Anda di halaman 1dari 27

Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Volume 1 Nomor 1, Mei-November 2020


ISSN: 2723-4894 (cetak), ISSN: 2723-4886 (daring)
DOI:

ILMU FILSAFAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PEMIKIRAN ISLAM

Ahmad Nawirul Huda


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
nawirulhuda2b@gmail.com

Dhia Istiqomah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
dhiaistiqomah13@gmail.com

Raziqa Dyaah Cahyani


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
raziqadyaah@gmail.com

Aatina Khairal ‘Athiyyah Zen


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
aatinakhairal99@gmail.com

Usfiyatur Rusuly
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
usfirusuly@gmail.com

No. Hp/WA: 082339772068

Abstrak
Filsafat Islam menjadi solusi daam permasalahan di ranah keilmuan maupun masyarakat.
Hal ini dikarenakan perkembangan ilmu filsafat yang semakin pesat, sehingga mendorong
para ilmuan Islam untuk menghasilkan pemikiran yang dapat mengharmonisasi ilmu
filsafat dengan ilmu keislaman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripti.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu studi Pustaka (library research). Adapun sumber
data menggunakan jurnal, artikel, dan catatan yang berkaitan dengan penelitian. Fokus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ilmu filsafat terhadap pemikiran Islam
dan bagaimana pemikiran para tokoh filsafat tentang filsafat Islam itu sendiri. Penelitian

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

pustaka ini menggunakan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan metode


pengumpulan data dari perpustakaan, yakni melalui membaca, mencatat, dan mengolah
bahan koleksi tanpa melakukan riset lapangan. Hasil penelitian dalam pembahasan ini yaitu
bahwa pemikiran-pemikiran para tokoh filsuf yang mempengaruhi dunia filsafat hingga
saat ini seperti, Imam Al-Ghazali dengan pemikirannya tentang ketuhanan (ilahiyat), Ibnu
Miskawaih dengan pemikirannya tentang akhlak (etika), Al-Farabi dengan pemikirannya
tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan Ibnu Thufail dengan pemikirannya yang
memadukan kekuatan akal dan kekuatan intuisi manusia.

Kata Kunci: Ilmu Filsafat, Fitsafat Islam, Pemikiran Islam

Abstract

Islamic philosophy is a solution to problems in the realm of science and society. This is due to the
increasingly rapid development of philosophical science, thus encouraging Islamic scientists to
produce ideas that can harmonize philosophical science with Islamic science. This research is
descriptive qualitative research. The data analysis technique used is literature study (library research).
The data sources use journals, articles and notes related to research. The focus of this research aims to
determine the influence of philosophy on Islamic thought and how philosophical figures think about
Islamic philosophy itself. This library research uses a series of activities related to data collection
methods from libraries, namely through reading, recording and processing collection materials
without conducting field research. The results of the research in this discussion are that the thoughts
of philosophers who have influenced the world of philosophy to date include Imam Al-Ghazali with his
thoughts on divinity (theology), Ibn Miskawaih with his thoughts on morals (ethics), Al-Farabi with
his thoughts on education and science, and Ibn Thufail with his thoughts that combine the power of
reason and the power of human intuition.

Keywords: Philosophy, Islamic Philosophy, Islamic Thought

PENDAHULUAN

Filsafat dari zaman ke zaman tetap berorientasi pada upaya mencari dan
merumuskan pengertian esensial dan universal1. Dari segi historis, hubungan
filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat nampak2.
Filsafat berpusat pada kemampuan nalar manusia di mana kebenaran hakiki yang
dicari yaitu berdasarkan yang dapat digapai oleh akal manusia 3. Berfilsafat adalah
berpikir secara radikal, universal, konseptual, koheren dan konsisten, sistematik,

1
Petrus Tan, ‘Krisis Metafisika Dan Filsafat Sebagai Tugas Berpikir: Perspektif Heidegger’,
LUMEN VERITATIS: Jurnal Teologi Dan Filsafat, 14.2 (2023), 101–200
<https://doi.org/10.30822/lumenveritatis.v14i2>. Hlm. 101
2
Kartini and others, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Perkembangan Ilmu Pengetahuan’, Jurnal Edukasi
Nonformal, 4.1 (2018), 398–407. Hlm. 399
3
Jenilan, ‘Filsafat Pendidikan’, El-Afkar, 7.1 (2018), 69–74. Hlm. 69

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

komprehensif, bebas, dan dengan pemikiran yang bertanggung jawab 4. Dalam


kehidupan modern sekarang, filsafat diterjemahkan sebagai ilmu yang mencari
hakikat sesuatu serta berupaya untuk menafsirkan pengalaman manusia dan
untuk menjawab pertanyaan yang ada di kehidupan manusia5.

Manusia sebagai pelaku dalam perkembangan ilmu pengetahuan sudah


seharusnya menyadari pentingnya filsafat dalam memberikan batasan secara logis
dan realistis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan supaya menguntungkan
manusia dan lingkungan6. Banyaknya masalah kehidupan yang terjadi dan tidak
bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi solusi untuk menjawabnya 7.
Pengetahuan manusia yang didapatkan melalui proses berpikir sering dijadikan
sebagai jawaban dari ketidaktahuan dan solusi untuk masalah kehidupan 8. Sering
dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyesatkan, filsafat membuat orang
tidak percaya tuhan dan membuat orang menjadi gila9. Namun sebenarnya itu
merupakan pendapat yang keliru karena dengan berfilsafat akan memberikan
pemahaman kepada manusia dalam bertindak dan mengambil keputusan10.

Filsafat sangat berkaitan erat dengan dunia keislaman di mana esensi dari
agama adalah keyakinan dan hakikat agama adalah ilmu11. Dalam Islam kedukan
filsafat mengalami fase pemuliaan dan kecaman sepanjang sejarah, di mana
sebagian ulama dan ilmuan berpendapat bahwa Islam dan filsafat berbeda secara
diametral dan sama sekali tidak bisa disatukan bagaimanapun caranya 12. Dalam
perkembangan pemikiran filsafat hikum Islam salah satu faktor pendorongnya

4
Rony Andre Cristian Naldo, ‘Pemikiran Filsafat Hukum Ke Arah Kepribadian Bangsa’, Jurnal
Ilmiah "Advokasi, 06.01 (2018), 42–55. Hlm. 43-44
5
Ahdar Djamaluddin, ‘Filsafat Pendidikan (Educational Phylosophy)’, Istiqra’, 1.2 (2014), 129–35.
Hlm. 129
6
I Made Dharma Atmaja, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Pembentuk Karakteristik Pengembangan Media
Pembelajaran Matematika’, Jurnal Santiaji Pendidikan, 10.1 (2020), 20–26
<https://doi.org/10.36733/jsp.v10i1.693>. Hlm. 20
7
Siti Mariyah and others, ‘Filsafat Dan Sejarah Perkembangan Ilmu’, Jurnal Filsafat Indonesia, 4.3
(2021), 242–46 <https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413>. Hlm. 242
8
I. R. V. O. Situmeang, ‘Hakikat Filsafat Ilmu Dan Pendidikan Dalam Kajian Filsafat Ilmu
Pengetahuan’, IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 5.1 (2021), 76–92. Hlm. 77
9
Sarjayadi, Azmi Fitrisia, and Ofianto, ‘Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan : Literature Review’, JIEE:
Jurnal Ilmiah Ekotrans Dan Eruidisi, 3.1 (2023), 1–6. Hlm. 1
10
Rihlah Nur Aulia, ‘Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak’,
Jurnal Studi Al-Qur’an: Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani, 11.1 (2015), 81–89
<https://doi.org/10.21009/jsq.011.06>. Hlm. 82
11
Hadi Sufyan and others, ‘Pertumbuhan Filsafat Dan Sains Pada Zaman Islam Terhadap Modernitas
Era Society 5.0’, Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 7.2 (2022), 274–87. Hlm. 275
12
M Nafiur Rofiq, ‘Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan’, FALASIFA :
Jurnal Studi Keislaman, 9.1 (2018), 161–75 <https://doi.org/10.36835/falasifa.v9i1.112>. Hlm. 162

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

adalah terjadinya perubahan sosial di tengah masyarakat13. Filsafat Islam tidaklah


berdasar pada filsafat yunani seperti yang ditudingkan, walaupun filsafat yunani
sangatlah berpengaruh terhadap filsafat Islam, karena setiap pemikiran selalu
berkaitan dengan latar belakang budaya masing-masing sehingga perlu
pemahaman yang lebih dalam mengenai perkembangan filsafat Islam itu sendiri14.

Filsafat Islam merupakan usaha filsuf muslim dengan akal serta budaya
yang dimilki untuk memahami secara radikal atau mendalam serta integral
terhadap jawaban al Quran mengenai masalah asasi filsafat yang meliputi hakikat
Tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia15. Dalam bahasa Arab filsafat
ilmu diterjemahkan sebagai hukkam al-Islam, yang maksudnya adalah terciptanya
sikap yang positif yang berpusat pada akal pikiran dan metodenya 16. Sumber
pemikiran filsafat Islam itu berasal dari al Quran, khususnya dalam upaya
menyesuaikan antara ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari 17. Ketika
Rasulullah SAW masih hidup, semua persoalan yang terjadi bisa dituntaskan
dengan cara ditanyakan langsung kepada beliau, atau diselesaikan dengan jalan
kesepakatan. Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan lagi setelah Rasulullah
SAW wafat sehingga persoalan semakin banyak dan rumit seiring dengan
perkembangan Islam yang pesat18.

