Anda di halaman 1dari 105

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT

ORTODONTI CEKAT TERHADAP KEJADIAN


PENYAKIT PERIODONTAL PADA MAHASISWA/I
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Skripsi

Oleh

DIAN OKTA SARI

12310117

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016
HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT ORTODONTI CEKAT
TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT PERIODONTAL
PADA MAHASISWA/I FAKULTAS KEDOKTERAN
UMUM UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016

Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN

Oleh

DIAN OKTA SARI

12310117

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
MOTTO

Believe, Spirit, Smile

“Berbaiklah Pada Dirimu Sendiri


Atau Kamu
Tidak Akan Pernah Membaikkan
Orang Lain”

Cukuplah Allah sebagai


penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik pelindung (QS.Ali
Imran:173)
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, karunia serta nikmat-Nya yang
begitu luar biasa, membantu hamba-Nya melewati setiap liku didalam prosesnya
sehingga karya tulis sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat teriring salam
semoga selalu tercurahkan kehadirat Baginda Rasulullah Muhamad SAW yang selalu
menjadi suri tauladan bagi umatnya.
Atas nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang ku persembahkan
karya tulis ini sebagai rasa hormat dan rasa cintaku kepada :
Ayahanda Saroji,S.P dan Ibunda Sugiarti,S.Pd
yang selalu memberikan doa terbaik untuk putri kecilnya, memberikan kasih sayang
yang tak pernah henti-hentinya, dan yang selalu memberikan motivasi, inspirasi
dan menjadi bagian terbaik dalam hidupku. Semoga berkah dan karunia Allah
selalu tercurahkan kepada kalian.
Juga teruntuk kakak-kakakku, Dedi Kurniawan dan Ns.Indra Dwi
Saputra,S.Kep yang selalu memberikan semangat dalam setiap proses
kehidupanku dan selalu memberikan kasih sayang untuk adik bungsunya ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunia-Nya untuk kalian.
Teman-teman sejawat C12ANIUM Fakultas Kedokteran Umum Universitas
Malahayati, para sahabat (Sintia,Pekeh,Kikik,Ajong,Uti), teman-teman seperjuangan
(Iva, Fajrin, DianHus, Nian, Wiko, Didi), E498 (Arsi,Levia,Meli,Wiwit,Neri), kakak
dan adik pembimbing (kak Uli, kak Apip, kak Jordy, Kak Soleh, Ajeng, Putri, Rizka),
kelompok 9 GS, TBM Coronarius, Patkliner’s, dan Kestarier’s.
BIODATA

Nama : Dian Okta Sari

NPM :12310117

Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 08 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Lintas-Sumatera KM 192 No.29 Sidoarjo

Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way

Kanan Provinsi Lampung

Riwayat Pendidikan : SDN Sidoarjo (2000-2006)

SMP N 1 Pringsewu (2006-2009)

SMA Al-Kautsar Bandar Lampung (2009-2012)

Diterima di Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati Bandar Lampung, Tahun

2012

No.HP : 081369090865

Email : dianokta08@gmail.com
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, April 2016

Dian Okta Sari

Hubungan Antara Pemakaian Alat Ortodonti Cekat Terhadap Kejadian Penyakit


Periodontal Pada Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati
Bandar Lampung Tahun 2016

xxii+ 66 halaman + 11 tabel + 11 gambar + 8 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Pemakaian alat ortodonti cekat meningkatkan faktor risiko kejadian penyakit
periodontal. Prevalensi inflamasi pada pengguna alat ortodonti cekat terbilang tinggi dan 30%nya
menderita penyakit periodontal lanjut.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara pemakaian alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit
periodontal pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar
Lampung tahun 2016.

Metode: Jenis penelitian adalah analitik observasi dengan pendekatan cross sectional dan
dianalisis secara univariat dan bivariat. Sampel penelitian ini adalah berjumlah 72 responden. Data
diolah menggunakan uji distribusi frekuensi dan uji somers‟d.

Hasil : Frekuensi pemakai alat ortodonti cekat pada angkatan 2015 sebanyak 20
(27,7%)responden, 2014 sebanyak 14 (19,4%) responden, 2013 sebanyak 38 (52,7%) responden,
pada laki-laki sebanyak 11 (15,2%) responden dan perempuan 61 (84,7%) responden, pada usia
<20tahun sebanyak 9 (12,5%) responden dan usia ≥20 tahun sebanyak 63 (87,5%) responden,
frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat benar sebanyak 66 (91,6%) responden dan salah
sebanyak 6 (8,3%) responden, frekuensi perawatan alat ortodonti cekat baik sebanyak 36 (50%)
responden dan tidak baik sebanyak 36 (50%) responden, frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan
mulut baik sebanyak 65 (90,3%) responden dan tidak baik sebanyak 7 (9,7%) responden. Dengan
uji somers‟d didapatkan nilai p=0.027 pada pemasangan alat ortodonti cekat terhadap kejadian
penyakit periodontal, nilai p=0.000 pada perawatan alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit
periodontal, dan nilai p=0.012 pada pemeliharaan rongga gigi dan mulut terhadap kejadian
penyakit periodontal.

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara pemakaian alat ortodonti cekat terhadap kejadian
penyakit periodontal pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati
Bandar Lampung tahun 2016

Kata Kunci : Ortodonti cekat, penyakit periodontal

Kepustakaan : 1995-2015
FACULTY OF MEDICINE MALAHAYATI UNIVERSITY
GENERAL MEDICINE STUDY PROGRAM
Skripsi, April 2016

Dian Okta Sari

Correlation Between The Use Of Fixed Orthodontic To Periodontal Disease Events


In College Students Faculty Of Medicine Of Malahayati University Bandar
Lampung 2016

xxii+ 66 pages + 11 tables + 11 pictures + 8 attachments

ABSTRACT

Background: Using fixed orthodontic appliance increase risk factors of periodontal disease.
Prevalence inflammation on people using fixed orthodontic appliance is high which is 30% of
them suffer periodontal disease.

Objective: This study conducted toanalyze the correlation of using fixed orthodontic appliance on
the incidence and numbers of periodontal disease to students of General Medical Faculty at
UniversitasMalahayati Bandar Lampung in 2016.

