I: Dasar
(Basis Data) yang lebih ditekankan pada Pemodelan dan Analisis .

Buku ini dilengkapi dengan CD data, berupa data wilayah yang dijadikan bahan latihan
praktikum, terdiri dari sebagian Data Wilayah : Propinsi Jawa Tengah, Kab. Sampang, Kab.
Sleman, Kontur Turgo/Plawangan, dan Jaringan jalan Kota Yogyakarta yang dimaksudkan untuk
lebih merealisasikan aplikasi SIG pada data yang lebih nyata.

Praktikum memanfaatkan program aplikasi SIG ArcGIS dengan extention (program tambahan)
Pemodelan Overlay, 3D Analyst , Network Analyst ,dan Analisis Hidrologi yang dilakukan
dengan menggunakan Software ArcGIS 10.1.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam buku ini, untuk itu kami sangat berharap kritik dan
saran sehingga dapat dijadikan masukan untuk perbaikan di masa mendatang. Demikian sepatah
dua patah kata pengantar ini, semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Maret 2018

Tim Penyusun
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Petunjuk Praktikum
Analisis Dan
Pemodelan Spasial
Laboratorium Sistem Informasi Geografis
Departemen Sains Informasi Geografi
Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada

1
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Acara 1 A. Matriks Dua Dimensional


B. Pendekatan Kuantitatif
Binary
Pemodelan Overlay
C. Pendekatan Kuantitatif
Berjenjang
D. Pendekatan Kuantitatif
Berjenjang Tertimbang

2
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

A. Matriks Dua Dimensional

Kegiatan :Neraca sumber daya alam daerah


Tema :Monitoring (pemantauan) perubahan
penggunaan lahan
Data Dasar : Peta Penggunaan Lahan Tahun Pertama dan
Tahun Kedua
Lokasi : Sebagian Lembar Kabupaten Sampang
Proses : Overlay Matriks dua dimensional
Tujuan : Mengetahui perubahan penggunaan lahan suatu wilayah
berdasarkan informasi peta digital tahun pertama dan
tahun kedua

Deskripsi Singkat
Dalam suatu aplikasi SIG salah satu metode yang paling banyak
digunakan adalah membandingkan antara dua peta tahun yang berbeda dengan
tema yang sama. Sehingga disini akan dapat diketahui perubahan penggunaan
lahan yang terjadi antara tahun pertama dan tahun kedua. Hasil proses ini dapat
digunakan untuk memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke
waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memiliki klasifikasi yang sama agar
perubahan bisa dipantau secara setara.

3
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap 10.1

2. Dan akan muncul tampilan

3. Add data penggunaan lahan Kabupaten Sampang dengan nama t1 dan t2 pada
folder A_Sampang

4
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

4. Kemudian tampilkan arctoolbox kemudian dari analysis tool  Overlay


 intersect
*atau dapat juga memunculkan dialog window
intersect dari menu geoprocessing  intersect

5
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Klik OK untuk mengeksekusi proses intersect.


5. Bukalah atribut dari hasil overlay penggunaan lahan ti dan t2

Kemudian tambahkan field Perubahan dengan cara klik table option


Kemudian pilih add field

6
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Field Perubahan dibuat dengan type text

6. Isikan atribut perubahan dengan menggunakan field calculator

7
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

*Perubahan = [landuse1]&” Beubah Menjadi “ [landuse2]


Maka hasilnya akan seperti ini.

7. Lakukan proses dissolve

8
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

*centang landuse1, landuse2 dan perubahan


Kemudian buatlah field luas dan hitung luasan perubahnya.
8. Buatlah tabel luasan perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan
pivot table.

Dan hasilnya seperti berikut :

9
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

B. Pendekatan Kuantitatif Binary


Kegiatan : Kesesuaian Lahan Permukiman
Tema : Pemodelan Kesesuaian Lahan Permukiman
Data Dasar : peta kemiringan lereng, peta bentuklahan, peta
kerawanan bencana alam
Lokasi : Kabupaten Sleman
Proses : Pendekatan Kuantitatif (binary)
Tujuan : Mengetahui kesesuaian lahan lahan berdasarkan unsur-unsur
yang mempengaruhi kesesuaian lahan permukiman

Deskripsi Singkat
Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan mengoverlaykan
unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya. Misalkan dalam penentuan kesesuaian
lahan permukiman, unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut
sesuai atau tidak adalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu: (1) lereng, (2) bentuk
lahan, (3) kerawanan bencana. Secara mutlak lahan yang dianggap sesuai
bilamana memiliki kriteria :
a. kemiringan lereng lebih kecil dari 30%
b. bentuk lahan selain V1, V2 dan V3 c. tidak rawan bencana

Kriteria tersebut bersifat mutlak bilamana tidak memenuhi salah satu


persyaratan tersebut maka lahan tersebut dianggap tidak sesuai.

Langkah Kerja
Latihan kali ini akan dilakukan menggunakan model builder, semua langkah kerja
dari input, proses hingga terbentuk satu output dilakukan dengan model builder.
1. Jalankan ArcMap 10.1
2. Add data theme1, theme2, dan theme3

10
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

3. Kemudian melalui add data, masuk kedalam folder penyimpanan hasil


praktikum kalian dan buat folder “Model Binary”. Jika sudah masuk dan
klik toolbox untuk membuat toolbox baru dan beri nama misal “Model
binary”

4. Dari Arctoolbok kemudian klik kanan pilih add toolbox

5. Maka akan muncul tampilan

Kemudian Klik Open

11
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Akan muncul toolbox baru yang


telah kita buat

6. Kemudian klik kanan pada toolbox Pemodelan Overlay  new 



toolset

Berinama “Toolset” kemudian klik kanan dan pilih new model. Dan
akan muncul window untuk membuat model. Dan berinama “binary”

