Anda di halaman 1dari 12

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

e-ISSN: 2503-023X DOI: 10.24042/jpifalbiruni.v6i1.1584


April 2017

LITERASI SAINS BERBASIS NILAI-NILAI ISLAM DAN BUDAYA


INDONESIA
Ardian Asyhari
Prodi Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung, Indonesia
e-mail: ardianasyhari@radenintan.ac.id

Diterima: 29 Januari 2017. Disetujui: 12 April 2017. Dipublikasikan: 29 April 2017

Abstrak: Keterlibatan masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat,
ternyata tidak diimbangi dengan kesadaran dalam beragama dan berbudaya. Metode pada kajian ini adalah
kajian literatur yang membahas gagasan tentang Literasi Sains Berbasis Nilai Islam dan Budaya Indonesia
(LSIB). Artikel ini mendiskusikan tentang (1) Bagaimana model literasi sains berbasis nilai-nilai Islam dan
Budaya Indonesia? (2) Bagaimana Literasi Sains dapat berkontribusi terhadap kesadaran beragama (Islam)
dan berbudaya Indonesia?; dan (3) Adakah isu terkait tentang literasi sains, Nilai-nilai Islam, dan Budaya
Indonesia? Dari kajian yang telah dilakukan, model LSIB yang digagas menggunakan pendekatan integrasi
interdisipliner dengan KNOW/BE/DO Bridge sebagai konsep penghubung antara literasi sains, nilai-nilai
Islam, dan Nilai-nilai Budaya yang dalam praktiknya dapat ditransfer melalui pendidikan (pengalaman
belajar) yang berorientasi pada nilai-nilai.

Kata kunci: literasi sains, nilai islam, nilai budaya indonesia

DEVELOPMENT OF PHYSICS LEARNING DEVICES BASED ON


CRITICAL THINKING SKILLS IN PROBLEM-BASED LEARNING
Abstract: Community involvement in science and technology are rapidly developing was not matched by
the religious and cultural awareness. The method in this study is a literature review that discusses the idea
of Scientific Literacy based on Islamic and Indonesian Cultural values (SLIC). This article discusses (1)
How to model scientific literacy based on Islamic values and culture Indonesia? (2) How can Science
Literacy contribute to the awareness of religion (Islam) and Indonesian culture? (3) What is the related
issue of scientific literacy, Islamic values, and Indonesian Cultural values? Of the studies that have done,
the model LSIB initiated by using an integrated approach interdisciplinary with KNOW / BE / DO Bridge
as the concept of a link between science literacy, Islamic values, and the values of culture which in
practice can transfer through education (learning experience) that oriented values.

© 2017 Pendidikan Fisika FTK UIN Raden Intan Lampung

Keywords: scientific literacy, Islamic value, Indonesian culture value.

PENDAHULUAN adalah dua entitas yang berbeda,


Islam adalah agama yang sempurna sedangkan Agama Islam yang secara
dan paripurna (Al Quran 2: 111-112, 3: ideologis diyakini bersifat universal
19, 85, 102, 5: 3) dan integrasi Agama (Muqoyyidin, 2014) merupakan dasar
dan Sains adalah sebuah keniscayaan dari kehidupan manusia yang mengatur
(Abdullah, 2013), namun telah lama secara komprehensif dan sempurna.
hanya menjadi wacana. Terkait hal Jika mengkaji dari sisi filsafat, kita
tersebut (Mulyono, 2011) menjelaskan akan menemukan konsep sains, Islam,
bahwa wacana tentang integrasi agama dan budaya saling terhubung pada kajian
dan sains telah muncul cukup lama, tentang The New Philosophy of Science
meskipun dalam kehidupan masyarakat (Abimbola, 1983; Clark, 1993). Kajian
luas hingga kini, banyak yang ini menelusuri proses kerja keilmuan
menganggap bahwa “agama” dan “ilmu” sains dari berbagai aspeknya, mulai aspek
138 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

logis, aspek sosiologis, aspek historis, dan Refleksi sebagai warga negara yang
aspek antropologi. Karena proses kerja beragama dan berbudaya ini sangat
sains ternyata terkait dengan beberapa penting, karena erat kaitannya dalam
aspek tersebut, maka sains merupakan menanggapi dan terlibat dalam pesatnya
produk pemikiran, produk sosial, produk perkembangan ilmu pengetahuan dan
sejarah, produk budaya, dan bahkan teknologi yang belakangan ini yang tidak
sebagai manifestasi keimanan (Muslih, diimbangi dengan kesadaran beragama
2010). Ketika masyarakat ilmuan dunia dan berbudaya, sehingga mengakibatkan
melihat konsep integrasi antara sains- rusaknya moral dan tatanan sosial dalam
Islam-budaya bermula dari kajian The masyarakat (Hadiawati, 2008; Hajaroh,
New Philosophy of Science, maka akan 1998; Widiastuti, 2013; Mubah, 2011).
banyak melahirkan wacana tentang Untuk lebih memperdalam
integrasi-interkoneksi keilmuan. pembahasan tersebut, maka artikel ini
Pada tahun 1958, Paul Hurd akan mendiskusikan tentang (1)
menemukan frasa “Scientific Literacy” Bagaimana model literasi sains berbasis
pertama kalinya untuk mengetahui nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia?
pendapat atau ide dan kesadaran publik (2) Bagaimana Literasi Sains dapat
Amerika tentang pengetahuan akan sains berkontribusi terhadap kesadaran
(Laugksch, 2000). Setelah itu (dalam beragama (Islam) dan berbudaya
dekade yang sama), literasi sains menjadi Indonesia?; dan (3) Adakah isu terkait
fokus dari komunitas ilmuan Amerika tentang literasi sains, Nilai-nilai Islam,
sebagai bentuk keingintahuan mereka dan Budaya Indonesia?
akan dukungan publik untuk merespons
perkembangan ilmu pengetahuan dan METODOLOGI PENELITIAN
teknologi Uni Soviet dengan Metode pada penelitian ini adalah
diluncurkannya Sputnik. 59 tahun setelah kajian literatur yang mengkaji pentingnya
Hurd, pembahasan tentang literasi sains topik yang dibahas dan membandingkan
meluas, yang awalnya hanya pendapat hasilnya dengan temuan pada penelitian
atau ide dan kesadaran tentang lain pada topik yang sama dan pada
pengetahuan akan sains (sebatas konteks), akhirnya menghasilkan sebuah kerangka
kini OECD (2016) mendefinisikan berpikir atau sebuah gagasan (Ramdhani
Literasi Sains adalah kemampuan untuk & Ramdhani, 2014).
terlibat dengan ilmu pengetahuan (sains)
pada masalah terkait dan dengan ide-ide Model Literasi Sains Berbasis Nilai-
(gagasan) sains sebagai refleksi warga Nilai Islam dan Budaya Indonesia
negara. Sebelum membahas model literasi
Jika memperhatikan frasa “... sains berbasis nilai-nilai Islam, akan
sebagai refleksi warga negara”, kita akan dibahas terlebih dahulu secara singkat
menyadari bahwa literasi sains ternyata tentang Literasi Sains, Nilai-nilai Islam,
hanya sebatas kesadaran sebagai warga dan Nilai-nilai Budaya Indonesia.
negara saja, padahal seorang warga
negara (misal: Warga Negara Indonesia) Apakah Literasi Sains itu?
adalah seseorang yang (mayoritas) Definisi literasi sains semakin
beragama Islam dan tentunya berbudaya. berkembang setelah Organisation for
Sehingga, artikel ini akan memperluas Economic Co-operation and
definisi literasi sains menurut OECD Development (OECD) menjalankan PISA
(2016) menjadi “... sebagai refleksi (Programme for Internasional Student
sebagai warga negara yang beragama Assessment) sejak tahun 2000, 2003,
dan berbudaya”. 2006, 2009, 2012, dan tahun 2015 (siklus
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 139

tiga tahunan). Pada tahun 2015 PISA terdapat 4 aspek yang menjadi kerangka
mendefinisikan Literasi Sains adalah “the dari literasi sains, yaitu Contexts,
ability to engage with science-related Knowledge, Competencies, dan Attitudes,
issues, and with the ideas of science, as a keempat aspek tersebut saling terkait
reflective citizen.” (OECD, 2016). (Gambar 1).
OECD (2016) menjelaskan bahwa 1. Contexts – pribadi, lokal/nasional dan
seseorang yang memiliki literasi sains isu-isu global, baik sekarang maupun
bersedia untuk terlibat dalam wacana lampau yang menuntut beberapa
tentang sains dan teknologi memerlukan pemahaman ilmu pengetahuan dan
kompetensi sebagai berikut: teknologi.
1. Menjelaskan fenomena secara 2. Knowledge – pemahaman tentang
saintifik – mengenali, menawarkan fakta-fakta utama, berupa konsep dan
dan mengevaluasi penjelasan- teori yang membentuk dasar dari
penjelasan berbagai fenomena alam pengetahuan ilmiah.
dan teknologi. 3. Competencies – kemampuan untuk
2. Mengevaluasi dan mendesain menjelaskan fenomena ilmiah,
penyelidikan secara saintifik – mengevaluasi dan merancang
menjelaskan dan menilai penyelidikan penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan
ilmiah dan mengusulkan cara data dan bukti ilmiah.
mengatasi pertanyaan ilmiah. 4. Attitudes – seperangkat sikap terhadap
3. Menafsirkan data dan bukti secara ilmu pengetahuan yang ditandai
saintifik – menganalisis dan dengan minat dalam ilmu pengetahuan
mengevaluasi data, menyimpulkan dan dan teknologi, menilai pendekatan
berargumen dalam berbagai ilmiah untuk menyelidiki mana yang
representasi dan menjelaskan konklusi tepat, serta persepsi dan kesadaran
yang tepat dari sains. akan masalah lingkungan.

Seperti pada PISA tahun-tahun


sebelumnya, pada tahun 2015 juga

Pengetahuan:
1. Konten
2. Prosedur
Kompetensi: 3. Epistemik
1. Menjelaskan fenomena
Konteks: memerlukan ilmiah
• Personal 2. Mengevaluasi dan dipengaruhi
• Lokal/Nasional merancang
• Global penyelidikan ilmiah
3. Menafsirkan data dan Sikap:
bukti ilmiah 1. Ketertarikan pada
sains
2. Menggunakan
pendekatan ilmiah
untuk
penyelidikan
3. Kesadaran
lingkungan

Gambar 1. Saling Keterkaitan Antar Empat Aspek Literasi Sains (OECD, 2016).
140 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

Konsep literasi sains pada kerangka dalam Langgulung (1992) yang dikutip
ini mengacu pada pengetahuan tentang oleh Rahmat (2004), Nilai-nilai Islam
sains dan teknologi, meskipun ilmu terbagi dalam lima jenis, yaitu: 1) Nilai-
pengetahuan dan teknologi memiliki nilai akhlak perseorangan; 2) Nilai-nilai
tujuan yang berbeda, yaitu proses (sains) akhlak keluarga; 3) Nilai-nilai akhlak
dan produk (teknologi). Teknologi sosial; 4) Nilai-nilai akhlak dalam negara;
berupaya untuk mencari solusi optimal 5) Nilai-nilai akhlak agama.
terhadap masalah manusia, sebaliknya, Al-Qardawi dalam Halstead (2007)
sains mengupayakan jawaban untuk mengklasifikasi nilai akhlak menjadi
pertanyaan spesifik tentang dunia enam kategori, yang menunjukkan
material sebagai bahan pembentuk rentang nilai-nilai etika yang diharapkan
teknologi yang optimal (OECD, 2016; dalam kehidupan seorang muslim: akhlak
Asyhari & Hartati, 2015). kepada diri sendiri, akhlak kepada
Berdasarkan hal tersebut OECD keluarga, akhlak kepada komunitas atau
(2016) juga menjelaskan bahwa literasi masyarakat, akhlak kepada hewan, akhlak
sains juga tidak hanya membutuhkan kepada lingkungan, dan akhlak kepada
konsep dan teori dari sains, tetapi juga sang Maha Pencipta, Allah SWT.
pengetahuan tentang prosedur dan cara Sejalan dengan itu, Halstead (2007)
yang umum, berhubungan dengan dalam penelitiannya juga menyimpulkan
penyelidikan sains dan bagaimana hal bahwa terdapat tiga nilai pokok dalam
tersebut dapat diterapkan pada sains yang Islam, yaitu (a) akhlaq, yang mengacu
lebih kompleks. Sehingga, seseorang pada perintah dan tanggung jawab yang
yang memiliki literasi sains memiliki ditetapkan oleh syariat dan dalam ajaran
pengetahuan dari banyak konsep dan ide Islam pada umumnya; (b) adab, yang
yang membentuk dasar pemikiran dari mengacu pada perilaku yang memelihara
ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan dengan baik; dan (c) kualitas
bagaimana pengetahuan diturunkan pada karakter yang dimiliki oleh seorang
sains-teknologi, dan sejauh mana muslim yang baik, mengikuti contoh dari
pengetahuan tersebut dapat dibuktikan Nabi Muhammad SAW.
dengan penjelasan teoretis.
Nilai-nilai Budaya Indonesia
Nilai-nilai Islam Sastrosupono (1982) menjelaskan
Sumber utama ajaran Islam adalah Al bahwa kebudayaan Indonesia adalah
Quran dan As Sunnah yang dicontohkan puncak-puncak kebudayaan suku.
oleh Rasulullah Muhammad. Menurut Kebudayaan Indonesia juga merupakan
Amsari (1995), nilai-nilai Islam adalah suatu sintesis dari berbagai macam
sekumpulan dari prinsip hidup yang budaya suku, sehingga melahirkan
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, sesuatu yang baru. Adapun indikator
yang mengajarkan manusia tentang cara budaya Indonesia adalah (1) bahasa
yang seharusnya ditempuh untuk nasional, (2) Pancasila, (3) Undang-
menjalankan kehidupan di dunia ini. undang Dasar 1945, (4) pembangunan
Nilai-nilai tersebut harus dapat dan modernisasi Indonesia, (5) lagu-lagu
ditransformasikan dalam kehidupan nasional, dan (6) karya seni nasional.
manusia (Rahmat, 2004). Selanjutnya Walaupun ada banyak budaya di
Rahmat (2004) menjelaskan bahwa dalam Indonesia, akan tetapi terdapat nilai-nilai
Islam terdapat dimensi tauhid, syariah, utama (core value) dari budaya bangsa
dan akhlak. Namun secara garis besar, Indonesia yang dominan. Nilai-nilai
nilai Islam lebih menonjol dalam wujud utama tersebut didasarkan pada kriteria
nilai akhlak. Menurut Abdullah Darraz bahwa nilai-nilai itu harus diterima dan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 141

diamalkan baik dalam sikap maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan


perilaku sebagian besar rakyat Indonesia. teknologi (Suhartini, 2009; Wagiran,
Nilai-nilai tersebut adalah (a) harmonis, 2012; Alus, 2014; Wikantiyoso &
(b) toleransi, (c) gotong royong, (d) Tutuko, 2009; Yunus, 2014).
religius, (e) prasaja, (f) musyawarah
untuk mufakat, (g) kesatria, dan (h) Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai
dinamis. (Sarwono, 1998; Demartoto, Islam dan Budaya Indonesia
2010). Demartoto (2010) juga Kerangka yang dikembangkan oleh
menambahkan bahwa nilai-nilai budaya OECD (2016) tentang Literasi Sains,
tersebut juga mendasari pola tindak memungkinkan adanya integrasi nilai-
sistem sosial budaya Indonesia. nilai religius dan lokal yang dapat
Pada perkembangannya, kebudayaan mempengaruhi kesadaran masyarakat
yang beragam pada masyarakat juga dalam menggunakan dan memanfaatkan
dikenal dengan kearifan lokal (local ilmu pengetahuan dan teknologi.
wisdom), yang bermakna kebijakan Setelah mengelaborasi literatur dan
setempat, pengetahuan setempat (local menganalisisnya, kemudian dengan
knowledge), atau kecerdasan setempat mengambil pendekatan integrasi
(local genius). Kearifan lokal adalah interdisipliner yang dikembangkan oleh
bagian dari budaya Indonesia (Wagiran, Drake & Burns (2004), yang menjelaskan
2012) yang mempengaruhi masyarakat bahwa tipe ini memungkinkan guru untuk
setempat dalam mengelola lingkungan, menyatukan keahlian, pengetahuan, atau
sumber daya alam (menjadi obat, bahkan sikap/tindakan. Maka model
makanan, peralatan bertani, berkebun, integrasi interdisipliner pada Literasi
dsb.), hubungan sosial, pengendalian Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan
bahaya gempa bumi (pendekatan Budaya Indonesia dapat dilihat pada
arsitektur bangunan) dan menyikapi Gambar 2.

Gambar 2. Model Integrasi Literasi Sains (OECD, 2016) Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya
dengan Pendekatan Integrasi Interdisipliner (Drake & Burns, 2004)
142 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

Penggunaan pendekatan integrasi KNOW/DO/BE Bridge, yaitu jembatan


interdisipliner ini bukan tanpa alasan, untuk memperjelas koneksi sebuah
Drake & Burns (2004) menjelaskan konsep dengan konsep lainnya dan juga
bahwa pendekatan ini memiliki menjelaskan apa yang harus dilakukan
kelebihan, yaitu dengan dapat (acts) untuk menyikapi hal yang telah
digunakannya jembatan interdisipliner. diketahui (Gambar 3).
Mereka juga mengembangkan kerangka

Gambar 3. KNOW/DO/BE Bridge (Drake & Burns, 2004)

Seperti yang dapat kita lihat pada Nilai-nilai tersebut, dalam praktiknya
Gambar 2, Nilai-nilai Islam dan Budaya ditransfer melalui pendidikan yang
melingkupi literasi sains dengan keempat berorientasi pada nilai-nilai, karena
aspeknya. Nilai Islam menjadi nilai menurut Nasution (Rahmat, 2004), teori
terluar yang melingkupi semua sebagai ini menonjolkan penyajian pengalaman
sesuatu yang sangat fundamental dan belajar seperti yang dicita-citakan sesuai
diberi garis warna biru tidak terputus agar dengan nilai-nilai yang dianut. Selain itu,
menjelaskan bahwa nilai tersebut nilai-nilai tersebut tidak diajarkan, tetapi
membawa kedamaian dan mengikat. dikembangkan (Kemendiknas, 2010)
Nilai budaya diberi garis warna hijau yang mengandung makna bahwa nilai-
terputus-putus agar menjelaskan bahwa nilai tersebut tidak diajarkan seperti
nilai ini tidak mengikat sekuat nilai bahan ajar pada umumnya, namun
agama, namun menjadi nilai kedua yang melekat dalam proses dan evaluasi
menjadi tolak ukur kesadaran sebagai pembelajaran.
pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya. Singkatnya, seseorang yang Aspek Konteks Literasi Sains Berbasis
memiliki literasi sains tinggi, akan diikuti Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
dalam baiknya pemahaman terhadap Pada aspek konteks, literasi sains
nilai-nilai religi dan budaya yang (Tabel 1), PISA 2015 mengangkat isu
diimplementasikan dalam tindakan yang tentang kesehatan dan penyakit, sumber
sesuai dengan tuntutan agama (Allah dan daya alam, kualitas lingkungan, bahaya,
Rasul-Nya) dengan menjunjung tinggi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
nilai budaya yang menjaga persatuan dan teknologi dengan meninjau personal,
kesatuan bangsa Indonesia. lokal /nasional, dan Global.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 143

Tabel 1. Penilaian Literasi Sains Pada Domain Konteks dalam PISA 2015 (OECD, 2016)
Personal Lokal/Nasional Global
Kesehatan dan Pemeliharaan kesehatan, Pengendalian penyakit, Epidemi, penyebaran
Penyakit kecelakaan, dan nutrisi hubungan sosial, pemilihan penyakit yang dapat
makanan, kesehatan masyarakat membahayakan
Sumber Daya Konsumsi energi dan Pemeliharaan populasi manusia, Energi terbarukan dan
Alam bahan-bahan SDA secara kualitas hidup, keamanan, tidak terbarukan,
pribadi produksi dan distribusi pertumbuhan populasi,
makanan, suplai energi penggunaan
berkelanjutan oleh
makhluk hidup
Kualitas Lingkungan yang Distribusi populasi, Keragaman hayati,
Lingkungan bersahabat, penggunaan pembuangan sampah, imbas keberlanjutan ekologi,
dan pembuangan bahan- pada lingkungan pengendalian polusi,
bahan dan alat-alat produksi dan hilangnya
kesuburan tanah
Bahaya Penilaian risiko dari Perubahan tiba-tiba (Seperti: Perubahan iklim,
gaya hidup gempa bumi, cuaca buruk), dampak dari
perubahan lambat dan terus komunikasi modern.
menerus (seperti erosi pantai,
sedimentasi), penilaian risiko
Kemajuan Aspek saintifik dari hobi, Bahan-bahan baru, perangkat Kepunahan spesies,
Ilmu teknologi pribadi, dan proses, modifikasi genetik, eksplorasi ruang
Pengetahuan aktivitas musik dan teknologi kesehatan, transportasi angkasa, asal dan
dan Teknologi olahraga struktur alam semesta

Gambar 4. Model Aspek Konteks Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia

Gambar 4 adalah permodelan aspek memanfaatkan saat sehat sebelum


konteks dari literasi sains yang berbasis sakitnya untuk beribadah kepada Allah
nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia. SWT, dan apabila sakit, apakah hamba
Sebagai ilustrasi singkat, kesehatan dan tersebut mampu bersabar selama
penyakit menurut Islam, dipandang sakitnya. Sedangkan secara budaya,
sebagai ujian dari Allah SWT. Dapatkah Indonesia memiliki nilai kearifan lokal
hamba yang diberikan kesehatan mampu dalam menyikapinya. Ada banyak kajian
144 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

tentang prosedur dan pengobatan disebabkan oleh perbuatan tangan


tradisional yang menjadi sarana untuk manusia sendiri yang tidak bisa menjaga
menjaga kesehatan ataupun mengobati keharmonisan hubungannya dengan alam.
berbagai macam penyakit (AHN, 2009). Sedangkan nilai-nilai budaya memegang
Secara personal, lokal, global, jika peranan sebagai usaha manusia untuk
seseorang komunitas masyarakat mencegahnya. Hal ini ditunjukkan
memahami kesehatan dalam konteks dengan ditemukannya konsep arsitektur
nilai-nilai Islam dan Budaya, maka masyarakat Indonesia sebagai nilai
kesehatan dapat terpelihara dan penyakit kearifan lokal sehingga mencegah
dapat dicegah dengan baik. kebahayaan secara tiba-tiba (karena
Sumber daya alam Indonesia yang banjir, gempa bumi, cuaca buruk)
melimpah merupakan sebuah nikmat (Wikantiyoso & Tutuko, 2009). Islam dan
yang sangat besar, sehingga Allah SWT budaya Indonesia memandang kemajuan
mengingatkan untuk selalu bersyukur ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
dalam setiap nikmatnya. Konteks sarana untuk semakin meningkatkan
bersyukur yang seharusnya dilakukan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
adalah menggunakan sumber daya alam SWT, dan sebagai pemersatu bangsa,
sewajarnya dan mengedepankan prinsip dalam ungkapan lain, nilai-nilai Islam dan
konservasi sehingga sumber daya alam Budaya Indonesia menjaga agar
yang tersedia dapat terpelihara sehingga hubungan manusia dengan Allah dan
dapat digunakan secara berkelanjutan. manusia tetap terjaga.
Dalam kajiannya tentang kearifan lokal
masyarakat Indonesia dalam mengelola Aspek Kompetensi Literasi Sains
sumber daya alam, Suhartini (2009) Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya
menguraikan nilai-nilai budaya beberapa Indonesia
suku di Indonesia yang menjadi prinsip Pada pembahasan ini, aspek
dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. kompetensi literasi sains haruslah
Islam sangat memperhatikan kualitas bersandarkan pada nilai-nilai Islam dan
lingkungan hidup, terutama kebersihan, budaya Indonesia, Gambar 1
sehingga seorang muslim yang menunjukkan bahwa aspek Kompetensi
memahami agamanya, tentu ia akan pada Literasi Sains berarti dapat
senantiasa menjaga kebersihan dan menjelaskan fenomena ilmiah,
kesucian diri dan lingkungannya. Kajian mengevaluasi dan merancang
oleh Sukenti (2008) dan Sufia, Sumarmi, penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan
& Amirudin (2016) tentang kearifan lokal data dan bukti ilmiah. Aspek kompetensi
dan peranannya terhadap pelestarian yang berbasis nilai Islam dan budaya
lingkungan menemukan konsep yang dimaksudkan untuk menciptakan harmoni
sangat kaya atas nilai-nilai budaya agar antara kebenaran yang datang dari Allah
dapat terciptanya kebersihan, terjaganya dan Rasul-Nya serta nilai-nilai budaya
keragaman hayati, kesuburan tanah, yang ada pada masyarakat (kearifan
polusi yang terkendali, dan terjaganya lokal) dengan akal, ilmu, dan dengan cara
kesuburan tanah. manusia mencari kebenaran dalam
Pada isu kebahayaan, Islam konteks ilmiah (Pramono & Martono,
memandang hal tersebut sebagai ujian 2011). Sehingga, model aspek
dan cobaan, karena sudah takdir Allah kompetensi literasi sains yang berbasis
dan manusia harus bersabar dan berserah nilai Islam dan budaya Indonesia
diri; dan juga musibah, karena banyak ditunjukkan pada Gambar 5.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 145

Gambar 5. Model Aspek Kompetensi Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia

Aspek Pengetahuan Literasi Sains konteks pengetahuan literasi sains


Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya berbasis nilai Islam dan budaya, berarti
Indonesia seseorang harus memahami bahwa
Kompetensi literasi sains seseorang pengetahuan terhadap konten keilmuan,
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan-nya harus disandarkan kepada nilai-nilai
(Gambar 1, OECD, 2016). Dalam Islam dan menghargai kebudayaan.

Gambar 6. Model Aspek Pengetahuan Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
146 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

Gambar 7. Model Aspek Sikap Literasi Sains Berbasis Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia

Aspek Sikap Literasi Sains Berbasis terlibat terhadapnya, sehingga wacana


Nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia atau gagasan terkait model literasi sains
Sikap teridentifikasi sebagai adab yang berbasis nilai-nilai Islam dan
dalam Islam. Adab bersumber dari nilai Budaya Indonesia dapat dimaknai
akhlak (moral) (Halstead, 2007). dengan kemampuan untuk terlibat dengan
Sehingga Sikap pada konteks literasi ilmu pengetahuan (sains) pada masalah
sains berbasis nilai Islam dan Budaya terkait dan dengan ide-ide (gagasan)
adalah memperlakukan dan menjalani sains sebagai refleksi sebagai warga
kehidupan dengan ilmu pengetahuan dan negara yang beragama dan berbudaya.
berakhlak, baik pada lingkungan maupun Gagasan tentang literasi sains berbasis
masyarakat (Gambar 7). nilai-nilai Islam dan Budaya Indonesia
masih membutuhkan kajian yang lebih
SIMPULAN DAN SARAN mendalam, baik melalui diskusi, seminar-
Indonesia adalah negara yang sangat seminar, maupun penerapan agar lebih
agamis, sila pertama yang berbunyi, aplikatif, yaitu dapat dikembangkan
“Ketuhanan yang Maha Esa” sebagai perangkat penilaiannya, dengan harapan
buktinya. Sedangkan wujud implementasi gagasan ini menjadi salah satu konsep
dari sila pertama yang menjadi dasar ini, dalam tema integrasi sains dan Islam.
dijelaskan pada sila-sila berikutnya,
kedua s.d. kelima. Sehingga, cita-cita DAFTAR PUSTAKA
luhur bangsa yang tertuang dalam Abdullah, A. (2013). Integrasi Agama
Pancasila adalah mengajak rakyat dan Sains, Sebuah Keniscayaan.
Indonesia untuk mengenal Allah SWT., (I. Anwarudin, Ed.) Jogjakarta,
dan mengimplementasikan ketaatan itu Jogjakarta, Indonesia. Retrieved
dalam bentuk nilai-nilai budaya yang Maret Minggu, 2017, from
secara singkat dijelaskan pada sila-sila http://diktis.kemenag.go.id/NEW/i
berikutnya. Perkembangan ilmu ndex.php?berita=detil&jenis=new
pengetahuan dan teknologi semakin s&jd=100#.WNeN0juLTIU
menuntut kesadaran setiap manusia untuk
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148 147

Abimbola, I. O. (1983). The Relevance of Daerah Istimewa Yogyakarta.


the "New" Philosophy of Science Jurnal Penelitian dan Evaluasi,
for the Science Curriculum. 1(1), 19-31.
School Science and Mathematics, Halstead, J. M. (2007). Islamic values: a
83(3), 181-192. distinctive framework for moral
AHN. (2009). Tentang Kami: Asosiasi education? Journal of Moral
Herbalis Nusantara. Retrieved Education, 36(3), 283-296.
from Asosiasi Herbalis Nusantara: doi:10.1080/03057240701643056
http://www.herbalisnusantara.com Kemendiknas. (2010). Pengembangan
/obatherbal/ Pendidikan Budaya dan Karakter
Alus, C. (2014). Peran Lembaga Adat Bangsa. Jakarta: Blitbang Pusat
dalam Pelestarian Kearifan Lokal Kurikulum Kemendiknas.
Suku Sahu di Desa Balisoan Langgulung, H. (1992). Asas-Asas
Kecamatan Sahu Kabupaten Pendidikan Islam. Jakarta:
Halmahera Barat. Journal “Acta Pustaka Al-Husna.
Diurna”, III(4), 1-16. Laugksch, C. R. (2000). Scientific
Amsari, F. (1995). lslam Kaaffah Literacy: A Conceptual Overview.
Tantangan Sosial dan Aplikasinya Science Education, 71-94.
di Indonesia. Jakarta: Gema Mubah, A. S. (2011). Strategi
Insani Press. Meningkatkan Daya Tahan
Asyhari, A., & Hartati, R. (2015). Profil Budaya Lokal dalam Menghadapi
Peningkatan Kemampuan Literasi Arus Globalisasi. Jurnal Unair,
Sains Siswa Melalui Pembelajaran 24(4).
Saintifik. Jurnal Ilmiah Mulyono. (2011). Model Integrasi Sains
Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, dan Agama dalam Pengembangan
4(2), 179-191. Akademik Keilmuan UIN. Jurnal
Clark, J. A. (1993). The New Philosophy Penelitian Keislaman, 7(2), 319-
of Science and Educational 338.
Research. Australian Educational Muqoyyidin, W. A. (2014). Integritasi
Researcher, 20(2), 16-22. dan interkoneksi Ilmu-Ilmu
Demartoto, A. (2010). Tentang Kami: Agama dan Sains Menuju
Universitas Sebelas Maret. Pendidikan Tinggi Islam Center of
Retrieved Maret Selasa, 2017, Excelllences. Edusentris, 1(2),
from Universitas Sebelas Maret: 171-182.
http://argyo.staff.uns.ac.id/files/20 Muslih, M. (2010). Pengaruh Budaya dan
10/08/sistem-sosial-budaya- Agama Terhadap Sains: Sebuah
indonesiai.pdf Survey Kritis. Jurnal Tsaqafah,
Drake, S. M., & Burns, R. C. (2004). 6(2), 225-247.
Meeting Standards throuh OECD. (2016). PISA 2015 Assessment
Integrated Curruculum. Virginia, and Analytical Framework:
United States of America: ASCD. Science, Reading, Mathematic
Hadiawati, L. (2008). Pembinaan and Financial Literacy. Paris:
Keagamaan Sebagai Upaya OECD Publishing.
Meningkatkan Kesadaran Siswa doi:10.1787/9789264255425-en
Melaksanakan Ibadah Shalat. Pramono, M. F., & Martono, E. (2011).
Jurnal Pendidikan Universitas Harmoni Nilai Agama dan Nilai
Garut, 2(1), 18-25. Ilmiah: Belajar Pengalaman Dunia
Hajaroh, M. (1998). Sikap dan Perilaku Islam dan Eropa. Jurnal At-
Keagamaan Mahasiswa Islam di Ta'dib, 6(2), 205-222.
148 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 137-148

Rahmat. (2004). Implementasi Nilai-nilai Perancangan dan Perancangan


Islam dalam Pendidikan Kota: Untuk Mewujudkan
Lingkungan Hidup. Kependidikan Arsitektur Kota yang
Islam, 2(1), 23-43. Berkelanjutan. Malang: Group
Ramdhani, M. A., & Ramdhani, A. Konservasi Arsitektur dan Kota
(2014). Verivication of Research Jurusan Teknik Arsitektur
Logical Framework Based on Universitas Merdeka Malang.
Literature Review. International Yunus, R. (2014). Nilai-Nilai Kearifan
Journal of Basics and Applied Lokal (Local Genius) Sebagai
Sciences, 03(02), 1-9. Penguat Karakter Bangsa: Studi
Sarwono. (1998). Cultural Values and Empiris Tentang Huyula (1 ed.).
Marketing Practice in Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Jurnal Ekonoi dan Bisnis
Indonesia, 13(2), 90-100.
Sastrosupono. (1982). Menghampiri
Kebudayaan. Bandung: Penerbit
Alumni.
Sufia, R., Sumarmi, & Amirudin, A.
(2016). Kearifan Lokal dalam
Melestarikan Lingkungan Hidup
(Studi Kasus Masyarakat Adat
Desa Kemiren Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi). Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan, I(4), 726-
731.
Suhartini. (2009). Kajian Kearifan Lokal
Masyarakat dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, (pp. 206-
218). Yogyakarta.
Sukenti, K. (2008). Kearifan Lokal dan
Peranannya Terhadap Upaya
Pelestarian Lingkungan: Suatu
Kajian Terhadap Budaya
Masyarakat Jawa. Jurnal Pijar
MIPA, III(1), 39-46.
Wagiran. (2012). Pengembangan
Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Hamemayu Hayuning Bawana.
Jurnal Pendidikan Karakter, II(3),
329-339.
Widiastuti. (2013). Analisis SWOT
Keragaman Budaya Indonesia.
Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1), 8-14.
Wikantiyoso, R., & Tutuko, P. (2009).
Kearifan Lokal dalam

Anda mungkin juga menyukai