PETUNJUK PRAKTIKUM
GKP 0 3 0 3
TIM PENYUSUN :
1.Dr.R.Suharyadi, M.Sc.
2.Barandi Sapta W.,M.Si.,M.Sc.
3.Dr.Taufik Hery Purwanto, M.Si.
4.R.Ibnu Rosyadi,S.Si., M.Cs.
5.Dr.Nur Mohammad Farda, M.Cs
6.Muhammad Sufwandika Wijaya, S.Si.
7.Nuril Umam, S.Si.
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi i
Kata Pengantar ii
Tim Penyusun iii
Kata Pengantar
Segala Puji bagi Allah S.W.T, sehingga buku petunjuk praktikum: Analisis dan Pemodelan
Spasial (SIG II: Lanjut Pemodelan Spasial) ini dapat terselesaikan.
Buku petunjuk ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
praktikum Analisis dan Pemodelan Spasial. Petunjuk ini merupakan pedoman bagi kegiatan
praktikum Analisis dan Pemodelan Spasial yang merupakan kelanjutan praktikum SIG I: Dasar
(Basis Data) yang lebih ditekankan pada Pemodelan dan Analisis .
Buku ini dilengkapi dengan CD data, berupa data wilayah yang dijadikan bahan latihan
praktikum, terdiri dari sebagian Data Wilayah : Propinsi Jawa Tengah, Kab. Sampang, Kab.
Sleman, Kontur Turgo/Plawangan, dan Jaringan jalan Kota Yogyakarta yang dimaksudkan untuk
lebih merealisasikan aplikasi SIG pada data yang lebih nyata.
Praktikum memanfaatkan program aplikasi SIG ArcGIS dengan extention (program tambahan)
Pemodelan Overlay, 3D Analyst , Network Analyst ,dan Analisis Hidrologi yang dilakukan
dengan menggunakan Software ArcGIS 10.1.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam buku ini, untuk itu kami sangat berharap kritik dan
saran sehingga dapat dijadikan masukan untuk perbaikan di masa mendatang. Demikian sepatah
dua patah kata pengantar ini, semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Petunjuk Praktikum
Analisis Dan
Pemodelan Spasial
Laboratorium Sistem Informasi Geografis
Departemen Sains Informasi Geografi
Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
1
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
2
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Dalam suatu aplikasi SIG salah satu metode yang paling banyak
digunakan adalah membandingkan antara dua peta tahun yang berbeda dengan
tema yang sama. Sehingga disini akan dapat diketahui perubahan penggunaan
lahan yang terjadi antara tahun pertama dan tahun kedua. Hasil proses ini dapat
digunakan untuk memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke
waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memiliki klasifikasi yang sama agar
perubahan bisa dipantau secara setara.
3
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap 10.1
3. Add data penggunaan lahan Kabupaten Sampang dengan nama t1 dan t2 pada
folder A_Sampang
4
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
5
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
6
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
7
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
8
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
9
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan mengoverlaykan
unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya. Misalkan dalam penentuan kesesuaian
lahan permukiman, unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut
sesuai atau tidak adalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu: (1) lereng, (2) bentuk
lahan, (3) kerawanan bencana. Secara mutlak lahan yang dianggap sesuai
bilamana memiliki kriteria :
a. kemiringan lereng lebih kecil dari 30%
b. bentuk lahan selain V1, V2 dan V3 c. tidak rawan bencana
Langkah Kerja
Latihan kali ini akan dilakukan menggunakan model builder, semua langkah kerja
dari input, proses hingga terbentuk satu output dilakukan dengan model builder.
1. Jalankan ArcMap 10.1
2. Add data theme1, theme2, dan theme3
10
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
11
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Berinama “Toolset” kemudian klik kanan dan pilih new model. Dan
akan muncul window untuk membuat model. Dan berinama “binary”
12
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
8. Pada lembar kerja model double klik pada obyek intersect maka akan
muncul dialog intersect. Dan isikan parameter yang digunakan pada input
feature.serta pilih lokasi penyimpanan pada output featureclass dan
berikan nama
13
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Jika menginginkan
output muncul pada
layer setelah di
running naka dapat
juga di klik add to
display.
