Anda di halaman 1dari 35

PENGUKURAN SIPAT DATAR

KERANGKA DASAR VERTIKAL

RESUME

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah CE 202


Ilmu Ukur Tanah yang diampu oleh:
Prof. Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.

Oleh:
Hejirah Fe – Luwna
2209497

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

taufik-Nya yang memungkinkan penulis menyelesaikan resume

dengan judul “PENGUKURAN SIPAT DATAR KERANGKA DASAR

VERTIKAL” ini tepat pada waktunya. Resume ini disusun dalam

rangka memenuhi tugas mata kuliah CE202 Ilmu Ukur Tanah.

Terselesaikannya resume ini tentu tidak lepas dari bantuan

banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada:

 Prof. Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T. selaku

dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah

 Alya Sekar Hapsari, selaku asisten dosen

 Teman-teman yang telah memberikan bantuan

Penulis dengan kesadaran penuh menyadari bahwa resume ini

belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik serta saran yang membangun.

Akhir kata, semoga resume ini bermanfaat bagi semua

pembaca.

Bandung, 30 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Perumusan Masalah
1.5 Tujuan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
2.2 Alat Ukur
2.3 Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal
2.4 Prosedur
2.5 Pengolahan
2.6 Penggambaran
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi
3.2 Waktu
3.3 Metode
3.4 Populasi dan Teknik Pengambilan Data
3.5 Data Primer dan Data Sekunder
3.6 Instrumen
3.7 Teknik Analisis
3.8 Kerangka Berpikir
3.9 Diagram Alir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

ii
4.2.1. Pengukuran Sipat Datar Kdv
4.2.2. Peralatan, Bahan Dan Formulir Pengukuran Sipat
Datar Kdv
4.2.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar Kdv
4.2.4. Pengolahan Data Pengukuran Sipat Datar Kdv
4.2.5. Penggambaran Data Pengukuran Sipat Datar Kdv
4.2.6. Contoh Pengukuran, Perhitungan Dan Penggambaran
Sipat Datar Kdv Pada Bidang Sipil
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
5.2 Implikasi
5.3 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BERISIKAN FAKTA, NORMA, DAN REALITA YANGA
DILAPANGAN.

DASOLEN DASEIN

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.3 Pembatasan Masalah
PEMBATASAN MASALAH DISESUAIKAN DENGAN TEMUAN
DARI IDENTIFIKASI MASALAH

1.4 Rumusan Masalah


1.5 Tujuan
1.6 Sitematika Penulisan

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1. PENGUKURAN
1.1. ALAT UKUR
1.2. SIPAT DATAR KERANGKA DASAR VERTIKAL
1.3. PROSEDUR
1.4. PENGOLAHAN
1.5. PENGGAMBARAN

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi
Penyusunan resume dilakukan di Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (FPTK), Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) yang beralamat di Jalan Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung,
Jawa barat, Indonesia.

Gambar 3 Lokasi

3.2 Waktu
Kegiatan penyusunan resume dilakukan dalam jangka waktu
satu minggu dimulai dari . Pelaksanaan
penyusunan resume dilakukan secara bertahap sesuai dengan
alokasi waktu yang telah direncanakan. Tabel 1 berikut
menjelaskan mengenai pelaksanaan pembuatan resume.

Tabel 1 Waktu Kegiatan

. . . . . . .
Pengumpulan data
Penyusunan resume
Responsi

8
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan resume
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
dimana resume memaparkan deskripsi secara sistematis
mengenai data, sifat-sifat, dan hubungan fenomena-
fenomena yang telah dikumpulkan.

3.4 Populasi dan Teknik Pengambilan Data


Populasi yang digunakan dalam penyusunan resume
adalah referensi-referensi dari artikel, jurnal dan buku
yang berkaitan dengan pembahasan.
Pada teknik pengumpulan data, penulis menggunakan
teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan dan dibatasi oleh ketentuan tertentu
dimana ketentuan tersebut diantaranya yaitu hanya
menyadur dari artikel, jurnal, dan buku yang sumbernya
kredibel ditandai oleh adanya indeks SCOPUS atau SINTA

3.5 Data Primer dan Sekunder


Resume hanya memuat data sekunder berupa kajian
literatur dari artikel, jurnal, dan buku yang berkaitan
dengan pembahasan.

3.6 Instrumen
Dalam resume ini, instrumen yang digunakan adalah
lembar formulir observasi yang berisi pembahasan materi.

3.7 Teknik Analisis


Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan
resume berupa analisis data kualitatif dimana data
dikumpulkan dari berbagai sumber seperti artikel, jurnal,
dan buku yang memiliki keterkaian dengan materi.

9
3.8 Kerangka Berfikir

Metode sipat datar adalah teknik Para mahasiswa


pengukuran yang digunakan Teknik sipil masih
untuk menentukan perbedaan belum memahami
ketinggian atau elevasi antara mengenai
dua atau lebih titik di permukaan pengukuran sipat
bumi datar

Kurang pahamnya mahasiswa


Teknik sipil mengenai pengukuran
pengukuran sipat datar KDV
Kajian
mengenai
pengukuran
sipat datar feedback
Teknik analisis yang
digunakan Teknik
analisis deskriptif
kualitatif

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi

10
3.9 Diagram Alir

Literatur review

Pengertian sipat datar

Prosedur, Kelengkapan, Pengolahan, dan


Penggambaran Sipat Datar KDV

Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Selesai

11
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) dengan
metode sipat datar adalah teknik yang digunakan untuk
menentukan elevasi atau perbedaan ketinggian antara
titik-titik di permukaan bumi. Teknik ini memanfaatkan
bidang datar sebagai referensi, seperti permukaan laut atau
bidang datar lokal. Pengukuran sipat datar melibatkan
beberapa langkah prosedur.

Selain itu, pengukuran sipat datar juga melibatkan


prosedur pengolahan data. Hasil pengukuran kemudian
dapat digambarkan dalam bentuk peta, baik secara manual
maupun digital.

13
1.2. Pembahasan
1.2.1. Pengukuran Sipat Datar Kdv

Pengukuran KDV (Kerangka Dasar Vertikal)


dengan metode sipat datar adalah teknik pengukuran
yang digunakan untuk menentukan perbedaan
ketinggian atau elevasi antara dua atau lebih titik di
permukaan bumi (Chimitdorzhiev, et al, 2016).
Metode sipat datar adalah teknik pengukuran
elevasi yang menggunakan bidang datar sebagai
referensi ketinggian. Referensi ini biasanya adalah
permukaan laut, tetapi bisa juga menjadi bidang datar
lokal yang ditentukan. Ini melibatkan penggunaan alat
ukur seperti level geodetik atau level optis.

Gambar x Pengukuran Sipat Datar

Tujuan utama dari pengukuran sipat datar dalam


ilmu ukur tanah adalah untuk menentukan elevasi atau
perbedaan ketinggian antara berbagai titik di
lapangan. Pengukuran elevasi dengan metode sipat
datar terutama dilakukan di daerah yang relatif
sempit di mana faktor kelengkungan bumi tidak
signifikan dalam perhitungan elevasi (Pirti, et al,
2019).

14
Sasaran pengukuran sipat datar mencakup
mengukur beda tinggi antara titik-titik di lapangan
menggunakan alat sipat datar optis seperti rambu
ukur, nivo, dan gelembung nivo. Data beda tinggi ini
penting untuk mengaitkan elevasi titik-titik yang lebih
rinci, memungkinkan pemetaan yang akurat.

1.2.2. Peralatan, Bahan Dan Formulir Pengukuran Sipat Datar


Kdv
a. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran sipat
datar
 Alat Sipat Datar Optis yang terdiri dari beberapa
bagian, termasuk teropong untuk membidik
rambu dan memperbesar bayangan rambu, nivo
tabung yang mengatur agar garis bidik mendatar
dengan menggunakan gelembung nivo, kiap
(leveling head/base plate) dengan sekrup-sekrup
untuk menegakkan sumbu kesatu (sumbu tegak)
teropong, sekrup pengunci untuk mengunci

gerakan teropong, lensa okuler dan lensa


objektif/diafragma untuk memperjelas benda,
sekrup penggerak halus untuk membidik sasaran,
vizir untuk mencari/membidik kasar objek, dan
statif (tripod) untuk menyangga seluruh alat.

15
Gambar x Alat sipat datar optis
 Rambu Ukur (2 buah): Dapat terbuat dari kayu
atau campuran aluminium dengan skala
pembacaan yang mencakup meter, desimeter,
sentimeter, dan milimeter.

Gambar x Rambu ukur


 Statif: Tempat dudukan alat dan berfungsi untuk
menstabilkan alat seperti sipat datar. Alat ini
memiliki 3 kaki yang dapat diubah tingginya.
Statif harus didirikan secara rata agar
menghindari kesalahan saat pengukuran.

16
Gambar x statif
 Unting-Unting: Terbuat dari besi atau kuningan
dan berbentuk kerucut dengan ujung bawah
lancip. Digunakan untuk memproyeksikan suatu
titik pada pita ukur di permukaan tanah.

Gambar x unting unting

 Patok: Memberi tanda batas jalon. Patok


biasanya ditanam dalam tanah dengan menonjol
antara 5 cm - 10 cm agar tidak mudah lepas.

Gambar x patok kayu dan besi

17
 Pita Ukur (Meteran): Tersedia dalam berbagai
ukuran panjang (10m, 15m, 20m, 25m, atau
30m) dan bisa digulung dan ditarik kembali. Pita
ini memiliki kekurangan bahwa jika ditarik akan
memanjang, rentan rusak, dan tidak tahan air.

Gambar x pita ukur


 Payung: Berfungsi sebagai pelindung dari panas
dan hujan untuk melindungi alat ukur agar tidak
rusak akibat paparan cuaca.

Gambar x payung
b. Bahan yang digunakan meliputi:
 Peta Wilayah Studi: Digunakan sebagai panduan
untuk menentukan lokasi pengukuran.

18
 Cat dan Kuas: Digunakan untuk menandai lokasi
pengukuran dan rambu ukur. Tanda-tanda ini
penting dan tidak boleh hilang sebelum
perhitungan selesai karena dapat memengaruhi
hasil pengukuran.
 Alat Tulis: Digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran di lapangan.

Gambar x bahan pengukuran sipat datar

c. Formulir pengukuran
Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat
kondisi di lapangan dan hasil perhitungan serta
pengukuran yang dilakukan. Semua pengukuran
harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

19
Gambar x contoh formulir pengukuran

1.2.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar KDV


Ketentuan-ketentuan pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal adalah sebagai berikut :
- Pengukuran dilakukan dengan cara sipat datar.
- Panjang satu slag pengukuran.
- Pengukuran antara dua titik, sekurang kurangnya
diukur 2 kali (pergi dan pulang)
- Perbedaan hasil ukuran pergi dan pulang tidak
melebihi angka toleransi yang ditetapkan.

Khusus mengenai angka toleransi pengukuran


sipat datar, dapat dijelaskan sebagai berikut :

T =∓ K √ D

Dimana :

T = toleransi dalam satuan milimeter


K = konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian
pengukuran dalam satuan milimeter
D = Jarak antara dua titik yang diukur dalam satuan
kilometer
Berikut ini diberikan contoh harga K untuk
bermacam tingkat pengukuran sipat datar :

Tabel x Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar

Tingkat K
I 3 mm
II 6 mm
III 8 mm

20
Terdapat tiga cara untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik dalam survei lapangan menggunakan
alat ukur penyipat datar.

 Menggunakan Alat di Atas Titik B:


1. Tempatkan alat ukur penyipat datar di
atas titik B.
2. Ukur tinggi garis bidik (titik tengah
teropong) di atas titik B menggunakan
mistar.
3. Beda tinggi antara titik A dan titik B
dihitung dengan mengurangkan jarak
angka pada mistar di atas titik B dari
jarak angka pada mistar di atas titik A.
4. Beda Tinggi (t) = jarak angka di atas titik
B - jarak angka di atas titik A.

 Menempatkan Alat di Antara Titik A dan B:


1. Alat ukur penyipat datar diletakkan di
antara titik A dan titik B.
2. Dua mistar ditempatkan pada titik A dan
B, dengan jarak dari alat ukur penyipat
datar yang hampir sama.
3. Garis bidik diarahkan ke mistar di belakang
(titik A) dan mistar di depan (titik B).
4. Beda tinggi antara titik A dan titik B
dihitung sebagai selisih antara jarak angka
pada mistar di belakang titik A dan jarak
angka pada mistar di depan titik B.
5. Beda Tinggi (t) = jarak angka di belakang
titik A - jarak angka di depan titik B.

21
 Menempatkan Alat di Sebelah Kiri Titik A atau
Sebelah Kanan Titik B:
1. Tempatkan alat ukur penyipat datar di
sebelah kiri titik A atau di sebelah kanan
titik B, di luar garis AB.
2. Pembacaan dilakukan pada dua mistar
berturut-turut di titik A dan B, dengan
jarak angka pada mistar di atas titik A dan
di atas titik B.
3. Beda tinggi antara titik A dan titik B
dihitung sebagai selisih antara jarak angka
pada mistar di atas titik A dan di atas titik
B.
4. Beda Tinggi (t) = jarak angka di atas titik A
- jarak angka di atas titik B.

Terdapat kesalahan kesalahan pada sipat datar:

a. Kesalahan yang dapat diakibatkan oleh


petugas meliputi kesalahan yang disebabkan
oleh observer (pengamat) dan kesalahan
yang disebabkan oleh rambu.
b. Kesalahan yang dapat terjadi pada
instrumen dapat disebabkan oleh petugas
atau rambu.
c. Kesalahan alami dapat timbul akibat
pengaruh sinar matahari langsung, refraksi
cahaya, pengaruh lengkung bumi, serta
pengaruh posisi instrumen yang datar dan
rambu-rambu.

22
Macam macam pengukuran sipat datar:

Gambar 79. Pengukuran sipat datar rambu ganda

Gambar Pengukuran sipat datar di luar slag rambu

23
Gambar Pengukuran sipat datar dua rambu

Gambar 82. Pengukuran sipat datar menurun

Gambar 83. Pengukuran sipat datar menaik

Gambar Pengukuran sipat datar tinggi bangunan

24
1.2.4. Pengolahan Data Pengukuran Sipat Datar KDV
Perhitungan meliputi :
 Mengoreksi hasil ukuran
 Mereduksi hasil ukuran, misalnya mereduksi jarak
miring menjadi jarak mendatar dan lain-lain
 Menghitung azimuth pengamatan matahari
 Menghitung koordinat dan ketinggian setiap titik.

Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah


sebagai berikut:
1. Cari nilai kesalahan garis bidik menggunakan rumus
( BTb1−BTm 1) (BTb2−BTm 2)
KGB = −
(db 1+ dm1) (db 2+ dm2)
2. Menghitung BT koreksi (BTk) di setiap slag dengan
rumus:
BTbk = BTb – (KGB.db)
BTmk = BTm – (KGB.dm)
3. Menghitung beda tinggi (ΔH) di setiap slag dari
bacaan benang tengah koreksi belakang dan muka
dengan rumus:
ΔH = BTbk - BTmk
4. Menghitung jarak (∑d) setiap slag dengan
menjumlahkan jarak belakang dan jarak muka:
∑d = db + dm
5. Menghitung total jarak ∑(∑d) jalur pengukuran
dengan menjumlahkan semua jarak slag.
6. Menghitung bobot koreksi setiap slag dengan
membagi jarak slag dengan total jarak pengukuran.
Σd
Bobot =
Σ (Σ d )
7. Menghitung tinggi titik-titik pengukuran (Ti)
dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya

25
dengan tinggi titik koreksi yang hasilnya akan sama
dengan nol.
8. Jika tidak sama dengan nol maka pengolahan data
harus diulangi dan diidentifikasi kembali letak
kesalahannya. Jika tinggi titik awal diketahui, maka
tinggi titik-titik koreksif diperoleh dengan cara
menjumlahkan tinggi titik awal terhadap beda
tinggi koreksi slag secara berurutan

Gambar x Pengukuran Sipat Datar


1.2.5. Penggambaran Data Pengukuran Sipat Datar KDV
Penggambaran atau pemetaan dapat dilakukan
dalam dua bentuk utama, yaitu konvensional (manual)
dan digital. Unsur-unsur yang penting dalam
penggambaran hasil pengukuran dan pemetaan
meliputi:

- Legenda, tanda-tanda atau simbol-simbol yang


digunakan untuk menggambarkan berbagai elemen
di atas permukaan bumi,
- Muka peta yang merupakan ruang untuk
menampilkan informasi,
- Skala peta yang menyatakan perbandingan jarak
di peta dengan jarak sebenarnya,
- Orientasi arah utara,

26
- Sumber gambar yang dipetakan,
- Tim pengukuran yang membuat peta,
- Instalasi dan simbol instalasi yang memberikan
informasi tentang karakteristik tema yang relevan.

Ukuran kertas untuk penggambaran hasil


pengukuran dan pemetaan terdiri dari :

Tabel 3 Ukuran kertas untuk penggambaran hasil


pengukuran dan pemetaan

Ukuran Kertas Panjang (mm) Lebar (mm)


A0 1189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210
A5 210 148
Gambar x Pembagian kertas seri A

-
Prosedur penggambaran untuk sipat datar
kerangka dasar vertikal secara manual sebagai berikut :

27
1. Menghitung kumulatif jarak horizontal pengukuran
2. Menghitung range beda tinggi pengukuran
3. Menentukan ukuran kertas yang akan dipakai.
4. Membuat tata letak peta, meliputi muka peta dan
ruang legenda.
5. Menghitung panjang dan lebar muka.
6. Menetapkan skala jarak horizontal dengan
membuat perbandingan panjang muka peta dengan
kumulatif jarak horizontal. Jika hasil perbandingan
tidak menghasilkan nilai yang bulat, maka nilai
skala dibulatkan ke atas dan memiliki nilai
kelipatan tertentu.
7. membuat skala beda tinggi dengan membuat
perbandingan lebar muka peta dengan range beda
tinggi dalam satuan yang sama. Jika hasil
perbandingan tidak menghasilkan nilai yang bulat,
maka nilai skala dibulatkan ke atas dan memiliki
nilai kelipatan tertentu.
8. Membuat sumbu mendatar dan tegak yang titik
pusatnya memiliki jarak tertentu terhadap batas
muka peta, menggunakan pensil.
9. Menggambarkan titik-titik yang merupakan posisi
tinggi hasil pengukuran dengan jarak-jarak
tertentu serta menghubungkan titik - titik
tersebut, menggunakan pensil.
10.Membuat keterangan- keterangan nilai tinggi dan
jarak di dalam muka peta serta melengkapi
informasi legenda, membuat skala, orientasi
pengukuran, sumber peta, tim pengukuran, nama
instansi dan simbolnya, menggunakan pensil.

28
11.Menjiplak draft penggambaran ke atas bahan yang
transparan menggunakan tinta.

Penggambaran kerangka dasar vertikal secara


digital dapat dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak seperti Lotus, Excel, atau AutoCAD.
Namun, perangkat lunak yang berbeda akan
menghasilkan gambar yang berbeda pula. Ketika
menggunakan Lotus atau Excel, penting untuk
menggunakan metode scatter dalam penggambaran
grafik agar interval pada sumbu horizontal sesuai
dengan yang diinginkan, sehingga tidak ada interval
yang sama. Meskipun penggunaan AutoCAD lebih
rumit, tetapi hasilnya akan lebih sempurna dan sesuai

dengan format yang diinginkan.

Gambar x Pengukuran kerangka dasar vertikal

29
1.2.6. Contoh Pengukuran, Perhitungan Dan Penggambaran
Sipat Datar KDV Pada Bidang Sipil

30
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
1. Teknik pengukuran sipat datar digunakan untuk
menentukan perbedaan ketinggian antara titik-titik di
permukaan bumi dengan menggunakan bidang datar
sebagai referensi, seperti permukaan laut. Alat utama
yang digunakan adalah alat sipat datar optis.
2. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran sipat datar
mencakup alat sipat datar optis, rambu ukur, statif,
unting-unting, patok, pita ukur, payung, serta bahan
seperti peta wilayah studi, cat, dan kuas. Formulir
pengukuran digunakan untuk mencatat data lapangan
dan hasil perhitungan.
3. Perbedaan hasil ukuran antara pergi dan pulang harus
tetap berada dalam angka toleransi
4. Pengolahan data melibatkan koreksi, reduksi hasil
ukuran, penghitungan azimuth matahari, dan
perhitungan koordinat serta ketinggian. Kesalahan dapat
timbul dari petugas, instrumen, dan faktor alami.
5. Data pengukuran bisa digambarkan dalam bentuk peta,
baik dengan metode manual maupun digital, dengan
unsur-unsur penting seperti legenda, skala peta, orientasi
arah utara, sumber gambar, dan informasi tim
pengukuran serta simbol instalasi yang relevan.
6. Pengukuran sipat datar KDV memainkan peran krusial
dalam bidang Teknik sipil. Data elevasi yang akurat
dapat memastikan keamanan dan efisiensi di berbagai
proyek konstruksi dan pemetaan.

31
7. Implikasi
1. Mahasiswa Teknik Sipil harus menguasai teknik
pengukuran sipat datar untuk memastikan akurasi dalam
proyek infrastruktur.
2. Pemahaman yang kuat tentang peralatan dan bahan
penting bagi mahasiswa Teknik Sipil.
3. Tingkat akurasi yang tinggi harus dijaga oleh mahasiswa
dalam pengukuran sipat datar.
4. Pengolahan data yang akurat adalah kunci dalam
pengukuran sipat datar.
5. Kemampuan menggambar data pengukuran menjadi
peta penting bagi mahasiswa Teknik Sipil.
6. Pengukuran sipat datar KDV berperan krusial dalam
keselamatan dan efisiensi proyek konstruksi di bidang
Teknik Sipil.

8. Rekomendasi
1. Mencari literatur dan referensi tambahan untuk
memperdalam pemahaman mengenai teknik
pengukuran sipat datar.
2. Mencari referensi atau alternative lain dari peralatan
dan bahan pengukuran sipat datar
3. Mempelajari prosedur pengukuran sipat datar serta
ketelitiannya
4. Memahami pentingnya pengolahan data yang akurat
dalam setiap tahapan pengukuran.
5. Mengembangkan kemampuan penggambaran data
pengukuran menjadi peta melalui latihan dan praktik.
6. Menyadari peran krusial pengukuran sipat datar KDV
dalam proyek konstruksi Teknik Sipil dan

32
menjadikannya sebagai kompetensi utama dalam karir
mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Pirti, A., & Hosbas, R. G. (2019). Evaluation of some levelling


techniques in surveying application. Geodesy and
Cartography
Chimitdorzhiev, T. N., Dagurov, P. N., Bykov, M. E., Dmitriev, A.
V., & Kirbizhekova, I. I. (2016). Comparison of ALOS
PALSAR interferometry and field geodetic leveling for
marshy soil thaw/freeze monitoring, case study from
the Baikal lake region, Russia. Journal of Applied
Remote Sensing

LAMPIRAN
Lampiran 1. H Index dan Q

33
34

Anda mungkin juga menyukai