Identifikasi Jurnal
INTERPRETASI DAN PEMANDUAN WISATA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inerpretasi dan Pemanduan Wisata
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2. Media Publikasi
Media publikasi merupakan suatu kegiatan dimana seseorang atau kelompok
mengumumkan hasil dari penelitian, diskusi atau suatu hal yang perlu untuk diketahui
oleh publik. Tingkat perlu tidaknya sebuah publikasi dilakukan tergantung dari
masalah dan pemecahan yang dihasilkan dari apa yang akan dipublikasikan.
a) Jenis publikasi
Pada jurnal artikel ini termasuk jenis publikasi elektronik dimana publikasi
yang akan disampaikan menjadi cepat sampai pada tujuan karena penulis biasanya
juga akan sekaligus memanfaatkan teknologi internet yang berkecepatan tinggi.
Publikasi elektronik ini juga bermacam-macam dan bisa dibedakan menurut jenis file
publikasinya. Pada jurnal artikel ini menggunakan publikasi berjenis .pdf. Setelah
pemilihan jenis format file, penulis tinggal mempublisasikan file tadi di internet
seperti melalui berbagai website. Publikasi elektronik seringkali dipadukan dengan
pemanfaatan internet. Dokumen yang akan dipublikasikan tinggal disempurnakan lalu
diupload di internet agar bisa sampai kepada oranglain dengan cepat.
b) Pemilihan media publikasi
Pada jurnal artikel ini menggunakan multimedia sebagai media publikasi
seperti website. Karena, di zaman yang sudah serba modern ini bidang multimedia
menjadi berkembang lebih pesat dan mampu memberikan efek positif terhadap jurnal
artikel ini.
c) Pengelolaan publikasi
Konten. Isi atau value yang disampaikan dalam jurnal artikel ini tidak terlalu
sulit karena pedoman penulis dalam memaparkan hasil penelitian dalam jurnal artikel
sudah sangat jelas dan tegas, sehingga penulis hanya perlu mengemasnya dengan baik
mengenai interpretasi sebagai Inti Pariwisata Satwa Liar Berkelanjutan
Impact. Hasil atau dampak dari publikasi yang dijalankan. Pada jurnal artikel ini
bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada publik. Maka
dampak yang di dapat oleh para pembaca adalah ilmu yang bermanfaat yang
memberikan pemahaman lebih luas mengenai mengenai interpretasi sebagai Inti
Pariwisata Satwa Liar Berkelanjutan
d) Publikasi eksternal
Dalam bidang ini penulis harus mampu mengenali dan memahami target yang
akan dijadikan sasaran dalam mempublikasikan jurnal artikel ini. Salah satunya
seperti penulis harus memahami rentang usia dari pembaca jurnal artikel ini. Seperti
kalangan remaja,dewasa, maupun orangtua. Dengan begitu, isi dari jurnal artikel
dapat lebih mudah ditelaah dengan baik apabila sudah mencapai target yang tepat.
3. Lokasi Penulis
1. Professor Sam H. Ham is Director of the Center for International Training &
Outreach, Department of Resource Recreation & Tourism, University of Idaho, USA.
2. Betty Weiler is Associate Professor of Tourism, Department of Management,
Monash University, Australia.
4. Perspektif Disipliner
Perspektif disipliner yang saya dapat dalam artikel ilmiah “Interpretation as
the Centrepiece of Sustainable Wildlife Tourism” ini memiliki tema konservasi /
ekologi yang terfokus pada wildlife tourism. artikel ini merupakan gabungan dari dua
perspektif keilmuan yaitu konservasi dan ekologi yang mana nantinya akan
berpengaruh melalui interpretasi terhadap wisatawan untuk menghindari sikap
vandalis dan mendorong sikap cinta alam dari para wisatawan saat berwisata di alam
liar. Dengan demikian ekologi akan tetap terjaga, sehingga menimbulkan rasa simpati
dan empati dari wisatawan. hal ini, kami percayai sebagai salah satu upaya untuk
tetap mengkonservasi alam liar demi menjaga keberlangsungan pariwisata yang
berkelanjutan. Dalam wisata satwa liar, interpretasi bertindak pertama sebagai
pengatur perilaku pengunjung di tempat, ini adalah strategi kunci untuk mengelola
dampak lingkungan. Kedua, interpretasi tidak hanya memengaruhi apa yang orang
ketahui dan lakukan di lokasi, tetapi juga apa yang diyakini pengunjung tentang
konservasi secara umum. Dengan demikian, interpretasi dapat memainkan peran
kunci dalam konservasi jangka panjang.
Artikel yang ditulis oleh Betty & Sam ini memiliki ciri unik yaitu dengan
menggabungkan 2 disiplin ilmu yang berbeda antara Ekologi dan Sosiologi sehingga
menghasilkan suatu pemecahan masalah atas isu kepariwisataan yang dialami oleh
wisata minat khusus yaitu wisata alam liar. Hal ini diperlukan guna meneliti lebih
jauh seberapa besar peran ekologi dengan sosiologi berdampak dari dilakukannya
aktivitas pariwisata di alam liar. Didalam artikel ini lebih menekankan segi sosiologi
yang memiliki kata kunci attitude & behavior, menafsirkan suatu tempat bukan hanya
proses mengisi kepala wisatawan dengan fakta dan gambaran yang tak ada habisnya
tentang hewan dan habitat. Interpretasi satwa liar terbaik melibatkan pengunjung baik
secara intelektual maupun emosional dan bersifat pribadi, relevan, dan bermakna bagi
mereka. Meningkatkan pengalaman pengunjung melalui interpretasi, baik dipandu
atau memandu diri sendiri, karena interpretasi yang berkualitas tinggi dapat
meningkatkan bisnis dengan meningkatkan kualitas pengalaman tamu, serta
meningkatkan kunjungan berulang dan tingkat kedatangan pengunjung.
5. Genre Pariwisata
Genre pariwisata yang disuguhkan dalam artikel ilmiah “Interpretation as the
Centrepiece of Sustainable Wildlife Tourism” memiliki ciri khusus yang
menggabungkan 3 jenis genre yaitu Nature-Based Toursim karena mengangkat isu
tentang wisata alam liar, Adventure Tourism karena wisata alam liar juga berkaitan
dengan petualangan, dan Heritage/Cultural Tourism karena berkaitan dengan
interpretasi pemandu wisata tentang kepercayaan masyarakat lokal tentang hewan-
hewan liar. Disini dijelaskan bahwasannya interpretasi dibutuhkan sebagai tombak
utama dalam kepemanduan wisata alam liar yang mana dapat membuat wisatawan
memiliki ‘pengalaman nyata’ dalam wisatanya.
Semua wisatawan dapat berinteraksi dengan hewan-hewan di alam liar seperti
memberi makan, berfoto, berinteraksi dengan hewan-hewan dan lain sebagainya.
Namun, wisata alam liar seperti ini memiliki kekurangan apabila tidak
diinterpretasikan secara baik cara berinteraksi dengan hewan di suatu alam liar,
kepercayaan masyarakat sekitar tentang hewan liar tersebut, dan apa-apa saja yang
boleh kita lakukan terhadap hewan tersebut disamping berinteraksi dan memberi
makan. Apabila ini tidak terintepretasikan maka para wisatawan akan berbuat
semena-mena terhadap alam liar seperti contohnya membuang sampah di alam liar
secara sembarangan dan memberikan makanan yang tidak sepatutnya dikonsumsi
oleh hewan liar tersebut.
Penulis disini Betty & Sam, memiliki pandangan apabila interpretasi yang
dilakukan oleh seorang pemandu wisata dapat dilaksanakan dengan baik. Maka hal itu
akan membawa para wisatawan untuk lebih bersikap intelektual dan emosional
terhadap alam liar sehingga perlakuan yang mereka lakukan saat berwisata di alam
liar tidak akan berujung kepada vandalisme berupa perusakan suatu alam dan bahkan
dapat membuat suatu wisata alam liar menjadi suatu wisata yang berkepanjangan baik
dari segi alam liarnya sendiri dan segi ekonomi warga pribumi yang menetap di
sekitar alam liar.
Studi kasus yang dilakukan disini memiliki kesan klasik yang dipadukan
dengan gaya penelitian ilmiah dan bahasa akademisi yang mudah dipahami banyak
orang. Isi dari paper yang dipublikasi juga cukup lengkap namun kelompok kami
tidak menemukan metodologi penelitian yang digunakan sehingga menjadi poin
minus apabila paper ini dibaca oleh umum. Meskipun begitu materi-materi yang
disuguhkan oleh penulis ini benar-benar menarik dan dapat dikaji lagi secara lebih
mendalam tentang bagaimana cara pendekatan yang tepat bagi seorang pemandu
wisata dalam menginterpretasikan alam liar ini kepada wisatawan agar nantinya tidak
timbul aksi atau sikap vandalisme dari para wisatawannya itu sendiri.
6. Lokasi Studi
Berikut studi Pustaka dari jurnal ini:
1. Moscardo, dkk. Kajian literatur (2000) tentang wisata satwa liar serta Muloin,
et al. 's (2001) studi pariwisata satwa liar asli di Australia mengidentifikasi
panduan sebagai layanan interpretatif yang paling sering digunakan dalam
pengaturan satwa liar.
2. Menurut laporan terbaru oleh Fredline dan Faulkner (2001), satu dari setiap
lima pengunjung internasional yang disurvei oleh Biro Riset Pariwisata
Australia pada tahun 2000 mengatakan bahwa keputusan mereka mengunjungi
Australia dipengaruhi oleh kesempatan untuk "menikmati kehidupan liar".
3. Menurut Conservation International, lingkungan berbasis di Washington, DC
organisasi, interpretasi berkualitas tinggi “juga dapat meningkatkan bisnis
dengan meningkatkankualitas pengalaman tamu, meningkatkan kunjungan
berulang dan tingkat hunian, menyediakanpeluang pemasaran yang unik dan
memungkinkan hotel untuk mengenakan tarif yang lebih tinggi ”(Sweeting,
etAl. 1999: 27).
4. Ham dan Weiler (2000), menemukan bahwalayanan penterjemahan terpandu
lebih berkontribusi pada kepuasan wisatawan berbasis alamdi Panama
daripada menggunakan sebagian besar jenis fasilitas rekreasi seperti berenang
danarea memancing, perkemahan, toilet, dan jalan setapak.
5. Interpretasi memfasilitasi keberlanjutan ekonomi tidak hanya dengan
memuaskan pelanggan, tetapijuga dengan menciptakan lapangan kerja .
Kesimpulan penelitian Muloin, et al. (2001) tentang penduduk asli Wisata
satwa liar di Australia adalah keterlibatan masyarakat adat sebagai pemandu
danpenerjemah menambahkan elemen otentik pada pengalaman wisata satwa
liar yang dihargaibanyak wisatawan dan menambah kedalaman pemahaman
pengunjung tentang satwa liar.
6. Penelitian oleh Armstrong dan Weiler (2002), bekerja sama dengan Parks
Victoria di Australia, menemukan bahwa operator tur berlisensi di taman
nasional dapat melakukan lebih banyak lagidalam cara menyampaikan pesan
interpretatif yang bertindak sebagai alat manajemen taman.
7. Bukti langsung ada bahwa interpretasi tematik berkualitas tinggi berkontribusi
padasikap dan perilaku dalam mendukung konservasi satwa liar. Sebuah tema-
drivenkampanye komunikasi dikembangkan untuk penumpang Ekspedisi
Lindblad diKepulauan Galapagos (lihat Ham, 2001; Ham dan O'Brien, 1998)
secara langsung menghasilkanpeningkatan signifikan dalam donasi
penumpang ke Galapagos Conservation Fund (GCF).
7. Metode
Jurnal ilmiah ini dalam metode pengumpulan datanya menggunakan metode
studi Pustaka. Yaitu metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data
dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar,
maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada.” .”(Sugiyono,2005:83).