Anda di halaman 1dari 26

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

KOPI
DI KECAMATAN LEMBANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


PRODI SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFI
2019
2

PRODI SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
SUMBER DAYA LAHAN

Bandung, 4 Januari 2019

DOSEN PENGAMPU

Prof. Dr. H Darsihardjo, M.Si. Riko Arrasyid, S.Pd., M.Pd.

(NIP. 196209211986031005) (NIP. 020180119921002101)


3

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan pratikum
Sumber Daya Lahan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen kami Bapak Prof. Dr. H. Darsihardjo, M.Si. dan
Bapak Riko Arrasyid, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan semangat dan
bimbingan dalam pratikum lapangan Sumber Daya Lahan.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan dan pengetahuan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pembaca. Selanjutnya, jika
terdapat kekurangan dalam laporan ini, kami berharap kritik dan usulan
dari para pembaca.

Bandung, 4 Januari 2019


Pratikan
4

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 4

1. Pendahuluan .............................................................................................................. 5

1.1 Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan ....................................................................5


1.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan ......................................................................................5
1.3 Pendekatan dalam Evaluasi Lahan .............................................................................9

2. Kualifikasi dan Karakteristik Lahan .......................................................................... 10

2.1 Topografi ...................................................................................................................10


2.2 Iklim ...........................................................................................................................11
2.3 Tanah ........................................................................................................................11

3. Prosedur Evaluasi Lahan ......................................................................................... 16

3.1 Penyusunan Karakteristik Lahan ...............................................................................16


3.2 Persyaratan Tumbuh Tanaman .................................................................................17
3.3 Proses Pencocokan (Matching) .................................................................................19
3.4 Kesesuaian Lahan Terpilih Untuk Arahan Penggunaan Lahan .................................20

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 23

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 24
5

1. PENDAHULUAN

1.1 Konsep dan Evaluasi dan Kesesuaian Lahan


Evaluasi sumberdaya lahan adalah proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan
untuk berbagai penggunaannya (Sitorus, 1995). Evaluasi lahan merupakan suatu
upaya penafsiran penampilan lahan bila digunakan untuk suatu peruntukkan atau
penggunaan tertentu. Dengan demikian evluasi lahan dapat menyajikan dasar-dasar
rasional dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan yang didasari atas analisis
hubungan antara lahan dan penggunaan lahan dengan karakteristik lahan itu sendiri
dan memberikan perkiraan masukan yang diperlukan dan proyeksi luaran yang
diharapkan.
Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-
hubungan antara kondisi lahan dan penggunannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi
sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan
lahan yang akan dilakukan (Madjid, 2009).
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau
karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi
hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan
banjir/genangan (Sartohadi, 2012).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching)
antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan.

1.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan


Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara kualitas lahan
dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur klasifikasi
kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes (2007) adalah
terdiri dari 4 kategori sebagai berikut :
6

a) Ordo (Order) : Menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum.


b) Klas (Class) : Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c) Sub-Klas : Menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang
didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan dalam kelas.
d) Satuan (Unit) : Menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada
perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam
pengelolaannya.

Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO
(1976) dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :
a) Ordo S : Sesuai (Suitable)
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan
terhadap sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan memberi
keuntungan lebih besar daripada masukan yang diberikan.

b) Ordo N : Tidak Sesuai (Not Suitable)


Ordo N atau Tidak Sesuai (Not Suitable) adalah lahan yang mempunyai
pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari
untuk seuatu tujuan yang direncanakan. Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai
untuk penggunaan teretntu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi
karena penggunaan lahan yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curam
dan lahan yang berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi
lingkungan yang parah, seperti penanaman pada lereng yang curam, selain
itu, sering pula didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai
keuntungan yang diharapkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dikenal empat macam
klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu :
a) Kesesuaian lahan yang bersifat kualitatif,
b) Kesesuaian lahan yang bersifat kuantitatif.
c) Kesesuaian lahan aktual,
d) Kesesuaian lahan potensial.
7

Sebelum lanjut membahas Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas , dibawah ini ada
contoh tabel yang formatnya sudah sesuai dengan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Kopi .
Tingkat
Kesesuaian
Kualitas/Karakteristik
Simbol S1 S2 S3 N
Lahan
(Sangat (Cukup (Sesuai (Tidak
Sesuai) Sesuai) Marginal) Sesuai)
Temperatur (t)
Ketersediaan air

- Bulan Kering
(w)
(<75mm)
- Curah hujan/ tahun(mm)
- Kelembapan (%)

Media Penakaran

- Drainase Tanah (r)


- Tekstur

Penyiapan tanah
(p)
- Konsistensi
Tingkat Bahaya Erosi
(e)
- Kemiringan Lereng (%)
Tabel 1.1
Contoh Tabel Pengisian Formulir Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi

Kelas keseuaian lahan, merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan
menggambarkan tingkat keseuaian dari suatu Ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan
oleh angka (nomer urut) yang ditulis dibelakang symbol Ordo. Nomer urut tersebur
menunjukkan tingkatan kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas
yang dianjurkan adalah sebanyak tiga kelas dalam Ordo , yaitu : S1, S2, S3, dan dua
kelas dalam Ordo N, yaitu : N1 dan N2. Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam
pembagian kelas disajikan dalam uraian berikut :
a) Kelas S1 :
8

Kelas S1 atau Sangat Sesuai ( Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak
mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya.
b) Kelas S2 :

Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan yang


mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengeloaan yang
harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta
meningkatkan masukan yang diperlukan.
c) Kelas S3 :

Kelas S3 atau Sesuai Marginal ( Marginal Suitable) merupakan lahan yang


mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahakan tingkat
pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangu produktivitas dan
keuntungan. Perlu ditingkatkan msukan yang diperlukan.
d) Kelas N1 :

Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk dibatasi, hanya
tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang
rasional, Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi
keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
e) Kelas N2 :

Kelas N2 atau Tidak Sesuai Selamanya (Permanently Not Suitable) merupakan


lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian
lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-
sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi factor pembatas terberat, missal
Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting
condition). Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan , yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh
kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan
factor pengambat sama yaitu kondisi perakaran terutama factor kedalaman efektif
tana, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-
9

75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan,
kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

1.3 Pendekatan Dalam Evaluasi Lahan


Pada sistem evaluasi lahan yang dilakukan pada pratikum lapangan sumber daya
lahan menggunakan sistem sejumlah pencocokan ( matching ) antara kualitas lahan
dan karakterisstik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Penentuan kualitas
lahan dan karakteristik dilakukan dengan cara survey lapangan menggunakan
instrumen lapangan yang telah disiapkan sebelumnya pada titik koordinat yang telah
tersebar di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Setelah itu, melakukan
pencocokan pada persyaratan tumbuh tanaman kopi dengan mengambil refensi dari
Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. (Sofyan Ritung, dkk. 2007)
dengan modifikasi sesuai dengan kondisi tempat.
10

2. Kualifikasi Dan Karakteristik Lahan

2.1 Topografi
Kecamatan Lembang adalah wilayah administrasi yang berada dalam kawasan kaki
Gunung Tangkuban Perahu. Keberadaan Gunung Tangkuban Perahu sangat
mempengaruhi bentuk topografi Kecamatan Lembang. Berdasarkan data yang
didapat dari hasil survey langsung ke lapangan oleh Mahasiswa SPIG 2017 yang
mengontrak mata kuliah Sumber Daya Lahan lokasi survey Kecamatan Lembang.
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief)
atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Kelas kemiringan lereng
untuk kesesuaian lahan tanaman kopi terbagi atas 4 kelas, yaitu kelas 1 atau S1
datar (<8%), kelas 2 atau S2 landai (8-16%), kelas 3 atau S3 agak curam (16-30%)
curam (16-50%), dan kelas 4 atau N sangat curam (>30%,>50%).

Jumlah
No. Relief Kelas Lereng
Wilayah
1. Datar S1 <8% 73
2. Landai S2 8-16% 73
16-30% ; 16-
3. Agak Curam ; Curam S3 40
50%
4. Sangat Curam N >30% ; >50% 14
5. Tidak di Ketahui - - 3830
Tabel 2.1
Bentuk relief dan kelas lereng di Kecamatan Lembang

Ketinggian di atas muka laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi pada
bentangan lahan, mudah diukur dan dinilai sangat penting dalam evaluasi lahan.
Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat
dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan
laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari
cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Untuk tanaman
kopi cocok ditanam di daerah dengan potensi rawan longsor atau erosi karena daya
tahan akarnya mampu mereduksi erosi dan sersah hasil ranting maupun daun rontok
mampu menahan kecepatan air melimpas dan menahan lama waktu tanah untuk
berinfiltrasi. Dan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kemiringan lereng
pada titik sampel di wilayah Kecamatan Lembang beragam tingkat kemiringannya.
11

2.2 Iklim
2.2.1 Suhu Udara

Tanaman kopi biasanya akan tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi
sekitar 700 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu rendah antara
15-25℃. Di indonesia kopi sangat sesuai ditanam karena indonesia
merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis katulistiwa.
2.2.2 Curah hujan
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kopi adalah 1000-2500
mm/tahun, tergantung dengan jenis kopi yang ditanamnya. Cara
perhitungannya dengan merata-ratakan bulan kering 1-3 bulan dan suhu
rata-rata 15-25℃ dengan lahan kelas S1 atau S2. Semakin tinggi tempat
penanamannya maka akan mempengaruhi rasa atau karakter kopi
menjadi semakin baik.
2.2.3 Tanah
Tanaman kopi dapat menghasilkan kopi dengan baik jika ditanam pada
tanah yang sesuai yaitu yang memiliki top soil atau kandungan organik
yang tebal yang biasanya di dapatkan di dataran tinggi dengan ketebalan
kurang dari 100cm, memiliki tingkat keasaman (pH) tanah yang berkisar
5,5-6,5. Jika keadaan tanah terlalu asam bisa di tambahkan pupuk
Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2, dan apabila pH tanah terlalu rendah bisa
ditambahkan urea.

2.3 Tanah
2.3.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah bagian dari bumi berupa kerak yang tersusun dari bahan
organik dan mineral. Bahan organik yang terkandung dalam tanah
merupakan bahan bahan yang berasal dari tumbuhan dan makhluk hidup
yang terdekomposisi kembali kedalam tanah. Bersama dengan mineral,
bahan organik mengalami proses kimia dan fisika untuk membentuk tanah.
Bremmer menjelaskan bahwa tanah merupakan bagian permukaan kulit
bumi yang dijadikan oleh pelapukan kimia dan fisik serta kegiatan berbagai
tumbuhan dan hewan. (Brammer 1958)
12

2.3.2 Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat
yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga
jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling
besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat
dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan
tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang
lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan
infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air didalam tanah. Misalnya
pada tanaman padi, tekstur tanah yang dibutuhkan tanaman padi adalah
tekstur yang halus dengan porositas yang rendah.

2.3.3 Kedalaman Efektif Tanah


Kedalaman efektif tanah berpengaruh terhadap kepekaan tanah pada
erosi. Menurut Hardjowigeno (2007:57) “Kedalaman efektif tanah adalah
kedalaman tanah yang masih bisa ditembus oleh akar tanaman”. Tanah-
tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap erosi daripada
tanah yang permeable tetapi dangkal. Kedalaman tanah sampai lapisan
kedap air menentukan banyaknya air yang dapat di serap tanah dengan
demikian mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Dengan semakin
berkurangnya aliran permukaan berarti pengikisan tanah juga berkurang,
hal ini juga berpengaruh pada nilai erosi yang diperbolehkan.

2.3.4 Singkapan Batuan


Singkapan atau outcrop adalah bagian dari batuan dasar yang masih utuh
(belum terubah oleh pelapukan) yang tersingkap, sebagai akibat adanya
pengikisan oleh gaya – gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya. Oleh
karena itu, singkapan biasanya tidak menerus, sehingga diperlukan suatu
dasar – dasar geolgi agar dapat menghubungkan suatu singkapan dengan
yang lainnya, sehingga akhirnya mneghasilkan suatu gambarn lengkap
yang menyeluruh dan utuh mengenai keadaan geologi wilayah tersebut.
13

2.3.5 Drainase Tanah


Drainase tanah adalah kemampuan tanah mengalirkan dan mengatuskan
kelebihan air yang berada dalam tanah maupun pada permukaan tanah.
Air berlebihan yang menggenangi tanah disebabkan oleh pengaruh
topografi, air tanah yang dangkal, dan curah hujan. Untuk mengatasi sifat
drainase yang buruk dilakukan dengan membangun selokan-selokan.
Adapun karakteristik kelas drainase tanah yaitu :
a) Cepat (excessively drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi
dan dayamenahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk
tanaman tanpa irigasi.Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu
tanah berwarna homogen tanpabercak atau karatan besi dan
aluminium serta warna gley (reduksi).
b) Agak cepat (somewhat excessively drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air
rendah.Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau
tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).
1. Baik (well drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya
menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat
permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri
yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen
tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley
(reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.
2. Agak baik (moderately well drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak
rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah, tanah
basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai
tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau
mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.
14

3. Agak terhambat (somewhat poorly drained)


Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya
menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah
basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi
sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak
atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley(reduksi) pada
lapisan 0 sampai 25 cm.
4. Terhambat (poorly drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan
air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah
untuk waktu yang ke cukup lama sampai permukaan. Tanah
kemikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman
lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan
besidan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
5. Sangat terhambat (very poorly drained)
Tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya
menahan air (pori air tersedia) sangat rendah, tanah basah secara
permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke
permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian
kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu
tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada
lapisan permukaan.

2.3.6 Karakteristik Kimia Tanah


Sifat kimia tanah sangat penting karena mempengaruhi dan menentukan
kondisi kesuburan suatu tanah. Mempelajari kimia tanah perlu dilandasi
dengan pemahaman terhadap bagian fraksi yang reaktif dalam tanah yang
disebut dengan koloid tanah, reaksi tanah (pH), dan kandungan hara
tanah, serta status ketersediaan hara bagi tanaman (Madjid 2007).
Sifat kimia tanah berhubungan pula dengan komposisi mineral tanah.
Mineral tanah dibagi menjadi mineral primer dan mineral sekunder.
Mineral primer berasal dari batuan beku yang dari segi kimiawinya belum
15

mengalami perubahan, misalnya kuarsa. Mineral ini merupakan sumber


utama unsur kimia ataupun juga bahan pokok senyawa anorganik pada
tanah. Sedangkan mineral sekunder dan bahan organik yang bertingkatan
koloid akan menyusun fraksi tanah yang aktif (Sutedjo dan Kartasapoetra
2005).
a) Reaksi tanah
(pH tanah), tingkat kemasaman tanah sangat mempengaruhi status
ketersediaan hara bagi tanaman, pada pH netral (6-7) ketersediaan hara
menjadi optimal dalam hal jumlah maupun kesetimbangan unsur hara
dalam larutan tanah. Berkurang atau bertambahnya jumlah unsur hara
lainnya dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktivitas
tanaman (Widodo, 2006).
b) Salinitas,
kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan terganggunya
pertumbuhan tanaman, serta fungsi-fungsi fisiologis tanaman terutama
pada tanaman pertanian. Tanaman yang menalami stres garam tidak
menunjukan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi dalam
pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan
(Sipayung, 2003).
16

3. Prosedur Evaluasi Lahan Kopi Untuk


Kecamatan Lembang

3.1 Penyusunan Karakteristik Lahan


Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan
pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk
wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30
cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,
banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di permukaan
tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering,
serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat
diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta
zona agroklimat atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan
dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk
pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail
(1:25.000-1:50.000).
Kecamatan Lembang berada pada ketinggian antara 1.312 meter hingga 2.084
meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 17 ̊ –
27 ̊ C dan kelembaban antara 84-89%. Topografi wilayah 100 persen dari jumlah
desa/kelurahan di Kecamatan Lembang berupa wilayah bukit dengan kemiringan
lereng beragam mulai dari 0% hingga di atas 45%. Luas wilayah Kecamatan
Lembang sekitar 9.587,2 Ha yang tersebar pada 16 desa. Sebagian besar dari luas
wilayahnya digunakan untuk pertanian lahan kering. (Statistik daerah Kecamatan
Lembang, 2015).
17

3.2 Persyaratan Tumbuh Tanaman


Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik apabila faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman dapat dioptimalkan dengan baik. Kopi
di Indonesia umumnya dapat tumbuh subur pada ketinggian yang berbeda-beda
tergantung pada jenisnya. Kopi Arabika dapat tumbuh dengan optimal pada
ketinggian 800-1500 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 17-21 derajat
celcius. Sedangkan kopi Robusta dapat tumbuh dengan optimal pada ketinggian
400-800 meter di atas permukaan laut dengan temperature 21-24 derajat celcius.
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kopi adalah 1500-2500 mm per tahun,
dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius
(Prastowo, 2010). Tanaman kopi juga memerlukan struktur tanah yang baik dengan
kadar bahan organik paling sedikit 3%. Tata udara dan tata air tanah bila kurang baik
maka perakaran kopi akan menderita. Derajat keasaman tanah sebaiknya antara 5,5
sampai 6,5 tetapi faktor lain juga perlu diperhatikan demikian juga kesuburan kimia
(Subandi, 2011).
Kecamatan Lembang berada pada ketinggian antara 1.312 meter hingga 2.084
meter di atas permukaan laut dengan curah hujan sekitar 100-200 mm/bulan.
Termasuk ke dalam wilayah dengan curah hujan tertinggi. Wilayahnya berupa
perbukitan dengan kemiringan 0% hingga di atas 45%. Menurut Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan, Kecamatan Lembang sendiri memiliki potensi yang
besar dalam sektor pertanian misalnya perkebunan dikarenakan kondisi fisik yang
mendukung untuk pengembangan di bidang pertanian (Distanbunhut, 2015 dalam
S. Refitri, 2016). Persyaratan tumbuh tanaman kopi Robusta di sajikan pada tabel
berikut:
18

Tabel 3.2
Persyaratan Tanaman Kopi
19

3.3 Proses Pencocokan (Matching)


Proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara pencocokan
(matching) antara karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah dengan
persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasinya dilakukan dengan cara
manual. Hasil penilaian berupa kelas dan subkelas kesesuaian lahan dari tanaman
yang dinilai ditentukan oleh faktor pembatas terberat. Faktor pembatas tersebut
dapat terdiri dari satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya.

Persyaratan penggunaan Kelas Kesesuaian Lahan


lahan/ karakteristik lahan Nilai data Kelas kes. Usaha Kelas kes. Lahan
Lahan aktual perbaikan potensial
Temperatur (tc) S1 S1
Temperatur rerata (ͦC) 22˚ S1 S1
Ketersediaan air (wa) S2 S2
Curah hujan (mm) 2300 S1 S1
Lamanya masa kering (bln) 4 S2 S2
Ketersediaan oksigen (oa) S1 S1
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc) S3 S3
Tekstur Agak kasar S3 S3
Bahan kasar (%) - - -
Kedalaman tanah (cm) 119 S1 S1
Gambut: - -
Ketebalan (cm) - - -
bahan mineral - - -
Kematangan - - -
Retensi hara (nr) S1 S1
KTK liat (cmo/kg) 17 S1 S1
Kejenuhan basa (%) - - -
pH H2O 6 S1 S1
C-organik (%) - - -
Toksisitas (xc) - -
Salinitas (dS/m) - - -
Sodisitas (xn) - -
Alkalinitas/ESP (%) - - -
Bahaya sulfidik (xs) - -
Kedalaman suldifik (cm) - - -
Bahaya erosi (eh) S3 S3
Lereng (%) 15-30% S3 S3
Tingkat bahaya erosi (eh) Berat S3 * S2
Bahaya banjir (fh) - -
Genangan - - -
Penyiapan lahan (lp) - -
Batuan di permukaan (%) - - -
Singkapan batuan (%) - - -
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual (A) S3 Potensial (P) S3
20

Tabel 3.3
Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kopi pada SPT titik 14SMKQydAND3CH
(Keterangan: * Bila usaha perbaikan dapat dilakukan, kelas kesesuaian lahan naik satu

tingkat.)

Dari Tabel diatas, terlihat bahwa usaha perbaikan untuk menaikan kelas kesesuaian

lahan tidak dapat dilakukan karena faktor pembatas paling minimum adalah tekstur

(lempung berpasir halus).

3.4 Kesesuaian Lahan Terpilih Untuk Arahan Penggunaan Lahan


Dalam menyusun arahan penggunaan lahan dari komoditas yang perlukan, perlu
dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual. Dalam penyusunan
kesesuaian lahan, untuk tanaman kopi robusta termasuk dalam kelas sesuai (S1 dan
S2) sampai sesuai marginal (kelas S3) yang dapat dipertimbangkan. Cara penetuan
arahan komoditas berdasarkan kesesuaian lahan dan penggunaan lahan disajikan
dalam tabel berikut.

Kesesuaian Penggunaan Arahan Ketersediaan


Komoditas
lahan Lahan Komoditas Lahan
Sawah Sawah Tidak tersedia
Tegalan Tegalan Tidak tersedia
Perkebunan Perkebunan Tidak tersedia
Pemukiman Pemukiman Tidak tersedia
Kopi robusta Sesuai
Semak
Kopi Robusta Tersedia
belukar
Hutan
Kopi Robusta Tersedia
konservasi
Tabel 3.4
Penetuan arahan komoditas dan ketersediaan lahan

Penyusunan arahan ini, lahan-lahan yang telah digunakan dan permanen, akan
dipertahankan selama kesesuiannya termasuk sesuai dan tidak membahayakan
keadaan lingkungan. Pada lahan yang belum digunakan secara intensif sebagai areal
pertanian, misalnya semak/belukar, hutan yang dapat dikonversi atau lahan pertanian
terlantar diarahkan sebagai areal ekstensifikasi tanaman yang sesuai (Ritung dan
Hidayat, 2003). Hasil penyusunan kesesuaian lahan terpilih/arahan penggunaaan lahan
di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, disajikan dalam tabel berikut.
21

Arahan
No Simbol Kendala pembatas
Komoditas
Cocok untuk
1 S1 Tidak ada kendala
kopi
Tidak cocok
2 N1eh Lereng dan bahaya erosi
untuk kopi
Tidak cocok
3 N2wa Curah hujan dan perairan
untuk kopi
Cocok untuk
4 S2eh Lereng dan cukup bahaya dari erosi
kopi
Cocok untuk
5 S2wa_eh Curah hujan dan lereng cukup baik
kopi
Cocok untuk
6 S3c Suhu kurang baik
kopi
Cocok untuk
7 S3eh Lereng dan bahaya erosi kurang baik
kopi
Cocok untuk
8 S3rc Tekstur tanah kurang baik
kopi
Cocok untuk
9 S3rc_eh Tekstur tanah dan lereng kurang baik
kopi
Tekstur tanah, curah hujan, dan lereng Cocok untuk
10 S3wa_rc_eh
kurang baik kopi
Tabel 3.4.1
Arahan penggunaan lahan untuk komoditas pertaian di Kecamatan Lembang
22
23

