Abstrak: Keterlibatan masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat,
ternyata tidak diimbangi dengan kesadaran dalam beragama dan berbudaya. Metode pada kajian ini adalah
kajian literatur yang membahas gagasan tentang Literasi Sains Berbasis Nilai Islam dan Budaya Indonesia
(LSIB). Artikel ini mendiskusikan tentang (1) Bagaimana model literasi sains berbasis nilai-nilai Islam dan
Budaya Indonesia? (2) Bagaimana Literasi Sains dapat berkontribusi terhadap kesadaran beragama (Islam)
dan berbudaya Indonesia?; dan (3) Adakah isu terkait tentang literasi sains, Nilai-nilai Islam, dan Budaya
Indonesia? Dari kajian yang telah dilakukan, model LSIB yang digagas menggunakan pendekatan integrasi
interdisipliner dengan KNOW/BE/DO Bridge sebagai konsep penghubung antara literasi sains, nilai-nilai
Islam, dan Nilai-nilai Budaya yang dalam praktiknya dapat ditransfer melalui pendidikan (pengalaman
belajar) yang berorientasi pada nilai-nilai.
logis, aspek sosiologis, aspek historis, dan Refleksi sebagai warga negara yang
aspek antropologi. Karena proses kerja beragama dan berbudaya ini sangat
sains ternyata terkait dengan beberapa penting, karena erat kaitannya dalam
aspek tersebut, maka sains merupakan menanggapi dan terlibat dalam pesatnya
produk pemikiran, produk sosial, produk perkembangan ilmu pengetahuan dan
sejarah, produk budaya, dan bahkan teknologi yang belakangan ini yang tidak
sebagai manifestasi keimanan (Muslih, diimbangi dengan kesadaran beragama
2010). Ketika masyarakat ilmuan dunia dan berbudaya, sehingga mengakibatkan
melihat konsep integrasi antara sains- rusaknya moral dan tatanan sosial dalam
Islam-budaya bermula dari kajian The masyarakat (Hadiawati, 2008; Hajaroh,
New Philosophy of Science, maka akan 1998; Widiastuti, 2013; Mubah, 2011).
banyak melahirkan wacana tentang Untuk lebih memperdalam
integrasi-interkoneksi keilmuan. pembahasan tersebut, maka artikel ini
Pada tahun 1958, Paul Hurd akan mendiskusikan tentang (1)
menemukan frasa “Scientific Literacy” Bagaimana model literasi sains berbasis
pertama kalinya untuk mengetahui nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia?
pendapat atau ide dan kesadaran publik (2) Bagaimana Literasi Sains dapat
Amerika tentang pengetahuan akan sains berkontribusi terhadap kesadaran
(Laugksch, 2000). Setelah itu (dalam beragama (Islam) dan berbudaya
dekade yang sama), literasi sains menjadi Indonesia?; dan (3) Adakah isu terkait
fokus dari komunitas ilmuan Amerika tentang literasi sains, Nilai-nilai Islam,
sebagai bentuk keingintahuan mereka dan Budaya Indonesia?
akan dukungan publik untuk merespons
perkembangan ilmu pengetahuan dan METODOLOGI PENELITIAN
teknologi Uni Soviet dengan Metode pada penelitian ini adalah
diluncurkannya Sputnik. 59 tahun setelah kajian literatur yang mengkaji pentingnya
Hurd, pembahasan tentang literasi sains topik yang dibahas dan membandingkan
meluas, yang awalnya hanya pendapat hasilnya dengan temuan pada penelitian
atau ide dan kesadaran tentang lain pada topik yang sama dan pada
pengetahuan akan sains (sebatas konteks), akhirnya menghasilkan sebuah kerangka
kini OECD (2016) mendefinisikan berpikir atau sebuah gagasan (Ramdhani
Literasi Sains adalah kemampuan untuk & Ramdhani, 2014).