Dalam sejarah perkembangan filsafat, filsafat Islam banyak berkontribusi


dalam berbagai ilmu keislaman dan ilmu pada umumnya, terutama pada ilmu
pendidikan19. Selain itu, filsafat Islam merupakan salah satu pioner dalam
perubahan pemikiran yang berdasar pada konsep ketauhidan secara luasa, yang
dimulai dari aspek kehidupan di sekitarnya seperti halnya aspek pendidikan yang

13
Umar, ‘Filsafat Ilmu: Suatu Tinjauan Pengertian Dan Objek Dalam Filsafat Pengetahuan’, EL-
Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 2.2 (2018), 160–70
<https://doi.org/10.52266/el-muhbib.v2i2.392>. Hlm. 164
14
Astuti and others, ‘Sejarah Perkembangan Filsafat Islam (Mulai Penerjemahan Filsafat Yunani
Sampai Kemunduran)’, Raudhah Proud To Be Professionals Jurnal Tarbiyah Islamiyah, x.Query date: 2023-
03-17 10:35:12 (2022), 268–76. Hlm. 267
15
Jon Pamil, ‘Transformasi Filsafat Yunani Ke Dunia Islam Dan Kemunculan Filsafat Islam’, An-
Nida’: Jurnal Pemikiran Islam, 37.2 (2012), 103–11. Hlm. 106
16
Wahyu Rinjani, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan, ‘Masuknya Pemikiran Filsafat Ke Dunia
Islam’, PANDAWA: Jurnal Pendidikan Dan Dakwah, 3.3 (2021), 333–47
<https://doi.org/10.56832/pema.v1i2.93>. Hlm. 333
17
Sri Wahyuningsih, ‘Sejarah Perkembangan Filsafat Islam’, Jurnal Mubtadiin, 7.1 (2021), 82–99.
Hlm. 46
18
Ibrahim, ‘Filsafat Islam Klasik Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern Di Eropa’, Jurnal
Aqidah, III.1 (2017), 13–25. Hlm. 14
19
Dede Rohaniawati, ‘Kontribusi Pemikiran Filsafat Islam Dalam Ilmu Pendidikan’, Filsafat Islam :
Historiitas Dan Aktualitas, 2020, 358–68. Hlm. 359

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

sangat diperlukan oleh manusia20. Filsafat Islam meneliti problematika yang


menyulut perdebatan panjang tentang korelasi antara Allah dan makhluk-Nya
dikalangan para muta-kallimin21. Terdapat banyak filsuf muslim yang terkenal
diantaranya Al-Kindi atau yang lebih dikenal dengan “the philosopher of the Arabs”,
Al-Farabi yang dijuluki “al-muallim al-tsani”, Ibnu Sina yang menjadi sentral
filsafat paripatetik, Ibnu Rusyd yang merupakan figur fenomenal yang
berkontribusi besar dalam mengharmonisasikan filsafat dan Islam, dan masih
banyak lagi yang lainnya22.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripti. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu studi Pustaka (library research). Adapun sumber data
menggunakan jurnal, artikel, dan catatan yang berkaitan dengan penelitian. Fokus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ilmu filsafat terhadap
pemikiran Islam dan bagaimana pemikiran para tokoh filsafat tentang filsafat
Islam itu sendiri. Penelitian pustaka ini menggunakan rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan metode pengumpulan data dari perpustakaan, yakni melalui
membaca, mencatat, dan mengolah bahan koleksi tanpa melakukan riset lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Cara pandang filsafat terhadap ilmu (secara ontologis, epistemologis,
aksiologis)
Filsafat ilmu merupakan landasan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara
empiris. Menurut Brubacher (2016), filsafat memperkenalkan pengetahuan dan
ilmu pengetahuan yang dapat ditularkan melalui belajar dan mengajar. Tidak
bisa kita pungkiri lagi bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada ilmu
pengetahuan. Karena hal ini akan mengubah cara pandang masyarakat dan
kedepannya dunia akan didukung penuh oleh teknologi.23

20
Setya Widyawati, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan’, GELAR: Jurnal Seni Budaya,
11.1 (2013), 87–96. Hlm. 87
21
Achmad Musyahid, ‘Perkembangan Pemikiran Filsafat Dalam Jurisprudensi Islam’, Jurnal Hukum
Diktum, 8.1 (2010), 47–54. Hlm. 47
22
Azis Masang, ‘Kedudukan Filsafat Dalam Islam’, Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer,
11.1 (2020), 30–55. Hlm. 31
23
Elsa Ariestika, I Putu Agus Dharma Hita, and Septadi Hanif Pambayu, ‘Pandangan Filsafat
Terhadap Ilmu Keolahragaan Pada Pendidikan Zaman Now’, Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga, 3.2

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Jika membahas filsafat ilmu, ada tiga aspek yang tidak bisa dipisahkan
yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiometri.Hubungan antara ketiga aspek
filsafat yang disebutkan diatas adalah jika kita dapat mengkaji, dan memahami
hakikat suatu objek (ontologi), kita dapat menentukan apakah objek itu benar
atau salah (epistemologi), dan jika suatu objek itu benar, maka kita dapat
mengatakan demikian itu memiliki nilai (aksiologi). Sangat penting bagi kita
untuk memahami ketiga aspek ini dan mempertimbangkan perannya ketika
membahas sains dan pengetahuan.
1. Ontologis
Secara linguistik, ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang akar
katanya adalah “ontos” dan “logos”. Kata Ontos yang memiliki arti “apa
yang ada”, dan logos yang memiliki arti“pengetahuan”.Sederhananya,
ontologi adalah ilmu yang membicarakan tentang apa yang ada.secara
konseptual, ontologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari hakikat
kehidupan dalam kaitannya dengan keberadaan, termasuk keberadaan
segala sesuatu yang ada dan dapat ada.24
Tujuan penyelidikan ontologis adalah bahwa apa yang ada tidak terikat
pada manifestasi tertentu. Ontologi membahas upaya menemukan apa yang
hadir secara universal, yaitu inti yang terkandung dalam seluruh realitas,
termasuk seluruh realitas dalam segala bentuknya.25 Dari sudut pandang
ontologis, ilmu pengetahuan terbatas pada penelitian empiris. Objek
penelitian ilmiah mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diselidiki
dengan menggunakan indera manusia. Singkatnya, ilmu pengetahuan tidak
dapat membahas hal-hal yang berada di luar jangkauan manusia karena
tidak dapat dibuktikan secara metodologis maupun empiris, namun ilmu
pengetahuan mempunyai sifat berorientasi pada dunia demonstratif.26
Pandangan ontologis berpikir kritis dalam sains berfokus pada
pengembangan kemampuan menganalisis wacana secara kritis guna
mengembangkan tindakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya keyakinan
bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan yang paling penting dan
mendasar dalam mengambil keputusan.27 Kami sepakat bahwa ontologi
diperlukan untuk pengembangan pemikiran kritis. Oleh karena itu, perlu
(2020), 9 <https://doi.org/10.31602/rjpo.v3i2.3682>.
24
D Rokhmah, ‘Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi’, Cendekia:
Jurnal Studi Keislaman, 2021, 172–86 <https://ejurnal.staiha.ac.id/index.php/cendekia/article/view/124>.
25
Bahrum, ‘Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi’, Sulesana Jurnal Wawasan Keislaman, 8.2
(2013), 35–45.
26
Moch Tolchah, ‘Implikasi Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Perspektif Kuntowijoyo’, Fikrotuna, 11.01 (2020) <https://doi.org/10.32806/jf.v11i01.3937>.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

dikembangkan pendekatan ontologis yang berguna untuk kurikulum


pendidikan tinggi. Ontologi kritis tidak boleh dipandang hanya sebagai teori,
dogma, atau kumpulan pengetahuan yang terakumulasi secara permanen.
Namun ini adalah sebuah sikap, sebuah etos, sebuah sikap filosofis, di mana
kritik terhadap siapa kita sebenarnya merupakan sebuah analisis historis
mengenai batasan-batasan yang dikenakan pada kita dan sebuah eksperimen
mengenai kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasi persoalan-persoalan
dalam kehidupan.
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara ontologis melibatkan
pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai hakikat dan eksistensi ilmu
pengetahuan. Setiap pandangan ontologis memiliki implikasi filosofis
terhadap sifat ilmu pengetahuan dan cara kita memahami realitas. Ontologi
memainkan peran penting dalam memandu pertanyaan-pertanyaan filosofis
tentang bagaimana ilmu pengetahuan dapat menggambarkan dunia dan
bagaimana pengetahuan tersebut dihasilkan.
2. Epistimologis
Secara linguistik, epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme
yang berarti “pengetahuan” dan logos yang berarti “ilmu”. Secara
konseptual, epistemologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, metode,
dan struktur pengetahuan serta kebenarannya.. 28 Epistemologi dapat
diartikan sebagai cabang ilmu filsafat yang berkaitan dengan hakikat dan
ruang lingkup pengetahuan, landasannya, dan identifikasi memiliki
pengetahuan. Ajmardi Azra menambahkan, epistemologi adalah ilmu yang
membahas tentang reliabilitas, pemahaman, struktur, metode, dan nilai-nilai
validitas ilmu. Oleh karena itu, epistemologi adalah ilmu yang
mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
pengetahuan dan mempertimbangkan isinya untuk dipelajari secara
mendalam .
Subyek penelitian epistemologis adalah pertanyaan tentang bagaimana
sesuatu itu ada, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita
membedakannya dengan benda lain, dan pertanyaannya adalah bagaimana
sesuatu itu muncul, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita
membedakannya dengan benda lain yang berkaitan dengan keadaan dan
kondisi..29 Oleh karena itu landasan tingkat epistemologis ini adalah logika,
27
Semuel Unwakoly, ‘Berpikir Kritis Dalam Filsafat Ilmu: Kajian Dalam Ontologi, Epistemologi
Dan Aksiologi’, Jurnal Filsafat Indonesia, 5.2 (2022), 95–102 <https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42561>.
28
Rokhmah.
29
Bahrum.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

etika, estetika, cara dan tata cara memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan
moral, keindahan artistik, yaitu kebenaran ilmiah, keindahan artistik, dan
kebaikan moral.
Epistemologi juga mengacu pada cabang filsafat yang mengkaji hakikat,
batasan, dan penerapan ilmu pengetahuan. Kajian epistemologis ini
melibatkan sejumlah argumen yang menganalisis hakikat pengetahuan dan
hubungannya dengan konsep-konsep terkait seperti kebenaran, keyakinan,
dan penilaian. Yang lain lagi berkaitan dengan cara produksi pengetahuan,
seperti skeptisisme terhadap berbagai klaim pengetahuan..30
Untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan, berpikir
rasional saja tidak cukup, atau sebaliknya berpikir empiris saja, karena ada
batasnya dalam mencapai kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, pencapaian
kebenaran menurut ilmu pengetahuan dicapai melalui metode ilmiah, yang
memadukan atau menggabungkan rasionalisme dan empirisme sebagai satu
kesatuan yang saling melengkapi.
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara epistemologis berkaitan
dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sumber, batasan, dan validitas
pengetahuan. Pandangan epistemologis ini membentuk landasan untuk
pemahaman kita tentang cara ilmu pengetahuan diperoleh, dibangun, dan
dievaluasi. Masing-masing pandangan memiliki implikasi terhadap metode-
metode penelitian, hubungan antara subjek dan objek pengetahuan, serta
cara pengetahuan dievaluasi dalam konteks ilmiah.
3. Aksiologis
Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang menganalisis hakikat nilai,
antara lain nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai keindahan, dan nilai
keagamaan. Secara etimologis, kata aksiologi berasal dari bahasa Yunani
kuno dan terdiri dari kata “axios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti
teori. Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang nilai-nilai.. 31
Menurut Sumantri, aksiologi dapat dibedakan menjadi (1) perbuatan moral;
Bidang ini telah melahirkan bidang keilmuan khusus yang disebut “ilmu
etika” atau nilai-nilai etika. (2) Ekspresi estetika, dari situlah muncul konsep
teori estetika atau nilai estetika. (3) Kehidupan sosiopolitik, dari daerah
inilah muncul konsep sosiopolitik, atau nilai-nilai sosial dan politik.
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat nilai dari sudut
pandang filsafat. Aksioma ilmu pengetahuan mencakup nilai-nilai normatif
30
T Herlina, ‘Pendekatan Ontologis, Epistimologis, Dan Aksiologi Sebagai Filsafat Ilmu Dalam
Pembelajaran Matematika’, Jurnal Dunia Ilmu, 2.1 (2022), 1–9.
31
Unwakoly.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

untuk memahami kebenaran dan kenyataan yang terdapat dalam kehidupan


manusia dengan mengeksplorasi berbagai bidang seperti: ranah sosial, ranah
simbolik, atau ranah fisik-materi. Lebih lanjut, aksioma ini juga
menghadirkan nilai-nilai sebagai syarat penting yang harus diperhatikan
dalam aktivitas kita, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam
penerapan ilmu.32 Dalam aksiologi, kita senantiasa dihadapkan pada
perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan
etika, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan
kebenaran. Merupakan bagian dari kegiatan ilmiah dan berkaitan dengan
keyakinan dan ideologi masyarakat di mana ilmu pengetahuan
dikembangkan. 33

Nilai dan makna aksiologi dalam pendidikan adalah pendidikan


mempertimbangkan seluruh nilai-nilai tersebut dalam kehidupan manusia,
memadukannya dan mengembangkannya dalam kepribadian anak.
Aksiologi sebagai salah satu cabang filsafat adalah ilmu yang mempelajari
hakikat nilai secara umum dari sudut pandang filsafat. 34 Jadi apa yang
mendasar pada tingkat aksiomatik dan untuk apa pengetahuan ini
digunakan? Apa hubungan antara penggunaan ilmu pengetahuan dan etika
moral? Bagaimana subjek penelitian ditentukan secara etis? Apa hubungan
antara proses ilmiah, metode, dan aturan etika? 35
Pandangan aksiologis ini mencerminkan kesadaran akan implikasi etis
dan nilai-nilai dalam praktik ilmiah. Ilmu pengetahuan tidak hanya dianggap
sebagai upaya intelektual, tetapi juga sebagai aktivitas sosial dan moral yang
memiliki dampak langsung pada masyarakat dan lingkungan. Etika ilmiah
dan pertimbangan aksiologis memainkan peran penting dalam membentuk
cara ilmu pengetahuan dijalankan dan dipahami oleh masyarakat.
B. Pengertian dasar tentang ilmu filsafat
Filsafat (disebut falsafatun dalam bahasa Arab dan filsafat dalam bahasa
Inggris) berasal dari bahasa Yunani dan berarti "philosophia", artinya cinta
kebijaksanaan. Filsafat adalah cabang pemikiran manusia yang paling penting
karena mempunyai tujuan-tujuan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Meskipun sebagian orang menganggap gagasan filosofis rumit dan
membosankan. Ide-ide dalam filsafat dianggap sangat berwawasan luas. Ide-
ide dasar yang dikemukakan para filosof masa lalu tetap menjadi acuan ketika
32
Rokhmah.
33
Ariestika, Dharma Hita, and Pambayu.
34
Herlina.
35
Bahrum.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

mempertimbangkan berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat


modern. Tidak salah jika dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang mencari
makna dalam berbagai hal36.
Menurut Bertrand Russell, filsafat dapat dikatakan sebagai upaya
seseorang untuk menghindari menjawab pertanyaan-pertanyaan secara non-
dogmatis atau dangkal, seperti dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun
dengan memberikan jawaban-jawaban yang kritis, yaitu dengan
mempertimbangkan permasalahan-permasalahan yang muncul dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul, maka jawaban-jawaban tersebut menjadi
landasan dalam kehidupan yang dijalani nantinya.37.
Menurut Immanuel Kant, filsafat ilmu merupakan landasan dan puncak
dari segala ilmu pengetahuan, dan didasarkan pada empat pertanyaan: apa
yang dapat kita ketahui (metafisika), apa yang harus kita lakukan (etika), dan
apa yang harus kita lakukan (etika). Apakah harapan itu? (Agama) Dan apakah
sifat manusia (antropologi)?38.
Menurut WJS Poerwadarminta, filsafat adalah ilmu dan kajian tentang akal
mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum, dan lain-lain, perbandingan dengan
segala sesuatu yang ada di alam semesta, serta pengetahuan tentang kebenaran
dan makna adanya sesuatu.39.
Menurut Nasroen, filsafat adalah hasil penggunaan pikiran manusia untuk
mempertimbangkan dirinya, makna alam, dan makna hidup, serta didukung
oleh perasaan dan keyakinan dalam dirinya. Baik itu mempengaruhi orang lain
atau membantu orang lain, filsafat dapat menjadi panduan untuk memberi
makna pada kehidupan40.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa pengertian dari filsafat adalah
ilmu yang menggali, memahami, dan memikirkan sesuatu secara mendasar,
mendalam dan sungguh-sungguh, guna sampai pada inti segala keadaan
tersebut.
C. Sosok Ilmuan Muslim dalam Filsafat Islam
1. Imam al-Ghazali
a. Biografi Imam al-Ghazali

36
Widyawati.
37
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (PT Penerbit IPB Press, 2013).
38
Rihlah Nur Aulia, ‘Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak’,
Jurnal Online Studi Al-Qur’an, 11.1 (2015), 81–89 <https://doi.org/10.21009/jsq.011.06>.
39
Mariyah and others.
40
Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, Ar Ruzz Media, 2015, LII.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Al-Ghazali merupakan tokoh pemikir Islam dan tokoh pemikir


kemanusiaan. Al-Ghazali atau Algazel merupakan sebutan popular untuk
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at Thusy.41
Panggilan lain untuk Imam Al-Ghazali yakni Al-Imam, Hujjatul Islam,
Zainul ‘Abidin, A’jubah az-Zaman, dan Al-Bahr.42 Al-Ghazali lahir di kota
Tabaran, Persia yang dekat dengan Masyhad di Khurasan, Iran tahun 450
H/1058 M.43
Jika melihat dari sejarah perkembangan Islam, al-Ghazali hidup pada
masa klasik (650-1250), namun bila dilihat dari tahun kelahirannya, masa
hidup al-Ghazali juga mendekati era disintegrasi (1000-1250). Pada masa
itu, kekuatan dan kekuasaan politik Islam yang berada di tangan
kekhalifahan Abbasiyah sudah mengalami kemunduran, bahkan melemah
karena terjadinya banyak konflik internal dan eksternal dalam
pemerintahan Abbasiyah.44
Ayah al-Ghazali merupakan seorang tokoh pembesar ahli tasawuf
yang masyhur di tempatnya, setelah beliau wafat al-Ghazali bersama
saudaranya, Ahmad dititipkan kepada sahabat dekat dari ayahnya yang
juga merupakan ahli filsuf bernama Ahmad bin Muhammad al-Rozakani. 45
Dibawah bimbingan sufi tersebut al-Ghazali mempelajari al-Quran dan
hadits, menghafal puisi cinta mistis dan mempelajari kisah para ahli
hikmah.46
Al-Ghazali mengahabiskan waktu yang cukup lama untuk belajar
bersama para ulama di kota Thus, beliau saat itu belum genap 15 tahun
dan melakukan perjalanan ke Jurjan untuk bertemu dengan Abu Nashr al-
Ismaili guna memperdalam studinya dalam bidang fiqih.47 Beberapa
sejarawan menyebutkan bahwa di Jurjan, al-Ghazali banyak memperdalam
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa Arab. Al-Ghazali
41
M. Kamalul Fikri, Imam Al-Ghazali: Biografi Lengkap Sang Hujjatul Islam (Yogyakarta: Laksana,
2022). Hal. 13.
42
Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’ (Beirut: Muassasah ar-Risalah,
1982). Hal. 322-323. Hal. 17.
43
Indra Gusnanda Lidia Artika, M. Yaffi Rabbani, Muhammad Ridho Rizky Nafis, Nursyahri
Siregar, ‘Biografi Tokoh Tasawuf Al-Ghazali’, Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan Dan Kebudayaan
(JKPPK), 1.2 (2023), 29–55. Hal. 32.
44
Fikri.
45
Ahmad Atabik, ‘Telaah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat’, Fikrah, 2.1 (2014), 19–40. Hal.
21-22.
46
Sufyan Mubarak, ‘Riwayat Hidup Dan Pemikiran Al-Ghazali Dan Ibnu Maskawaih’,
QISTHOSIA : Jurnal Syariah Dan Hukum, 1.1 (2022), 50–74 <https://doi.org/10.46870/jhki.v1i1.119>. Hal.
52.
47
Lidia Artika, M. Yaffi Rabbani, Muhammad Ridho Rizky Nafis, Nursyahri Siregar. Hal. 32.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

juga sempat masuk ke sekolah atau pondok yang memberikan fasilitas


gratis kepada siswanya. Di pondok tersebut, al-Ghazali digembleng oleh
gurunya Bernama Yusuf An-Nasyji. Menurut beberapa sejarawan, al-
Ghazali berada dalam didikan an-Nasyji sekitar tiga tahun lamanya, dan
bimbingannya untuk menjadi seorang sufi.48
Al-Ghazali kemudian berpindah ke Naisyapur setelah mempelajari
beberapa ilmu di Jurjan. Beliau menimba ilmu kepada Imam Dhiya al-Din
al-Juwaini yang biasa disebut dengan Imam al-Haramain, Imam Dhiya
merupakan direktur Madrsah al-Nidzamiyah ketika itu.49 Al-Ghazali
mendalami fiqih madzhab, ushul fiqh, manthiq, ilmu kalam, dan filsafat di
bawah bimbingan al-Juwaini hingga ajal memisah keduanya. Setelah
wafatnya Imam al-Juwaini, al-Ghazali memutuskan untuk meninggalkan
Naisyapur dan berpindah ke Muaskar guna menemui Nizamu al-Mulkia,
yaitu mentri dari Sultan Maliksyah as-Saljuqi. 50 Al-Ghazali kemudian
mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari Nizamu al-Mulkiyah
sehingga ia menetap di kota tersebut selama lima tahun.
Pada tahun 1091, enam tahun setelah meninggalnya Imam al-
Haramain, Nizam al-Mulk menunjuk al-Ghazali untuk mengisi
kekosongan pengajar universitas. Empat tahun lamanya Al-Ghazali
menjadi guru besar di Madrasah Nizamiyah.51 Al-Ghazali juga
menyelesaikan studinya tentang filsafat, teologi, tasawuf dan ta’limiyah di
Madrasah Nizamiyah, beliau juga dikenal sebagai penulis yang paling
produktif.52 Al-Ghazali mendapatkan perhatian yang serius dari
mahasiswanya selama beliau menjadi pengajar di Perguruan Tinggi
Nizamiyah, sampai pada akhirnya beliau mengasingkan diri dan
menjauhkan diri dari keramaian. Beliau melalukan perjalanan selama
sepuluh tahun, dimulai dari Damaskus, Yerussalem, Makkah, kembali ke
Damaskus dan terakhir ke Baghdad.53
Al-Ghazali melakukan perjalanan ke Baitullah, Makkah pada tahun
488 H untuk menunaikan ibadah haji. Selama beliau menunaikan ibadah
haji, adiknya diminta untuk menggantikannya mengajar di Baghdad. Pada
tahun 489 H, Al-Ghazali menyelesaikan ibadah hajinya dan kembali ke

48
Fikri. Hal. 21-22.
49
Atabik. Hal. 22
50
Mubarak. Hal. 53
51
Fikri. Hal. 24.
52
Atabik. Hal. 22.
53
Atabik. Hal. 23.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Damaskus untuk menetap beberapa hari. Setelah menetap di Damaskus,


beliau berpindah ke Baitul Maqdis dan untuk waktu yang cukup lama.
Kemudian beliau kembali ke Damaskus dan beribadah di masjid al-Umawi
dan beritikaf seraya mengasingkan diri di Menara sebelah barat Masjid. 54
Al-Ghazali mengajar sebuah kitab yang sangat monumental di masjid
tersebut, yaitu kitab Ihya’ Ulumuddin.55
Al-Ghazali meninggalkan Baghdad sekitar tahun 492 H/1099 M,
setelah beberapa waktu yang beliau lewati di Hamadan, beliau kembali ke
kota asalnya di Thus.56 Masa pengasingan spiritual yang dilalui al-Ghazali
selama sebelas tahun menghasilkan sebuah keyakinan pada dirinya bahwa
“kaum sufi adalah orang-orang yang secara unik menempuh jalan menuju
Tuhan, cara hidup mereka adalah cara hidup yang terbaik, jalan mereka
adalah jalan yang paling lurus dan etika mereka adalah etika yang
termurni”.57 Di puncak realisasi spiritualnya, al-Ghazali memutuskan
untuk menarik diri dari pengasingannya, setelah merenungkan dekandensi
moral dan religius yang melanda komunitas muslimin yang memerlukan
penanganan serius pada masa itu.58 Bersamaan dengan itu, Fakhr al-Mulk
seorang penguasa Khurasan memintanya untuk mengajar di Naisyapur
pada tahun 1105 M.59 Al-Ghazali hanya menetap di Naisyapur sekitar lima
tahun, dan pada tahun 1110 M ia kembali ke Thus. Di Thus inilah al-
Ghazali menghabiskan sisa umurnya dengan belajar, mengajar, dan
pencurahan spiritual hingga wafat pada hari Minggu, 14 Jumadil Akhir 505
H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1111 M pada usia 55
tahun.60
b. Karya-Karya al-Ghazali
Karya-karya al-Ghazali meliputi bidang ilmu yang popular di
zamannya, seperti ilmu kalam, tafsir al-Quran, ushul fiqh, tasawuf, mantiq,
fiqih, falsafat, dan lainnya. Di antara karyanya yang monumentak yaitu:61
1) Ihya Ulum al-Din (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama).
2) Maqashid al-Falasifat (tujuan-tujuan para filosof).
3) Tahafut al-Falasifah (kerancuan pemikiran para filosof).
54
Abu Hamid, Mukasyatul Qulub (Kairo: Maktabah al-Taufiqiyah). Hal. 4.
55
Atabik. Hal. 23.
56
Mubarak. Hal. 55.
57
Lidia Artika, M. Yaffi Rabbani, Muhammad Ridho Rizky Nafis, Nursyahri Siregar. Hal. 36.
58
Mubarak. Hal. 55.
59
Atabik. Hal. 25.
60
Lidia Artika, M. Yaffi Rabbani, Muhammad Ridho Rizky Nafis, Nursyahri Siregar. Hal. 36.
61
Atabik. Hal. 26-27.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

4) Al-Munqidz min al-Dhalal (sang penyelamat dari kesesatan).