11. Kemudian buatlah field baru dengan cara mendrag and drop tool addfield
yang terdapat pada arctoolbox (Data management tool field
addfield)
14
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
12. Double klik pada obyek addfield maka akan muncul dialog addfield
13. Pada lembar kerja model obyek addfield akan secara otomatis terkoneksi
dengan output dari intersect.
15
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Run Model =
Untuk Menjalankan
model
Jika sudah maka klik Run jika pada output sudah di klik add to display
setelah diklik run maka hasil akan muncul pada layer.
Tugas
Buatlah model untuk melakukan overlay dengan pendekatan binary untuk
membuat model kesesuaian lahan permukiman Kabupaten Sleman dengan
data B_Sleman. Dengan ketentuan sebagai berikut
17
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Dalam pendekatan kuantitatif berjenjang tiap unit dalam satu tema
memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap
penentuan hasil dari modelnya. Di sini komponen tema peta pengaruh bersifat
sama atau setara kontribusinya.
Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial pengelolaan jalan raya
dimana model ini menganggap bahwa kondisi fisik jalan banyak
dipengaruhi oleh 4 komponen yang setimbang yaitu lereng, tekstur tanah,
drainase, dan volume lalulintas harian. Sedangkan tiap komponen memiliki
unsur (atau klas) yang memiliki kontribusi terhadap hasil yang berjenjang 1
hingga 5.
Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap 10.1
2. Add data parameter (drainase, jalan, lereng dan tekstur )
18
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Setelah data di add maka berikan harkat dengan pedoman pada tabel berikut :
5. Klik obyek intersect dan masukan semua parameter sebagai input feature
6. Tentukan lokasi penyimpanan dan klik OK
19
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
8. Jika sudah maka drag and drop “Calculate field” kemudian double klik obyek
calculate field
20
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
"perioritas kelima"
end if
10. Setelah di OK maka pada lembar kerja sudah ada model builder yang siap di
running
21
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Dalam pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang tiap unit dalam
satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi
terhadap penentuan hasil dari modelnya. Di sini perbedaan dengan kuantitatif
berjenjang adalah tiap tema memiliki kontribusi yang berbeda sehingga harus
dibuat bobot sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap hasil.
Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial lahan kritis dimana model
ini menganggap bahwa lahan kritis tersusun atas 4 kondisi fisik yaitu produktivitas,
lereng, erosi, prosentase batuan dan menejemen lahan, dimana tiap tema memiliki
jenjang harkat yang sama 1 - 5, tetapi iap komponen tersebut
memiliki bobot kontribusi yang berbeda sesuai dengan dominasinya dalam
pembentukan lahan kritis.
Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap 10.1
2. Add data parameter lahan kritis
22
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
3. Add toolbok “Pemodelan Spasial” yang telah dibuat. Kemudian pada toolset
buatlah klik kanan new model dan berinama “Kuantitatif Berjenjang
Tertimbang”
23
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
if [harga_tot]<189 Then
Output = "Sangat Kritis"
elseif [harga_tot]>188 and
[harga_tot]<243 Then *Ketentuan Tingkat Kekritisan
Output = "Kritis"
kelas kekritisan nilai
elseif [harga_tot] >242 and
Sangat kritis <189
[harga_tot]<297 Then
kritis 189 ‐ 242
Output = " Sedang" Sedang 243 ‐ 296
elseif [harga_tot]>296 and Tidak kritis 297 ‐ 350
[harga_tot]<351 Then Sangat Tidak Kritis > 350
Output = "Tidak Kritis"
elseif [harga_tot] > 350 Then
Output = "Sangat Tidak Kritis"
end
24
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
25
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Pada dasarnya network database (basis data jaringan) dapat dibuat
dari shape file bertipe garis yang sudah ada sebelumnya ataupun dari feature
class bertipe garis yang terdapat pada geodatabase, namun ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu :
a. Antar arc harus terhubung, karena jika tidak maka jalan tersebut dianggap
putus.
b. Penamaan field yang berisikan data kondisi jalan juga harus mengikuti
aturan (nama standard), nama standard yang digunakan oleh basis data
jaringan adalah
Nama field di atas berfungsi untuk satuan biaya. Selain nama field diatas ada nama field
lain yaitu ONEWAY atau ONE_WAY berfungsi untuk mendeklarasikan bahwa suatu
garis dapat dilewati secara dua arah, satu arah maupun tertutup untuk dilewati.
26
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Langkah Kerja
1. Jalan ArcMap 10.1
2. Buatlah folder penyimpanan untuk setiap hasil proses dalam acara Network
analyst ini, membuat folder dapat dilakukan melalui catalog yang ada di Arcmap
yaitu dari menu Windows Catalog
Jika sudah berikan nama “Network analyst” pada folder yang dibuat tersebut
kemudian buatlah shapefile dengan klik kanan new shapefile
27
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
4. Aktifkan toolbar editor kemudian dari menu editor pilih start editing.
Kemudian klik kanan pada lembar data view dan pilih Absolute X, Y
Kemudian Isikan X dan Y sebagaimana koordinat diatas.
28
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
9. Untuk nama jalan dan waktu tempuh lihat pada gambar di bawah ini :
13. Jika sudah maka dari catalog temukan lokasi shapefile jalan yang baru saja
dibuat :
Conectivity berisi data yang akan di maksudkan sebagai data jaringan, untuk
file berbentuk shapefile conectivity tidak perlu diatur karena hanya terdapat
satu data saja.
17. Pilih next
31
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Pengaturan ini dilakukan jika dalam data jaringan terdapat jembatan layang
atau sejenisnya.
18. Pilih next
Jika penulisan dalam tabel atribut sesuai dengan aturan standard yang sudah
di tetapkan maka secara otomatis nama field akan masuk, jika belum masuk
maka anda dapat menambahkanya dengan mengklik add. Jika sudah
kemudian next.
19. Pilih direction
32
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Klik yes
33
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Network/jaringan biasa dianggap sebagai suatu akses arus, dimana
banyak kenyataan di muka bumi pergerakan atau arus secara logis hanya dapat
melalui jaringan tersebut. Sebagai contoh perlalulintasan jalan, dimana
kendaraan roda empat hanya dapat melalui akses jalan tersebut, jarena pada
banyak kenyataan walau secara fisik lokasi dengan jarak lurus lebih dekat (bisa
digunakan dengan model buffer/range) ternyata harus memalui suatu jalur
tertentu yang mungkin membutuhkan waktu atau jarak yang lebih lama atau
jauh. Analisis jaringan memanfaatkan segmen atau fitur garis sebagai suatu
cara untuk analisa tersebut.
Aplikasi yang digunakan untuk analisis network berupa penentuan
jalur/rute terbaik dimana ketercapaian dari suatu obyek ke obyek yang lain
dilakukan dengan melalui proses aritmetik garis‐garis penghubung yang
memiliki atribut (baik panjang maupun bobot) serta turn simpangan dan belokan.
Aplikasi pada acara ini hanya membahas mengenai panjang serta bobot
dari tiap garis/segmen dan diaplikasikan untuk penentuan jalur terdekat
(berdasarkan panjang) dan jalur tercepat (waktu tempuh tiap segmen baik FT
maupun TF) saja.
Langkah Kerja
1. Jalankan Arcmap
2. Add data Jalan Network Dataset
34
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
35
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Mengeksekusi rute
10. Jika sudah membuat beberapa stop (minimal 2) maka dapat langsung di
eksekusi dengan mengklik ikon solve ( ). Maka akan terbentuk rute
optimum dari stop 1 ke stop 2, 3 dan seterusnya.
11. Anda Juga bisa menambahkan barier jika ada rute yang harus dihindari.
36
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Pemanfaatan network juga dapat dilakukan untuk enemukan
fasilitas‐fasilitas terdekat dengan memadukan dua tema yaitu jarinagn jalan
sebagai akses menuju suatu fasiltas serta data fasilitas‐fasilitas tersebut sebagai
yang akan dituju/dipilih.
Aplikasi yang digunakan untuk analisa network berupa penentuan
sejumlah fasilitas‐ fasilitas terdekat (contoh ATM) dari suatu lokasi tertentu
(misal dari rumah/kampus). Dengan cara ini akan dapat diketahui fasilitas
terdekat (baik dari arti jarak maupun waktu tempuh) dari lokasi tertentu dengan
jumlah yang diinginkan.
Langkah Kerja
1. Jalan ArcMap 10.1
2. Tampilkan semua data yang ada di Folder 2_network
37
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
dengan icon atau bisa juga dengan meload lokasi jika sudah ada
datanya dalam bentuk shapefile. 38
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
10. Lakukan eksekusi rute anda serta tampilkan direction dari rute tersebut.
*Lakukan dengan beberapa lokasi yang berbeda dengan cost yang berbeda
juga
39
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
D. Penentuan Pelayanan
Kegiatan : Analisa Lokasi
Tema : Evaluasi keuntungan lokasi toko
Data Dasar : Jaringan Jalan Kota, lokasi toko
Lokasi : Kota Yogyakarta
Proses : Area pelayanan
Tujuan : Mengetahui toko‐toko yang menempati lokasi yang strategis
Deskripsi Singkat
Analisa jaringan dapat pula digunakan untuk mengetahui jarak jangkau layanan suatu
fasilitas pelayanan. Jarak fasilitas pelayanan tidak diukur berdasarkan jarak
realnya (jarak lurus) tetapi diukur terhadap jarak akses maupun terhadap
bobot tertentu. Dapat dibayangkan bilamana terdapat suatu kriteria bahwa jarak
minimum suatu pusat pelayan dengan pelayanan lainnya ditentukan dalam jarak
tertentu, padahal antara pelayanan yang satu dengan pelayan lainnya dipisahkan oleh
sungai sehingga tidak ada penghubungnya, maka seharusnya pelayanan yang satu
perlu dibangun untuk melayani wilayahnya.
Aplikasi analisa lokasi ini salah satunya digunakan utnuk melihat keterjangkauan
suatu lokasi pelayan toko. Lokasi pelayan sering dikaitkan dengan akses untuk
mencapai lokasi tersebut, dengan analisa ini dapat diketahui lokasi mana yang
lebih menguntungkan posisinya karena memiliki keterjangkauan yang lebih luas
dibandingkan dengan lokasi yang lain.
Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap
2. Tampilkan Data Network data set
40
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
3. Aktifkan Tools Network Analyst dan dari tool Network Analyst pilih new
service area
41
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
E. Matriks Harga
Kegiata : Analisa Matriks Harga
Tema : Evaluasi keuntungan lokasi toko
Data Dasar : Jaringan Jalan Kota, lokasi toko
Lokasi : Kota Yogyakarta
Proses : OD Cost Matrix
Tujuan : Mengetahui toko‐toko yang menempati lokasi yang strategis
Deskripsi Singkat
Analisa jaringan dapat pula digunakan untuk mengetahui matrik harga dari
titikasal ke titik tujuan, harga yang dimaksud bisa berupa nilai jarak maupun
waktu. Dengan matrik harga ini akan dapat mengetahui jarak maupun waktu
tempuh terendah dari titik asal ke titik tujuan dan dapat membuat rangking dari
suatu titik asal ke beberapa titik tujuan tersebut. Matrik harga ini hampir sama
dengan penentuan fasilitas terdekat hanya saja dengan analisa ini lebih cepat dan
lengkap karena disertai dengan rangking dari harga terendah hingga harga
tertinggi (jarak terdekat hingga jarak terjauh/waktu tempuh terpendek hingga
terpanjang).
Langkah Kerja
1. Jalankan ArcMap
2. Tampilkan data network dataset
42
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
8. Tambahkan rumah sakit dengan meload lokasi sebagai origin (titik asal)
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
44
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Analisis Hidrologi
45
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Deskripsi Singkat
Model Medan Digital (Digital Terrain Model/DTM) adalah data digital yang
menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi (atau bagiannya) yang terdiri
dari himpunan titik‐titik koordinat hasil sampling dari permukaan dan dari algoritma yang
mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli,
1991). Variasi dari permukaan bumi, seperti relief dapat disajikan secara matematis sebagai
fungsi dari posisi. Posisi dapat didefinisikan sebagai koordinat geografi (f,l) atau koordinat
empat persegi panjang (X,Y) pada peta berproyeksi misal, UTM. Data elevasi biasa
mengacu pada datum (seperti : mean sea level).
DTM juga merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam mengumpulkan,
prosessing, dan penyajian informasi medan. Susunan nilai‐nilai digital yang mewakili distribusi
spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai‐nilai pada
sistem koordinat horisontal X Y dan karakteristik medan diwakili oleh ketingian medan
dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle, 1991)
Sumber data DEM adalah data elevasi yang dapat berupa garis dan titik yang dapat
diperoleh dari : foto udara tegak stereo, citra satelit stereo, data pengukuran lapangan ;
GPS, Theodolith, EDM, Total Station, Echosounder, peta topografi, linier array image.
DEM umumnya menyajikan permukaan medan sebagai fungsi nilai tunggal,
sebagai berikut :
Z = f(x,y)
dimana : x,y = posisi
Z = satu nilai ketinggian
Terdapat struktur data yang berbeda yang dapat dipakai untuk menyajikan
topografi permukaan bumi.
47
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Gambar 3.
Lattice dan
Grid
b. TIN (Triangular Irregular Network)
Tin adalah rangkaian segitiga yang tidak tumpang tindih dihitung dari
titik ruang tak beraturan dengan koordinat x, y dan nilai z yang menyajikan data
elevasi. Model TIN disimpan dalam topologi berhubungan antara segitiga dengan
segitiga didekatnya dimana titik‐titik didefinisikan pada tiap segitiga dengan
segitiga lain. Tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang
dikenal sebagi facet (Mark 1975).
c. Kontur
Dibuat dari digitasi garis kontur disimpan dalam format seperti Digital
Line Graphs (DLGs) membuat pasangan‐pasangan koordinat x,y sepanjang tiap
garis kontur yang menunjukkan elevasi khusus.
48
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Dalam latihan ini, peserta akan dilatih cara memperoleh dan mengolah
data elevasi, membangun DEM, dan mebuat DTM atau turunan dari DEM, yang
secara garis besar sesuai dengan gambar di bawah ini :
Interpolasi
Digital
Elevation
Model (DEM)
49
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
50
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
51
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
7. Cari tools kriging, dengan cara masukkan kata kriging pada kolom pencari
setelah itu double klik pada tools kriging maka akan muncul jendela
seperti dibawah ini.
8. Masukkan shp titik ketinggian pada input point feature, atur z value field
pada field ketinggian, atur lokasi penyimpanan output, atur cell size
menjadi 10 (optional). Klik ok
52
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
53
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
4. Maka data DEM hasil topo to raster akan muncul seperti pada display data
dibawah ini,, Bandingkan data DEM dari ekstrapolasi titik ketinggian dan
data interpolasi secara visual dengan melihat juga kenammpakan relief
pada citra landsat, secara visual mana yang lebih baik, dan apa alasanya.
54
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
1. Turunan yang pertama adalah Slope, search pada tools pencari, ketik
slope kemudian double klik.
2. Setelah itu maka akan muncul jendela seperti dibawah ini, masukkan
DEM hasil topo to raster sebagai input raster, atur direktori penyimpanan
outputnya, atur output measurementnya (optiona bias degree bias
persenl). Klik Ok
55
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Hillshade
Prinsip hill shading adalah memakai pengaruh efek bayangan
akibat penyinaran dari arah‐arah tertentu yang dipergunakan untuk
memberikan kesan 3D pada medan.
1. Turunan yang kedua adalah hillshade, search pada tools pencari, ketik
hillshade kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini. Masukkan DEM
hasil topo raster sebagai input raster, atur sun azimuth dan sun
elevation (optional). Atur pula direktori penyimpanan outputnya. Klik
ok
3. Maka pada display data akan muncul hasil analisis hillshade seperti
dibawah ini.
56
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Aspect
Turunan dari yang menyatakan jurusan atau arah hadap dari suatu
objek. Pada umumnya proses yang terlibat didalamnya adalah proses
statistika untuk memperoleh trend value dari luasan tertentu.
1. Turunan yang ketiga adalah aspect, search pada tools pencari, ketik
aspect kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini. Masukkan DEM
hasil topo raster sebagai input raster dan atur direktori penyimpanan
outputnya. Klik ok
3. Kemudian pada display data akan muncul hasil analisis aspect seperti
dibawah ini.
57
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Visibility
Prinsip analisis pandangan karena pengaruh topografi. Analisis
visibility menunjukkan daerah pandangan melalui satu atau lebih stasiun
titik pengamatan. Titik pengamatan tersebut dapat ditentukan dengan :
offset, vertikal, azimut, dan radius.
1. Turunan yang keempat adalah visibility, pertama Add data titik
pandang.shp. Kemudian search pada tools pencari, ketik viewsheed
kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini. Masukkan DEM
hasil topo raster sebagai input raster dan atur direktori penyimpanan
outputnya. Masukkan titik pandang sebagai input point. Klik ok.
3. Maka kemudian pada display data akan muncul hasil analisis visibility
seperti dibawah ini
58
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Kontur
Kontur adalah visualisasi dua dimensi dari relief permukaan bumi
yang dinyatakan dalam bentuk interval garis‐garis dengan ketinggian
yang berbeda‐beda. Setiap garis kontur menyatakan daerah dengan
dengan titik ketinggian yang sama, (hasil interpolasi, ingat rumusan di
atas). Terlihat bahwa semakin rapat titik kontur maka akan semakin lama
proses interpolasi, akan tetapi hasilnya adalah visualisasi relief
permukaan bumi yang lebih teliti juga.
1. Turunan yang kelima adalah kontur. Search pada tools pencari, ketik
contour kemudian double klik.
2. Setelah itu akan muncul jendela seperti dibawah ini, kemudian
masukkan data dem hasil topo to raster sebagai input raster, atur
interval kontur, dan Atur pula direktori penyimpanan data outputnya.
Klik ok
3. Setelah itu pada display data akan muncul kontur seperti dibawah ini.
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
3. Kemudian setelah itu pada display data akan muncul tampilan hasil
cut and fill
60
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Efek 3 Dimensi
1. Buka ArcScene
61
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
Analisis Hidrologi
Langkah Kerja
A. Mengkoreksi data DEM supaya menjadi data raster kontinyu.
1. Add data Dem Hasil dari topo to raster
2. Search pada tools pencari, ketik fill kemudian double klik pada tools fill
tersebut.
3. Masukkan data Dem pada input surface, atur direktori penyimpanan output
datanya kemudian klik ok.
62
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
3. Maka akan menghasilkan peta raster arah aliran seperti dibawah ini
63
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
64
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
3. Membuat nilai piksel pada peta hasil setnull menjadi kontinyu. Seacrh
pada tools pencari, ketik stream link kemudian double klik. Masukkan
data hasil setnull sebagai input stream raster, dan data hasil flow
direction sebagai input flow direction raster. Atur direktori
penyimpanan data outputnya. Klik ok
65
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
klik. Masukkan data hasil analisis stream link sebgai input stream
raster dan data hasil flow direction sebagai input flow direction raster.
Atur metode orde sungai yang digunakan (optional) dan atur pula
direktori penyimpanan data outputnya. Klik ok
66
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS DAN PEMODELAN SPASIAL
67