12
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

7. Untuk menjalankan model builder kita bisa memasukan data maupun


proses dengan drag and drop pada lembar kerja data atau proses yang akan
digunakan.
Pada arctoolbok pilih Analysis tool  Overlay  Intersect kemudian
drag and drop intersect pada lembar kerja

8. Pada lembar kerja model double klik pada obyek intersect maka akan
muncul dialog intersect. Dan isikan parameter yang digunakan pada input
feature.serta pilih lokasi penyimpanan pada output featureclass dan
berikan nama

13
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

9. Pada lembar kerja model akan muncul tampilan seperti berikut :

Obyek oval biru menunjukan input


Objek kotak kuning menunjukan proses, dan
Obyek oval hijau menunjukan output
10. Agar input dan output data muncul pada dialog model maka beri tanda
pada model parameter dengan cara klik kanan dan klik pada model
parameter

Jika menginginkan
output muncul pada
layer setelah di
running naka dapat
juga di klik add to
display.

11. Kemudian buatlah field baru dengan cara mendrag and drop tool addfield
yang terdapat pada arctoolbox (Data management tool  field 
addfield)

14
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

12. Double klik pada obyek addfield maka akan muncul dialog addfield

13. Pada lembar kerja model obyek addfield akan secara otomatis terkoneksi
dengan output dari intersect.

15
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

14. Setelah menambahkan field “Kesesuaian” kita akan isikan


tabel kesesuaian dengan ketentuan bahwa jika harkat pada
theme1 = 1, theme2
= 1 dan theme3 =1 atau hasil perkalian ketiga harkat = 1, maka
kesesuaian
= “Sesuai” dan jika hasil perkalian dari ketiga parameter tidak = 1
maka pada field kesesuaian diisikan dengan “tidak sesuai”.
Untuk melakukan kalkulasi tersebut lakukan kita dapat menggunakan
tool calculate field dengan cara mendrag and drop tool calculate field
yang ada pada data Management tool  Field  Calculate field

Double klik pada obyek calculate field. Dan isikan sebagai


berikut

* Dim Output As String

If [Harkat1] * [Harkat2] * [Harkat3] =1 Then


Output =
"Sesuai" Else
Output = "Tidak Sesuai"
End if
16
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Run Model =
Untuk Menjalankan
model

Jika sudah maka klik Run jika pada output sudah di klik add to display
setelah diklik run maka hasil akan muncul pada layer.

Tugas
Buatlah model untuk melakukan overlay dengan pendekatan binary untuk
membuat model kesesuaian lahan permukiman Kabupaten Sleman dengan
data B_Sleman. Dengan ketentuan sebagai berikut

Parameter yang digunakan


Kemiringan Rawan
Harkat Bentuklahan
lereng bencana
Kecuali V1, V2,
1 <30% Tidak rawan
V3
Rawan
0 >=30% V1, V2, V3
bencana
Lahan yang sesuai untuk permukiman adalah yang memiliki hasil
perkalian harkat = 1

17
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

C. Pendekatan Kuantitatif Berjenjang


Kegiatan : Pengelolaan Jalan Raya
Tema : Pemodelan Spasial Pengelolaan Jalan Raya
Data Dasar : peta kemiringan lereng, tektur tanah, drainase, volume lalu lintas
harian rerata
Lokasi : Sebagian Lembar Propinsi Jawa tengah
Proses : Pendekatan Kuantitatif Berjenjang
Tujuan : Mengetahui ruas jalan raya yang diprioritaskan untuk pengelolaan

Deskripsi Singkat
Dalam pendekatan kuantitatif berjenjang tiap unit dalam satu tema
memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap
penentuan hasil dari modelnya. Di sini komponen tema peta pengaruh bersifat
sama atau setara kontribusinya.
Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial pengelolaan jalan raya
dimana model ini menganggap bahwa kondisi fisik jalan banyak
dipengaruhi oleh 4 komponen yang setimbang yaitu lereng, tekstur tanah,
drainase, dan volume lalulintas harian. Sedangkan tiap komponen memiliki
unsur (atau klas) yang memiliki kontribusi terhadap hasil yang berjenjang 1
hingga 5.

Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap 10.1
2. Add data parameter (drainase, jalan, lereng dan tekstur )

18
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Setelah data di add maka berikan harkat dengan pedoman pada tabel berikut :

Parameter yang digunakan


Harkat Kemiringan lereng(%) Tekstur Drainase Volume lalulintas
1 <8.1 Sangat kasar Sangat Cepat <5001
2 8.1-15 Kasar Cepat 5001 - 10000
3 15.1-30 Sedang Agak Cepat 10001 - 15000
4 30.1-45 Halus Lambat 15001 - 20000
5 >45 Sangat halus Sangat Lambat >20000

3. Add toolbox “Pemodelan Overlay” dan buatlah model dengan nama


“Kuantitatif Berjenjang “

4. Drag and drop tool intersect

5. Klik obyek intersect dan masukan semua parameter sebagai input feature
6. Tentukan lokasi penyimpanan dan klik OK

19
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

7. Kemudian drag and drop add field dan berinama “hartot”

8. Jika sudah maka drag and drop “Calculate field” kemudian double klik obyek
calculate field

* [harkat_Vlm] + [harkat_dra] + [harkat_ler] + [harkat_tek]


9. Tambahkan addfield untuk “Prioritas” dan calculate field untuk melakukan
kalkulasi

20
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Ketentuan Kelas Pengelolaan jalan raya

kelas Nilai if [hartot] > 16 Then


Perioritas Pertama >16
output = "Perioritas pertama"
Perioritas kedua 13 - 16
Perioritas Ketiga 9-12 elseif [hartot] >12 and [hartot] <17 Then
Perioritas
Keempat 5-8 output = "perioritas kedua"
Perioritas Kelima <5
elseif [hartot] >8 and [hartot] <13 Then

output = "Perioritas ketiga"

elseif [hartot] >4 and [hartot] <9 Then

output = "Perioritas keempat"