Methods: The study using observational analytic with cross sectional approach. Author analyze
using univariate and bivariate. Samples used in this study amounted to 72 respondentsof
studentpresence in 2016 (2013-2015) whose using fixed orthodontic appliance. Technique used to
process the data were frequency distribution test and Somers'd test.

Results: Students of class 2015 as many as 20 (27.7%), class of 2014 a total of 14 (19.4%) of
respondents, class in 2013 were 38 (52.7%) of respondents, frequency users fixed orthodontic
appliance in men by 11 (15.2%) of respondents and 61 women (84.7%) of respondents, frequency
of users of fixed orthodontic appliance at age <20tahun as many as 9 (12.5%) of respondents and
age ≥20 years were 63 (87.5%) of respondents, frequency of correct installation of fixed
orthodontic appliance with 66 (91.6%) of respondents and one 6 (8.3%) of respondents, frequency
of treatment either fixed orthodontic appliance as many as 36 (50%) of respondents and both were
36 (50%) of respondents, frequency of maintenance of teeth and mouth cavity either by 65
(90.3%) of respondents and not good at 7 (9.7%) respondents. With somers'd test p value = 0.027
for installation of fixed orthodontic appliance on the incidence of periodontal disease, p value =
0.000 at a fixed orthodontic appliance treatment on the incidence of periodontal disease, and p
value= 0.012 in the maintenance of teeth and mouth cavity on the incidence of periodontal disease.

Conclusion: author found that there is correlation between using of fixed orthodontic appliance
and the incidence happened of periodontal disease on a presence studentsof General Medical
Faculty University of Malahayati Bandar Lampung.

Keywords: fixed orthodontic, periodontal disease

References: 1995-2015
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat yang

telah dilimpahkan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Hubungan Antara Pemakaian Alat Ortodonti Cekat Terhadap Kejadian

Penyakit Periodontal Pada Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Malahayati Bandar Lampung Tahun 2016”

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka

dengan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. DR.Muhammad Kadavi,S.H,M.H selaku rektor Universitas Malahayati

Bandar Lampung.

2. dr.Toni Prasetia, Sp.PD., FINASIM, selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati.

3. dr.H.Dalfian Adnan TH, selaku kepala program studi Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati.

4. dr.Deviani Utami,M.Kes, selaku wakil kepala program studi Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati.

5. drg. Dwi Fiena Sri Yulia selaku Pembimbing I yang selalu meluangkan

waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

6. dr. Eka Silvia,M.Kes selaku Pembimbing II yang selalu meluangkan

waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

7. drg.Torry Duet Irianto,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan kritik

dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................I

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................II

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................III

HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................................IV

MOTTO...................................................................................................................................V

PERSEMBAHAN................................................................................................................VI

BIODATA...............................................................................................................................VII

ABSTRAK.............................................................................................................................VIII

ABSTRACT...........................................................................................................................IX

KATA PENGANTAR.........................................................................................................X

DAFTAR ISI..........................................................................................................................XII

DAFTAR ISTILAH............................................................................................................XVI

DAFTAR TABEL................................................................................................................XIX

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................XX

DAFTAR SINGKATAN....................................................................................................XXI

LAMPIRAN........................................................................................................................XXII

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Praktis..............................................................................................6
1.4.2 Manfaat Teoritis.............................................................................................7

1.5 Ruang Lingkup..........................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Ortodonti............................................................................................................8


2.1.1 Sejarah..............................................................................................................8
2.1.2 Definisi.............................................................................................................8
2.1.3 Jenis-jenis........................................................................................................9
2.1.3.1 Alat Cekat...............................................................................................9
2.1.3.2 Alat Lepasan 15
2.1. 4 Perawatan Ortodonti...................................................................................15
2.1.5 Tujuan Perawatan Ortodonti......................................................................18
2.1.6 Perawatan Kasus Ortodonti.......................................................................19
2.2 Jaringan Periodontal.................................................................................................20
2.2.1 Bagian-Bagian Jaringan Periodontal......................................................21
2.2.1.1 Dento Gingival Junction 21
2.2.1.2 Sementum 21
2.2.1.3 Ligament Periodontal 21
2.2.1.4 Tulang Alveolar 22

2.3 Penyakit Periodontal.................................................................................................22


2.3.1 Definisi............................................................................................................22
2.3.2 Etiologi............................................................................................................23
2.3.2.1 Faktor Lokal 23
2.3.2.2 Faktor Sistemik 26
2.3.3 Klasifikasi.......................................................................................................28
2.3.3.1 Gingivitis 28
2.3.3.2 Periodontitis 29
2.3.4 Patomekanisme..............................................................................................30
2.4 Mekanisme Terjadinya Penyakit Periodontal Pada Pemakai Alat
Ortodonti Cekat.................................................................................................................34

2.5 Kerangka Teori..........................................................................................................35


2.6 Kerangka Konsep......................................................................................................36

2.7 Hipotesis Penelitian..................................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................37


3.2 Tempat dan Waktu.....................................................................................................37
3.3.1 Tempat Penelitian.........................................................................................37
3.3.2 Waktu Penelitian...........................................................................................38
3.3 Subyek Penelitian......................................................................................................38
3.3.1 Populasi...........................................................................................................38
3.3.2 Sampel..............................................................................................................38
3.3.3 Kriteria Inklusi..............................................................................................38
3.3.4 Kriteria Eksklusi...........................................................................................38
3.5 Definisi Operasional................................................................................................40
3.6 Alat Pengumpulan Data..........................................................................................41
3.7 Alur Penelitian...........................................................................................................41
3.8 Cara Pengumpulan Data.........................................................................................41
3.9 Pengolahan Data........................................................................................................41

3.10 Analisa Data.............................................................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................................45


4.2 Hasil Penelitian..........................................................................................................46
4.2.1 Analisis Univariat 46
4.2.2 Analisis Bivariat49
4.3 Pembahasan................................................................................................................53
4.3.1 Univariat 53
4.3.2 Bivariat 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................64
5.2 Saran.............................................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH

Ortodonti Cabang Ilmu Kedokteran Gigi Yang Berkaitan


Dengan Studi Dan Perawatan Maloklusi (Gigitan
Yang Tidak Benar), Yang Mungkin Akibat
Ketidakteraturan Gigi, Tidak Proporsionalnya
Hubungan Antar Rahang, Atau Keduanya
Ortodonti Cekat Piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak
dapat dibuka sendiri oleh pasien
Orotodonti Lepasan Piranti ortodonti pemakaiannya bisa dipasang dan
dilepas oleh pasien
Dentokraniofasial Struktur anatomi yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan tengkorak, rahang
gigi ataupun kombinasi gigi dan rahang yang akan
mempengaruhi bentuk wajah

Plak Satu lapisan lunak yang tidak terkalsifikasi terdiri


dari bakteri yang melekat pada permukaan gigi atau
objek lainnya di rongga mulut seperti restorasi, gigi
tiruan dan kalkulus
Debris Lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi
yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan
yang putih kehijau-hijauan dan jingga
Gingivitis Inflamasi pada gingival tanpa adanya kerusakan
perlekatan epitel sebagai dasar sulkus, sehingga
epitel melekat pada permukaan gigi di tempat
aslinya
Karies Pembusukan pada tulang atau gigi, proses
perusakan yang menyebabakan dekalsifikasi enamel
gigi dan berlanjut menjadi kerusakan enamel serta
dentin serta pembentukan lubang pada gigi
Halitosis Bau mulut

Dentoalveolar Berhubungan dengan atau yang melibatkan gigi dan


soket

Jaringan Periodontal Komponen matriks ekstraseluler yaitu kolagen yang


berperan dalam proses regenerasi dan kerusakan
jaringan
Penyakit Periodontal Penyakit yang mengenai jaringan periodontal
seperti gingival, sementum, ligament periodontal,
serta tulang alveolar
Periodontitis Keradangan yang mengenai jaringan pendukung
saja, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dan
dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada
ligament periodontal, tulang alveolar disertai
pembentukan poket, resesi atau keduanya

Maloklusi Bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang


menyimpang dari bentuk standar yang diterima
sebagai bentuk yang normal

Dento Gingival Junction Gingival yang melapisi gigi

Sementum Bagian jaringan periodontal yang menyelimuti akar


gigi

Ligament Periodontal Jaringan yang berada diantara sementum yang


menyelimuti akar gigi dan tulang

Tulang Alveolar Tulang yang berrongga, tepatnya di samping


ligamen periodontal

Kalkulus Suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk


pada permukaan gigi secara alamiah

Impaksi Makanan Tekanan akibat penumpukan sisa makanan

Iatrogenik Dentistry Iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter


gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu
melakukan perawatan pada gigi dan jaringan
sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada
jaringan sekitar gigi

Makrofag Sebuah sel fagosit besar seri mononuklear yang


ditemukan dalam jaringan

Fagositosis Proses yang digunakan oleh sel untuk menelan dan


kemudian mencerna partikel nutrisi atau bakteri

Immunoglobulin Protein yang ditemukan dalam cairan dan darah


yang diproduksi oleh sel-sel dari sistem kekebalan
tubuh untuk mengumpulkan zat dalam tubuh yang
dikenali sebagai antigen asing (misalnya virus atau
bakteri) untuk dihancurkan
Tiping Pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat
ditegakkan dan gigi yang tegah dapat dimiringkan
untuk mendapatkan hasil yang baik juga oklusi yang
harmonis sesuai bentuk lengkung gigi.

Intrusi Pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus.


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai Mikroorganisme Yang Berkaitan Dengan Beberapa Tipe

Penyakit Periodontal...........................................................................................31

Tabel 3.1 Definisi operasional.............................................................................................40

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat

berdasarkan kelompok angkatan.....................................................................46

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat

berdasarkan kelompok jenis kelamin.............................................................47

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat

berdasarkan kelompok usia...............................................................................47

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat...............................48

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat...................................48

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut.......................49

Tabel 4.7 Analisis hubungan antara pemasangan alat ortodonti cekat terhadap
kejadian penyakit periodontal..........................................................................50

Tabel 4.8 Analisis hubungan antara perawatan alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal..........................................................................51

Tabel 4.9 Analisis hubungan antara pemeliharaan rongga gigi dan mulut terhadap

kejadian penyakit periodontal..........................................................................52


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alat Ortodonti Cekat....................................................................................12

Gambar 2.2 Komponen Dasar Alat Ortodonti Cekat..................................................12

Gambar 2.3 Alat Ortodonti Lepasan...............................................................................15

Gambar 2.4 Penampang Sagital Struktur Jaringan Periodontal Pada Gigi..........20

Gambar 2.5 Gambaran Klinis Gingivitis.......................................................................29

Gambar 2.6 Gambaran Klinis Gingivitis Pada Pengguna Ortodonti Cekat........29

Gambar 2.7 Gambaran Klinis Periodontitis..................................................................30

Gambar 2.8 Gambaran Klinis Periodontitis Pada Pengguna Alat Ortodonti

Cekat 30

Gambar 2.9 Kerangka Teori...............................................................................................35

Gambar 2.10 Kerangka Konsep..........................................................................................36

Gambar 3.1 Alur Penelitian................................................................................................41


DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

PMN : Polimorfonuklear

Ig G : Immunoglibulin G

Ig A : Immunoglobulin A

LPS : Lipopolisakarida
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan izin penelitian.

Lampiran 2 Bukti bimbingan dengan pembimbing I dan II.

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian.

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan .

Lampiran 5 Kuesioner Penggunaan Alat Ortodonti Cekat.

Lampiran 6 Data penelitian

Lampiran 7 Uji Statistik

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan

secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan

1
diseluruh masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih,

bercahaya dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah

muda. Kesehatan gigi dan mulut seringkali menjadi prioritas yang

kesekian bagi sebagian orang. Padahal seperti kita ketahui, gigi dan mulut

merupakan „pintu gerbang‟ masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat

mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya.

Persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut

menurut Riskesdas tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2 % menjadi

25,9%. Dari penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan

mulut, persentase penduduk yang menerima perawatan medis gigi

2
meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013.