5) Karya lain dalam bidang filsafat dan ilmu kalam diantaranya yaitu:
Mi’yar al-Ilmi (standar ilmu), al-Iqtashad al-‘Itiqad (moderasi dalam
berkeyakinan), Mahku an-Nadhar fi al-Mantiq (uji pemikiran dalam ilmu
mantiq).
6) Karya lain dalam bidang ilmu agama yaitu: Jawahir al-Quran (mutiara-
mutiara yang terkandung dalam al-Quran), Mizan al-‘Amal (kriteria
amal perbuatan), misykat al-Anwar (lentera cahaya-cahaya), Faishal al-
Tafriq baina al-Islam wa al-Zindaqah (perbedaan pemisah antara Islam dan
Zindiq), al-Qisthas al-Mustaqim (neraca yang adil), Ayuhal Walad (wahai
anakku), al-Adab fi al-Dien (sopan santun dalam keagamaan).
c. Pandangan al-Ghazali terhadap Filsafat dan Para Filosof
Al-Ghazali merupakan sosok pemikir muslim yang memberikan
andil besar dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam. Ia adalah tokoh
yang berhasil mendamaikan antara fiqh dan tasawuf, sehingga ketegangan
antara fuqaha dan sufi dapat diredakan. Dalam bukunya al-Munqidz min al-
Dhalal, al-Ghazali mengklasifikasikan filosof dan memberikan penilaian
kekafiran kepada mereka, yaitu:
1) Pengikut ateisme (al-Dahriyyun), kelompok ini merupakan golongan
filosof yang mengingkari Tuhan yang mengatur alam ini dan menentang
keberadaan-Nya.
2) Pengikut faham naturalism (al-Thabi’iyyun), mereka merupakan
golongan filosof yang setelah sekian lama meneliti keajaiban hewan dan
tumbuh-tumbuhan dan menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Tuhan dan
akhirnya mereka mengakui keberadaan-Nya.
3) Penganut filsafat Ketuhanan (ilahiyyun), mereka adalah golongan filosof
yang percaya kepada Tuhan, mereka para filosof Yunani seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles, serta orang yang mengikuti pemikiran
mereka.
Dalam bukunya Thahafut al-Falasifah, al-Ghazali memandang para
filosof telah melakukan kerancuan, setidaknya ada dua puluh masalah
yang menyebabkan para filosof ini menjadi ahil al-bid’at dan kafir. Dari
dua puluh persoalan ini, al-Ghazali menegaskan bahwa para filosof
menjadi kafir karena tiga masalah:62
1) Para filosof yang berpendapat bahwa alam itu qadim (tidak mempunyai
permulaan), ini merupakan pemikiran Aristoteles dan pengikutnya.
62
Atabik. Hal. 29-32.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

2) Para filosof yang menyatakan bahwa Tuhan tidak mungkin mengetahui


hal-hal yang bersifat particular (pendapat yang dipegangi oleh Ibnu
Sina).
3) Penolakan filosof terhadap kebangkitan jasmani dan moralitas jiwa
individu.
Dalam pandangannya, al-Ghazali menggolongkan ilmu menjadi
enam kelompok, yaitu: matematika, logika, fisika, metafisika, politik, dan
etika.63 Berbicara tentang metafisika, tidak dapat dipisahkan dengan
masalah ketuhanan (ilahiyat). Madkour menyebutkan bahwa dalam
masalah ketuhanan, al-Ghazali banyak mengikuti dan membentengi aliran
Asy’ariyah. Ia berpendapat bahwa akal harus dipergunakan sebagai
penopang, karena ia dapat mengetahui dirinya sendiri dan dapat
mempersepsikan benda lain. Namun al-Ghazali memberikan batasan
dalam dalam penggunaan akal, dan hanya naql lah yang dapat melewati
batas ini. Namun argumentasi yang tealah dibangun al-Asy’ari mengenai
konsep ketuhanan (ilahiyat) lebih mendekati pada argumentasi agamis,
maka al-Ghazali mncoba jalan lain yang dianggapnya lebih agamis yaitu
menempuh jalan tasawuf.
2. Ibnu Miskawaih
a. Biografi Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih merupakan salah seorang ulama besar sekaligus fillsuf
yang sangat masyhur. Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali
Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub ibnu Miskawaih. Ia dilahirkan di
kota Rayy, Iran pada tahun 320 H/932 M dan wafat di Asfahan pada
tanggal 9 Shafar 421 H/16 Februari 1030 M.64 Ibnu Miskawaih hidup di
zaman Dinasti Buwaihi yang sebagian besar pemukanya bermadzhab
syi’ah.65 Ibnu Miskawaih kemudian meninggallkan Ray menuju ke
Baghdad dan mengabdi pada Pangeran Buwaihi. Ketika beliau kembali ke
Ray, ia dipercaya menjaga perpustakaan besar yang menyimpan banyak
rahasia, sehingga beliau diberikan gelar sebagai al-Khazim yang berarti
bendaharawan.66

63
Atabik. Hal. 32-33.
64
Istighfarotul Rahmaniyah, Pendidikan Etika: Konsep Jiwa Dan Etika Perspektif Ibnu Miskawaih
Dalam Kontribusinya Di Bidang Pendidikan (Malang: UIN Malang Press, 2010). Hal. 110.
65
Della Noer Zamzami Mohammad Ramli, ‘Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih (Studi
Kitab Tahdzib Al-Akhlak)’, Jurnal Sustainable, 5.2 (2022), 208–20
<https://doi.org/10.32923/kjmp.v5i2.2669>. Hal. 210.
66
Hasyimiyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gajad Mada Press, 1999). Hal. 57.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Selian itu, gelar guru ketigas setelah al-Farabi juga ditabalkan kepada
Ibnu Miskawaih, seorang ilmuwan agung kelahiran Ray, Iran sekitar tahun
320 H/932 M.67 Ia merupakan illmuwan hebat dan dikenal sebagai seorang
filsuf, penyair, dan sejarawan yang terkenal.
Pendidikan Ibnu Miskawaih berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Pada masanya, pendidikan anak bermula dengan belajar,
membaca, menulis, mempelajari al-Quran, dasar-dasar bahasa Arab,
Nahwu, dan Arrudh (ilmu membaca dan menulis syair), yang mana
pembelajaran itu diberikan di surau-surau. Setelah ilmu dasar itu
diberikan, kemudian anak diberikan Pelajaran ilmu fiqh, hadits, sejarah
(Persia, Arab, dan India), matematika dan ilmu praktis seperti music,
bermain catur dan furusiah (kemiliteran).
Meskipun Ibnu Miskawaih tidak mengikuti Pelajaran private
dikarenakan ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk mendatangkan
guru terutama untuk Pelajaran lanjut yang biayanya mahal, perkembangan
ilmu Ibnu Miskawaih diperoleh melalui jalan membaca buku pada saat
menjadi pustakawan Ibn al-Amid, Menteri Rukn al-Daulah yang akhirnya
menjadi bendaharawan Adhud al-Daulah.68
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlah (etika) walaupun
perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa,
sastra, dan sejarah. Hal ini bisa disebabkan karena situasi masyarakat yang
sangat kacau di masanya, seperti meminum minuman keras, perzinaan,
hidup glamour.69 Itulah mengapa Ibnu Miskawaih menitikberatkan
perhatiannya pada bidang etika.
b. Karya-karya Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih merupakan sosok filsuf muslim yang berhasil.
Keberhasilan Ibnu Miskawaih ini dibuktikan dengan banyaknya buku yang
ditulisnya. Ia menulis 41 buah buku dan artikel yang selalu berkaitan
dengan filsafat akhlak. Dari 41 karyanya itu, 15 buku sudah dicetak, 8 buku
masih berupa manuskrip dan 18 buku dinyatakan hilang. 70 Dalam buku

67
Ifa Afidah, ‘Pendidikan Akhlaq Perspektif Pemikiran Ibnu Miskawaih’, Falasifa, 1o.1 (2019), 17–
26. Hal. 19.
68
Afidah. Hal. 20.
69
Nizar, ‘Pemikiran Etika Ibnu Miskawaih’, Jurnal Aqlam, 1.1 (2016)
<https://doi.org/10.35905/kur.v10i1.584>. Hal. 37.
70
Ulfa Kesuma Ahmad Wahyu Hidayat, ‘Analisis Filosufis Pemikiran Ibnu Miskawaih (Sketsa
Biografi, Konsep Pemikiran Pendidikan, Dan Relevansinya Di Era Modern)’, Nazhruna: Jurnal Pendidikan
Islam, 2.1 (2019), 87–107 <https://doi.org/10.31538/nzh.v2i1.189>. Hal. 91-92.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

The History if The Muslim Philosophy terdapat beberapa karya tulisan Ibnu
Miskawaih, yaitu:
1) Al-Fauz al-Akbar (tentang keberhasilan besar).
2) Al-Fauz al-Ashghar (tentang keberhasilan kecil).
3) Tajarib al-Umam (tentang pengalaman bangsa-bangsa sejak awal
sampai ke masa hidupnya).
4) Uns al-Farid (Kumpulan anekdot, syair, peribahasa dan kata-kata
Mutiara).
5) Tartib al-Sa’adat (tentang akhlak dan politik).
6) Al-Musthafa (syair-syair pilihan).
7) Jawidan Khirad (Kumpulan ungkapan bijak).
8) Al-Jami’
9) Al-Siya (tentang aturan hidup).
10) Tahdzib al-Akhlak (pendidikan akhlak).
11) Risalat fi al-Lazzat wa al-Alam fi Jauhar al-Nafs.
12) Ajwibah wa al-As’ilah fi an-Nafs wa al-Aql (tanya jawab tentang jiwa).
13) Al-Jawab fi al-Masa’il al-Salas (jawaban tentang tiga masalah).
14) Risalat fi-Jawab fi-Su’al Ali ibn Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi Haqiqat
al-‘Aql.
15) Thaharat al-Nafs (kesucian jiwa).
c. Pemikiran Ibnu Miskawaih
Dalam pemikirannya mengenai etika, Ibnu Miskawaih memulainya
dengan menyelami jiwa manusia. Menurut Ibnu Miskawaih, jiwa memiliki
keutamaan sendiri dibandingkan ilmu lainnya. Etika menurutnya adalah
keadaan jiwa yang melakukan perbuatan tanpa pikiran dan perenungan.
Sikap mental tersebut terbagi menjadi dua, yaitu berasal dari watak dan
kebiasaan serta latihan-latihan.71 Mengetahui tentang keadaan jiwa (ahwal
an nafs) merupakan pondasi untuk ilmu lainya seperti teologi, etika, dan
logika.72 Karena melalui jiwa, seseorang memiliki senjata untuk melihat
yang benar dan batil dalam masalah keyakinan dan antara kebaikan dan
keburukan. Oleh karena itu etika miskawaih dibangun atas pandangannya
terhadap jiwa.
Dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq al-Fawz al-Ashgar, Miskawaih
menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga kekuatan yang bertingkat,
yaitu:73
71
Mubarak. Hal. 69.
72
Ahmad Wahyu Hidayat. Hal. 93.
73
Mubarak. Hal. 69.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

1) An-Nafs al-Bathiniyah (nafsu kebinatangan) yang buruk.


2) An-Nafs as-Sabu’iyah (nafsu Binatang buas) yang sedang.
3) An-Nafs an-Nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik.
Menurut Miskawaih, diantara manusia ada yang baik asalnya dan
cenderung tidak akan berbuat kejahatan, namun golongan ini minoritas.
Dan golongan yang mayoritas adalah golongan yang cenderung berbuat
kejahatan sehingga sulit untuk ditarik untuk cenderung kepada kebaikan.
Kedua golongan tersebut dapat beralih pada kebaikan atau kejahatan,
tergantung pada pendidikan dan lingkungan ia hidup.
Berbicara tentang kebajikan, Miskawaih menerangkan bahwa kebajikan
ada kalanya bersifat umum dan bersifat khusus, ada kebajikan multak dan
ada ilmu pengetahuan yang luhur dimana orang baik akan berusaha
mencapainya. Dalam perkembangan filsafat Islam, Maskawaih mendapat
sebutan sebagai Bapak Etika Islam, karena beliaulah yang mula-mula
mengemukakan teori khusus tentang etika secara lengkap.74
3. Al-Farabi
a. Biografi Singkat Al-Farabi

Alfarabi lahir pada tahun 259 H (872 M) di Wasij, distrik Farab,


Turkistan. Dia bernama Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Tarkhan
bin Uzalag. Meninggal di Damaskus pada tahun 339 H (950 M) pada usia
80 tahun. Filsafat Al-Farabi disebut Al-Mu'allim al-Tsani, sedangkan
Aristoteles disebut Al-Mu'allim al-Awwal.

Al-Farabi berhenti sebagai hakim pada usia empat puluh tahun dan
kemudian pergi ke Baghdad selama tiga puluh tahun untuk belajar filsafat.
Selama tinggal di Baghdad, Alfarabi menghabiskan waktunya untuk
belajar, menulis, mengajar, dan menjelaskan karya Aristoteles dan Plato.
Namun, ketika keadaan di Baghdad berubah, Alfarabi memutuskan untuk
pergi ke Damaskus dan tinggal di sana sendirian agar dia bisa
berkonsentrasi pada membaca. Al Farabi berpindah ke Damaskus dan
tinggal di sana sendirian dengan tujuan membaca dan menulis. Al-Farabi
diberikan posisi sebagai ulama di istana ketika ia pindah ke Damaskus. Hal
ini disebabkan oleh sifat beliau yang sederhana, menjauhi gaya hidup
mewah dan berfoya-foya. Beliau sangat suka berfikir, menyendiri, dan
hidup zuhud, serta sering merenung.75
b. Filsafat dalam Perspektif Alfarabi
74
Mubarak. Hal. 69-70.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Menurut Al-Farabi, pendidikan dalam kehidupan manusia adalah alat


dan sumber untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu membantu mencapai
tingkat kesempurnaan. Kesempurnaan ini melibatkan sejumlah nilai,
pengetahuan, dan keterampilan yang dapat diterapkan oleh setiap
individu dalam berbagai periode dan budaya. Pendidikan, menurut Al-
Farabi, berfungsi sebagai alat dan sumber untuk mencapai tujuan utama
kehidupan manusia: mengarahkan menuju tingkat kesempurnaan.
Kesempurnaan ini terdiri dari berbagai nilai, pengetahuan, dan
keterampilan praktis yang relevan bagi setiap orang di berbagai zaman dan
budaya. Tabel berikut menjelaskan konsep pendidikan Al-Farabi secara
singkat:76
Tabel 1. Konsep Al-Farabi tentang Pendidikan.

Konsep Pendidikan
No Aspek
Menurut Al-Farabi
1. Tujuan Membantu orang-orang mencapai kesempurnaan.
Pendidika
n
2. Kurikulum Berdasarkan tiga kategori utama ilmu: metafisika,
matematika, dan ilmu alam, ilmu-ilmu secara
keseluruhan dibagi menjadi bidang-bidang yang
saling terkait tetapi juga terpisah.

3. Pendidik
Meskipun tidak ada konsep yang jelas, seorang
pendidik dan peserta didik tidak boleh terlepas
dari kehidupan masyarakat karena masyarakat
merupakan tempat di mana seseorang dapat
4. Peserta didik
mempraktikkan ilmu yang dimiliki.

5. Metode
Terdapat dua metode dasar dalam pendidikan.
Pendidikan
Yang pertama adalah cara yang disesuaikan

75
Asep Abdul Muhyi Alya Rohaly, Anisa Salsabila, Asya Noer Izzatin, ‘Konsep Kebahagiaan
Perspektif Filsuf Muslim (Al-Farabi Dan Al-Kindi) Multidisciplinary Research’, Gunung Djati Conference
Series, 24.3418 (2023), 375–91.
76
Agung Setiyawan, “Konsep Pendidikan Menurut Al- Ghazali Dan Al-Farabi (Studi Komparasi
Pemikiran),” Tarbawiyah Vol. 13, N (2017): 52–53.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

untuk orang-orang biasa dengan langkah yang


persuasif. Sementara itu, metode kedua adalah
metode demonstrasi. Al-Farabi juga
mempergunakan cara yang diperoleh dari filsuf
Yunani, Plato. Dia menggunakan pendekatan
dialog atau perdebatan.

Alfarabi memiliki penguasaan atas semua cabang filsafat. Berawal dari


pengklasifikasian ilmu tentang pembagian hirarki yang ada, Lalu, Al-
Farabi bermaksud untuk menyajikan survei dan secara keseluruhan
merujuk pada disiplin-disiplin ilmu yang umumnya dikenal secara
terperinci satu per satu. Al Farabi mengelompokkan ilmu dalam dua
kategori, yaitu: ilmu 'aqliyyah (intelektual) dan ilmu 'naqliyyah (doktrinal),
yang juga dikenal sebagai filsafat dan agama.
Selanjutnya, ilmu filsafat terbagi menjadi dua bagian, yaitu. teori dan
praktek Ilmu teoritis meliputi metafisika, matematika, fisika, dan juga
logika (baik sebagai disiplin ilmu maupun sebagai alat). Sementara itu,
ilmu praktis meliputi etika dan politik. Ilmu-ilmu keagamaan terdiri dari
tiga jenis, yaitu: ilmu kalam, fikih, dan tata bahasa. Dengan cara yang sama
seperti metafisika, ilmu kalam adalah bidang yang berfokus pada Tuhan.
Ilmu fikih memiliki posisi yang mirip dengan ilmu praktis, karena
keduanya mencakup diskusi tentang cara terbaik untuk mencapai
kesempurnaan. Dalam hal aturan bahasa Arab, posisinya sebanding
dengan ilmu logika dalam bidang intelektual.77

Tabel 2. Klasifikasi Ilmu Al


Farabi
Umum Sub 1 Sub 2 Sub 3 Sub 4
Ilmu Kalam
Agam Fikih
a
Kaidah Bahasa
Arab

77
Muhammad Zainal Abidin, “Dinamika Pemikiran Klasifikasi Ilmu Dalam Khazanah Intelektual
Islam Klasik” 20, no. 2 (2021): 188–202, https://doi.org/10.18592/jiiu.v.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Metafisika Ontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari


tentang eksistensi yang bukan dalam bentuk
fisik serta prinsip-prinsip penyajian yang
digunakan dalam demonstrasi.
Matematik Angka; Bangun Datar; Cahaya; Ilmu Bintang;
a Seni Musik; Pengukuran; dan Ilmu Gerak
Ilmu Teoritis Fisika Pengantar Fisika; Objek Fisik yang Sederhana;
Filsafa Peristiwa dan Kehancuran; Objek fisik dari
t unsur-unsur; Kecelakaan dan Dampaknya;
Ilmu Mineralogi; Ilmu Botani; Ilmu Zoologi:
Hewan dan Manusia
Ilmu Alat Logika Kategori; Hermeneutika; Qiyas;
Demonstrasi; Topika; Sofistika;
Retorika; Puitik = 'Kategori;
Hermeneutika; Qiyas; Demonstrasi;
Topika; Sofistika; Retorika; Puisi'.
Bahasa Satu kata, kata yang terdiri dari
beberapa suku kata, aturan penulisan
kata tunggal; aturan penulisan kata
yang terdiri dari beberapa suku kata,
memperbaiki tulisan, memperbaiki
bacaan, dan menggubah syair.
Politi
Praktis k
Etika

Al-Farabi menggolongkan ilmu bahasa sebagai posisi yang paling


penting. Pada saat ini, kemampuan berbahasa menjadi suatu keharusan,
bahkan permintaan agar kita menguasai disiplin ilmu yang lain. Oleh
karena itu, penggolongan ilmu tersebut adalah urutan yang sangat tepat.

4. Ibnu Thufail
a. Biografi Singkat Ibnu Thufail
Ibnu Thufail lahir di Guadix, provinsi Granada, Spanyol pada tahun 506
H/1110 M. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Abd Al-
Malik Ibnu Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Thufail. Secara

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

kesimpulannya, julukan Thufail sebenarnya merupakan nama yang


diberikan kepada cucu beliau. Di sisi lain, dalam bahasa Latin, Ibnu Thufail
dikenal luas dengan sebutan Abubacer.
Ibnu Tufail menjadi seorang ilmuwan terkenal setelah belajar dari Ibnu
Bajjah (1100–1138 M). Ibnu Tufail memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang luas. Dia memulai karirnya sebagai dokter praktik di Granada
sebelum diangkat menjadi Sekretaris Gubernur Granada dan kemudian
menjabat sebagai Sekretaris Gubernur Ceuta dan Tangier. Ibnu Thufail
adalah orang penting dalam pemerintahan. Di istana khalifah, dia dipilih
menjadi dokter utama dan berbicara dengan khalifah. Saat Ibn Thufail
wafat di wilayah Marrakesh pada tahun 581 H/1185 M., sang khalifah
hadir sendiri saat prosesi pemakaman. 78
b. Filsafat Ilmu Perspektif Ibnu Thufail
Ibnu Thufail adalah seorang filosof muslim yang terkenal dengan gaya
berpikirnya (al-failasuf ak-isiraqy) yang memadukan kekuatan akal dan
kekuatan intuisi manusia. Arti dari kekuatan rasio ini adalah kemampuan
memahami seluruh kebenaran secara rasional, melalui pengalaman dan
melalui pengujian pengetahuan dan kemampuan penalaran. Sedangkan
kekuatan intuisi adalah kemampuan jiwa, emosi, perasaan untuk
memahami realitas keberadaan segala kebenaran yang ada. Pemikiran ini
merupakan salah satu yang masih dapat diteliti hingga saat ini.
Konsep pendidikan Ibnu Thufail adalah membahas masalah sumber
dan metode memperoleh ilmu pengetahuan. Ibnu Thufail membagi ilmu
menjadi dua sumber, yaitu sumber manusia dan sumber ilahi. Sumber daya
manusia meliputi kecerdasan dan pengalaman. Sedangkan sumber ilahi
juga mencakup dua komponen, inspirasi dan wahyu (Al-Qur'an dan Al-
Sunnah). Sedangkan cara yang digagas Ibnu Thufail adalah sebagai
berikut.
1. Metode ini didasarkan pada rasio, termasuk tindakan komparatif
dan eksperimental.
2. Metode berbasis sensorik, termasuk tindakan observasi, imitasi, dan
analogi.
3. Sebuah metode yang didasarkan pada intuisi atau jiwa, yang
melibatkan tindakan merefleksikan dan meniru praktik yang tidak

78
Mahbub Junaidi, ‘Ibnu Thufail (Studi Kritis Filsafat Ketuhanan Dalam Roman Hayy Bin
Yaqzan)’, DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, 7.1 (2020), 52–65.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

terlihat, mengeksplorasi dan beradaptasi untuk mencapai tingkat


tertinggi.. 79
Selain itu, tujuan pendidikan dalam pandangan Ibnu Thufail adalah
mewujudkan manusia seutuhnya dengan menciptakan dua model ilmu,
yaitu ilmu alam dan ilmu agama, yang dipadukan bekerja sama untuk
mewujudkan manusia seutuhnya. filsuf sufi yang tercerahkan.80

KESIMPULAN
Filsafat ilmu merupakan landasan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara
empiris. Hubungan antara ketiga aspek filsafat yang disebutkan diatas adalah jika
kita dapat mengkaji, dan memahami hakikat suatu objek (ontologi), kita dapat
menentukan apakah objek itu benar atau salah (epistemologi), dan jika suatu objek
itu benar, maka kita dapat mengatakan demikian itu memiliki nilai (aksiologi).
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara ontologis melibatkan pertanyaan-
pertanyaan mendasar mengenai hakikat dan eksistensi ilmu pengetahuan.
Pandangan filsafat terhadap ilmu secara epistemologis berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai sumber, batasan, dan validitas pengetahuan.
Pandangan aksiologis ini mencerminkan kesadaran akan implikasi etis dan nilai-
nilai dalam praktik ilmiah.
Beberapa tokoh dalam dunia filsafat yang terkenal dengan pemikirannya
yaitu seperti, Imam Al-Ghazali dengan pemikirannya tentang ketuhanan (ilahiyat),
Ibnu Miskawaih dengan pemikirannya tentang akhlak (etika), Al-Farabi dengan
pemikirannya tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan Ibnu Thufail
dengan pemikirannya yang memadukan kekuatan akal dan kekuatan intuisi
manusia. Pemikiran-pemikiran para tokoh filsuf tersebut masih dapat kita temui
dan berkembang sampai sekarang. Dan pemikiran tersebutlah yang
mempengaruhi dunia filsafat hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
79
Muhammad Nasri Dini, Syamsul Bakri, and Yusup Rohmadi, ‘Konsep Pendidikan Perspektif Ibnu
Thufail’, Jurnal Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 12.1 (2023), 129–39.
80
Muhammad Hanafi, ‘Konsep Pendidikan Islam Ibn Thufail’, As-Sabiqun, 1.2 (2019), 41–52
<https://doi.org/10.36088/assabiqun.v1i2.353>.

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Abidin, Muhammad Zainal, ‘DINAMIKA PEMIKIRAN KLASIFIKASI ILMU


DALAM KHAZANAH INTELEKTUAL ISLAM KLASIK’, 20.2 (2021), 188–202
<https://doi.org/10.18592/jiiu.v>
Adz-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Siyar A’lam an-Nubala’ (Beirut: Muassasah
ar-Risalah, 1982)
Afidah, Ifa, ‘Pendidikan Akhlaq Perspektif Pemikiran Ibnu Miskawaih’, Falasifa,
1o.1 (2019), 17–26
Ahmad Wahyu Hidayat, Ulfa Kesuma, ‘Analisis Filosufis Pemikiran Ibnu
Miskawaih (Sketsa Biografi, Konsep Pemikiran Pendidikan, Dan Relevansinya
Di Era Modern)’, Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam, 2.1 (2019), 87–107
<https://doi.org/10.31538/nzh.v2i1.189>
Alya Rohaly, Anisa Salsabila, Asya Noer Izzatin, Asep Abdul Muhyi, ‘Konsep
Kebahagiaan Perspektif Filsuf Muslim (Al-Farabi Dan Al-Kindi)
Multidisciplinary Research’, Gunung Djati Conference Series, 24.3418 (2023),
375–91
Ariestika, Elsa, I Putu Agus Dharma Hita, and Septadi Hanif Pambayu,
‘Pandangan Filsafat Terhadap Ilmu Keolahragaan Pada Pendidikan Zaman
Now’, Riyadhoh : Jurnal Pendidikan Olahraga, 3.2 (2020), 9
<https://doi.org/10.31602/rjpo.v3i2.3682>
Astuti, Bara Cita Gempita, Ilham Ali Yafie, and Muhammad Asrori, ‘Sejarah
Perkembangan Filsafat Islam (Mulai Penerjemahan Filsafat Yunani Sampai
Kemunduran)’, Raudhah Proud To Be Professionals Jurnal Tarbiyah Islamiyah,
x.Query date: 2023-03-17 10:35:12 (2022), 268–76
Atabik, Ahmad, ‘Telaah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat’, Fikrah, 2.1 (2014),
19–40
Atmaja, I Made Dharma, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Pembentuk Karakteristik
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika’, Jurnal Santiaji Pendidikan,
10.1 (2020), 20–26 <https://doi.org/10.36733/jsp.v10i1.693>
Aulia, Rihlah Nur, ‘Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir
Untuk Bertindak’, Jurnal Studi Al-Qur’an: Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani,
11.1 (2015), 81–89 <https://doi.org/10.21009/jsq.011.06>
Rihlah Nur Aulia, ‘Berfikir Filsafat; Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir
Untuk Bertindak’, Jurnal Online Studi Al-Qur’an, 11.1 (2015), 81–89
<https://doi.org/10.21009/jsq.011.06>
Bahrum, ‘Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi’, Sulesana Jurnal Wawasan
Keislaman, 8.2 (2013), 35–45
Dede Rohaniawati, ‘Kontribusi Pemikiran Filsafat Islam Dalam Ilmu Pendidikan’,