21
elseif [hartot] <5 Then output =

"perioritas kelima"

end if

10. Setelah di OK maka pada lembar kerja sudah ada model builder yang siap di
running

Jangan lupa mencentang model


parameter dan juga add to
display agar setelah di running
hasil langsung bisa muncul
pada layer dan klik save pada
lembar kerja model

21
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

D. Pendekatan Kuantitatif Berjenjang


Tertimbang
Kegiatan : Penentuan Lahan Kritis
Tema : pemodelan spasial lahan kritis pada kawasan budidaya usaha
pertanian
Data Dasar : peta produktivitas, kemiringan lereng, erosi, prosentase batu-
batuan, dan manajemen lahan
Lokasi : Kabupaten Sleman
Proses : Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang
Tujuan : Mengetahui daerah lahan kritis berdasarkan unsur-unsur
pembentuk lahan kritis

Deskripsi Singkat
Dalam pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang tiap unit dalam
satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi
terhadap penentuan hasil dari modelnya. Di sini perbedaan dengan kuantitatif
berjenjang adalah tiap tema memiliki kontribusi yang berbeda sehingga harus
dibuat bobot sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap hasil.

Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial lahan kritis dimana model
ini menganggap bahwa lahan kritis tersusun atas 4 kondisi fisik yaitu produktivitas,
lereng, erosi, prosentase batuan dan menejemen lahan, dimana tiap tema memiliki
jenjang harkat yang sama 1 - 5, tetapi iap komponen tersebut
memiliki bobot kontribusi yang berbeda sesuai dengan dominasinya dalam
pembentukan lahan kritis.

Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap 10.1
2. Add data parameter lahan kritis

22
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

3. Add toolbok “Pemodelan Spasial” yang telah dibuat. Kemudian pada toolset
buatlah klik kanan new  model dan berinama “Kuantitatif Berjenjang
Tertimbang”

4. Lakukanlah overlay (intersect) pada ke lima parameter lahan kritis dengan


menggunakan model builder.
5. Tambahkanlah addfield dengan nama “harga_tot” dan tambahkan juga
calculate field.

*( [Harkat_bat] *5) +( [Harkat_ero] *15) +( [harkat_ler] *20) +( [Harkat_man]


*30) +( [har_produk]*30)

23
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

6. Tambahkanlah “add field” dengan nama “kritis” dan tambahkan juga


“Calculate Field” pada lembar kerja model.

if [harga_tot]<189 Then
Output = "Sangat Kritis"
elseif [harga_tot]>188 and
[harga_tot]<243 Then *Ketentuan Tingkat Kekritisan
Output = "Kritis"
kelas kekritisan nilai
elseif [harga_tot] >242 and
Sangat kritis <189
[harga_tot]<297 Then
kritis 189 ‐ 242
Output = " Sedang" Sedang 243 ‐ 296
elseif [harga_tot]>296 and Tidak kritis 297 ‐ 350
[harga_tot]<351 Then Sangat Tidak Kritis > 350
Output = "Tidak Kritis"
elseif [harga_tot] > 350 Then
Output = "Sangat Tidak Kritis"
end

24
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Acara 2 A. Membangun Network


Database
B. Penentuan Rute Optimum
Network Analyst
C. Penentuan Akses Fasilitas
Terdekat
D. Penentuan Pelayanan
E. Matrik Harga

25
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

A. Pembuatan Network Database


Kegiatan : Membangun network database jalan
Tema : Pembuatan network database
Data Dasar : simulasi
Lokasi : Yogyakarta
Proses : Input data spasial dan atribut jaringan jalan
Tujuan : Mengetahui cara membangun network database

Deskripsi Singkat
Pada dasarnya network database (basis data jaringan) dapat dibuat
dari shape file bertipe garis yang sudah ada sebelumnya ataupun dari feature
class bertipe garis yang terdapat pada geodatabase, namun ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu :
a. Antar arc harus terhubung, karena jika tidak maka jalan tersebut dianggap
putus.
b. Penamaan field yang berisikan data kondisi jalan juga harus mengikuti
aturan (nama standard), nama standard yang digunakan oleh basis data
jaringan adalah

Nama Field Nama Field


Satuan Biaya FT = TF FT ≠ TF
From – To = To – From From – To ≠ To – From

Seconds SECONDS FT_SECONDS and TF_SECONDS


Minutes MINUTES FT_MINUTES and TF_MINUTES or
FT_DRIVETIME and TF_DRIVETIME or
FT_IMPEDANCE and TF_IMPEDANCE or
FT_TRAVELTIME and TF_TRAVELTIME
Hours HOURS FT_HOURS and TF_HOURS
Millimeters MILLIMETERS FT_MILLIMETERS and TF_MILLIMETERS
Centimeters CENTIMETERS FT_CENTIMETERS and TF_CENTIMETERS
Meters METERS FT_METERS and TF_METERS
Kilometers KILOMETERS FT_KILOMETERS and TF_KILOMETERS
Inches INCHES FT_INCHES and TF_INCHES
Yards YARDS FT_YARDS and TF_YARDS
Feet FEET FT_FEET and TF_FEET
Miles MILES FT_MILES and TF_MILES
Nautical miles NAUTICALMILES FT_NAUTICALMILES and TF_NAUTICALMILES
Non‐time / non– COST or UNITS FT_COST and TF_COST
distance units, FT_UNITS and TS_UNITS
such as monetary
units

Nama field di atas berfungsi untuk satuan biaya. Selain nama field diatas ada nama field
lain yaitu ONEWAY atau ONE_WAY berfungsi untuk mendeklarasikan bahwa suatu
garis dapat dilewati secara dua arah, satu arah maupun tertutup untuk dilewati.

