Dhia Istiqomah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
dhiaistiqomah13@gmail.com
Usfiyatur Rusuly
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
usfirusuly@gmail.com
Abstrak
Filsafat Islam menjadi solusi daam permasalahan di ranah keilmuan maupun masyarakat.
Hal ini dikarenakan perkembangan ilmu filsafat yang semakin pesat, sehingga mendorong
para ilmuan Islam untuk menghasilkan pemikiran yang dapat mengharmonisasi ilmu
filsafat dengan ilmu keislaman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripti.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu studi Pustaka (library research). Adapun sumber
data menggunakan jurnal, artikel, dan catatan yang berkaitan dengan penelitian. Fokus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ilmu filsafat terhadap pemikiran Islam
dan bagaimana pemikiran para tokoh filsafat tentang filsafat Islam itu sendiri. Penelitian
Abstract
Islamic philosophy is a solution to problems in the realm of science and society. This is due to the
increasingly rapid development of philosophical science, thus encouraging Islamic scientists to
produce ideas that can harmonize philosophical science with Islamic science. This research is
descriptive qualitative research. The data analysis technique used is literature study (library research).
The data sources use journals, articles and notes related to research. The focus of this research aims to
determine the influence of philosophy on Islamic thought and how philosophical figures think about
Islamic philosophy itself. This library research uses a series of activities related to data collection
methods from libraries, namely through reading, recording and processing collection materials
without conducting field research. The results of the research in this discussion are that the thoughts
of philosophers who have influenced the world of philosophy to date include Imam Al-Ghazali with his
thoughts on divinity (theology), Ibn Miskawaih with his thoughts on morals (ethics), Al-Farabi with
his thoughts on education and science, and Ibn Thufail with his thoughts that combine the power of
reason and the power of human intuition.
PENDAHULUAN
Filsafat dari zaman ke zaman tetap berorientasi pada upaya mencari dan
merumuskan pengertian esensial dan universal1. Dari segi historis, hubungan
filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat nampak2.
Filsafat berpusat pada kemampuan nalar manusia di mana kebenaran hakiki yang
dicari yaitu berdasarkan yang dapat digapai oleh akal manusia 3. Berfilsafat adalah
berpikir secara radikal, universal, konseptual, koheren dan konsisten, sistematik,
1
Petrus Tan, ‘Krisis Metafisika Dan Filsafat Sebagai Tugas Berpikir: Perspektif Heidegger’,
LUMEN VERITATIS: Jurnal Teologi Dan Filsafat, 14.2 (2023), 101–200
<https://doi.org/10.30822/lumenveritatis.v14i2>. Hlm. 101
2
Kartini and others, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Perkembangan Ilmu Pengetahuan’, Jurnal Edukasi
Nonformal, 4.1 (2018), 398–407. Hlm. 399
3
Jenilan, ‘Filsafat Pendidikan’, El-Afkar, 7.1 (2018), 69–74. Hlm. 69
Filsafat sangat berkaitan erat dengan dunia keislaman di mana esensi dari
agama adalah keyakinan dan hakikat agama adalah ilmu11. Dalam Islam kedukan
filsafat mengalami fase pemuliaan dan kecaman sepanjang sejarah, di mana
sebagian ulama dan ilmuan berpendapat bahwa Islam dan filsafat berbeda secara
diametral dan sama sekali tidak bisa disatukan bagaimanapun caranya 12. Dalam
perkembangan pemikiran filsafat hikum Islam salah satu faktor pendorongnya
4
Rony Andre Cristian Naldo, ‘Pemikiran Filsafat Hukum Ke Arah Kepribadian Bangsa’, Jurnal
Ilmiah "Advokasi, 06.01 (2018), 42–55. Hlm. 43-44
5
Ahdar Djamaluddin, ‘Filsafat Pendidikan (Educational Phylosophy)’, Istiqra’, 1.2 (2014), 129–35.