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Filsafat Islam : Historiitas Dan Aktualitas, 2020, 358–68


Dini, Muhammad Nasri, Syamsul Bakri, and Yusup Rohmadi, ‘Konsep Pendidikan
Perspektif Ibnu Thufail’, Jurnal Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 12.1 (2023),
129–39
Djamaluddin, Ahdar, ‘Filsafat Pendidikan (Educational Phylosophy)’, Istiqra’, 1.2
(2014), 129–35
Fikri, M. Kamalul, Imam Al-Ghazali: Biografi Lengkap Sang Hujjatul Islam
(Yogyakarta: Laksana, 2022)
Hamid, Abu, Mukasyatul Qulub (Kairo: Maktabah al-Taufiqiyah)
Hanafi, Muhammad, ‘Konsep Pendidikan Islam Ibn Thufail’, As-Sabiqun, 1.2
(2019), 41–52 <https://doi.org/10.36088/assabiqun.v1i2.353>
Herlina, T, ‘Pendekatan Ontologis, Epistimologis, Dan Aksiologi Sebagai Filsafat
Ilmu Dalam Pembelajaran Matematika’, Jurnal Dunia Ilmu, 2.1 (2022), 1–9
Ibrahim, ‘Filsafat Islam Klasik Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern Di
Eropa’, Jurnal Aqidah, III.1 (2017), 13–25
Jenilan, ‘Filsafat Pendidikan’, El-Afkar, 7.1 (2018), 69–74
Junaidi, Mahbub, ‘Ibnu Thufail (Studi Kritis Filsafat Ketuhanan Dalam Roman
Hayy Bin Yaqzan)’, DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan
Humaniora, 7.1 (2020), 52–65
Kartini, Nur Fauziah Utami, Nazla Dara Dinantika, Nadra Rifani, Desy Febriani
Daulay, Annur Rosida Harahap, and others, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Dasar
Perkembangan Ilmu Pengetahuan’, Jurnal Edukasi Nonformal, 4.1 (2018), 398–
407
Lidia Artika, M. Yaffi Rabbani, Muhammad Ridho Rizky Nafis, Nursyahri Siregar,
Indra Gusnanda, ‘Biografi Tokoh Tasawuf Al-Ghazali’, Jurnal Kajian Penelitian
Pendidikan Dan Kebudayaan (JKPPK), 1.2 (2023), 29–55
Lubis, Fadhil, Pengantar Filsafat Umum, Ar Ruzz Media, 2015, LII
Mariyah, Siti, Ahmad Syukri, Badarussyamsi Badarussyamsi, and Ahmad Fadhil
Rizki, ‘Filsafat Dan Sejarah Perkembangan Ilmu’, Jurnal Filsafat Indonesia, 4.3
(2021), 242–46 <https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413>
Masang, Azis, ‘Kedudukan Filsafat Dalam Islam’, Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer, 11.1 (2020), 30–55
Mohammad Ramli, Della Noer Zamzami, ‘Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu
Miskawaih (Studi Kitab Tahdzib Al-Akhlak)’, Jurnal Sustainable, 5.2 (2022),
208–20 <https://doi.org/10.32923/kjmp.v5i2.2669>
Mubarak, Sufyan, ‘Riwayat Hidup Dan Pemikiran Al-Ghazali Dan Ibnu
Maskawaih’, QISTHOSIA : Jurnal Syariah Dan Hukum, 1.1 (2022), 50–74

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

<https://doi.org/10.46870/jhki.v1i1.119>
Musyahid, Achmad, ‘Perkembangan Pemikiran Filsafat Dalam Jurisprudensi
Islam’, Jurnal Hukum Diktum, 8.1 (2010), 47–54
Naldo, Rony Andre Cristian, ‘Pemikiran Filsafat Hukum Ke Arah Kepribadian
Bangsa’, Jurnal Ilmiah "Advokasi, 06.01 (2018), 42–55
Nasution, Hasyimiyah, Filsafat Islam (Jakarta: Gajad Mada Press, 1999)
Nizar, ‘Pemikiran Etika Ibnu Miskawaih’, Jurnal Aqlam, 1.1 (2016)
<https://doi.org/10.35905/kur.v10i1.584>
Pamil, Jon, ‘Transformasi Filsafat Yunani Ke Dunia Islam Dan Kemunculan Filsafat
Islam’, An-Nida’: Jurnal Pemikiran Islam, 37.2 (2012), 103–11
Rahmaniyah, Istighfarotul, Pendidikan Etika: Konsep Jiwa Dan Etika Perspektif Ibnu
Miskawaih Dalam Kontribusinya Di Bidang Pendidikan (Malang: UIN Malang
Press, 2010)
Rinjani, Wahyu, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan, ‘Masuknya Pemikiran
Filsafat Ke Dunia Islam’, PANDAWA: Jurnal Pendidikan Dan Dakwah, 3.3 (2021),
333–47 <https://doi.org/10.56832/pema.v1i2.93>
Rofiq, M Nafiur, ‘Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan’,
FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 9.1 (2018), 161–75
<https://doi.org/10.36835/falasifa.v9i1.112>
Rokhmah, D, ‘Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan
Aksiologi’, Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 2021, 172–86
<https://ejurnal.staiha.ac.id/index.php/cendekia/article/view/124>
Sarjayadi, Azmi Fitrisia, and Ofianto, ‘Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan : Literature
Review’, JIEE: Jurnal Ilmiah Ekotrans Dan Eruidisi, 3.1 (2023), 1–6
Setiyawan, Agung, ‘Konsep Pendidikan Menurut Al- Ghazali Dan Al-Farabi (Studi
Komparasi Pemikiran)’, Tarbawiyah, Vol. 13, N (2016), 52–53
Situmeang, I. R. V. O., ‘Hakikat Filsafat Ilmu Dan Pendidikan Dalam Kajian
Filsafat Ilmu Pengetahuan’, IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan
Humaniora, 5.1 (2021), 76–92
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (PT Penerbit IPB Press, 2013)
Sufyan, Hadi, Salminawati, Yudhi Septian Harahap, and Hairil Anwar,
‘Pertumbuhan Filsafat Dan Sains Pada Zaman Islam Terhadap Modernitas Era
Society 5.0’, Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 7.2 (2022), 274–87
Tan, Petrus, ‘Krisis Metafisika Dan Filsafat Sebagai Tugas Berpikir: Perspektif
Heidegger’, LUMEN VERITATIS: Jurnal Teologi Dan Filsafat, 14.2 (2023), 101–
200 <https://doi.org/10.30822/lumenveritatis.v14i2>
Tolchah, Moch, ‘Implikasi Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah
Nama Penulis Judul Singkat Maksimal Empat Kata

Pendidikan Agama Islam Perspektif Kuntowijoyo’, Fikrotuna, 11.01 (2020)


<https://doi.org/10.32806/jf.v11i01.3937>
Umar, ‘Filsafat Ilmu: Suatu Tinjauan Pengertian Dan Objek Dalam Filsafat
Pengetahuan’, EL-Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 2.2
(2018), 160–70 <https://doi.org/10.52266/el-muhbib.v2i2.392>
Unwakoly, Semuel, ‘Berpikir Kritis Dalam Filsafat Ilmu: Kajian Dalam Ontologi,
Epistemologi Dan Aksiologi’, Jurnal Filsafat Indonesia, 5.2 (2022), 95–102
<https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42561>
Wahyuningsih, Sri, ‘Sejarah Perkembangan Filsafat Islam’, Jurnal Mubtadiin, 7.1
(2021), 82–99
Widyawati, Setya, ‘Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan’, GELAR: Jurnal
Seni Budaya, 11.1 (2013), 87–96

PA Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Mei 2020


GE http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/rusydiah

Anda mungkin juga menyukai