26
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Langkah Kerja
1. Jalan ArcMap 10.1
2. Buatlah folder penyimpanan untuk setiap hasil proses dalam acara Network
analyst ini, membuat folder dapat dilakukan melalui catalog yang ada di Arcmap
yaitu dari menu Windows  Catalog

Kemudian dari Catalog tentukan lokasi penyimpanan  klik kanan  New 


Folder

Jika sudah berikan nama “Network analyst” pada folder yang dibuat tersebut
kemudian buatlah shapefile dengan klik kanan  new  shapefile

Klik OK maka pada layer akan otomatis muncul shapefile jalan.

27
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Membuat skema jalan dengan titik koordinat berikut ini :


Titik x y
1 425000 9140000
2 435000 9140000
3 435000 9135000
4 425000 9135000

4. Aktifkan toolbar editor kemudian dari menu editor pilih start editing.
Kemudian klik kanan pada lembar data view dan pilih Absolute X, Y
Kemudian Isikan X dan Y sebagaimana koordinat diatas.

5. Jika sudah selesai aktifkan toolbar advance editing


6. Select semua feature yang telah dibuat
7. Kemudian klik icon (planarize) pada advance editing
8. Buat field baru dengan nama dan properties seperti pada tabel dibawah ini

Nama Field Type field Lebar Field Isi field


TF_MINUTES integer/Float/double Default
Waktu tempuh
FT_MINUTES integer/Float/double Default
Sesuai arah rute
FT = Dari From ke To
junction
TF = Dari To ke From
ONEWAY Text 10
Junction
B = Jalan dua arah
N = Jalan tidak dapat
diakses
Jalan text 25 Nama Jalan
Length integer/Float/double Default Panjang Jalan

28
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

9. Untuk nama jalan dan waktu tempuh lihat pada gambar di bawah ini :

10. Untuk jarak dapat dihitung dengan menggunakan Calculate Geometry


11. Jika Semua atribut sudah Siap (Length, FT_MINUTES, TF_MINUTES, dan
ONEWAY) maka langkah selanjutnya adalah membangun network dataset.
12. Pastikan semua field pada atribut sudah terisi
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

13. Jika sudah maka dari catalog temukan lokasi shapefile jalan yang baru saja
dibuat :

14. Kemudian akan muncul

15. Klik Next dan akan mucul


30
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Pengaturan ini membuat data network anda memiliki pemodelan


turn/belokan. Dimana jika pemodelan ini tidak diaktifkan berarti setiap
belokan tidak dikenakan suatu cost (waktu tempuh sama dengan jalan lurus).
16. Kemudian Pilih next dan akan muncul window

Conectivity berisi data yang akan di maksudkan sebagai data jaringan, untuk
file berbentuk shapefile conectivity tidak perlu diatur karena hanya terdapat
satu data saja.
17. Pilih next

31
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Pengaturan ini dilakukan jika dalam data jaringan terdapat jembatan layang
atau sejenisnya.
18. Pilih next

Jika penulisan dalam tabel atribut sesuai dengan aturan standard yang sudah
di tetapkan maka secara otomatis nama field akan masuk, jika belum masuk
maka anda dapat menambahkanya dengan mengklik add. Jika sudah
kemudian next.
19. Pilih direction

Atur name menjadi berisikan jalan (nama jalan), kemudian pilih OK

32
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

20. Pilih next

21. Klik Finish

Klik yes

Klik OK dan hasilnya akan muncul pada layer.

33
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

B. Penentuan Rute Optimum


Kegiatan : Analisa Perjalanan
Tema : Penentuan jalur/rute
Data Dasar : Simulasi dan Jaringan Jalan Kota
Lokasi : Kota Yogyakarta
Proses : Rute/Jalur Terbaik
Tujuan : Mengetahui jalur terbaik melalui beberapa titik
hampiran

Deskripsi Singkat
Network/jaringan biasa dianggap sebagai suatu akses arus, dimana
banyak kenyataan di muka bumi pergerakan atau arus secara logis hanya dapat
melalui jaringan tersebut. Sebagai contoh perlalulintasan jalan, dimana
kendaraan roda empat hanya dapat melalui akses jalan tersebut, jarena pada
banyak kenyataan walau secara fisik lokasi dengan jarak lurus lebih dekat (bisa
digunakan dengan model buffer/range) ternyata harus memalui suatu jalur
tertentu yang mungkin membutuhkan waktu atau jarak yang lebih lama atau
jauh. Analisis jaringan memanfaatkan segmen atau fitur garis sebagai suatu
cara untuk analisa tersebut.
Aplikasi yang digunakan untuk analisis network berupa penentuan
jalur/rute terbaik dimana ketercapaian dari suatu obyek ke obyek yang lain
dilakukan dengan melalui proses aritmetik garis‐garis penghubung yang
memiliki atribut (baik panjang maupun bobot) serta turn simpangan dan belokan.
Aplikasi pada acara ini hanya membahas mengenai panjang serta bobot
dari tiap garis/segmen dan diaplikasikan untuk penentuan jalur terdekat
(berdasarkan panjang) dan jalur tercepat (waktu tempuh tiap segmen baik FT
maupun TF) saja.

Langkah Kerja
1. Jalankan Arcmap
2. Add data Jalan Network Dataset

34
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

3. Aktifkan Toolbar Network Analyst

4. Dari Tool Network Analyst pilih New Route


5. Aktifkan network analyt window dengan mengklik ikon pada toolbar
Network analyst.
6. Aturlah impedance yang digunakan pada new route properties yaitu
dengan mengklik ikon
7. Masuklah pada analysis setting dan aturlah impedance yang akan digunakan

8. Masuklah pada accumulation untuk menentukan harga yang akan ditampilkan

35
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

9. Buatlah beberapa titik stop dengan mengklik ikon

Menambahkan stop pada rute


Memindahkan stop yang dibuat

Mengeksekusi rute

Menampilkan arah pergerakan rute

10. Jika sudah membuat beberapa stop (minimal 2) maka dapat langsung di
eksekusi dengan mengklik ikon solve ( ). Maka akan terbentuk rute
optimum dari stop 1 ke stop 2, 3 dan seterusnya.
11. Anda Juga bisa menambahkan barier jika ada rute yang harus dihindari.

36
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

C. Penentuan Akses Fasilitas Terdekat


Kegiatan : Analisa Perjalanan
Tema : Menemukan fasilitas kota terdekat
Data Dasar : Jaringan Jalan Kota, data Address fasilitas kota
Lokasi : Kota Yogyakarta
Proses : pemilihan fasiltas terdekat
Tujuan : Mengetahui fasilitas‐fasilitas terdekat

Deskripsi Singkat
Pemanfaatan network juga dapat dilakukan untuk enemukan
fasilitas‐fasilitas terdekat dengan memadukan dua tema yaitu jarinagn jalan
sebagai akses menuju suatu fasiltas serta data fasilitas‐fasilitas tersebut sebagai
yang akan dituju/dipilih.
Aplikasi yang digunakan untuk analisa network berupa penentuan
sejumlah fasilitas‐ fasilitas terdekat (contoh ATM) dari suatu lokasi tertentu
(misal dari rumah/kampus). Dengan cara ini akan dapat diketahui fasilitas
terdekat (baik dari arti jarak maupun waktu tempuh) dari lokasi tertentu dengan
jumlah yang diinginkan.
Langkah Kerja
1. Jalan ArcMap 10.1
2. Tampilkan semua data yang ada di Folder 2_network

3. Aktifkan tool network analyst


4. Dari Toolbar network analyst pilih new closest facility

37
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

5. Aktifkan Network Analyst window dengan memiliki icon pada toolbar


Network nalyst.
6. Aturlah Property network (cost yang dipakai, satuan jarak dan toleransi
yang digunakan) dengan ,mengklik icon pada Network Analyst Window
7. Masuk pada tab analysis setting dan aturlah impedance menjadi lenght
dan distance unit menjadi Meter serta mempertimbangkan jalan satu arah

8. Jadikan lokasi rumah sakit sebagai facilities dengan mengklik kanan


facilities kemudian pilih load location.

9. Klik OK kemudian tambahkan inciden/lokasi lokasi yang dianggap rawan


kecelakaan dengan cara mengklik incidents kemudian tambahkan lokasi

dengan icon atau bisa juga dengan meload lokasi jika sudah ada
datanya dalam bentuk shapefile. 38
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

10. Lakukan eksekusi rute anda serta tampilkan direction dari rute tersebut.

*Lakukan dengan beberapa lokasi yang berbeda dengan cost yang berbeda
juga

39
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

D. Penentuan Pelayanan
Kegiatan : Analisa Lokasi
Tema : Evaluasi keuntungan lokasi toko
Data Dasar : Jaringan Jalan Kota, lokasi toko
Lokasi : Kota Yogyakarta
Proses : Area pelayanan
Tujuan : Mengetahui toko‐toko yang menempati lokasi yang strategis

Deskripsi Singkat
Analisa jaringan dapat pula digunakan untuk mengetahui jarak jangkau layanan suatu
fasilitas pelayanan. Jarak fasilitas pelayanan tidak diukur berdasarkan jarak
realnya (jarak lurus) tetapi diukur terhadap jarak akses maupun terhadap
bobot tertentu. Dapat dibayangkan bilamana terdapat suatu kriteria bahwa jarak
minimum suatu pusat pelayan dengan pelayanan lainnya ditentukan dalam jarak
tertentu, padahal antara pelayanan yang satu dengan pelayan lainnya dipisahkan oleh
sungai sehingga tidak ada penghubungnya, maka seharusnya pelayanan yang satu
perlu dibangun untuk melayani wilayahnya.

Aplikasi analisa lokasi ini salah satunya digunakan utnuk melihat keterjangkauan
suatu lokasi pelayan toko. Lokasi pelayan sering dikaitkan dengan akses untuk
mencapai lokasi tersebut, dengan analisa ini dapat diketahui lokasi mana yang
lebih menguntungkan posisinya karena memiliki keterjangkauan yang lebih luas
dibandingkan dengan lokasi yang lain.

Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap
2. Tampilkan Data Network data set

40
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

3. Aktifkan Tools Network Analyst dan dari tool Network Analyst pilih new
service area

4. Aktifkan Network Analyst window dengan memiliki icon pada toolbar


Network nalyst.
5. Aturlah Property network (cost yang dipakai, satuan jarak dan toleransi yang
digunakan) dengan ,mengklik icon pada Network Analyst Window
6. Masuk pada tab analysis setting

a. Isikan impedance dengan berdasarkan waktu (minutes)


b. Atur default break menjadi 5 10 15, artinya network akan mencari area
yang menjangkau fasilitas yang dianalisa dalam waktu tempuh 5, 10 serta
15 menit.
7. Tambahkan facilities baik dengan cara menambahkan langsung maupun
dengan meload lokasi dari suatu shapefile
8. Lakukan eksekusi rute serta menampilkan direction dari rutetersebut.
*Lakukan dengan beberapa lokasi yang berbeda dan impedance yang berbeda
pula.

41
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

E. Matriks Harga
Kegiata : Analisa Matriks Harga
Tema : Evaluasi keuntungan lokasi toko
Data Dasar : Jaringan Jalan Kota, lokasi toko
Lokasi : Kota Yogyakarta
Proses : OD Cost Matrix
Tujuan : Mengetahui toko‐toko yang menempati lokasi yang strategis

Deskripsi Singkat
Analisa jaringan dapat pula digunakan untuk mengetahui matrik harga dari
titikasal ke titik tujuan, harga yang dimaksud bisa berupa nilai jarak maupun
waktu. Dengan matrik harga ini akan dapat mengetahui jarak maupun waktu
tempuh terendah dari titik asal ke titik tujuan dan dapat membuat rangking dari
suatu titik asal ke beberapa titik tujuan tersebut. Matrik harga ini hampir sama
dengan penentuan fasilitas terdekat hanya saja dengan analisa ini lebih cepat dan
lengkap karena disertai dengan rangking dari harga terendah hingga harga
tertinggi (jarak terdekat hingga jarak terjauh/waktu tempuh terpendek hingga
terpanjang).

Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap
2. Tampilkan data network dataset

42
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

3. Aktifkan Tools Network Analyst


4. Dari Tool Network analyst Pilih New OD Cost Matrix

5. Aktifkan Network Analyst window dengan memiliki icon pada toolbar


Network nalyst.
6. Aturlah Property network (cost yang dipakai, satuan jarak dan toleransi yang
digunakan) dengan ,mengklik icon pada Network Analyst Window
7. Masuk pada tab analysis setting (Aturlah Impedance yang digunakan)

8. Tambahkan rumah sakit dengan meload lokasi sebagai origin (titik asal)
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

9. Tambahkan destination dengan menambahkan secara langsung melalui icon

atau meload lokasi dari suatu shapefile


10. Lakukan eksekusi dengan mengklik icon

11. Dari Lines Klik kanan dan Open Atribut tables

44
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Acara 3 Pembuatan Digital Elevation


Model (DEM) dan Digital
Terrain Model (DTM) Beserta
3D Analyst Turunannya

Analisis Hidrologi

45
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Analisis 3 Dimensi (3D)


Kegiatan : Analisis 3D
Tema : Pembuatan DEM dan DTM beserta turunannya
Data Dasar : Data elevasi hasil pengukuran lapangan; Peta Topografi skala 1:50.000
Tujuan : Memahami analisis 3D dalam SIG, memahami pembuatan DEM, DTM
beserta turunannya, dan memahami beberapa aplikasi analisis 3D dalam SIG

Deskripsi Singkat
Model Medan Digital (Digital Terrain Model/DTM) adalah data digital yang
menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi (atau bagiannya) yang terdiri
dari himpunan titik‐titik koordinat hasil sampling dari permukaan dan dari algoritma yang
mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli,
1991). Variasi dari permukaan bumi, seperti relief dapat disajikan secara matematis sebagai
fungsi dari posisi. Posisi dapat didefinisikan sebagai koordinat geografi (f,l) atau koordinat
empat persegi panjang (X,Y) pada peta berproyeksi misal, UTM. Data elevasi biasa
mengacu pada datum (seperti : mean sea level).
DTM juga merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam mengumpulkan,
prosessing, dan penyajian informasi medan. Susunan nilai‐nilai digital yang mewakili distribusi
spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai‐nilai pada
sistem koordinat horisontal X Y dan karakteristik medan diwakili oleh ketingian medan
dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle, 1991)
Sumber data DEM adalah data elevasi yang dapat berupa garis dan titik yang dapat
diperoleh dari : foto udara tegak stereo, citra satelit stereo, data pengukuran lapangan ;
GPS, Theodolith, EDM, Total Station, Echosounder, peta topografi, linier array image.
DEM umumnya menyajikan permukaan medan sebagai fungsi nilai tunggal,
sebagai berikut :
Z = f(x,y)
dimana : x,y = posisi
Z = satu nilai ketinggian

Gambar 1. Relief medan dan model digital (Temfli, 1991)


46
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Interpolasi sangat penting dalam pembentukan DTM. Interpolasi adalah


proses penentuan dari nilai pendekatan dari variabel f(P) pada titik antara P, bila
f(P) merupakan variabel yang mungkin skalar atau vektor yang dibentuk oleh
harga f(P1) pada suatu titik P1 dalam ruang yang berdimensi r (Tempfli, 1977).
Interpolasi relief medan (terrain) dinyatakan dengan variabel skalar dan
ruang dua dimensi. Ketinggian atau kedalaman diukur pada titiktitik Pi(xi,yi),
selanjutnya dapat dibentuk suatu fungsi :
Pi = f(xi, yi)
dimana :
xi, yi = koordinat model atau terrain
f = fungsi terrain
Penentuan nilai suatu besaran berdasarkan besaran lain yang sudah
diketahui nilainya, dimana letak dari besaran yang akan ditentukan tersebut di
antara besaran yang sudah diketahui. Besaran yang sudah diketahui tersebut
disebut sebagai acuan, sedangkan besaran yang ditentukan disebut sebagi besaran
antara (intermediate value). Dalam interpolasi hubungan antara titik‐titik acuan
tersebut didekati dengan menggunakan fungsi yang disebut fungsi
interpolasi. Fungsi yang banyak dipergunakan dalam interpolasi adalah
fungsi polinomial (Gambar 2).

Gambar 2. Metode interpolasi polinomial (a. polinomial orde 1 b. polinomial orde


2, dan c. polinomial orde 3)

Terdapat struktur data yang berbeda yang dapat dipakai untuk menyajikan
topografi permukaan bumi.

47
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

a. Grid atau Lattice


Struktur ini menggunakan sebuah bidang segitiga teratur, segiempat,
atau bujursangkar atau bentuk siku yang teratur grid. Perbedaan resolusi grid
dapat digunakan, pemilihannya biasanya berhubungan dengan ukuran daerah
penelitian dan kemampuan fasilitas komputer. Seperti data dapat disimpan
dengan berbagai cara, biasanya metode adalah dengan koordinat Z berhubungan
untuk rangkaian titik‐titik sepanjang profil dengan titik awal dan spasi grid
tertentu (Moore et al.,1991).