Hlm. 129
6
I Made Dharma Atmaja, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Pembentuk Karakteristik Pengembangan Media
Pembelajaran Matematika’, Jurnal Santiaji Pendidikan, 10.1 (2020), 20–26
<https://doi.org/10.36733/jsp.v10i1.693>. Hlm. 20
7
Siti Mariyah and others, ‘Filsafat Dan Sejarah Perkembangan Ilmu’, Jurnal Filsafat Indonesia, 4.3
(2021), 242–46 <https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413>. Hlm. 242
8
I. R. V. O. Situmeang, ‘Hakikat Filsafat Ilmu Dan Pendidikan Dalam Kajian Filsafat Ilmu
Pengetahuan’, IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 5.1 (2021), 76–92. Hlm. 77
9
Sarjayadi, Azmi Fitrisia, and Ofianto, ‘Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan : Literature Review’, JIEE:
Jurnal Ilmiah Ekotrans Dan Eruidisi, 3.1 (2023), 1–6. Hlm. 1
10
Rihlah Nur Aulia, ‘Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak’,
Jurnal Studi Al-Qur’an: Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani, 11.1 (2015), 81–89
<https://doi.org/10.21009/jsq.011.06>. Hlm. 82
11
Hadi Sufyan and others, ‘Pertumbuhan Filsafat Dan Sains Pada Zaman Islam Terhadap Modernitas
Era Society 5.0’, Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 7.2 (2022), 274–87. Hlm. 275
12
M Nafiur Rofiq, ‘Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan’, FALASIFA :
Jurnal Studi Keislaman, 9.1 (2018), 161–75 <https://doi.org/10.36835/falasifa.v9i1.112>. Hlm. 162
Filsafat Islam merupakan usaha filsuf muslim dengan akal serta budaya
yang dimilki untuk memahami secara radikal atau mendalam serta integral
terhadap jawaban al Quran mengenai masalah asasi filsafat yang meliputi hakikat
Tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia15. Dalam bahasa Arab filsafat
ilmu diterjemahkan sebagai hukkam al-Islam, yang maksudnya adalah terciptanya
sikap yang positif yang berpusat pada akal pikiran dan metodenya 16. Sumber
pemikiran filsafat Islam itu berasal dari al Quran, khususnya dalam upaya
menyesuaikan antara ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari 17. Ketika
Rasulullah SAW masih hidup, semua persoalan yang terjadi bisa dituntaskan
dengan cara ditanyakan langsung kepada beliau, atau diselesaikan dengan jalan
kesepakatan. Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan lagi setelah Rasulullah
SAW wafat sehingga persoalan semakin banyak dan rumit seiring dengan
perkembangan Islam yang pesat18.
13
Umar, ‘Filsafat Ilmu: Suatu Tinjauan Pengertian Dan Objek Dalam Filsafat Pengetahuan’, EL-
Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 2.2 (2018), 160–70
<https://doi.org/10.52266/el-muhbib.v2i2.392>. Hlm. 164
14
Astuti and others, ‘Sejarah Perkembangan Filsafat Islam (Mulai Penerjemahan Filsafat Yunani
Sampai Kemunduran)’, Raudhah Proud To Be Professionals Jurnal Tarbiyah Islamiyah, x.Query date: 2023-
03-17 10:35:12 (2022), 268–76. Hlm. 267
15
Jon Pamil, ‘Transformasi Filsafat Yunani Ke Dunia Islam Dan Kemunculan Filsafat Islam’, An-
Nida’: Jurnal Pemikiran Islam, 37.2 (2012), 103–11. Hlm. 106
16
Wahyu Rinjani, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan, ‘Masuknya Pemikiran Filsafat Ke Dunia
Islam’, PANDAWA: Jurnal Pendidikan Dan Dakwah, 3.3 (2021), 333–47
<https://doi.org/10.56832/pema.v1i2.93>. Hlm. 333
17
Sri Wahyuningsih, ‘Sejarah Perkembangan Filsafat Islam’, Jurnal Mubtadiin, 7.1 (2021), 82–99.
Hlm. 46
18
Ibrahim, ‘Filsafat Islam Klasik Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern Di Eropa’, Jurnal
Aqidah, III.1 (2017), 13–25. Hlm. 14
19
Dede Rohaniawati, ‘Kontribusi Pemikiran Filsafat Islam Dalam Ilmu Pendidikan’, Filsafat Islam :
Historiitas Dan Aktualitas, 2020, 358–68. Hlm. 359
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripti. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu studi Pustaka (library research). Adapun sumber data
menggunakan jurnal, artikel, dan catatan yang berkaitan dengan penelitian. Fokus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ilmu filsafat terhadap
pemikiran Islam dan bagaimana pemikiran para tokoh filsafat tentang filsafat
Islam itu sendiri. Penelitian pustaka ini menggunakan rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan metode pengumpulan data dari perpustakaan, yakni melalui
membaca, mencatat, dan mengolah bahan koleksi tanpa melakukan riset lapangan.
20
Setya Widyawati, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan’, GELAR: Jurnal Seni Budaya,
11.1 (2013), 87–96. Hlm. 87
21
Achmad Musyahid, ‘Perkembangan Pemikiran Filsafat Dalam Jurisprudensi Islam’, Jurnal Hukum
Diktum, 8.1 (2010), 47–54. Hlm. 47
22
Azis Masang, ‘Kedudukan Filsafat Dalam Islam’, Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer,
11.1 (2020), 30–55. Hlm. 31
23
Elsa Ariestika, I Putu Agus Dharma Hita, and Septadi Hanif Pambayu, ‘Pandangan Filsafat
Terhadap Ilmu Keolahragaan Pada Pendidikan Zaman Now’, Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga, 3.2
Jika membahas filsafat ilmu, ada tiga aspek yang tidak bisa dipisahkan
yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiometri.Hubungan antara ketiga aspek
filsafat yang disebutkan diatas adalah jika kita dapat mengkaji, dan memahami
hakikat suatu objek (ontologi), kita dapat menentukan apakah objek itu benar
atau salah (epistemologi), dan jika suatu objek itu benar, maka kita dapat
mengatakan demikian itu memiliki nilai (aksiologi). Sangat penting bagi kita
untuk memahami ketiga aspek ini dan mempertimbangkan perannya ketika
membahas sains dan pengetahuan.
1. Ontologis
Secara linguistik, ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang akar
katanya adalah “ontos” dan “logos”. Kata Ontos yang memiliki arti “apa
yang ada”, dan logos yang memiliki arti“pengetahuan”.Sederhananya,
ontologi adalah ilmu yang membicarakan tentang apa yang ada.secara
konseptual, ontologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari hakikat
kehidupan dalam kaitannya dengan keberadaan, termasuk keberadaan
segala sesuatu yang ada dan dapat ada.24
Tujuan penyelidikan ontologis adalah bahwa apa yang ada tidak terikat
pada manifestasi tertentu. Ontologi membahas upaya menemukan apa yang
hadir secara universal, yaitu inti yang terkandung dalam seluruh realitas,
termasuk seluruh realitas dalam segala bentuknya.25 Dari sudut pandang
ontologis, ilmu pengetahuan terbatas pada penelitian empiris. Objek
penelitian ilmiah mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diselidiki
dengan menggunakan indera manusia. Singkatnya, ilmu pengetahuan tidak
dapat membahas hal-hal yang berada di luar jangkauan manusia karena
tidak dapat dibuktikan secara metodologis maupun empiris, namun ilmu
pengetahuan mempunyai sifat berorientasi pada dunia demonstratif.26
Pandangan ontologis berpikir kritis dalam sains berfokus pada
pengembangan kemampuan menganalisis wacana secara kritis guna
mengembangkan tindakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keyakinan
bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan yang paling penting dan
mendasar dalam mengambil keputusan.27 Kami sepakat bahwa ontologi
diperlukan untuk pengembangan pemikiran kritis. Oleh karena itu, perlu
(2020), 9 <https://doi.org/10.31602/rjpo.v3i2.3682>.
24
D Rokhmah, ‘Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi’, Cendekia:
Jurnal Studi Keislaman, 2021, 172–86 <https://ejurnal.staiha.ac.id/index.php/cendekia/article/view/124>.
25
Bahrum, ‘Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi’, Sulesana Jurnal Wawasan Keislaman, 8.2
(2013), 35–45.
26
Moch Tolchah, ‘Implikasi Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Perspektif Kuntowijoyo’, Fikrotuna, 11.01 (2020) <https://doi.org/10.32806/jf.v11i01.3937>.
etika, estetika, cara dan tata cara memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan
moral, keindahan artistik, yaitu kebenaran ilmiah, keindahan artistik, dan
kebaikan moral.
Epistemologi juga mengacu pada cabang filsafat yang mengkaji hakikat,
batasan, dan penerapan ilmu pengetahuan. Kajian epistemologis ini
melibatkan sejumlah argumen yang menganalisis hakikat pengetahuan dan
hubungannya dengan konsep-konsep terkait seperti kebenaran, keyakinan,
dan penilaian. Yang lain lagi berkaitan dengan cara produksi pengetahuan,
seperti skeptisisme terhadap berbagai klaim pengetahuan..30
Untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan, berpikir
rasional saja tidak cukup, atau sebaliknya berpikir empiris saja, karena ada
batasnya dalam mencapai kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, pencapaian
kebenaran menurut ilmu pengetahuan dicapai melalui metode ilmiah, yang
memadukan atau menggabungkan rasionalisme dan empirisme sebagai satu
kesatuan yang saling melengkapi.
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara epistemologis berkaitan
dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sumber, batasan, dan validitas
pengetahuan. Pandangan epistemologis ini membentuk landasan untuk
pemahaman kita tentang cara ilmu pengetahuan diperoleh, dibangun, dan
dievaluasi. Masing-masing pandangan memiliki implikasi terhadap metode-
metode penelitian, hubungan antara subjek dan objek pengetahuan, serta
cara pengetahuan dievaluasi dalam konteks ilmiah.
3. Aksiologis
Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang menganalisis hakikat nilai,
antara lain nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai keindahan, dan nilai
keagamaan. Secara etimologis, kata aksiologi berasal dari bahasa Yunani
kuno dan terdiri dari kata “axios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti
teori. Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang nilai-nilai.. 31
Menurut Sumantri, aksiologi dapat dibedakan menjadi (1) perbuatan moral;
Bidang ini telah melahirkan bidang keilmuan khusus yang disebut “ilmu
etika” atau nilai-nilai etika. (2) Ekspresi estetika, dari situlah muncul konsep
teori estetika atau nilai estetika. (3) Kehidupan sosiopolitik, dari daerah
inilah muncul konsep sosiopolitik, atau nilai-nilai sosial dan politik.
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat nilai dari sudut
pandang filsafat. Aksioma ilmu pengetahuan mencakup nilai-nilai normatif
30
T Herlina, ‘Pendekatan Ontologis, Epistimologis, Dan Aksiologi Sebagai Filsafat Ilmu Dalam
Pembelajaran Matematika’, Jurnal Dunia Ilmu, 2.1 (2022), 1–9.
31
Unwakoly.
36
Widyawati.
37
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (PT Penerbit IPB Press, 2013).
38
Rihlah Nur Aulia, ‘Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak’,
Jurnal Online Studi Al-Qur’an, 11.1 (2015), 81–89 <https://doi.org/10.21009/jsq.011.06>.
39
Mariyah and others.
40
Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, Ar Ruzz Media, 2015, LII.
48
Fikri. Hal. 21-22.
49
Atabik. Hal. 22
50
Mubarak. Hal. 53
51
Fikri. Hal. 24.
52
Atabik. Hal. 22.
53
Atabik. Hal. 23.
63
Atabik. Hal. 32-33.
64
Istighfarotul Rahmaniyah, Pendidikan Etika: Konsep Jiwa Dan Etika Perspektif Ibnu Miskawaih
Dalam Kontribusinya Di Bidang Pendidikan (Malang: UIN Malang Press, 2010). Hal. 110.
65
Della Noer Zamzami Mohammad Ramli, ‘Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih (Studi
Kitab Tahdzib Al-Akhlak)’, Jurnal Sustainable, 5.2 (2022), 208–20
<https://doi.org/10.32923/kjmp.v5i2.2669>. Hal. 210.
66
Hasyimiyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gajad Mada Press, 1999). Hal. 57.
Selian itu, gelar guru ketigas setelah al-Farabi juga ditabalkan kepada
Ibnu Miskawaih, seorang ilmuwan agung kelahiran Ray, Iran sekitar tahun
320 H/932 M.67 Ia merupakan illmuwan hebat dan dikenal sebagai seorang
filsuf, penyair, dan sejarawan yang terkenal.
Pendidikan Ibnu Miskawaih berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Pada masanya, pendidikan anak bermula dengan belajar,
membaca, menulis, mempelajari al-Quran, dasar-dasar bahasa Arab,
Nahwu, dan Arrudh (ilmu membaca dan menulis syair), yang mana
pembelajaran itu diberikan di surau-surau. Setelah ilmu dasar itu
diberikan, kemudian anak diberikan Pelajaran ilmu fiqh, hadits, sejarah
(Persia, Arab, dan India), matematika dan ilmu praktis seperti music,
bermain catur dan furusiah (kemiliteran).