terlibat dengan ilmu pengetahuan (sains)
pada masalah terkait dan dengan ide-ide Model Literasi Sains Berbasis Nilai-
(gagasan) sains sebagai refleksi warga Nilai Islam dan Budaya Indonesia
negara. Sebelum membahas model literasi
Jika memperhatikan frasa “... sains berbasis nilai-nilai Islam, akan
sebagai refleksi warga negara”, kita akan dibahas terlebih dahulu secara singkat
menyadari bahwa literasi sains ternyata tentang Literasi Sains, Nilai-nilai Islam,
hanya sebatas kesadaran sebagai warga dan Nilai-nilai Budaya Indonesia.
negara saja, padahal seorang warga
negara (misal: Warga Negara Indonesia) Apakah Literasi Sains itu?
adalah seseorang yang (mayoritas) Definisi literasi sains semakin
beragama Islam dan tentunya berbudaya. berkembang setelah Organisation for
Sehingga, artikel ini akan memperluas Economic Co-operation and
definisi literasi sains menurut OECD Development (OECD) menjalankan PISA
(2016) menjadi “... sebagai refleksi (Programme for Internasional Student
sebagai warga negara yang beragama Assessment) sejak tahun 2000, 2003,
dan berbudaya”. 2006, 2009, 2012, dan tahun 2015 (siklus
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 139
tiga tahunan). Pada tahun 2015 PISA terdapat 4 aspek yang menjadi kerangka
mendefinisikan Literasi Sains adalah “the dari literasi sains, yaitu Contexts,
ability to engage with science-related Knowledge, Competencies, dan Attitudes,
issues, and with the ideas of science, as a keempat aspek tersebut saling terkait
reflective citizen.” (OECD, 2016). (Gambar 1).
OECD (2016) menjelaskan bahwa 1. Contexts – pribadi, lokal/nasional dan
seseorang yang memiliki literasi sains isu-isu global, baik sekarang maupun
bersedia untuk terlibat dalam wacana lampau yang menuntut beberapa
tentang sains dan teknologi memerlukan pemahaman ilmu pengetahuan dan
kompetensi sebagai berikut: teknologi.
1. Menjelaskan fenomena secara 2. Knowledge – pemahaman tentang
saintifik – mengenali, menawarkan fakta-fakta utama, berupa konsep dan
dan mengevaluasi penjelasan- teori yang membentuk dasar dari
penjelasan berbagai fenomena alam pengetahuan ilmiah.
dan teknologi. 3. Competencies – kemampuan untuk
2. Mengevaluasi dan mendesain menjelaskan fenomena ilmiah,
penyelidikan secara saintifik – mengevaluasi dan merancang
menjelaskan dan menilai penyelidikan penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan
ilmiah dan mengusulkan cara data dan bukti ilmiah.
mengatasi pertanyaan ilmiah. 4. Attitudes – seperangkat sikap terhadap
3. Menafsirkan data dan bukti secara ilmu pengetahuan yang ditandai
saintifik – menganalisis dan dengan minat dalam ilmu pengetahuan
mengevaluasi data, menyimpulkan dan dan teknologi, menilai pendekatan
berargumen dalam berbagai ilmiah untuk menyelidiki mana yang
representasi dan menjelaskan konklusi tepat, serta persepsi dan kesadaran
yang tepat dari sains. akan masalah lingkungan.
Pengetahuan:
1. Konten
2. Prosedur
Kompetensi: 3. Epistemik
1. Menjelaskan fenomena
Konteks: memerlukan ilmiah
• Personal 2. Mengevaluasi dan dipengaruhi
• Lokal/Nasional merancang
• Global penyelidikan ilmiah
3. Menafsirkan data dan Sikap:
bukti ilmiah 1. Ketertarikan pada
sains
2. Menggunakan
pendekatan ilmiah
untuk
penyelidikan
3. Kesadaran
lingkungan
Gambar 1. Saling Keterkaitan Antar Empat Aspek Literasi Sains (OECD, 2016).
140 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148
Konsep literasi sains pada kerangka dalam Langgulung (1992) yang dikutip
ini mengacu pada pengetahuan tentang oleh Rahmat (2004), Nilai-nilai Islam
sains dan teknologi, meskipun ilmu terbagi dalam lima jenis, yaitu: 1) Nilai-
pengetahuan dan teknologi memiliki nilai akhlak perseorangan; 2) Nilai-nilai
tujuan yang berbeda, yaitu proses (sains) akhlak keluarga; 3) Nilai-nilai akhlak
dan produk (teknologi). Teknologi sosial; 4) Nilai-nilai akhlak dalam negara;
berupaya untuk mencari solusi optimal 5) Nilai-nilai akhlak agama.
terhadap masalah manusia, sebaliknya, Al-Qardawi dalam Halstead (2007)
sains mengupayakan jawaban untuk mengklasifikasi nilai akhlak menjadi
pertanyaan spesifik tentang dunia enam kategori, yang menunjukkan
material sebagai bahan pembentuk rentang nilai-nilai etika yang diharapkan
teknologi yang optimal (OECD, 2016; dalam kehidupan seorang muslim: akhlak
Asyhari & Hartati, 2015). kepada diri sendiri, akhlak kepada
Berdasarkan hal tersebut OECD keluarga, akhlak kepada komunitas atau
(2016) juga menjelaskan bahwa literasi masyarakat, akhlak kepada hewan, akhlak
sains juga tidak hanya membutuhkan kepada lingkungan, dan akhlak kepada
konsep dan teori dari sains, tetapi juga sang Maha Pencipta, Allah SWT.
pengetahuan tentang prosedur dan cara Sejalan dengan itu, Halstead (2007)
yang umum, berhubungan dengan dalam penelitiannya juga menyimpulkan
penyelidikan sains dan bagaimana hal bahwa terdapat tiga nilai pokok dalam
tersebut dapat diterapkan pada sains yang Islam, yaitu (a) akhlaq, yang mengacu
lebih kompleks. Sehingga, seseorang pada perintah dan tanggung jawab yang
yang memiliki literasi sains memiliki ditetapkan oleh syariat dan dalam ajaran
pengetahuan dari banyak konsep dan ide Islam pada umumnya; (b) adab, yang
yang membentuk dasar pemikiran dari mengacu pada perilaku yang memelihara
ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan dengan baik; dan (c) kualitas
bagaimana pengetahuan diturunkan pada karakter yang dimiliki oleh seorang
sains-teknologi, dan sejauh mana muslim yang baik, mengikuti contoh dari
pengetahuan tersebut dapat dibuktikan Nabi Muhammad SAW.
dengan penjelasan teoretis.
Nilai-nilai Budaya Indonesia
Nilai-nilai Islam Sastrosupono (1982) menjelaskan
Sumber utama ajaran Islam adalah Al bahwa kebudayaan Indonesia adalah
Quran dan As Sunnah yang dicontohkan puncak-puncak kebudayaan suku.
oleh Rasulullah Muhammad. Menurut Kebudayaan Indonesia juga merupakan
Amsari (1995), nilai-nilai Islam adalah suatu sintesis dari berbagai macam
sekumpulan dari prinsip hidup yang budaya suku, sehingga melahirkan
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, sesuatu yang baru. Adapun indikator
yang mengajarkan manusia tentang cara budaya Indonesia adalah (1) bahasa
yang seharusnya ditempuh untuk nasional, (2) Pancasila, (3) Undang-
menjalankan kehidupan di dunia ini. undang Dasar 1945, (4) pembangunan
Nilai-nilai tersebut harus dapat dan modernisasi Indonesia, (5) lagu-lagu
ditransformasikan dalam kehidupan nasional, dan (6) karya seni nasional.
manusia (Rahmat, 2004). Selanjutnya Walaupun ada banyak budaya di
Rahmat (2004) menjelaskan bahwa dalam Indonesia, akan tetapi terdapat nilai-nilai
Islam terdapat dimensi tauhid, syariah, utama (core value) dari budaya bangsa
dan akhlak. Namun secara garis besar, Indonesia yang dominan. Nilai-nilai
nilai Islam lebih menonjol dalam wujud utama tersebut didasarkan pada kriteria
nilai akhlak. Menurut Abdullah Darraz bahwa nilai-nilai itu harus diterima dan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 141
Gambar 2. Model Integrasi Literasi Sains (OECD, 2016) Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya
dengan Pendekatan Integrasi Interdisipliner (Drake & Burns, 2004)
142 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148
Seperti yang dapat kita lihat pada Nilai-nilai tersebut, dalam praktiknya
Gambar 2, Nilai-nilai Islam dan Budaya ditransfer melalui pendidikan yang
melingkupi literasi sains dengan keempat berorientasi pada nilai-nilai, karena
aspeknya. Nilai Islam menjadi nilai menurut Nasution (Rahmat, 2004), teori
terluar yang melingkupi semua sebagai ini menonjolkan penyajian pengalaman
sesuatu yang sangat fundamental dan belajar seperti yang dicita-citakan sesuai
diberi garis warna biru tidak terputus agar dengan nilai-nilai yang dianut. Selain itu,
menjelaskan bahwa nilai tersebut nilai-nilai tersebut tidak diajarkan, tetapi
membawa kedamaian dan mengikat. dikembangkan (Kemendiknas, 2010)
Nilai budaya diberi garis warna hijau yang mengandung makna bahwa nilai-
terputus-putus agar menjelaskan bahwa nilai tersebut tidak diajarkan seperti
nilai ini tidak mengikat sekuat nilai bahan ajar pada umumnya, namun
agama, namun menjadi nilai kedua yang melekat dalam proses dan evaluasi
menjadi tolak ukur kesadaran sebagai pembelajaran.
pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya. Singkatnya, seseorang yang Aspek Konteks Literasi Sains Berbasis
memiliki literasi sains tinggi, akan diikuti Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
dalam baiknya pemahaman terhadap Pada aspek konteks, literasi sains
nilai-nilai religi dan budaya yang (Tabel 1), PISA 2015 mengangkat isu
diimplementasikan dalam tindakan yang tentang kesehatan dan penyakit, sumber
sesuai dengan tuntutan agama (Allah dan daya alam, kualitas lingkungan, bahaya,
Rasul-Nya) dengan menjunjung tinggi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
nilai budaya yang menjaga persatuan dan teknologi dengan meninjau personal,
kesatuan bangsa Indonesia. lokal /nasional, dan Global.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 143
Tabel 1. Penilaian Literasi Sains Pada Domain Konteks dalam PISA 2015 (OECD, 2016)
Personal Lokal/Nasional Global
Kesehatan dan Pemeliharaan kesehatan, Pengendalian penyakit, Epidemi, penyebaran
Penyakit kecelakaan, dan nutrisi hubungan sosial, pemilihan penyakit yang dapat
makanan, kesehatan masyarakat membahayakan
Sumber Daya Konsumsi energi dan Pemeliharaan populasi manusia, Energi terbarukan dan
Alam bahan-bahan SDA secara kualitas hidup, keamanan, tidak terbarukan,
pribadi produksi dan distribusi pertumbuhan populasi,
makanan, suplai energi penggunaan
berkelanjutan oleh
makhluk hidup
Kualitas Lingkungan yang Distribusi populasi, Keragaman hayati,
Lingkungan bersahabat, penggunaan pembuangan sampah, imbas keberlanjutan ekologi,
dan pembuangan bahan- pada lingkungan pengendalian polusi,
bahan dan alat-alat produksi dan hilangnya
kesuburan tanah
Bahaya Penilaian risiko dari Perubahan tiba-tiba (Seperti: Perubahan iklim,
gaya hidup gempa bumi, cuaca buruk), dampak dari
perubahan lambat dan terus komunikasi modern.
menerus (seperti erosi pantai,
sedimentasi), penilaian risiko
Kemajuan Aspek saintifik dari hobi, Bahan-bahan baru, perangkat Kepunahan spesies,
Ilmu teknologi pribadi, dan proses, modifikasi genetik, eksplorasi ruang
Pengetahuan aktivitas musik dan teknologi kesehatan, transportasi angkasa, asal dan
dan Teknologi olahraga struktur alam semesta
Gambar 4. Model Aspek Konteks Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
Gambar 5. Model Aspek Kompetensi Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
Gambar 6. Model Aspek Pengetahuan Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
146 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148
Gambar 7. Model Aspek Sikap Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia