Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kristian Sinaga

Nim : 1904551231
Soal :

1. Apa maksud kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah dan sebagai industri?


2. Apakah kepariwisataan disiplin ilmiah atau industri atau keduanya?
3. Menurut anda apa kaitan kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah dengan sebagai industri?

Pembahasan :

1. Apa maksud kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah dan sebagai industri?


Jawaban :
1) Kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah
Ilmu Pariwisata didefinisikan sebagai “Ilmu yang mempelajari teori-teori dan praktik-
praktik tentang perjalanan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi perjalanan
tersebut, dan berbagai implikasinya". Untuk mengkaji kelaikan pariwisata sebagai sebuah
disiplin ilmu dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu :
A. Aspek Ontologi
Aspek ontologi dari ilmu pariwisata dapat dilihat kemampuan ilmu ini dalam
menyediakan informasi yang lengkap tentang hakekat perjalanan wisata, gejala-
gejalapariwisata, karakteristik wisatawan, prasarana dan sarana wisata, tempat-tempat
serta dayatarik destinasi yang dikunjungi, sistem dan organisasi, dan kegiatan bisnis
terkait, sertakomponen pendukung di daerah asal maupun di sebuah destinasi wisata. Dari
sisi ontologi, objek formal yang menjadi kajian Ilmu Pariwisata adalah fenomena
kepariwisataan yang dapat difokuskan pada tiga unsur, yaitu: (1) pergerakan wisatawan,
(2) aktivitas masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan tersebut, serta (3)
akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya
terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat secara luas.
B. Aspek Epistimologi
Aspek epistimologi ilmu pariwisata dapat ditunjukkan pada cara-cara pariwisata
memperoleh kebenaran ilmiah, objek ilmu pariwisata telah didasarkan pada logika
berpikir yang rasional dan dapat diuji secara empirik. Dalam memperoleh kebenaran
ilmiah dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yakni pendekatan sistem,
pendekatan kelembagaan, dan pendekatan kelembagaan.
Pertama, pendekatan sistem, pendekatan ini menekankan bahwa pergerakan
wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi serta implikasi kedua-duanya
terhadap kehidupan masyarakat luas merupakan kesatuan yang saling berhubungan
“linkedsystem” dan saling mempengaruhi. Setiap terjadinya pergerakan wisatawan akan
diikuti dengan penyediaan fasilitas wisata dan interaksi keduanya akan menimbulkan
pengaruh logis di bidang ekonomi, sosial, budaya, ekologi, bahkan politik. Sehingga,
pariwisata sebagai suatu sistem akan digerakkan oleh dinamika subsistemnya, seperti
pasar, produk, dan pemasaran.
Kemudian, pendekatan kelembagaan, maksudnya adalah dimana setiap
perjalanan wisata akan melibatkan wisatawan sebagai konsumen, penyedia
sebagai supplier jasa transportasi, penyedia jasa akomodasi atau penginapan, serta
kemasan atraksi atau daya tarik wisata. Semua komponen ini memiliki hubungan
fungsional yang menyebabkan terjadinya kegiatan perjalanan wisata, dan jika salah satu
darikomponen di atas tidak menjalankan fungsinya maka kegiatan perjalanan tidak akan
berlangsung.
Setelah itu pendekatan produk, pendekatan ini digunakan untuk
mengkategorikan bahwa pariwisata sebagai suatu komoditas yang dapat dijelaskan aspek-
aspeknya yang sengaja diciptakan untuk merespon kebutuhan masyarakat. Pariwisata
adalah sebuah produk kesatuan totalitas dari empat aspek dasar yakni ; Menurut Medlik,
1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus dipenuhi produk
pariwisata sebagai sebuah totalitas produk, yakni: (1) Attractions (daya tarik); (2)
Accesability (transportasi); (3) Amenities (fasilitas); (4) Ancillary (kelembagaan).
C. Aspek Aksiologi
Aksiologi merupakan aspek ilmu yang sangat penting. Ilmu pariwisata jelas
memberikan manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan
wisatawan adalah salah satu bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang beragam, baik dalam bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik
dan psikis maupun dalam bentuk aktualisasi diri. Dalam konteks inilah dapat dipahami
mengapa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan kegiatan berwisata sebagai hak
asasi. Kontribusi pariwisata yang lebih kongkret bagi kesejahteraan manusia dapat dilihat
dari implikasi-implikasi pergerakan wisatawan, seperti meningkatnya kegiatan ekonomi,
pemahaman terhadap budaya yang berbeda, pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan
manusia, dan seterusnya (Copeland, 1998). Ilmu pariwisata juga memiliki manfaat
akademis untuk mengembangkan ilmu pariwisata itu sendiri, untuk memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, untuk memberikan penjelasan
perkembangan terkini, dunia pariwisata secara teoritik kepada masyarakat, baik melalui
kurikulum, bahan ajar, lembaga penyelenggara, maupun penyempurnaan sistem
pendidikannya yang kini berlaku.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam praktiknya, kegiatan pariwisata tidak hanya
menyangkut hubungan manusia dengan manusia lainnya. Kegiatan pariwisata meliputi juga
hubungan manusia dengan alam (wisata alam), manusia dengan masa lalunya (wisata heritage),
bahkan manusia dengan Tuhannya (wisata religi). Namun biarpun demikian, sebagai sebuah
disiplin ilmu, ilmu pariwisata dimasukkan dalam rumpun ilmu sosial. Hal ini selintas bisa
disimpulkan karena ilmu pariwisata memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kecenderungan
karakteristik ilmu sosial yang menitikberatkan kajiannya dalam mempelajari segala hal yang
berkenaan dengan perilaku manusia, juga mempelajari segala hal yang diakibatkan oleh interaksi
antar sesama manusia.
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, kedudukan ilmu pariwisata dalam
lingkup ilmu sosial tidak bisa dipisahkan dari keberadaan ilmu-ilmu sosial lainnya. Pendekatan
ilmu pariwisata bisa dilakukan melalui ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, ilmu
antropologi, ilmu sosiologi, ilmu psikologi, ilmu geografi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dengan
beragamnya pendekatan yang bisa dilakukan terhadap ilmu pariwisata, maka ilmu pariwisata
sangat terbuka dalam menerima berbagai kajian baru yang dihadapkan padanya. Dengan kata
lain, keberagaman pendekatan yang bisa dilakukan terhadap kajian ilmu pariwisata
memungkinkan munculnya teori baru yangmemperkaya kedudukan ilmu pariwisata sebagai ilmu
yang mandiri.
2) Kepariwisataan sebagai industri
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut
manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek : sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis,
dan sebagainya. Aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan
satu-satunya aspek yang dianggap penting ialah aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan
perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang diterima oleh orang-orang yang
menyelenggarakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi, dan lain-lainnya.
Keuntungan ekonomis untuk daerah yang dikunjungi wisatawan itulah merupakan salah satu
tujuan pembangunan pariwisata.
Menurut Yoeti (2008), Pariwisata sebagai suatu industri masih diperdebatkan diantara
para pakar. Batasan pariwisata sebagai suatu industri diberikan secara terbatas, hanya sekedar
untuk menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu. Dengan demikian dapat memberikan
pengertian yang lebih luas. Jadi sebenarnya, ide memberikan istilah industri pariwisata
(tourism industry) lebih banyak bertujuan memberikan daya tarik supaya pariwisata dapat
dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi perekonomian suatu negara, terutama pada
negara-negara sedang berkembang.
Sebagai suatu industri, pariwisata tidak dapat diukur, karena tidak memiliki standar
nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Cristie Mill dan Alais M. Morrison : “There
is no standard industrial classification number for tourism”. Oleh karena itu seperti apa
pariwisata sebagai suatu industri sukar menjelaskan. Akan tetapi, keberadaannya dapat
dijelaskan dengan adanya sekelompok perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat
tergantung dari kunjungan wisatawan. Dengan perkataan lain, bila tidak ada wisatawan,
maka dapat dikatakan kelompok perusahaan ini tidak eksis, karena tidak ada orang yang akan
dilayani (Christie Mill, 2000).

2. Apakah kepariwisataan disiplin ilmiah atau industri atau keduanya?


Jawaban :
Mengacu pada Undang – Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan pasal 10 ayat 3
menyatakan bahwa Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. itu, Kemudian,
“Kepariwisataan” telah memenuhi syarat – syarat dan diterima sebagai sebuah disiplin
ilmiah. Selain itu, “Kepariwisataan” juga tidak dapat dilepaskan dari sebutan sebagai sebuah
industri karena berdampak besar bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, menurut
saya “Kepariwisataan” merupakan sebuah disiplin ilmiah dan juga sebagai sebuah industri.

3. Menurut anda apa kaitan kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah dengan sebagai industri?
Jawaban :
Pemahaman akan pengertian dari makna pariwisata memiliki banyak definisi, ini
salah satu pengertian pariwisata menurut para ahli.Menurut Hunziger dan krapf dari swiss
dalam Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah
keserluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing
disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting
(Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara.
Selain itu, terlepas dari perdebatan para ahli apakah kepariwisataan merupakan
sebuah disiplin ilmiah atau industri, dapat dilihat keterkaitan diantara keduanya. Kaitan
kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah dengan sebagai industri dapat dilihat dari
perkembangan dari pariwisata itu sendiri. Dahulu, kata industri pada pariwisata hanya
disematkan untuk menarik wisatawan agar mendapat banyak profit. Namun, disisi lain
pariwisata dapat juga dipelajari sebagai objek keilmuan. Oleh karena itu, menurut saya
kepariwisataan sebagai disiplin ilmiah sangat penting dan berkaitan dengan industri. Karena
mempelajari aspek – aspek kepariwisataan secara mendalam agar dapat mengembangkan
kepariwisataan itu sendiri. Sehingga, kepariwisataan sebagai industri dapat mengembangkan
dan menerapkan pola – pola baru sebagai dampak dari berkembangnya kepariwisataan
sebagai disiplin ilmiah

Anda mungkin juga menyukai