Gambar 3.
Lattice dan
Grid
b. TIN (Triangular Irregular Network)
Tin adalah rangkaian segitiga yang tidak tumpang tindih dihitung dari
titik ruang tak beraturan dengan koordinat x, y dan nilai z yang menyajikan data
elevasi. Model TIN disimpan dalam topologi berhubungan antara segitiga dengan
segitiga didekatnya dimana titik‐titik didefinisikan pada tiap segitiga dengan
segitiga lain. Tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang
dikenal sebagi facet (Mark 1975).

Gambar 5. TIN dan permukaan burni

c. Kontur

Dibuat dari digitasi garis kontur disimpan dalam format seperti Digital
Line Graphs (DLGs) membuat pasangan‐pasangan koordinat x,y sepanjang tiap
garis kontur yang menunjukkan elevasi khusus.

48
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Berdasarkan DEM tersebut dapat diturunkan beberapa model medan


digital, antara lain : model tiga dimensi (3D), kontur (Contours) , profil,
perhitungan volume, peta efek bayangan (hill shading), lereng (slope), aspek
(aspect), visibility, tampilan 3D "real time". Masing‐masing turunan DEM ini
mempunyai aplikasi tertentu yang menyangkut aspek ketinggian /elevasi, misal :
visibility bermanfaat untuk aplikasi perencanaan penempatan pemancar relay
stasiun televisi, dan pemancar penguat sinyal telpon selluler.

Dalam latihan ini, peserta akan dilatih cara memperoleh dan mengolah
data elevasi, membangun DEM, dan mebuat DTM atau turunan dari DEM, yang
secara garis besar sesuai dengan gambar di bawah ini :

Data elevasi (x,y,z)

Interpolasi

Digital
Elevation
Model (DEM)

Digital Terrain Model (DTM)

49
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Langkah Kerja (DEM dan Turunanya)


A. Membuat DEM dari data Titik Ketinggian
1. Jalankan program ArcMap, kemudian buka data hasil
pengukuran ketinggian lapangan Titik_Ketinggian.xls
2. Tampilkan distribusi spasial data tersebut dengan cara klik kanan data >
Display X Y Data

3. Aturlah koordinat x adalah field x, sebagai koordinat y adalah field y,


serta atur juga koordinat sistemnya menjadi
WGS_1984_UTM_zone_49s, kemudian klik ok

50
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

4. Maka akan terlihat distribusi titik pengukuran lapangan seperti gambar


dibawah ini

5. Data tersebut masih berupa data sementara, untuk mempermanenkanya


klik kanan data > Eksport data > Atur lokasi penyimpanan data > Klik Ok
> Kalau ada perintah tampilkan data di display klik OK.

51
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

6. Untuk membuat DEM , titik ketinggian tersebut akan dilakukan


ekstrapolasi menggunakan tools kriging. Tetapi sebelumnya panggil data
Citra Landsat, kemudian amati distribusi titik ketinggian berdasar kesan
topografi yang tampak pada citra Landsat. Double klik padaTools Pencari

7. Cari tools kriging, dengan cara masukkan kata kriging pada kolom pencari
setelah itu double klik pada tools kriging maka akan muncul jendela
seperti dibawah ini.
8. Masukkan shp titik ketinggian pada input point feature, atur z value field
pada field ketinggian, atur lokasi penyimpanan output, atur cell size
menjadi 10 (optional). Klik ok

52
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

9. Maka DEM hasil kriging akan terlihat pada display

B. Membuat DEM dari data kontur


1. Add data kontur dan sungai, tampilkan di software ArcGIS..

2. Seach pada tools pencari, ketik topo to raster.


3. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini, masukkan data shp
kontur dan sungai sebagai input. Pada data kontur, atur elevation field
menjadi field height dan atur typenya menjadi contour. Pada data sungai

53
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

atur typenya menjadi stream. Atur direktori penyimpanan outputnya,


kemudian atur output cell sizenya menjadi 10 (optional). Klik ok

4. Maka data DEM hasil topo to raster akan muncul seperti pada display data
dibawah ini,, Bandingkan data DEM dari ekstrapolasi titik ketinggian dan
data interpolasi secara visual dengan melihat juga kenammpakan relief
pada citra landsat, secara visual mana yang lebih baik, dan apa alasanya.

54
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

C. Membuat data turunan dari DEM.


Slope
Turunan dari DEM yang menyatakan intervalisasi perubahan
kemiringan lahan hasil bentukan 3 dimensi. Pada umumnya proses
klasifikasi ini dilakukan secara otomatis.

1. Turunan yang pertama adalah Slope, search pada tools pencari, ketik
slope kemudian double klik.
2. Setelah itu maka akan muncul jendela seperti dibawah ini, masukkan
DEM hasil topo to raster sebagai input raster, atur direktori penyimpanan
outputnya, atur output measurementnya (optiona bias degree bias
persenl). Klik Ok

3. Maka akan menghasilkan analisis slope seperti dibawah ini.

55
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Hillshade
Prinsip hill shading adalah memakai pengaruh efek bayangan
akibat penyinaran dari arah‐arah tertentu yang dipergunakan untuk
memberikan kesan 3D pada medan.

1. Turunan yang kedua adalah hillshade, search pada tools pencari, ketik
hillshade kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini. Masukkan DEM
hasil topo raster sebagai input raster, atur sun azimuth dan sun
elevation (optional). Atur pula direktori penyimpanan outputnya. Klik
ok

3. Maka pada display data akan muncul hasil analisis hillshade seperti
dibawah ini.

56
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Aspect
Turunan dari yang menyatakan jurusan atau arah hadap dari suatu
objek. Pada umumnya proses yang terlibat didalamnya adalah proses
statistika untuk memperoleh trend value dari luasan tertentu.