Meskipun Ibnu Miskawaih tidak mengikuti Pelajaran private
dikarenakan ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk mendatangkan
guru terutama untuk Pelajaran lanjut yang biayanya mahal, perkembangan
ilmu Ibnu Miskawaih diperoleh melalui jalan membaca buku pada saat
menjadi pustakawan Ibn al-Amid, Menteri Rukn al-Daulah yang akhirnya
menjadi bendaharawan Adhud al-Daulah.68
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlah (etika) walaupun
perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa,
sastra, dan sejarah. Hal ini bisa disebabkan karena situasi masyarakat yang
sangat kacau di masanya, seperti meminum minuman keras, perzinaan,
hidup glamour.69 Itulah mengapa Ibnu Miskawaih menitikberatkan
perhatiannya pada bidang etika.
b. Karya-karya Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih merupakan sosok filsuf muslim yang berhasil.
Keberhasilan Ibnu Miskawaih ini dibuktikan dengan banyaknya buku yang
ditulisnya. Ia menulis 41 buah buku dan artikel yang selalu berkaitan
dengan filsafat akhlak. Dari 41 karyanya itu, 15 buku sudah dicetak, 8 buku
masih berupa manuskrip dan 18 buku dinyatakan hilang. 70 Dalam buku
67
Ifa Afidah, ‘Pendidikan Akhlaq Perspektif Pemikiran Ibnu Miskawaih’, Falasifa, 1o.1 (2019), 17–
26. Hal. 19.
68
Afidah. Hal. 20.
69
Nizar, ‘Pemikiran Etika Ibnu Miskawaih’, Jurnal Aqlam, 1.1 (2016)
<https://doi.org/10.35905/kur.v10i1.584>. Hal. 37.
70
Ulfa Kesuma Ahmad Wahyu Hidayat, ‘Analisis Filosufis Pemikiran Ibnu Miskawaih (Sketsa
Biografi, Konsep Pemikiran Pendidikan, Dan Relevansinya Di Era Modern)’, Nazhruna: Jurnal Pendidikan
Islam, 2.1 (2019), 87–107 <https://doi.org/10.31538/nzh.v2i1.189>. Hal. 91-92.
The History if The Muslim Philosophy terdapat beberapa karya tulisan Ibnu
Miskawaih, yaitu:
1) Al-Fauz al-Akbar (tentang keberhasilan besar).
2) Al-Fauz al-Ashghar (tentang keberhasilan kecil).
3) Tajarib al-Umam (tentang pengalaman bangsa-bangsa sejak awal
sampai ke masa hidupnya).
4) Uns al-Farid (Kumpulan anekdot, syair, peribahasa dan kata-kata
Mutiara).
5) Tartib al-Sa’adat (tentang akhlak dan politik).
6) Al-Musthafa (syair-syair pilihan).
7) Jawidan Khirad (Kumpulan ungkapan bijak).
8) Al-Jami’
9) Al-Siya (tentang aturan hidup).
10) Tahdzib al-Akhlak (pendidikan akhlak).
11) Risalat fi al-Lazzat wa al-Alam fi Jauhar al-Nafs.
12) Ajwibah wa al-As’ilah fi an-Nafs wa al-Aql (tanya jawab tentang jiwa).
13) Al-Jawab fi al-Masa’il al-Salas (jawaban tentang tiga masalah).
14) Risalat fi-Jawab fi-Su’al Ali ibn Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi Haqiqat
al-‘Aql.
15) Thaharat al-Nafs (kesucian jiwa).
c. Pemikiran Ibnu Miskawaih
Dalam pemikirannya mengenai etika, Ibnu Miskawaih memulainya
dengan menyelami jiwa manusia. Menurut Ibnu Miskawaih, jiwa memiliki
keutamaan sendiri dibandingkan ilmu lainnya. Etika menurutnya adalah
keadaan jiwa yang melakukan perbuatan tanpa pikiran dan perenungan.
Sikap mental tersebut terbagi menjadi dua, yaitu berasal dari watak dan
kebiasaan serta latihan-latihan.71 Mengetahui tentang keadaan jiwa (ahwal
an nafs) merupakan pondasi untuk ilmu lainya seperti teologi, etika, dan
logika.72 Karena melalui jiwa, seseorang memiliki senjata untuk melihat
yang benar dan batil dalam masalah keyakinan dan antara kebaikan dan
keburukan. Oleh karena itu etika miskawaih dibangun atas pandangannya
terhadap jiwa.
Dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq al-Fawz al-Ashgar, Miskawaih
menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga kekuatan yang bertingkat,
yaitu:73
71
Mubarak. Hal. 69.
72
Ahmad Wahyu Hidayat. Hal. 93.
73
Mubarak. Hal. 69.
Al-Farabi berhenti sebagai hakim pada usia empat puluh tahun dan
kemudian pergi ke Baghdad selama tiga puluh tahun untuk belajar filsafat.
Selama tinggal di Baghdad, Alfarabi menghabiskan waktunya untuk
belajar, menulis, mengajar, dan menjelaskan karya Aristoteles dan Plato.
Namun, ketika keadaan di Baghdad berubah, Alfarabi memutuskan untuk
pergi ke Damaskus dan tinggal di sana sendirian agar dia bisa
berkonsentrasi pada membaca. Al Farabi berpindah ke Damaskus dan
tinggal di sana sendirian dengan tujuan membaca dan menulis. Al-Farabi
diberikan posisi sebagai ulama di istana ketika ia pindah ke Damaskus. Hal
ini disebabkan oleh sifat beliau yang sederhana, menjauhi gaya hidup
mewah dan berfoya-foya. Beliau sangat suka berfikir, menyendiri, dan
hidup zuhud, serta sering merenung.75
b. Filsafat dalam Perspektif Alfarabi
74
Mubarak. Hal. 69-70.
Konsep Pendidikan
No Aspek
Menurut Al-Farabi
1. Tujuan Membantu orang-orang mencapai kesempurnaan.
Pendidika
n
2. Kurikulum Berdasarkan tiga kategori utama ilmu: metafisika,
matematika, dan ilmu alam, ilmu-ilmu secara
keseluruhan dibagi menjadi bidang-bidang yang
saling terkait tetapi juga terpisah.
3. Pendidik
Meskipun tidak ada konsep yang jelas, seorang
pendidik dan peserta didik tidak boleh terlepas
dari kehidupan masyarakat karena masyarakat
merupakan tempat di mana seseorang dapat
4. Peserta didik
mempraktikkan ilmu yang dimiliki.
5. Metode
Terdapat dua metode dasar dalam pendidikan.
Pendidikan
Yang pertama adalah cara yang disesuaikan
75
Asep Abdul Muhyi Alya Rohaly, Anisa Salsabila, Asya Noer Izzatin, ‘Konsep Kebahagiaan
Perspektif Filsuf Muslim (Al-Farabi Dan Al-Kindi) Multidisciplinary Research’, Gunung Djati Conference
Series, 24.3418 (2023), 375–91.
76
Agung Setiyawan, “Konsep Pendidikan Menurut Al- Ghazali Dan Al-Farabi (Studi Komparasi
Pemikiran),” Tarbawiyah Vol. 13, N (2017): 52–53.
77
Muhammad Zainal Abidin, “Dinamika Pemikiran Klasifikasi Ilmu Dalam Khazanah Intelektual
Islam Klasik” 20, no. 2 (2021): 188–202, https://doi.org/10.18592/jiiu.v.
4. Ibnu Thufail
a. Biografi Singkat Ibnu Thufail
Ibnu Thufail lahir di Guadix, provinsi Granada, Spanyol pada tahun 506
H/1110 M. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Abd Al-
Malik Ibnu Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Thufail. Secara
78
Mahbub Junaidi, ‘Ibnu Thufail (Studi Kritis Filsafat Ketuhanan Dalam Roman Hayy Bin
Yaqzan)’, DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, 7.1 (2020), 52–65.
KESIMPULAN
Filsafat ilmu merupakan landasan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara
empiris. Hubungan antara ketiga aspek filsafat yang disebutkan diatas adalah jika
kita dapat mengkaji, dan memahami hakikat suatu objek (ontologi), kita dapat
menentukan apakah objek itu benar atau salah (epistemologi), dan jika suatu objek
itu benar, maka kita dapat mengatakan demikian itu memiliki nilai (aksiologi).
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara ontologis melibatkan pertanyaan-
pertanyaan mendasar mengenai hakikat dan eksistensi ilmu pengetahuan.
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara epistemologis berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai sumber, batasan, dan validitas pengetahuan.
Pandangan aksiologis ini mencerminkan kesadaran akan implikasi etis dan nilai-
nilai dalam praktik ilmiah.
Beberapa tokoh dalam dunia filsafat yang terkenal dengan pemikirannya
yaitu seperti, Imam Al-Ghazali dengan pemikirannya tentang ketuhanan (ilahiyat),
Ibnu Miskawaih dengan pemikirannya tentang akhlak (etika), Al-Farabi dengan
pemikirannya tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan Ibnu Thufail
dengan pemikirannya yang memadukan kekuatan akal dan kekuatan intuisi
manusia. Pemikiran-pemikiran para tokoh filsuf tersebut masih dapat kita temui
dan berkembang sampai sekarang. Dan pemikiran tersebutlah yang
mempengaruhi dunia filsafat hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
79
Muhammad Nasri Dini, Syamsul Bakri, and Yusup Rohmadi, ‘Konsep Pendidikan Perspektif Ibnu
Thufail’, Jurnal Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 12.1 (2023), 129–39.
80
Muhammad Hanafi, ‘Konsep Pendidikan Islam Ibn Thufail’, As-Sabiqun, 1.2 (2019), 41–52
<https://doi.org/10.36088/assabiqun.v1i2.353>.
<https://doi.org/10.46870/jhki.v1i1.119>
Musyahid, Achmad, ‘Perkembangan Pemikiran Filsafat Dalam Jurisprudensi
Islam’, Jurnal Hukum Diktum, 8.1 (2010), 47–54
Naldo, Rony Andre Cristian, ‘Pemikiran Filsafat Hukum Ke Arah Kepribadian
Bangsa’, Jurnal Ilmiah "Advokasi, 06.01 (2018), 42–55
Nasution, Hasyimiyah, Filsafat Islam (Jakarta: Gajad Mada Press, 1999)
Nizar, ‘Pemikiran Etika Ibnu Miskawaih’, Jurnal Aqlam, 1.1 (2016)
<https://doi.org/10.35905/kur.v10i1.584>
Pamil, Jon, ‘Transformasi Filsafat Yunani Ke Dunia Islam Dan Kemunculan Filsafat
Islam’, An-Nida’: Jurnal Pemikiran Islam, 37.2 (2012), 103–11
Rahmaniyah, Istighfarotul, Pendidikan Etika: Konsep Jiwa Dan Etika Perspektif Ibnu
Miskawaih Dalam Kontribusinya Di Bidang Pendidikan (Malang: UIN Malang
Press, 2010)
Rinjani, Wahyu, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan, ‘Masuknya Pemikiran
Filsafat Ke Dunia Islam’, PANDAWA: Jurnal Pendidikan Dan Dakwah, 3.3 (2021),
333–47 <https://doi.org/10.56832/pema.v1i2.93>
Rofiq, M Nafiur, ‘Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan’,
FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 9.1 (2018), 161–75
<https://doi.org/10.36835/falasifa.v9i1.112>
Rokhmah, D, ‘Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan
Aksiologi’, Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 2021, 172–86
<https://ejurnal.staiha.ac.id/index.php/cendekia/article/view/124>
Sarjayadi, Azmi Fitrisia, and Ofianto, ‘Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan : Literature
Review’, JIEE: Jurnal Ilmiah Ekotrans Dan Eruidisi, 3.1 (2023), 1–6
Setiyawan, Agung, ‘Konsep Pendidikan Menurut Al- Ghazali Dan Al-Farabi (Studi
Komparasi Pemikiran)’, Tarbawiyah, Vol. 13, N (2016), 52–53
Situmeang, I. R. V. O., ‘Hakikat Filsafat Ilmu Dan Pendidikan Dalam Kajian
Filsafat Ilmu Pengetahuan’, IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan
Humaniora, 5.1 (2021), 76–92
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (PT Penerbit IPB Press, 2013)
Sufyan, Hadi, Salminawati, Yudhi Septian Harahap, and Hairil Anwar,
‘Pertumbuhan Filsafat Dan Sains Pada Zaman Islam Terhadap Modernitas Era
Society 5.0’, Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 7.2 (2022), 274–87
Tan, Petrus, ‘Krisis Metafisika Dan Filsafat Sebagai Tugas Berpikir: Perspektif
Heidegger’, LUMEN VERITATIS: Jurnal Teologi Dan Filsafat, 14.2 (2023), 101–
200 <https://doi.org/10.30822/lumenveritatis.v14i2>
Tolchah, Moch, ‘Implikasi Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum