Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan komponen penting dalam


program pembelajaran disamping komponen-komponen yang lain. Komponen tersebut
saling terkait antara satu dengan yang lain. Kurikulum berisi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang menjadi landasan program pembelajaran.Proses pembelajaran
merupakan upaya untuk mencapai Kompetensi Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum.
Sementara itu, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat
pencapaian Kompetensi Dasar. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.Oleh sebab itu
kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu di dukung oleh sistem
penilaian yang baik, terencana dan berkesinambungan.
Mulai tahun pelajaran 2013/2014, Pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru
yang disebut dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis
kompetensi yang menekankan pembelajaran berbasis aktivitas. Hal ini berimplikasi bahwa
penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Untuk
memperoleh umpan balik serta untuk mengukur tingkat pencapaian dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh seorang guru ataupun pendidik, maka
diperlukan penilaian terhadap hasil belajar. Dalam melaksanakan penilaian, khususnya bagi
sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, diperlukan sebuah sistem penilaian yang
komprehensif sesuai dengan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan dan
sekaligus bisa dijadikan sebagai acuan praktis bagi para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik yang komprehensif dan objektif meliputi
penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kualitas belajar mengajar dapat dicapai karena proses pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara cepat. Secara mikro garapan pembelajaran dapat dilihat pada komponen
tujuan, bahan, pendidik, peserta didik, proses, hasil dan balikan. Sasaran utama dalam
kegiatan evaluasi adalah evaluasi terhadap produk dan evaluasi terhadap proses. Menurut
evaluasi produk menilai sampai sejauh mana keberhasilan pembelajar dalam mencapai
tujuan dan evaluasi proses menilai apakah proses itu berjalan secara optimal sehingga

1
memungkinkan tercapainya tujuan. Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek
yang saling berhubungan dalam pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, pengukuran
merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan
proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk memperoleh data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik.
Penilaian juga digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kekuatan dan
kelemahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan dan perbaikan proses pembelajaran.
Penilaian pengetahuan (K-I3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta
didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam berbagai
tingkatan proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk
mendeteksi kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian sebagai proses pembelajaran
(assessment for learning), dan penilaian sebagai alat untuk mengukur pencapaian dalam
proses pembelajaran (assessment of learning). Melalui penilaian tersebut diharapkan
peserta didik dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, digunakan teknik
penilaian yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan,
dan penugasan.
Tes lisan merupakan salah satu yang digunakan dalam penilaian aspek pengetahuan.
Tes lisan merupakan oral test dimana jawaban atas pertanyaaan yang diajukan menuntut
siswa memberikan jawaban secara lisan. Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Dalam tes lisan
memungkinkkan peserta didik untuk mengunggapkan secara langsung apa yang ia kuasai
secara lebih terperinci. Kemampuan dalam berbicara sangat diperlukan dalam tes lisan.
Berdasarkan fakta di lapangan, para pendidik lebih banyak menggunakan tes tertulis
dari pada tes lisan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang tes lisan dan masih
banyak para peserta didik yang masih kesulitan dalam menggunakan teknik penilaian
melalui tes lisan.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
penulis mencoba menjelaskan tetang teknik penilaian pengetahuan melalui tes lisan dalam
kurikulum 2013.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalahnya adalah


sebagai berikut :
1. Apa pengertian tes lisan?
2. Apa saja jenis-jenis tes lisan?
3. Bagaimana teknik pelaksanaan tes lisan?
4. Bagaimana teknik penilaian tes lisan?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan dalam tes lisan?

C. TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui:
1. Pengertian tes lisan
2. Jenis-Jenis tes lisan
3. Teknik pelaksanaan tes lisan
4. Teknik penilaian tes lisan
5. Kelebihan dan kelemahan dalam tes lisan

3
BAB II
PEDOMAN TES LISAN

A. PENGERTIAN TES LISAN

Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti:
“piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”(maksudnya dengan menggunakan alat
berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi)
dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan “tess”, ujian” atau “percobaan”.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di
atas, yaitu istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas, yaitu
istilah test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian yang
berbeda-beda. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian:testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya
pengukuran dan penilaian;tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes atau
ekspenmeter, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan(eksperi-men);sedangkan
testee (mufrad) dan testee(jama’) adalah pihak yang sedang dikenai tes(peserta tes=peserta
ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan(=tercoba).
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisannya berjudul
Psychological testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Adapun menurut Lee J.Cronbach dalam bukunya berjudul Essantial of Psychological
testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku
dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L Goodenough, tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan
maksud untuk membandingkan kecakapan mereka asatu sama lain.

Dari definisi-definisi tersebut di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi
pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara(yang dapat dipergunakan) atau
prosedur(yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangakaian tugas (baik berupa
pertanyaan-pertanyaan)yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan
oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat

4
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau pretasi testee; nilai mana dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan
dengan nilai standar tertentu.

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan juga sering disebut tes yang
menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan, biasanya dilaksanakan dengan cara
mengadakan percakapan antara siswa dengan tester tentang masalah yang diujikan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan dapat digunakan untuk mengungkapkan hasil
belajar siswa pada aspek pengetahuan (sesuai Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang
standar penilaian). Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa, baik secara
individual maupun secara kelompok, bisa juga digunakan pada ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, dan ujian sekolah.

5
B. JENIS-JENIS TES LISAN

Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes
soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
 Tes Lisan Bebas
Tes lisan bebas yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa
menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.

 Tes Lisan Berpedoman


Tes lisan berpedoman yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang
akan ditanyakan kepada peserta didik.

C. TEKNIK PELAKSANAAN TES LISAN

Nurkanca, dkk (1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap menyadari
bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang prestasi belajar
yang dicapai oleh murid-murid.
2. Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut memberikan
jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah.
3. Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seoarang murid yang sedang di tes
dengan memberikan kunci-kunci jawaban tertentu karena kita merasa kasihan atau
simpati pada murid tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluasi
karena kita bertindak tidak adil terhadap murid yang lain.
4. Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang diminta
untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan samapai terkecoh oleh
jawaban yang ngelantur dari murid-murid.
5. Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh murid.
Beberapa petunjuk praktis berikut ini kiranya akan dapat dipergunakan sebagai pegangan
dalam pelaksanaan tes lisan:
1. Sebelum tes lisan dilaksanakan sebaiknya tester sudah melakukan inventarisasi berbagai
jenis soal yang akan diajukan kepada testee dalam tes lisan dapat diharapkan memiliki
validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun konstruksinya.

6
2. Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan itu, juga harus
disiapkan sekaligus pedoman jawaban betulnya. Hal ini di maksudkan agar testee
disamping mempunyai kriteria yang pasti dalam memberikan skor atau nilai kepada testee
atas jawaban yang mereka berikan dalam tes lisan tersebut, juga tidak akan terpukau atau
terkecoh dengan jawaban panjang lebar atau berbelit-belit yang diberikan oleh testee, yang
menurut anggapan testee merupakan jawaban betul atau tepat, padahal menurut kriteria
yang telah ditentukan sesungguhnya sudah menyimpang atau tidak ada hubungan-nya
dengan soal yang diajukan kepada testee.
3. Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh testee
menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes loisan harus sudah dapat ditentukan di saat
masing-masing testee selesai dites. Hal ini dimaksudkan agar pemberian skor atau nilai
hasil tes lisan yang diberikan kepada testee itu tidak dipengaruhi oleh jawaban yang
diberikan oleh testee yang lain.
4. Tes hasil belajar yang dilaksanakan dengan lisan hendaknya jangan sampai menyimpang
atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.Tester harus senantiasa menyadari bahwa
testee yang ada di hadapannya adalah testee yang sedang “diukur” dan “dinilai” prestasi
belajarnya setelah menemjpuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan
demikian apabila terjadi bahwa jawaban yang diberikan oleh testee yang sekalipun
menyimpang dari kriteria yang telah ditentukan, namun sebenarnya tidak dapat disalahkan
atau tidak sepenuhnya salah cukup diberikan skor atau nilai dan tidak perlu disangkal atau
diperdebatkan, yang dapat mengakibatkan kegiatan evaluasi berubah menjadi kegiatan
diskusi.
5. Dalam rangka menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang
dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali “memberikan angin
segar” atau “memancing-mancing” dengan kata-kata, kalimat-kalimat tertentu yang
sifatnya menolong testee tertentu alasan “kasihan” atau karena tester menaruh “rasa
simpati” kepada testee yang ada dihadapannya itu. Menguji, pada hakikatnya adalah
“mengukur” dan bukan “membimbing”testee.
6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Pertanyaan tersebut mengandung makna bahwa
tes lisan itu jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup serta panik di kalangan testee.
Karena itu, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada testeee, tester harus
menggunakan kata-kata yang halus, bersifat sabar dan tidak emosional. Penggunaan
kalimat-kalimat yang sifatnya “menteror” yang dapat menimbulkan tekanan psikis pada
diri testee, haruslah dicegah.

7
7. Sekalipun acapkali sulit untuk dapat diwujudkan,namun sebaiknya tester mempunyai
pedoman atau ancar-ancar yang pasti, berapa lama atau berapa waktu yang disediakan bagi
tiap peserta tes dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan pada tes lisan
tersebut. Harus diusahakan terciptanya keseimbangan alokasi waktu antara testee yang satu
dengan yang lain.
8. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi, dalam arti bahwa
sekalipun inti persoalan yang ditanyakan itu sama, namun cara pengajuan pertanyaan nya
dibuat berlainan atau beragam. Hal ini dimaksudkan agar testee yang dites lebih akhir-
(karena sudah memperoleh “informasi” dari testee yang telah dites terdahulu)-jangan
sampai “memperoleh nasib yang lebih mujur”ketimbanga testee yang dites lebih awal..
9. Sejauh mungkin dapat diusahakan tes lisan itu berlangsung secara individual (satu demi
satu).Hal ini dimaksudkan agar tidak mempengaruhi mental testee yang lain. Misalnya,
apabila dalam tes lisan itu secara serempak tester berhadapan dengan dua orang testee atau
lebih dan pertanyaan yang sedang diajukan kepada testee yang mendapat kesempatan lebih
awal tidak mungkin dapat dijawab oleh testee berikutnya, maka mental testee yang belum
dites itu akan menjadi menurun sehingga akan mempengaruhi jawaban-jawaban
berikutnya. Kecuali itu hal tersebut di atas juga dimaksudkan agar tidak memberikan
“angin segar” kepada testee yang belum dites, sebab mereka mempunyai kesempatan yang
lebih luas untuk menyiapkann jawabannya ketimbang testee yang sedang atau sudah
selesai di tes.
Manfaat pertanyaan dengan tes lisan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemahaman siswa.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir dan membuat keputusan.
3. Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa.

Adapun pengembangan tes lisan pada dasarnya sama dengan tes uraian. Perbedaannya selain
dalam pelaksanannya, juga keragaman dari aitem yang diberikan kepada responden. Pada tes
uraian satu format aitem dapat diberikan pada satu kelas responden, sementara pada tes lisan
satu format aitem hanya dapat diberikan pada seorang responden atau paling banyak pada tiga
orang responden saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari responden berikutnya dapat
menebak item yang akan diberikan.

8
D. TEKNIK PENILAIAN TES LISAN

Pada umumnya tes lisan dilakukan langsung Tanya jawab antar guru (tester) dan peserta
didik(testi), dimana daftar pertanyaan dan kunci jawaban disiapkan terlebih dahulu oleh
tester. Daftar pertanyaan itu disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari suatu tes lisan. Ada
bebarapa petunjuk teknis perencanaan pelaksanaan tes lisan, dalam rangka mengukur hasil
belajar peserta didik.
 Tentukan terlebih dahulu indikator dari kompetensi yang akan di ujikan.
 Tentukan kriteria kunci yang menunjukkan capaian indicator dari kompetensi hasil
belajar
 Susunlah pedoman pertanyaan pada materi yang akan diujikan, dengan menggunakan
bahasa lisan agar mudah dimengerti oleh testi
 Daftar pertanyaan dapat diajukan dengan kalimat yang berbeda ttapi mempunyai arti
yang sama
 Siapkan format penilaian untuk mereka skor hasil penilaian jawaban pada setiap
pertanyaan yang diajukan pada setiap individu testi
 Skor langsung sudah dapat ditentukan pada akhir tes lisan setiap individu
 Menjaga objektivitas, misalnya tester dilarang”memancing” berupa kata atau kalimat
yang sifatnya menolong testi.

Penilaian lisan dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:


1. Pedoman pertanyaan, berisi pokok-pokok pertanyaan evaluasi yang akan diajukan.
2. Lembaran penilaian, berupa format yang akan digunakan untuk mencatat skor hasil
penilaian keberhasilan menjawab setiap soal yang diajukan.

Tata cara pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut:


1. Langsung kepada individu.
2. Menyebar kepada semua siswa.
3. Retorik, guru bertanya, siswa diberi waktu untuk menjawab, tetapi guru yang menjawab.
4. Balikan, pertanyaan siswa dijawab guru selanjutnya guru bertanya lagi kepada siswa
yang bertanya.
5. Terusan, pertanyaan peserta dibalikan untuk dijawab oleh peserta lainnya.

9
Penyekoran dan Pengolahan skor
Penyekoran tes lisan sama dengan penyekoran tes uraian, namun dalam tes lisan,
penyekorannya dapat dilakukan lebih akurat karena ada kesempatan untuk melakukan
pengecekkan jawaban testi. Agar penyekoran dalam tes lisan dapat dilakukan secara
cermat, perhatikan hal-hal berikut : gunakan pedoman penyekoran; penyekoran dilakukan
segera setelah testi selesai menjawab setiap pertanyaan / soal; penyekoran semata-mata
diberikan pada mutu jawaban testi.
Contoh Pedoman Penyekoran Tes Lisan
Bidang Studi :…………………………
Nama Testi : …………………………
Kelas : …………………………
Tanggal :………………………….

No. Pokok Pokok Jawaban Pokok Skor


Pertanyaan Yang diharapkan jawaban Testi 1 2 3 4

Keterangan Skor :

1. jika sama sekali tidak benar


2. jika sebagian kecil benar
3. jika sebagian besar benar
4. jika seluruhnya benar

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai = --------------------------------------- X 100
Jumlah skor maksimal

E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TES LISAN

1. Kelebihan
 Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap,
serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

10
 Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong
sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
 Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
 Siswa dapat mengemukakan argumentasi
 Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran
 Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan
 Dapat melakukan pendalaman materi
 Tidak mungkin terjadi penyontekan
 Bahan ujian dapat luas dan mendalam

2. Kelemahan
 Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
 Waktu pelaksanaan yang diperlukan.
 Sangat memungkinkan ketidakadilan
 Subjektifitas tinggi
 Memerlukan waktu yang lama
 siswa dapat melakukan ABS
 Jika siswa memiliki sifat gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab
 Kurang reliabel

MANFAAT PERTANYAAN LISAN


 Mengembangkan pemahaman siswa
 Mengembangkan kemampuan berpikir dan membuat keputusan
 Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa

11
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Tes lisan merupakan salah satu yang digunakan dalam penilaian aspek pengetahuan.
Tes lisan merupakan oral test dimana jawaban atas pertanyaaan yang diajukan menuntut
siswa memberikan jawaban secara lisan. Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Dalam tes lisan
memungkinkkan peserta didik untuk mengunggapkan secara langsung apa yang ia kuasai
secara lebih terperinci.
Teknik penilaian tes lisan antara lain, skor langsung sudah dapat ditentukan pada
akhir tes lisan setiap individu dan menjaga objektivitas, misalnya tester
dilarang”memancing” berupa kata atau kalimat yang sifatnya menolong testi. Janganlah
guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut memberikan jawaban yang
menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah karena jika siswa memiliki sifat
gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab.

B. SARAN

Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Pertanyaan tersebut mengandung makna
bahwa tes lisan itu jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup serta panik di kalangan
testee. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi, dalam arti bahwa
sekalipun inti persoalan yang ditanyakan itu sama, namun cara pengajuan pertanyaan nya
dibuat berlainan atau beragam. Dalam rangka menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip
keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali
“memberikan angin segar” atau “memancing-mancing” dengan kata-kata, kalimat-kalimat
tertentu yang sifatnya menolong testee tertentu alasan “kasihan” atau karena tester menaruh
“rasa simpati” kepada testee yang ada dihadapannya itu. Menguji, pada hakikatnya adalah
“mengukur” dan bukan “membimbing”testee.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal (2011). Evaluasi pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur). PT Remaja


Rosdakarya: Bandung.

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Burhanudin, Hilman. 2009. Analisis Butir Soal Pekan Ulangan Akhir Semester Ganjil
2009/2010Mata Diklat PASP kelas X KM2Dayan, Maulana.Tes Lisan pada Sebuah
Penilaian.

Ilmu Pendidikan. Pembelajaran, Evoluasi-Pembelajaran, Keuntungan Dan Kelemahan


Penggunaan Tes Lisan Dalam Evaluasi. Diakses pada 10 Oktober 2019 dari
http://ilmu-pndidikan net.

Kusaeri. 2014. Acuan & Teknik Penilaian Proses & Hasil Belajar dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Maman Achdiyat.Virgana.Soeparlan Kasyadi. Evaluasi Dalam Pembelajaran.2017.


Tanggerang

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.

Saryshawordpress. Tes Lisan. Diakses pada Selasa, 10 Oktober 2019, dari


https://sarysha.wordpress.com › 2011/05/06 › tes-lisan

Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Wahyudin, Ayu, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

13
LAMPIRAN

Contoh : Format penilaian tes lisan

Mata pelajaran :
Kelas/Semester :
Kompetensi Dasar : Menyelasaikan masalah yang berkaitan dengan jumlah dan
pengurangan sampai 20
Indikator : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
penjumlahan sampai 20
No. Aspek yang Bobot Skor Jumlah Rubrik
dinilai penilaian skor
1 2 3 4

1 Pemahaman 1. jika sama sekali tidak


terhadap apa memahami
yang 2. jika pemahamannya
diketahui sebagian kecil
3. jika pemahamannya sebagian
besar
1. 4. jika sangat memahami
2. Pemahaman 1. jika sama sekali tidak
terhadap apa memahami
ditanyakan 2. jika pemahamannya
sebagian kecil
3. jika pemahamannya
sebagian besar
4. jika sangat memahami

3. Ketepatan 1. Jika sama sekali tidak tepat


penggunaan 2. Jika sebagian kecil tepat
strategi 3. Jika sebagian besar tepat
dalam 4. Jika seluruhnya tepat
pemecahan
masalah

4. Kecermatan 1. Jika sama sekali tidak


dalam cermat
menyampai 2. Jika sebagian kecil cermat
kan 3. Jika sebagian besar cermat
argumentasi 4. Jika seluruhnya cermat

14
5. Kelogisan 1. jika sama sekali tidak logis
dalam 2. jika sebagian kecil logis
urutan 3. jika sebagian besar logis
langkah 4. jika seluruhnya logis
pemecahan
masalah

6. Kebenaran 1. Jika sama sekali tidak benar


jawaban 2. Jika sebagian kecil benar
3. Jika sebagian besar benar
4. Jika seluruhnya benar

Skor maksimal = 100

Rumus penilaian : Nilai = jumlah slor

15
No Aspek yang Bobot Skor
Skor Rubrik
Dinilai Penilaian

1 2 3 4
1. 1. jika sama sekali tidak
memahami
Pemahama 2. 2. jika pemahamannya
n terhadap sebagian kecil
apa 3. 3. jika pemahamannya
1. sebagian besar
yang 4. 4. jika sangat memahami
diketahui

Pemahama 1. 1. jika sama sekali tidak


n terhadap memahami
apa 2. 2. jika pemahamannya
sebagian kecil
2.
yang 3. 3. jika pemahamannya
ditanyakan sebagian besar
4. 4. jika sangat memahami

Ketepatan 1. 3. 1. jika sama sekali tidak


penggunaa 2. tepat
n 4. 2. jika sebagian kecil tepat
5. 3. jika sebagian besar tepat
3. strategi 6. 4. jika seluruhnya tepat
dalam
pemecahan
masalah

Kecermatan 1. 3. 1. jika sama sekali tidak


dalam 2. cermat
4. 2. jika sebagian kecil cermat
menyampai 5. 3. jika sebagian besar
4. kan cermat
argumentas 6. 4. Jika seluruhnya cermat
i

Kelogisan 1. 1. jika sama sekali tidak logis


5. dalam urut 2. 2. jika sebagian kecil logis
an 3. 3. jika sebagian besar logis

16
4. 4. jika seluruhnya logis
langkah
pemecahan

masalah

1. 1. jika sama sekali tidak


benar
Kebenaran 2. 2. jika sebagian kecil benar
6.
jawaban 3. 3. jika sebagian besar benar
4. 4. jika seluruhnya benar

LAMPIRAN
CONTOH 1 FORMAT PENILAIAN TES LISAN

Mata Pelajaran/Kelas : Matematika/ I (semester 1)

Kompetensi Dasar : 1.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan


penjumlahan sampai 20.

Indikator :Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan


sampai 20.

Skor maksimal = 24

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌 × 𝟏𝟎𝟎


𝐍𝐈𝐋𝐀𝐈 𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎

17
LAMPIRAN
CONTOH 2 FORMAT PENILAIAN TES LISAN

MATA PELAJARAN : IPA


KELAS : 2 (DUA) SD/MI

STANDAR KOMPETENSI
Mengenal berbagai bentuk benda dan kegunaannya serta perubahan wujud yang
dapat dialaminya

MATERI PEMBELAJARAN
1. Sifat benda cair
2. Sifat benda padat
3. Perubahan benda

PENILAIAN TES LISAN


Pertanyaan untuk Tes Lisan
1. Bentuknya tetap adalah sifat dari benda …
2. Selalu mengalir merupakan sifat dari benda …
3. Perubahan dari benda padat ke cair disebut …
4. Perubahan benda dari cair ke padat disebut ….
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal
1. Lafal 5
2. Keberanian 5
3. Pilihan kata 5
4 Kecepatan menjawab 5
TOTAL 20

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌 × 𝟏𝟎𝟎


𝐍𝐈𝐋𝐀𝐈 𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎

18

Anda mungkin juga menyukai