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1988. Budidaya tanaman kopi. Kanisius. Jakarta.
Gandhi, Ardin. 2017. Evaluasi Kesesuaian dan Kemampuan Lahan. Makasar.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
233 halaman.
Mubekti. 2012. Evaluasi Karakterisasi dan Kesesuaian Lahan. Jakarta.
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta.
Yogyakarta. 298 halaman.
Ritung, Sofyan, Wahyunto, dkk. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Bogor : Balai
Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre.
Refitri, S., Sugandi, D., Jupri., Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Coffea Sp.) Di
Kecamatan Lembang. Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus
2016
Ritung, Sofyan., Wahyunto., Agus, Fahmuddin., dan Hidayat, Hapid. 2007. Evaluasi
Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten
Aceh Barat. Bogor. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre.
Sofyan Ritung,dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh peta Arahan
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat
Tufaila, M., dan Alam, S. (2014). Agriplus. Karakteristik Tanah dan evaluasi Lahan untuk
Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe
Utara, 24(2), hlm. 184-194.
Wati,Rosma,Jurnal ilmiah. Pemanfaatan sumber daya alam di kawasan lembang,no.1.2017
https://core.ac.uk/download/pdf/12351733.pdf
http://www.academia.edu/27978462/Kesesuaian_Lahan_untuk_Tanaman_Kopi
http://www.worldagroforestry.org/downloads/Publications/PDFS/B15349.pdf
Agroklimat Tanaman Kopi oleh Maisri Paramita-Academia.edu
24

LAMPIRAN
25
26

No Nama NIM
1 Chaerunnisa Hapsari Putri 1700763
2 Dian Sobirin 1700768
3 Raihaan Muhammad Asha 1700769
4 Riza Muflich Hidayat 1700974
5 Elda Safitri Nababan 1701099
6 Alviana Ratna Malinda 1701110
7 Windha Monica 1701319
8 Galuh Widyananda 1701451
9 Rifqi Naufal 1701500
10 Muhammad Agung Fabiyanto 1704075
11 Risma Dwi Hartanti 1704150
12 Sri Risma Yulianti 1704448
13 Kalingga Fellatansyah 1704482
14 Alvin Dwi Indrawan 1704579
15 Shafira Nurpatika 1704726
16 Nabila El Safira 1704921
17 Dendi Haris Rachmanto 1705000
18 Fanny Elvira Oktaviani 1705061
19 Yaumi Khoirunnisa Binangkit 1705074
20 Recky Oktapiansyah 1705076
21 Resna Rizkiani 1705088
22 Hanifah Nurlita 1705160
23 Miftah Kurnia Hayu 1705173
24 Rizkian Fazli 1705330
25 Rezha Abdul Shalam 1705386
26 Hendri Ahmad Mursid 1705500
27 Muhammad Fadhil Nurjaelani 1707871
28 Rizfy Riadhi Abdillah 1708043
29 Mochammad Rizky Miftah Fauzan 1708045
30 M. Mujahid Aditya Fidera 1708051
31 Farah Nadhilah 1708053
32 Juan Andrian 1708054
33 Anisa Dalilah 1708058
34 Helgiana Rukmana 1708066
35 Ariva Mochammad Fauzan 1708069
36 Dara Ayu Alifah Adawiyah 1708077
37 Jody Primajaka 1708080
38 Alwy Muhamad Sofyan 1708082
39 Riko Danar Dwi Saputra 1708096
40 Mochammad Rama Primadhani 1708099
41 Chaerunnisa Jaenuddin 1708104
42 Anindhita Ratriandari Savira Salsabila 1708111
43 Muhammad Rifqi Fakrizaman 1708106

Anda mungkin juga menyukai