1. Turunan yang ketiga adalah aspect, search pada tools pencari, ketik
aspect kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini. Masukkan DEM
hasil topo raster sebagai input raster dan atur direktori penyimpanan
outputnya. Klik ok

3. Kemudian pada display data akan muncul hasil analisis aspect seperti
dibawah ini.

57
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Visibility
Prinsip analisis pandangan karena pengaruh topografi. Analisis
visibility menunjukkan daerah pandangan melalui satu atau lebih stasiun
titik pengamatan. Titik pengamatan tersebut dapat ditentukan dengan :
offset, vertikal, azimut, dan radius.
1. Turunan yang keempat adalah visibility, pertama Add data titik
pandang.shp. Kemudian search pada tools pencari, ketik viewsheed
kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini. Masukkan DEM
hasil topo raster sebagai input raster dan atur direktori penyimpanan
outputnya. Masukkan titik pandang sebagai input point. Klik ok.

3. Maka kemudian pada display data akan muncul hasil analisis visibility
seperti dibawah ini

58
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Kontur
Kontur adalah visualisasi dua dimensi dari relief permukaan bumi
yang dinyatakan dalam bentuk interval garis‐garis dengan ketinggian
yang berbeda‐beda. Setiap garis kontur menyatakan daerah dengan
dengan titik ketinggian yang sama, (hasil interpolasi, ingat rumusan di
atas). Terlihat bahwa semakin rapat titik kontur maka akan semakin lama
proses interpolasi, akan tetapi hasilnya adalah visualisasi relief
permukaan bumi yang lebih teliti juga.
1. Turunan yang kelima adalah kontur. Search pada tools pencari, ketik
contour kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini, kemudian
masukkan data dem hasil topo to raster sebagai input raster, atur
interval kontur, dan Atur pula direktori penyimpanan data outputnya.
Klik ok

3. Setelah itu pada display data akan muncul kontur seperti dibawah ini.
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Cut and Fill


1. Pertama add data Dem_before dan Dem_After. Search pada tools
pencari, ketik Cut and fill kemudian double klik.
2. Setelah itu masukan data Dem_before sebagai Surface Before, dan
Data Dem_After sebagai surface after. Atur direktori penyimpanan
outputnya. Klik ok.

3. Kemudian setelah itu pada display data akan muncul tampilan hasil
cut and fill

60
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Efek 3 Dimensi
1. Buka ArcScene

2. Add data Hillshade dan Dem hasil topo to raster


3. Klik Kanan pada data hillshade > Propersties > Base height. Kemudian
ganti target elevation on surfacenya menjadi data DEM. Supaya
tampilan 3 dimensi lebih mecolok ganti/naikkan angka factor to
convert layernya. Klik ok

4. Maka pada display data akan tampilan hillshade akan menjadi 3


dimensi

61
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

Analisis Hidrologi
Langkah Kerja
A. Mengkoreksi data DEM supaya menjadi data raster kontinyu.
1. Add data Dem Hasil dari topo to raster
2. Search pada tools pencari, ketik fill kemudian double klik pada tools fill
tersebut.
3. Masukkan data Dem pada input surface, atur direktori penyimpanan output
datanya kemudian klik ok.

4. Hasilnya adalah Dem baru dengan nilai pikselnya menjadi kontinyu.

62
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

B. Menganalisis Arah Aliran


1. Search pada tools pencari, ketik flow direction kemudian double klik.
2. Masukkan data Dem yang sudah dianalisis fill sebagai input surface, atur
direktori penyimpanan outputnya, kemudian klik ok.

3. Maka akan menghasilkan peta raster arah aliran seperti dibawah ini

63
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

C. Membuat Analisis Akumulasi Aliran


1. Search pada tools pencari, ketik flow accumulation kemudian double
klik.
2. Masukkan data flow direction sebagai input flow direction raster, atur
direktori penyimpanan outputnya, kemudian klik ok.

3. Kemudian akan peta raster arah aliran seperti dibawah ini.

64
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

D. Automatisasi Identifikasi Aliran Sungai


1. Melakukan Set Null untuk menghilangkan nilai piksel di bawah 70 pada
peta akumulasi aliran. Search pada tools pencari, ketik setnull kemudian
double klik.
2. Masukkan peta raster flow accumulation sebagai input conditional raster,
Tuliskan pada Expression value LT 70, Masukkan data hasil flow
direction sebagai Input False Raster. Atur direktori penyimpanan data
outnput. Klik OK

3. Membuat nilai piksel pada peta hasil setnull menjadi kontinyu. Seacrh
pada tools pencari, ketik stream link kemudian double klik. Masukkan
data hasil setnull sebagai input stream raster, dan data hasil flow
direction sebagai input flow direction raster. Atur direktori
penyimpanan data outputnya. Klik ok

4. Mengidentifikasi Orde sungai berdasarkan metode Strahler dan


Shreve. Search pada tools pencari, ketik stream order kemudian double

65
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

klik. Masukkan data hasil analisis stream link sebgai input stream
raster dan data hasil flow direction sebagai input flow direction raster.
Atur metode orde sungai yang digunakan (optional) dan atur pula
direktori penyimpanan data outputnya. Klik ok

5. Mengekspot data sungai dari raster ke vector. Search pada tools


pencari ketik stream to feature, kemudian double klik. Masukkan data
hasil stream order sebagai input stream raster dan data hasil flow
direction sebagai input flow direction raster. Atur direktori
penyimpanan kemudian klik ok.

66
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL

E. Automatisasi Pembatasan DAS (Daerah Aliran Sungai)


1. Search pada tools pencari, ketik Basin kemudian double klik.
Masukkan data hasil flow direction sebagai input flow direction raster
kemudian atur direktori penyimpanan datanya. Klik ok

2. Maka akan menghasilkan peta area DAS seperti dibawah ini

67

Anda mungkin juga menyukai