Anda di halaman 1dari 4

UAS FILSAFAT

Nama: Callysta Shafa Salsabilla


NIM : 230103020058

1. filsafat adalah bidang studi yang mencakup berbagai topik, mulai dari logika
hingga etika dan estetika, dengan tujuan memahami dasar-dasar pemikiran
manusia dan eksistensi, serta memberikan pemahaman mendalam tentang
dunia di sekitar kita. Manfaat mempelajari filsafat mencakup pengembangan
kemampuan berpikir kritis, peningkatan keterampilan berbicara dan menulis,
pemahaman mendalam tentang nilai dan etika, pertimbangan eksistensial
tentang makna hidup, perspektif global dan toleransi, hubungan dengan
disiplin ilmu lainnya, serta pengembangan kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah. Hal ini di dukung oleh pernyataan Mariyah et al., (2021)
bahwa filsafat memberikan penjelasan yang mendalam dan revolusioner
terhadap permasalahan. Hal ini mencakup karakteristik substansial, proses
perolehan ilmu, dan dampaknya pada kehidupan manusia. Secara sederhana,
filsafat bisa diartikan sebagai 'alam pikiran' atau 'alam berfikir', yang
menunjukkan pemikiran mendalam dan radikal, bukan sekadar pemikiran
biasa.
2. Filsafat Rasionalisme menekankan pentingnya akal sebagai sumber
pengetahuan utama dan meyakini adanya ide-ide innatus (ide bawaan) dalam
pikiran manusia. Anugrah & Radiana, (2022) menyatakan bahwa
rasionalisme meyakini bahwa untuk memperoleh pengetahuan, individu harus
mengandalkan logika dan intelektualitas. Penalaran dalam rasionalisme tidak
bergantung pada data pengalaman, melainkan diproses dari kebenaran yang
tidak perlu bersumber dari pengalaman. Dalam mencapai kebenaran, manusia
perlu mempercayai akal sebagai landasan utama. Filsafat empirisme
menekankan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman dan observasi
langsung terhadap dunia fisik. Hal ini di dukung pernyatan Adnyana (2021)
bahwa Empirisme ialah suatu aliran dalam filsafat yang mengungkapkan
bahwa seluruh pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Aliran ini
menolak ide bahwa manusia membawa pengetahuan bawaan sejak lahir. Studi
filsafat kontemporer Barat memberikan seseorang dapat memahami
keragaman pemikiran filosofis seperti positivisme logis, fenomenologi,
eksistensialisme, dekonstruksionisme, dan pragmatisme yang berkembang
dalam konteks Barat. Filsafat kontemporer Barat memberikan landasan
intelektual yang kuat dan melibatkan pemikiran kritis yang mendalam,
membantu individu memahami konteks dan kontribusi filsafat terhadap
wawasan dan pemecahan masalah di abad ini. Sedangkan, filsafat
kontemporer Islam memberikan pemahaman mengenai bagaimana agama
Islam berinteraksi dengan isu-isu modernitas, teknologi, dan globalisasi,
dengan tujuan memahami sejauh mana nilai-nilai Islam dapat diselaraskan
dengan dinamika zaman sekarang. Selain itu, studi ini juga melibatkan kritik
terhadap orientalisme dan stereotip yang seringkali diterapkan pada
pemikiran Islam, dengan upaya memberikan pemahaman yang lebih
mendalam dan objektif terhadap warisan intelektual dan budaya Islam. Hal ini
di dukung pernyataan Nuthpaturahman (2023) bahwa filsafat islam
merupakan pemahaman mengatasi isu-isu pendidikan dengan menggunakan
Alquran dan Hadits sebagai sumber utama, dan pandangan para ahli, terutama
filosof Islam, sebagai sumber sekunder. Ini merupakan landasan pemikiran
pendidikan yang berakar dari ajaran Islam, berbeda dengan filsafat liberal
yang cenderung tanpa batasan moral. Perkembangan pemikiran ini tercermin
dalam berbagai model pemikiran Islam dalam konteks dunia Islam
kontemporer, dengan fokus menjawab tantangan zaman dan mengulas
kontribusi gaya belajar pada pengembangan sistem pendidikan nasional.
3. Filsafat Timur, terutama yang berasal dari Cina, India, dan Indonesia,
menunjukkan perbedaan mendasar dengan filsafat Barat dalam beberapa
aspek kunci. Faktor-faktor seperti pandangan epistemologis dan metafisika,
pendekatan terhadap diri dan lingkungan, etika, konsep waktu dan sejarah,
serta karakteristik pembentuk pikiran menunjukkan perbedaan dalam
pendekatan holistik dan intuitif Timur dibandingkan dengan pendekatan
analitis dan rasional Barat. Putra (2021) Pemikiran materialistis yang
meyakini bahwa materi adalah realitas, dan hubungan antara kesenangan atau
kenikmatan secara umum telah berkembang di dunia Barat, dapat dianggap
sebagai hasil dari filsafat Barat. Sebaliknya, di dunia Timur filsafatnya lebih
berfokus pada pemahaman akan realitas. Secara praktis, filsafat Timur
memuat pedoman hidup yang melibatkan ketentuan etis, sementara filsafat
Barat, secara teoritis, mengandung pemikiran rasional. Filsafat Timur
menekankan intuisi yang terhubung dengan Tuhan; sejak zaman Yunani,
filsafat Barat telah menekankan akal budi dan pemikiran rasional sebagai
pusat kodrat manusia. Di sisi lain, filsafat Timur lebih menekankan hati
daripada akal budi, karena hati dianggap sebagai instrumen yang menyatukan
akal budi dan intuisi, serta kecerdasan dan perasaan.

Sumber
Adnyana, P. E. S. (2021). Empirisme Penggunaan Tumbuhan pada Pengobatan
Tradisional Bali: Lontar Taru Pramana dalam Konstruksi Filsafat Ilmu.
Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 12(1), 64. https://doi.org/10.25078/sjf.v12i1.2059

Anugrah, M. N., & Radiana, U. (2022). Filsafat Rasionalisme Sebagai Dasar Ilmu
Pengetahuan. Jurnal Filsafat Indonesia, 5(3), 182–187.
https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.41741

Mariyah, S., Syukri, A., Badarussyamsi, B., & Fadhil Rizki, A. (2021). Filsafat
dan Sejarah Perkembangan Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3), 242–246.
https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413

Nuthpaturahman, N. (2023). Perbandingan Filsafat Pendidikan Islam dan Filsafat


Pendidikan Barat. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan
Kemasyarakatan, 17(2), 650. https://doi.org/10.35931/aq.v17i2.1937

Putra, I. W. S. (2021). Komparasi Etika Hedonisme Epikuros Dengan Filsafat


Carvaka. Widya Katambung:Jurnal Filsafat Agama Hindu, 12(2), 41–51.
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK

Anda mungkin juga menyukai