Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan laporan praktikum pemetaan terestris dasar yang berjudul “KKV, KKH, DAN
DETIL SITUASI” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan pemetaan terestris dasar ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah pemetaan terestris dasar. Dalam penyusunan laporan pemetaan terestris dasar ini
penulis mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Mokhamad Nur Cahyadi, S.T, M.Sc, Ph.D. dan Bapak Akbar Kurniawan,
S.T, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah pemetaan terestris lanjut.
2. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada kami.
3. Mas Danil selaku asisten dosen mata kuliah pemetaan terestris lanjut.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses survey hingga proses
penyusunan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktikum ini masih belum sempurna, sehingga,
saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan selanjutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan praktikum pemetaan terestris dasar ini bermanfaat
bagi pembaca.
Muhammad Hanif K.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..………….….…i
DAFTAR ISI…………………………………………….…………...………………..…ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..…...iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….………….v
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...………………....1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………...2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….2
ii
4.1.1 Data Praktikum KKV………………………………………………...…13
4.1.2 Data Praktikum KKH…………………………………………………...14
4.1.3 Data Praktikum Detil Situasi……………………………………………16
4.2 Perhitungan………………..…………………………………………………….30
4.2.1 Perhitungan Data KKV…………………………………………………30
4.2.2 Perhitungan Data KKH………………...……………………………….32
4.2.3 Perhitungan Detil Situasi……………………………………………….36
4.3 Pembahasan……………………………………………………………………...56
BAB V KESIMPULAN…………………………………………………………………57
5.1 Kesimpulan……………...…....…………………………………………………57
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..………………….58
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..59
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Dari informasi yang telah disampaikan diatas, menurut masalah yang akan menjadi
fokus praktikum kali ini adalah:
1. Bagaimana hasil pengolahan data kerangka kontrol vertikal dengan metode polygon
tertutup?
2. Bagaimana hasil pengolahan data kerangka kontrol horizontal dengan metode polygon
tertutup?
3. Bagaimana cara mengetahui koreksi pada poligon tertutup?
1
4. Bagaimana cara mengetahui dan menghitung titik-titik detil?
1.3 Tujuan
Untuk memperjelas arah praktikum ini, dirumuskan tujuan dari praktikum KKV,
KKH, dan detail situasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hasil data kerangka kontrol vertikal dan profil dengan metode
polygon tertutup
2. Untuk mengetahui hasil pengolahan data kerangka kontrol horizontal dengan metode
polygon tertutup.
3. Untuk mengetahui cara menghitung koreksi pada polygon tertutup
4. Untuk mengetahui pengukuran titik-titik yang dianggap penting sebagai acuan dalam
pengukuran detil.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.2 Waterpass
Waterpass atau penyipat datar adalah suatu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih di atas permukaan bumi dengan garis
bidik mendatar (horizontal) yang diarahkan pada rambu-rambu yang berdiri tegak
(vertikal). Tinggi suatu objek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang
referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Sipat datar merupakan metode
penentuan beda tinggi yang tinggi, maka metode ini biasanya dikerjakan untuk
menentukan ketinggian titik-titik kerangka dasar pemetaan atau pekerjaan rekayasa yang
membutuhkan ketelitian yang tinggi (Basuki, 2014).
3
2.3 Beda Tinggi
Beda tinggi didefinisikan sebagai selisih bacaan benang tengah ke rambu belakang
dengan bacaan benang tengah ke rambu muka. Persamaan beda tinggi dapat dituliskan
sebagai berikut (Basuki, 2014).
ΔH = BT – BT
b m
Keterangan :
Beda tinggi memiliki nilai positif yang berarti titik yang dibelakang lebih rendah
dari titik yang di muka. Apabila bertanda negatif maka berarti titik yang dibelakang lebih
tinggi dari titik yang di muka. Beda tinggi bernilai nol berarti kedua titik memiliki tinggi
yang sama (Basuki, 2014).
4
Gambar 2.1 Alat Total Station
5
2.7 Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit
atau pada posisi yang sama (Saling bertemu). Pada poligon tertutup ini secara geometris
bentuk rangkaian poligon bila memiliki dua titik tetap bisa dinamakan poligon tertutup
terikat sempurna (Sobatnu, 2018).
6
2. Penentuan dan pengukuran posisi vertikal (elevasi) untuk kerangka dasar pemetaan.
(sebagai contoh menggunakan metode sipat datar)
3. Penentuan dan pengukuran posisi horizontal dan vertikal untuk titik- titik detail atau
objek daerah/lokasi yang dipetakan menggunakan metode tachometry.
(Sobatnu, 2018)
Penentuan dan pengukuran posisi horizontal dengan metode poligon tertutup dan
penentuan posisi vertikal dengan sipat datar telah diuraikan di atas. Selanjutnya akan
dibahas dan mempelajari bagian penentuan dan pengukuran posisi titik-titik detail di
lapangan dengan metode Tachometry. Berikut merupakan tahapan yang umum dilakukan
dalam pelaksanaan pengukuran situasi (Sobatnu, 2018).
7
Gambar 2.3 Pengukuran Objek dengan Referensi Titik Ikat
8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Hari : Jumat
Tanggal : 5 Mei 2023
Waktu : 08.00 sampai 15.30
Tempat : PWK dan sekitarnya
3.1.2 Waktu dan Tempat Kerangka Kontrol Horizontal
Hari : Sabtu-Minggu
Tanggal : 6-7 Mei 2023
Waktu : 08.00 sampai 15.00
Tempat : PWK dan sekitarnya
3.1.3 Waktu dan Tempat Detil Situasi
2 Waterpass 1 set
3 Statif 1 buah
4 Payung 1 buah
5 Kompas 1 buah
9
6 Roll meter 1 buah
3.2 Pelaksanaan
Pada Praktikum KKV, KKH, dan pengukuran detil ini menggunakan metode poligon
tertutup dengan menggunakan alat waterpass dan total station ini, dilakukan oleh tiap-tiap
anggota dalam kelompok yakni:
Praktikum ini dilakukan oleh 5 orang tersebut secara bergantian, mulai dari mendirikan
alat, centering, memegang jalon, membaca sudut, mencatat hasil bacaan, hingga
merapikan kembali alat. Masing-masing individu mempunyai peran, ketika salah satu
membaca sudut, ada 1 orang yang bertugas sebagai pencatat, 2 orang bertugas sebagai
pemegang rambu, dan satu orang bertugas memegang payung.
3.3 Prosedur Praktikum
3.4.1 Prosedur Praktikum KKV dengan Menggunakan Waterpass
1. Menentukan tempat atau lokasi yang akan dilakukan pengukuran KKV dengan
metode polygon.
2. Menentukan titik-titik target yang akan dilakukan pengukuran, jika lokasi
memungkinkan gunakan patok kayu, jika tidak memungkinkan gunakan paku.
3. Meletakkan dan memasang statif di antara titik, misalkan titik BM 1 dan BM
2.
4. Memasang alat waterpass diatas statif, kemudian lakukan levelling.
10
5. Membaca rambu (batas atas, batas bawah, batas tengah) yang berada di titik A,
lakukan hal yang sama pada rambu yang berada di titik B.
6. Mencatat hasil pembacaan rambu
7. Lakukan prosedur 3-6 pada titik berikutnya
3.4.2 Prosedur Praktikum KKH dengan Menggunakan Total Station
1. Menggunakan lokasi dan titik yang sama dengan pada saat melakukan
praktikum KKV.
2. Meletakkan dan memasang statif pada titik paku. Misalkan pada titik A.
3. Memasang alat total station diatas statif, lalu lakukan centering dan levelling.
4. Lakukan setting alat dengan menyalakan total station terlebih dahulu, lalu
melakukan setting awal data menu dan membuat project baru.
5. Mengukur tinggi alat dan tinggi Jalon terlebih dahulu.
6. Pada titik pertama (BM 1), lakukan pengukuran sudut azimuth dengan
mengarahkan teropong ke arah utara sehingga terbentuk sudut 0°0’0”. lalu
mencari sudut azimuth kearah BM2.
7. Melakukan pembacaan sudut biasa dan luar biasa yang berada pada titik E,
kemudian di titik B.
8. Mencatat hasil pembacaan sudut.
9. Memindahkan alat ke titik berikutnya, dan melakukan centering serta levelling
terlebih dahulu.
10. Lakukan pembacaan sudut biasa dan luar biasa dari titik yang berada
dibelakang alat, kemudian yang berada di depan alat.
11. Lakukan langkah ke6-8 di titik selanjutnya.
11
8. Apabila diperlukan setiap titik detil bisa diukur dua kali atau lebih dari
beberapa titik berdiri alat, sebagai kontrol
9. Lakukan langkah ke2-8 di titik selanjutnya.
3.5 Gambar Sketsa Lapangan
12
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan data hasil pengukuran Kerangka Dasar Vertikal saat pulang.
13
PENGUKURAN SIPAT DATAR
° ‘ ¢ ² ° ¢ ² ° ¢ ²
BM1 Utara B 0 0 0 91 2 35
BM2 B 21 41 17 21 41 17 89 22 47
14
Utara LB 180 0 00 268 57 15
15
BM2 LB 180 0 0 268 56 00
Berikut ini merupakan data hasil pengukuran detil situasi menggunakan total
station.
16
PENGUKURAN DETIL SITUASI
…° …’ …” …° …’ …”
BM 1 FS BM
2 143 39 38 89 42 52 58.082
17
TM19 71 43 19 87 56 20 8.4180 8.4126
18
BD1_12 164 0 51 88 25 47 14.5630 14.5575
19
PC21 139 3 32 89 11 23 23.5340 23.5316
20
PC49 148 9 35 89 26 46 37.7450 37.7432
21
TGD8 35 1 37 87 33 56 18.0480 18.0317
22
PKM1 316 49 50 90 0 9 45.0530 45.0530
23
BPL18 93 40 49 83 30 15 8.291 8.238
24
PKM37 340 49 25 88 45 43 13.476 13.473
25
SLGZ_9 105 26 23 89 22 51 64.6690 64.6652
26
TMGZ_13 95 7 13 88 45 1 33.3550 33.3471
27
PLZ4 71 59 47 89 7 16 37.1100 37.1056
28
EXO BM5 0 0 0 89 7 43 27.308 27.3048
4.2 Perhitungan
𝑋𝐵 + 𝑋𝐵’ 𝑋𝐴 + 𝑋𝐴’
𝐵𝑇 𝑋 = 𝐵𝑇 − 𝐵𝑇
2 2
= 0.022 − 0.032
= −0,010 𝑚
29
Selanjutnya, dari data hasil pengukuran tersebut dihitung beda tinggi dari
setiap stand dan dirata-rata pada setiap posisi berdiri alat sehingga diperoleh
hasil seperti pada tabel hasil perhitungan yang terlampir.
g. Toleransi Pengukuran
Karena setiap pengukuran mengandung kesalahan, maka setiap pengukuran juga
diberikan batas toleransi. Apabila kesalahan lebih besar dari batas toleransi, maka
harus dilakukan pengukuran ulang. Untuk pengukuran KKV baik terbuka atau
tertutup, toleransi kesalahan penutup tinggi dapat dilakukan perhitungan dengan
rumus sebagai berikut.
t (mm) = k√𝐷 (𝑘𝑚)
Dengan k adalah bilangan tertentu yang menspesifikkan tingkat ketelitian
pengukuran KKV, dan D adalah panjang total jalur pengukuran KKV dalam
30
satuan kilometer. Dalam pengukuran ini toleransi yang digunakan adalah orde
III dengan k adalah ± E
BA BB BT
31
Pulang NE 1,543 1,272 1,407 53,7
c. Distribusi koreksi
Setelah mendapat nilai distribusi koreksi sudut, lalu selanjutnya
mengoreksi hasil distribusi tersebut ke masing-masing sudut dengan contoh
perhitungan sebagai berikut:
βBM1 = β1+ K β1
=143°39’38” + 0°0’1”
=143°39’39”
d. Azimuth
32
Langkah selanjutnya setelah diperoleh sudut terkoreksi dan azimuth
awal dari pengukuran, kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh
azimuth titik lain dengan contoh perhitungan sebagai berikut.
αBM2BM3 = αBM1BM2 + βB ± 180°
= 21°41’17” + 66°52’3” + 180°0’0”
= 268°33’20”
(4) Koordinat
33
• Absis
XBM3 = XBM2 + dBM2BM3 sinαBM2BM3 + Fx BM2BM3
= 1016,27634 + 88,233 + sin (268°33’20”) + 0,004669176
= 928,06191 m
• Ordinat
YBM3 = YBM2 + dBM2BM3 cosαBM2BM3 + Fx BM2BM3
= 1040,919491 + 88,233 + cos (268°33’20”) + (-0,000227492)
= 1038,698388 m
√(0,014720819)2 +(−0,00071723)2
fi = 278,178
fi = 0,0000529815
fi = 1 : 18.874,512801638 (Masuk Koreksi Linier)
BM5 B 21 41 57
143 39 38
BM2 B
BM1
1000 1000
BM5 LB
323 38 10
BM2 LB
BM1 B 268 33 20
66 52 03
BM3 B
BM2
1016,27634 1040,919491
BM1 LB
246 52 40
BM3 LB
34
BM3 BM4 B
BM2 LB
297 36 27
BM4 LB
BM3 B 136 27 39
110 17 57
BM5 B
BM4 913,30483 1008,623142
BM3 LB
290 17 38
BM5 LB
BM4 B 56 1 34
101 33 54
BM1 B
BM5 950,72598 969,2447851
BM4 LB
281 33 39
BM1 LB
a. Azimuth (𝜶)
Mencari nilai azimuth BM1_TM1
35
Jarak datar (hD) = 8,906 . sin 88° 7’ 42”
= 8,9012 m
d. Koordinat X, Y, dan Z
X_TM1 = X_BM1 + hD BM1_TM1 . sin α BM1_TM1
= 1000 + 8,9012 sin 132,8434
= 1006,527 m
BM
1 BM 5 BM 1000 1000 100
36
282,458611 TAMAN 1001,42 99,94
TM7 86,1750 160,486 995,971
1 BENGKONG 8 2
37
15,8266666 TAMAN - 99,77
TM25 89,1747 991,888 997,652
7 BENGKONG 106,146 8
TAMAN 99,99
TM32 315,005 87,7992 193,033 998,022 991,456
BENGKONG 3
38
185,395000 1011,70 1005,85 99,88
BD1_8 89,0153 BUNDARAN 1 63,423
00 6 6 1
39
127,308611 PK MOBIL 1001,69 1018,10 100,0
PC7 88,8553 5,336
11 TIMUR 1 9 19
40
135,964722 PK MOBIL 1006,84 1027,47 100,2
PC25 88,8308 13,992
22 TIMUR 6 5 84
41
146,069166 PK MOBIL 1014,12 1031,58 100,0
PC43 89,4208 24,097
67 TIMUR 5 2 56
42
151,446388 PK MOBIL 1021,48 1038,02 100,0
PC61 89,3678 29,474
89 TIMUR 9 2 88
43
45,3100000 TANGGA_DA 1004,26 100,8
TGD10 86,7078 -76,662 982,022
0 RURAT 2 19
BM 1016,27 1040,91
BM 01 BM 99,92
2 634 9491
44
57,2844444 GEDUNG 1032,23 99,50
B_PL2 90,0861 258,973 971,697
4 PWK 9 8
45
310,598611 PARK MOBIL 1039,85 99,73
PKM_11 90,1161 512,287 996,056
11 UTARA 5 0
46
61,2150000 BANGUNAN 149,7705 1031,04 100,0
B_PL14 90,0567 932,519
0 PWK 2000 9 41
47
348,399722 PARKIR 436,9552 1044,57 100,3
PKM8 87,5811 953,445
22 MOBIL PWK 4222 9 51
48
332,441666 PARKIR 420,9971 1043,66 100,3
PKM26 88,3072 937,022
67 MOBIL PWK 8667 5 53
GAZEBO
134,924166 223,4796 1024,33 100,1
TMGZ1 89,3686 TAMAN 914,444
67 8667 8 18
PLANO
GAZEBO
141,010277 229,5657 1024,43 100,3
TMGZ2 88,7908 TAMAN 911,328
78 9778 9 64
PLANO
GAZEBO
136,496944 225,0524 1021,75 100,3
TMGZ3 88,8608 TAMAN 911,087
44 6444 4 77
PLANO
GAZEBO
128,977500 217,5330 1021,58 100,4
TMGZ4 86,4228 TAMAN 914,918
00 2000 9 49
PLANO
49
308,672222 SELOKAN 1024,69 99,37
SLGZ_2 92,2778 334,834 905,748
22 GAZA 5 2
50
288,461111 1020,54 100,3
JLGZ_2 89,0997 JALAN GAZA 314,623 901,218
11 9 45
100,489166 100,3
JLGZ_3 89,2556 JALAN GAZA 126,651 927,751 997,874
67 12
113,130000 100,3
JLGZ_4 89,1550 JALAN GAZA 139,292 924,922 995,116
00 41
108,103333 100,3
JLGZ_5 89,7964 JALAN GAZA 134,265 959,641 963,457
33 08
111,510833 100,3
JLGZ_6 89,7608 JALAN GAZA 137,673 956,930 960,721
33 48
51
TMGZ_ 96,8847222 100,7
88,8064 TAMAN GAZA 123,047 942,295 989,763
14 2 99
52
TMGZ_ 64,2969444 1008,43 100,8
87,6992 TAMAN GAZA 90,459 936,988
32 4 9 30
53
66,0308333 1006,56 100,3
B_PL34 89,5992 PWK 92,193 967,189
3 6 53
-
TMGZ3 16,7047222 TAMAN PWK 100,6
87,7144 28,83417 936,689 994,737
8 2 GAZA 45
778
-
TMGZ3 15,9108333 TAMAN PWK 100,5
87,9139 29,62806 936,898 993,554
9 3 GAZA 03
667
-
TMGZ4 16,6661111 TAMAN PWK 100,5
87,7708 28,87278 937,709 992,846
0 1 GAZA 33
889
-
TMGZ4 18,1600000 TAMAN PWK 100,5
85,8675 27,37890 938,611 992,631
1 0 GAZA 87
000
-
TMGZ4 20,3069444 TAMAN PWK 100,6
88,1961 25,23195 939,769 992,490
2 4 GAZA 43
556
-
TMGZ4 20,1947222 TAMAN PWK 100,5
88,3975 25,34417 940,454 990,925
3 2 GAZA 55
778
-
16,5650000 100,3
PH1 88,9558 POHON 28,97390 938,856 990,677
0 30
000
-
13,2633333 100,2
PH2 89,2408 POHON 32,27556 935,058 994,047
3 73
667
54
105,496388 59,95748 100,0
LV4 89,6894 LAP. VOLI 982,426 987,584
89 889 83
-
39,0458333 CONTAINER 99,95
KNPL2 88,9858 6,493066 948,992 984,445
3 PLANO 5
67
4.3 Pembahasan
Berdasarkan data perhitungan Kerangka Kontrol Vertikal yang disajikan pada tabel di
atas, merupakan data yang didapatkan dengan cara pengukuran metode poligon tertutup dengan
metode pulang-pergi. Hal ini dilakukan guna mendapatkan hasil pengukuran yang baik dengan
melakukan perbandingan dari hasil-hasil yang didapatkan untuk memudahkan melakukan
koreksi dalam perhitungan. Tujuan dari pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal sendiri adalah
untuk mengetahui beda tinggi dari masing- masing titik. Dengan data tersebut nantinya dapat
55
diketahui elevasi dari masing-masing titik BM dengan menggunakan acuan elevasi yang
diketahui di titik BM 1 yaitu 100 meter.
Kerangka Kontrol Horizontal yang kelompok kami laksanakan menggunakan cara
pengukuran metode poligon tertutup. Tujuan dari pengukuran tersebut adalah untuk
mengetahui koordinat planimetris (x,y) dari masing-masing titik yang diukur (dalam hal ini
titik-titik tersebut merupakan BM 1- BM 5). Pada pengukuran poligon tertutup ini titik acuan
pengukuran terdapat pada BM 1, di mana pada BM 1 merupakan titik yang telah diketahui
koordinatnya yaitu (1000,1000). Titik BM 1 ini nantinya akan ditarik ke titik BM 02 untuk
mengetahui azimuth awal yang nantinya nilai tersebut dapat digunakan untuk menentukan
koordinat dari titik BM02. Titik ini juga berlaku sebagai titik akhir pengukuran dari
pengukuran poligon, sehingga koordinat awal pengukuran sama dengan koordinat akhir
pengukuran.
Pada pengukuran detil situasi, titik acuan dalam pengukurannya terdapat pada data
koordinat dan elevasi dari masing- masing titik BM yang sudah didapatkan pada pengukuran
Kerangka Kontrol Vertikal dan Kerangka Kontrol Horizontal. Sehingga pada pengukuran ini
kita memfokuskan kepada bagian-bagian mana saja yang ingin kami gambarkan sebagai detil
situasi. Tujuan dari pengukuran detil situasi yang kami lakukan adalah untuk mengetahui
koordinat x,y,z dari masing-masing titik detail yang sudah kita tentukan. Dari data data
koordinat tersebut, nantinya kami dapat mem-ploting menjadi sebuah peta detil situasi yang
memberikan keterangan yang cukup lengkap.
56
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum semester 3 ini dengan mata kuliah Pemetaan Terestris Lanjut
melakukan tiga macam pengukuran yakni KKV, KKH, dan Detil Situasi. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara melakukan pengukuran dengan menggunakan metode
pengukuran KKH (Kerangka Kontrol Horizontal), KKV (Kerangka Kontrol Vertikal), dan
Detil Situasi. Setelah dilakukannya praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada setiap
pengukuran dapat dipastikan terdapat kesalahan. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran
di antaranya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor alam, manusia, dan alat. Pada saat
melakukan pengolahan jugis memerlukan toleransi pengukuran untuk mengetahui kualitas dari
data pengukuran yang telah diperoleh.
57
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, S. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Edisi ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sobatnu. 2018. Survei Terrestris. Yogyakarta: Poliban Press.
58
LAMPIRAN
59