Riskesdas Lampung tahun 2013 menunjukkan sebesar 15.3%

penduduk Indonesia menyatakan mempunyai masalah gigi dan mulut

dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Diantara yang bermasalah

gigi dan mulut, terdapat 33.2 % yang menerima perawatan dan pengobatan

dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis).

Secara keseluruhan keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan


2
pelayanan dari tenaga medis gigi/EMD sebesar 5.1%.
Kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan

kesehatan pada umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut,

mengakibatkan meningkatnya jumlah individu yang membutuhkan

perawatan gigi. Hal ini sejalan dengan meningkatnya status sosio ekonomi

masyarakat. Mereka telah banyak mendengar dan melihat tentang

kemajuan teknologi di bidang kedokteran gigi yang berkembang cukup

pesat, sehingga masyarakat yang mengerti dan mampu, akan

3
memeriksakan keadaan gigi nya sedini mungkin.

Salah satu jenis perawatan gigi adalah penggunaaan piranti

ortodonti. Piranti ortodonti terdiri atas alat cekat dan lepasan yang

digunakan untuk menggerakkan gigi menuju oklusi yang normal serta

4
mendukung pertumbuhan dan perkembangan rahang.

Menurut World Health Organization, prevalensi perawatan dengan

6
alat ortodonti cekat sekitar 21-64 %. Sedangkan besarnya pelayanan

ortodonti di Indonesia pada berbagai tempat pelayanan kesehatan

berdasarkan profil kesehatan tahun 1999 hanya mencapai angka 3,13 %

48
saja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Edith Larra Carillo dkk di

negara Mexico dijelaskan bahwa pemakaian ortodonsi secara signifikan

dapat mempengaruhi stimulus aliran saliva, pH, serta menambah retensi

plak dan sulit untuk dibersihkan,hal ini disebakan karena alat ortodontik

melindungi plak dari aksi menyikat gigi sehingga dapat menyebabkan

terjadinya penyakit periodontal.


Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat

meluas dalam kehidupan masyarakat dan umumnya menyebabkan

tanggalnya gigi akibat inflamasi dari bakteri yang menghasilkan kerusakan

10
progresif pada jaringan penunjang gigi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nur Adila dkk di Klinik

Ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara,

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi

pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dibanding dengan

kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing

8
adalah 96,9% dan 93,8%.

Studi epidemiologis menunjukan bahwa antara 44-57% orang

dewasa menderita periodontitis ringan, sedangkan 10% dari orang dewasa

di negara maju menderita periodontitis lanjut. Berdasarkan penelitian

mengenai kualitas hidup pengguna ortodontik, dari 540 pasien pengguna

alat ortodontik cekat yang disurvei, hampir seluruhnya pernah menderita

perdarahan gingiva saat menggosok gigi. Selain itu, 78% regio pengguna

alat ortodontik cekat dengan inflamasi gingiva mengalami perdarahan pada

11
saat pemeriksaan.

Studi epidemiologi menyimpulkan bahwa prevalensi inflamasi

gingiva pada pengguna alat cekat terbilang tinggi dan 30% dari populasi

12
tersebut menderita penyakit periodontal yang lebih lanjut.

Penting untuk diketahui bahwa penyakit periodontal tidak hanya

melibatkan jaringan lunak mulut. Jika dibiarkan, penyakit gusi akan

merusak struktur tulang rahang, sehingga poket periodontal semakin


dalam, dan menjadi surga bagi berbagai jenis bakteri berbahaya. Seiring

waktu, infeksi bakteri terus berkembang, mengekspos sistem peredaran

darah, sehingga dapat membawa bakteri dan racun ke bagian lain dari

45
tubuh, termasuk jantung, paru-paru, ginjal dan hati.

Apabila tidak dicegah, kebersihan mulut yang buruk akan

membahayakan dan mengurangi kebersihan perawatan ortodonti.

Diperkirakan 5-10% pasien ortodonti cekat tidak berhasil perawatannya

13
disebabkan karena hal tersebut.

Pada saat ini ada sekitar 8,6% dari jumlah mahasiswa angkatan

2013 Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar

Lampung yang menggunakan alat ortodonti cekat. Untuk itu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara

Pemakaian Alat Ortodonti Cekat Terhadap Kejadian Penyakit

Periodontal Pada Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2016”

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara pemakaian alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara pemakaian alat

ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit periodontal pada mahasiswa/i


Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat berdasarkan

kelompok angkatan, jenis kelamin, dan usia.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat

3. Mengetahui distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat

4. Mengetahui distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut

5. Mengetahui hubungan antara pemasangan alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal.

6. Mengetahui hubungan antara perawatan alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal.

7. Mengetahui hubungan antara pemeliharaan rongga gigi dan mulut

terhadap kejadian penyakit periodontal.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Lampung tentang

tempat pemasangan alat ortodonti cekat yang dipilih masyarakat.

2. Menjadi bahan penyuluhan bagi masyarakat tentang pemasangan alat

ortodonti agar mencari tenaga kesehatan gigi yang tepat.

3. Menjadi bahan informasi bagi masyarakat yang memakai alat ortodonti

cekat untuk rutin melakukan perawatan alat ortodonti cekatnya.


4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif bagi kebersihan gigi

dan mulut pemakai alat ortodonti cekat yang selanjutnya digunakan

untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan kesehatan gigi masyarakat.

2. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka

menambah wawasan keilmuwan melalui penelitian lapangan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan

dan memberikan informasi bagi penelitian serupa di masa yang akan

datang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah

mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar

Lampung yang memakai alat ortodonti cekat. Penelitian dilakukan di

Universitas Malahayati Bandar Lampung dan waktu penelitian dilakukan

pada bulan Februari tahun 2016.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Ortodonti

2.1.1 Sejarah

Perawatan ortodonti mempunyai riwayat sejarah yang panjang,

ortodonti dianggap sebagai salah satu bidang di kedokteran gigi yang tertua.

Ada bukti yang menunjukan adanya upaya yang dilakukan untuk perawatan

maloklusi pada tahun 1000 sebelum masehi. Perawatan ortodonti primitif

untuk menggerakkan gigi dijumpai di Yunani dan ekskavasi Etruscan, Dokter

Yunani (Hipocrates) (460-377 SM) sebagai perintis ilmu medis dan orang

pertama yang menetapkan faktor medis lebih berdasarkan pada kenyataan

daripada keagamaan atau khayalan. Beberapa referensi mengenai gigi dan

14
rahang dijumpai dalam tulisannya.

Perawatan aktif maloklusi pertama kali yang tercatat adalah oleh

Aurelius Cornelius Celsus (25- 50 SM) yang pada salah satu dari ketujuh

buku tentang pengobatannya, memperkenalkan tekanan jari untuk

memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur yang menganjurkan tekanan

15
jari untuk mengatur gigi yang tidak teratur.

2.1.2 Definisi

Orthodonti, ortodonsi, atau orthodonture (dari bahasa Yunani

orthos “lurus atau benar”, atau odous “gigi”) adalah cabang ilmu

kedokteran gigi yang berkaitan dengan studi dan perawatan maloklusi


(gigitan yang tidak benar), yang mungkin akibat ketidakteraturan gigi,

tidak proporsionalnya hubungan antar rahang, atau keduanya. Ruang

lingkup pembahasan ortodonti meliputi upaya preventif, interseptif dan

korektif terhadap maloklusi atau abnormalitas lain yang terjadi pada

dentokraniofasial. Perawatan ortodonti tidak berfokus pada perpindahan

gigi saja, tetapi juga menangani kontrol dan modifikasi pertumbuhan

wajah. Dalam kasus terakhir adalah lebih baik didefinisikan sebagai “

ortopedi dentofacial”. Perawatan ortodonti pengobatan dilakukan untuk

alasan estetika berkaitan dengan meningkatan penampilan gigi pasien.

Namun, ada ortodonti yang sifatnya fokus pada merekonstruksi seluruh

16
wajah dari pada focus secara eksklusif pada gigi.

2.1.3 Jenis-Jenis

2.1.3.1 Alat Cekat

Piranti ortodonti cekat merupakan suatu piranti ortodonti yang

cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Piranti

ortodonti cekat ini mampu menggerakkan gigi dengan beberapa macam

gerakan seperti rotasi, tiping, intrusi, ekstrusi dan juga dapat

menggerakkan akar gigi. Oleh karena itu, piranti ortodonti cekat dapat

digunakan untuk merawat maloklusi.

Kekurangan dalam pemakaian ortodonti cekat ini adalah penjagaan

higien oral menjadi lebih sukar. Plak dan debris makanan cenderung untuk

berakumulasi diantara perlekatan piranti dengan gigi sehingga semakin

sukar untuk pasien membersihkan gigi. Hal tersebut memicu terjadinya

. (17,18)
gingivitis .
Alat ortodonti cekat mempunyai 3 komponen dasar, yaitu :

1. Bracket.

Bracket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi – gigi, sehingga

archwire dan asesorinya dapat mempengaruhi posisi gigi. Bracket harus

ditempel dengan kuat pada gigi, baik dengan perekatan langsung ataupun

19
dengan bantuan band baja antikarat.

Bracket terbagi 2 yaitu :

a. Bracket edgewise.

Bracket ini mempunyai alur archwire yang segiempat dalam potongan

melintang, dengan dimensi terbesarnya horozontal. Istilah “ edgewise “

mengacu pada kemampuan bracket tersebut untuk menerima archwire

berpenampang melintang segiempat dengan dimensi terbesar horizontal.


19

b. Bracket Begg.

Bracket ini mempunyai alur yang sempit, yang sesuai dengan alur

archwire dari bracket edgewise. Bracket beeg hanya dipakai dengan

archwire berpenampang melintang bulat. Bracket logam dibuat dari baja

antikarat dengan mengecor dan pemakaian mesin agar didapatkan hasil

yang tepat.

Bahan – bahan yang memberi sifat estetik lebih baik daripada logam

dipakai untuk membuat bracket yang direkat pada incisivus, kaninus dan

premolar. Bracket plastik mempunyai kekurangan yaitu bisa berubah

warna dan mudah patah maupun distorsi dalam pemakaian klinis.


Bracket keramik tersedia dalam suatu rentang desain untuk alat – alat
19
edgewise maupun begg.

2. Lengkung kawat

Lengkung kawat berguna untuk mempengaruhi posisi dari masing–masing

gigi dan menentukan bentuk umum dari lengkung gigi. Lengkung kawat

aktif adalah analog dari pegas alat - alat ortodonti lepasan. Energi yang yang

disimpan oleh perubahan bentuk archwire menggambarkan suatu cadangan

19
gaya yang kemudian dipakai untuk menghasilkan gerakan gigi.

Karakteristik dari alat – alat cekat adalah kemampuannya untuk memperoleh

sejumlah gerakan gigi yang rumit secara bersama – sama. Kemampuan

tersebut hanya dapat diperoleh secara aman dengan pemakaian dan desain

lengkung kawat serta assesori yang hati – hati.

19
Sifat – sifat archwire tergantung pada :

a. Diameter kawat.

b. Komposisi kawat.

c. Panjang dan bentuk bentangan antar kawat.

d. Lebar bracket.

e. Gesekan antara kawat dan alur bracket.

3. Aksesoris

Aksesoris yang dipakai dengan lengkung kawat untuk menghasilkan

gerakan gigi adalah :

a. Elastik

b. pegas ulir
c. pegas lurus

d. pegas lenting
19
e. magnit.

20
Gambar 2.1 Alat ortodonti cekat

,48
Gambar 2.2 Komponen dasar alat ortodonti cekat

a. Buccal tube b. Molar Band c. Bracket d. Arch wire e. Auxilliary Spring

2.1.3.1.1 Dampak Alat Ortodonti Cekat

1. Dampak positif.

a. Retensi tidak menjadi masalah, karena pesawat ini dicekatkan pada gigi-

gigi. Ini berarti bahwa tidak akan terjadi pengungkitan pesawat karena

komponen tekanan, dan beberapa tekanan bisa diaplikasikan pada gigi

secara bersamaan, jadi memungkinkan terjadinya gerak multiple, dan pada

beberapa keadaan, mengurangi waktu perawatan yang dibutuhkan.


b. Kurang membutuhkan keterampilan dari pihak pasien dalam

mengendalikan pesawat. Sekali lagi, pesawat ini memungkinkan

dilakukannya gerak beberapa gigi secara bersamaan, yang tentunya sulit

dilakukan pada pesawat lepasan tanpa membuat perawatan lebih rumit dan

diluar kemampuan pasien.

c. Dengan pesawat cekat bisa dilakukan gerakan gigi yang tidak mungkin

diperoleh dengan pesawat lepasan. Ini dikarenakan oleh karena pesawat

lepasan mengaplikasikan komponen tekanannya hanya pada daerah yang

sangat kecil dari mahkota gigi, dan oleh karena itu hanya menghasilkan

gerak tipping dan rotasi sederhana.

2. Dampak negatif.

a. Gigi berlubang dan kerusakan email ( karies ).

Gigi berlubang dan kerusakan email dapat terjadi jika makan makanan

bergula atau asam dan penyikatan gigi tidak dipertahankan pada standar

yang tinggi. Kerusakan ini dapat terjadi setiap waktu, tetapi lebih sering

19
jika alat – alat cekat ditempel pada gigi – gigi.

b. Nyeri sendi TMJ

Beberapa orang dapat mengalami nyeri sendi TMJ selama perawatan


19
ortodonti. Ini biasanya bersifat sementara.

c. Halitosis

Halitosis atau bau mulut terjadi karena adanya pembusukan oleh

bakteri di dalam mulut yang mengeluarkan gas PVC. Seperti kita

ketahui bahwa penggunaan alat ortodonti mempermudah perlekatan

19
plak dan sangat sulit dibersihkan.
d. Resorpsi akar.

Gerakan gigi secara ortodonti melibatkan tekanan ringan pada gigi –

gigi dan akarnya. Hal ini biasanya terjadi karena adanya kesalahan dari

19
operator yang memberikan tekanan yang terlalu besar.

2.1.3.1.2 Mekanisme Alat Ortodonti Cekat

Alat cekat dapat memberikan kekuatan yang kontinyu (terus-

menerus) serta dapat menggerakan gigi ke segala arah. Setelah alat

dipasang, maka tekanan terhadap gigi langsung terjadi. Akibat tekanan

ditandai dengan adanya rasa sakit, yang akan hilang setelah beberapa hari.

Rasa sakit yang sangat disebabkan tekanan terhadap gigi yang terlalu

besar, maka perlu dikontrol dan dikoordinasikan lagi kekuatannya.

Kontrol koordinasi alat setiap 3 minggu. Kemajuan gerak gigi diamati

21
dengan membandingkan susunan gigi-geligi dengan studi model.

2.1.3.2 Alat Lepasan

Alat ortodontik lepasan adalah alat yang pemakaiannya bisa

dipasang dan dilepas oleh pasien. Alat ini mempunyai kemampuan

perawatan yang lebih sederhana dibanding dengan alat cekat. Alat

ortodonti lepasan dianggap sebagai alat fungsional, karena alat ini hampir

selalu dilepas. Alat ini mempengaruhi baik otot-otot orofasial dan

pengembangan dentoalveolar.
48
Gambar 2.3 Alat Ortodonti Lepasan

A. Pelat Dasar /Baseplate B. Komponen Retentif C. Komponen Aktif


D. Komponen Pasif E Komponen Penjangkar

2.1.4 Perawatan Ortodonti

Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan untuk

memperbaiki fungsi mastikasi, bicara dan estetis seseorang, tetapi

perawatan ortodonti dapat juga menyebabkan komplikasi karena

22
terjadinya kesukaran di dalam penjagaan kebersihan oral. Piranti

ortodonti cekat dapat membentuk daerah retensi yang baru bagi plak

maupun debris dan juga meningkatkan jumlah mikroba sehingga

23
akumulasi plak dalam rongga mulut meningkat. Beberapa penelitian

menunjukkan prevalensi gingivitis meningkat pada pemakai piranti

24
ortodonti cekat.

Alasan yang menjadi latar belakang penerapan perawatan ortodonti

adalah perlunya memperbaiki kesehatan rongga mulut, fungsi rongga

mulut, dan penampilan pribadi. Penampilan pribadi tidak bergantung pada

penampilan objektif, dan perawatan tergantung sebagian besar pada

keinginan pasien maupun orang tuanya. Meskipun demikian, minat


masyarakat untuk mengubah bentuk wajah melalui perawatan ortodonti

makin meningkat.

Makin banyak pasien yang memberi perhatian terhadap

penyimpangan yang terjadi pada bentuk wajah karena maloklusi dan

malposisi dari gigi-gigi menimbulkan efek yang merugikan terhadap

kesehatan rongga mulut khususnya terhadap kondisi jaringan

25
periodontal.

Pada kalangan masyarakat terdapat beberapa jenjang

profesionalisme yang memberikan pelayanan kesehatan gigi khususnya

perawatan ortodontik yaitu dokter gigi spesialis ortodonti dan dokter gigi

umum. Dokter spesialis ortodonti adalah dokter gigi umum yang telah

menyelesaikan pendidikan spesialis bidang ortodonti dan dokter gigi

umum adalah dokter gigi yang telah menyelesaikan pendidikan S1 dan

telah menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi.

Dewasa ini, seiring dengan meningkatnya permintaan perawatan

ortodonti, perawatan ini kemudian tidak hanya dilakukan oleh dokter gigi

spesialis atau dokter gigi umum saja, namun keadaan ini juga

dimanfaatkan oleh beberapa kalangan masyarakat non profesional untuk

melakukan perawatan ortodonti misalnya perawat gigi dan tukang gigi.

Hal ini sering diasumsikan dan dikaitkan dengan faktor ekonomi

masyarakat yang rendah, sementara biaya perawatan dokter spesialis yang

semakin mahal. Selain itu, faktor proses pengerjaan gigi serta waktu

penyembuhan yang relatif lebih singkat dibanding dengan berobat ke

dokter gigi menyebabkan pasien lebih merasa efisien mempercayakan


pengobatan giginya kepada pelayanan jasa nonprofessional ini. Hal inilah

jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan non

7
profesional seperti tukang gigi maupun perawat gigi tetap tinggi.

Dalam perawatan ortodonti, secara otomaris seseorang harus

memberi perhatian lebih dalam menjalani praktik kebersihan gigi dan

mulut agar kebersihan gigi dan mulut tetap terjaga. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menjalani perawatan ortodonti antara lain kontrol rutin

yang dilakukan setiap 3 minggu sekali, pembersihan karang gigi secara

8
berkala dan juga pengggunaan sikat gigi dengan desain khusus.

Pasien harus lebih rajin dan teliti melakukan pembersihan dan

penyikatan gigi dan alat ortodontinya selama perawatan, karena adanya

alat ortodonti di dalam mulit mempermudah terjadi timbunan sisa

makanan yang menempel pada gigi dan alat ortodonti tersebut. Kondisi ini

8
memungkinkan terjadinta penurunan tingkat kebersihan gigi dan mulut.

Kawat gigi diperlukan untuk meluruskan. Juga pada kondisi rahang

bawah normal, rahang atas maju (tonggos), atau sebaliknya rahang bawah

terlalu maju, rahang atas normal (cakil). Jika tak cepat ditangani, kelainan

itu akan membuat cara sikat gigi tak maksimal. Akibatnya gigi jadi mudah

berlubang, tumbuh banyak karang gigi, gusi mudah berdarah, dan

memunculkan bau mulut tak sedap. Pada tahap lebih parah, bahkan dapat

26
menimbulkan gangguan sakit kepala dan leher.
2.1.5 Tujuan Perawatan Ortodonti

1. Efisiensi Fungsional

Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari system

stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada

perbaikan fungsional dari bagian-bagian oro-fasial.

2. Keseimbangan Struktural

Perawatan ortodonti bertujuan untuk perbaikan struktur Regio oro-

fasial yang terdiri dari:

a. System dento-alveolar

b. Jaringan skeletal

c. Jaringan lunak dan otot

Perawatan ortodonti yang baik dapat memperoleh kembali atau

mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga system jaringan tersebut.

3. Estetis yang harmonis

Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan

ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian

besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik, selain

itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan

dalam bermasyarakat. Oleh karena itu perawatan ortodonti bertujuan untuk

27
memperbaiki estetika wajah pada individu.
2.1.6 Perawatan Kasus Ortodonti

Dokter gigi harus menentukan ketidakteraturan gigi, yang manakah

yang masih dapat dirawat sendiri. Ataupun menemukan kasus-kasus yang

lain yang harus dirujuk ke dokter gigi spesialis ortodonti, baik untuk

mendapat petunjuk maupun mendapatkan perawatan. Tindakan untuk

menangani pasien yang diluar kesanggupannya dan kemampuan diagnosis,

28
akan menimbulkan kegagalan.

Masalah kesehatan gigi yang paling umum memicu perawatan

kawat gigi antara lain:

a. Mulut Kecil

Mulut kecil menyebabkan keterbatasan ruang bagi gigi untuk tumbuh.

Hal ini mengakibatkan gigi tumbuh berjejalan secara tidak beraturan.

b. Gigi tonggos

Beberapa anak suka mendorong lidah mereka ke depan sehingga

mengakibatkan tonjolan gigi atau rahang atas dan bawah tidak klop.

Kebiasaan buruk seperti mengisap jempol di masa bayi juga dapat

mengakibatkan masalah ini.

c. Gigi terlalu rapat atau jarang

Kadang-kadang, seseorang dapat memiliki gigi yang terlalu

besar/menonjol atau gigi tertentu yang tidak berkembang atau

menonjol sama sekali. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam

mengunyah. Tanggalnya gigi susu sebelum waktunya atau cedera

traumatis di wajah, mulut atau rahang juga dapat mempengaruhi

29
kemampuan untuk mengunyah.
2.6 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal tersusun dari komponen matriks ekstraseluler

yaitu kolagen yang berperan dalam proses regenerasi dan kerusakan

jaringan. Kolagen interstisial jaringan periodontal berfungsi untuk

30
penyembuhan dan pembentukan jaringan baru.

31
Gambar 2.4 Penampang sagital struktur jaringan periodontal pada gigi.

2.2.1 Bagian-bagian Jaringan Periodontal

2.2.1.1 Dento Gingival Junction

Dento gingival junction adalah gingival yang melapisi gigi. Dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu jaringan epitel dan komponen jaringan

ikat. Epithelium ini dibentu oleh sel basal, sel superbasal dan sel

permukaan yang terdiri dari basal lamina yang merupakan sel parenkim.

Sel-sel tersebut memiliki banyak sitoplasma, retikulum endoplasma, dan

badan golgi. Jaringan ikat terdiri dari dua bagian, yaitu pada daerah

permukaan dan bagian dalam. Terletak bersebalahan dengan junctional

epithelium yang berfungsi untuk menyokong epithelium. Selain itu

jaringan ikat memliki peranan untuk memulihkan dento gingival junction

32
setelah pembedahan periodontal.
2.2.1.2 Sementum

Sementum merupakan bagian jaringan periodontal yang

menyelimuti akar gigi. Bersifat keras, tak berpembuluh darah serta

32
merupakan perlekatan utama ligament periodontal.

2.2.1.3 Ligament Periodontal

Sebagian besar ligament periodontal bersifat lunak, terutama

jaringan yang berada diantara sementum yang menyelimuti akar gigi dan

tulang. Fungsi dari ligament periodontal adalah menjaga gigi pada

tempatnya yang disesuaikan dengan kekuatan mengunyah, dan sebagai

sensori reseptor pada rahang selama pengunyahan, serta sebagai cadangan

32
sel untuk regenerasi.

2.2.1.4 Tulang Alveolar

Tulang alveolar adalah tulang yang berrongga, tepatnya di samping

ligamen periodontal. Lapisan luar terdiri dari compact bone, lapisan

tengah spongiosa bone, serta lapisan dasar alveolar bone. Lapisan luar

(compact bone) dan lapisan tengah (spongiosa/trabecula bone) tersusun

31
atas lamella-lamela dengan system havers.

2.3 Penyakit Periodontal

2.3.1 Definisi

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan

periodontal seperti gingival, sementum, ligament periodontal, serta tulang

alveolar. Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa

prevalensi dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur,

jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik. Banyak
penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal sejalan
33
dengan bertambahnya umur.

Menurut penelitian situmorang, bila dilihat berdasarkan umur skor

penyakit periodontal tertinggi (terparah) adalah usia 45-46 tahun (18,75%),

sedangkan skor penyakit periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34

tahun (6,12%). Perilaku tentunya juga mempengaruhi status kesehatan

seseorang. Perilaku dapat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku menyikat gigi yang baik tentu dapat mengendalikan salah satu

faktor dalam proses terjadinya karies dan penyakit periodontal yaitu

33
plak.

2.3.2 Etiologi penyakit periodontal

Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal merupakan

penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor

sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.

Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh

faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma oklusi atau gabungan

keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva

34
mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar.

2.3.2.1 Faktor Lokal

1.Plak Bakteri

Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba

yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang

mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi


atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-

gingiva yang berada apikal dari dasar gingival.

Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva

mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal

berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri

bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara

tidak langsung dengan jalan :

a. Mengganggu pertahanan jaringan tubuh

b. Menggerakkan proses immuno patologi.

Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama

terjadinya gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai

penyebabnya yang merupakan multifaktor, meliputi interaksi antara

mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan

34
tubuh.

2. Kalkulus

Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang

mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah.

Kalkulus merupakan penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa

inflamasi terjadi karena penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan

lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama

terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis

adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan

(34,35)
kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
3. Impaksi makanan

Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan)

merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat

penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan

gigi dengan oklusi yang baik akan lebih mudah dibersihkan oleh proses-

proses alami. Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi

makanan yaitu :

a. perasaan tertekan pada daerah proksimal

b. rasa sakit yang sangat dan tidak menentu

c inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat

sering berbau.

d. resesi gingiva

e.pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat

bergerak dari soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur

saat berfungsi dan sensitive terhadap perkusi.

4. Pernafasan Mulut

Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan

buruk. Hal ini sering dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen

misalnya pada anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir maupun

rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama. Misalkan

pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan atas

protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini

menyebabkan kekentalan saliva akan bertambah pada permukaan gingival


maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri

bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya

34
memudahkan terjadinya penyakit periodontal.

5. Sifat fisik makanan

Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan

yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semi cairan membutuhkan

sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar

gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan

pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan

kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan

ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum

di dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair,

penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit.

Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat

mudah dibersihkan dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan

gigi dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang

segar, buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan

34
gigi.

6. Iatrogenik Dentistry

Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan

dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan

pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada

34
jaringan sekitar gigi.
7. Trauma oklusi

Trauma oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodontal, tekanan


34
oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.

2.3.2.2 Faktor Sistemik

1. Kelainan Genetik

Pertahanan hospes yang dibawa sejak lahir dapat

menentukan individu mana yang dapat terkena periodontitis

dengan derajat yang parah. Monosit atau makrofaq ditemukan

dalam kadar tinggi pada individu yang rentan terhadap

periodontitis destruktif yang hebat. Gen IL-1 ini menyebabkan

36
terjadinya inflamasi dan destruksi periodontal yang lebih parah.

2. Ketidakseimbangan Hormon

Pada hiperparatiroidisme terjadi mobilisasi dari kalsium

tulang secara berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan osteoporosis

36
dan kelemahan tulang yang hebat pada periodontitis karena plak.

3. Defisiensi Nutrisi

Defisiensi vitamin C yang berat dapat menginduksi kerusakan

jaringan periodontal secara nyata pada manusia. Perubahan awal

dapat bermanifestasi sebagai gingivitis ringan hingga sedang, yang

diikuti oleh pembesaran ginggiva yang terinflamasi akut,

edematous dan hemoragik. Gejala oral ini disertai perubahan

fisiologik menyeluruh seperti kelesuan, lemah, malaise, nyeri

sendi, ekimosis, dan turunnya berat badan. Jika tidak terdeteksi


pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan periodontal
36
yang hebat.

Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan terjadinya

osteoporosis yang bermanifestasi sebagai riketsia pada anak atau

osteomalasia pada orang dewasa. Kedua kondisi ini dapat dikaitkan

dengan kerusakan jaringan ikat periodontal dan penyerapan tulang

36
alveolar.

4. Diabetes Melitus

Kadar gula darah yang tinggi dapat menekan respons imun

inang dan menyebabkan penyembuhan luka yang tidak baik serta

infeksi kambuhan. Manifestasi dalam rongga mulut dapat berupa

abses periodontal multipel atau kambuhan dan selulitis. Pasien

penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau tidak

terdiagnosa, lebih rentan terhadap gingivitis, hyperplasia ginggiva,

36
dan periodontitis.

2.3.3 Klasifikasi

2.3.3.1 Gingivitis

Gingivitis adalah inflamasi pada gingival tanpa adanya kerusakan

perlekatan epitel sebagai dasar sulkus, sehingga epitel melekat pada

permukaan gigi di tempat aslinya. Gambaran klinis gingivitis umumnya

berupa jaringan gingival berwarna merah dan lunak, mudah berdarah pada

sentuhan ringan, ada perbedaan kontur gingiva, ada plak bahkan kalkulus,
tanpa adanya kerusakan puncak alveolar yang dapat diketahui secara
37
radiografis. Gingivitis disebabkan oleh faktor local dan sistemik.

Faktor lokal adalah plak bakteri gigi, yang menyebabkan terjadinya

gingivitis kronis sedangkan faktor sistemik adalah gingivitis yang disebabkan

oleh karena penyakit sistemik. Gingivitis merupakan tahapan awal terjadinya

suatu peradangan jaringan pendukung gigi (peridontitis) dan terjadi karena

efek jangka panjang dari penumpukan plak.


44
Gambar 2.5 Gambaran klinis gingivitis

45
Gambar 2.6 Gambaran klinis gingivitis pada pengguna ortodonti cekat

2.3.3.2 Periodontitis

Periodontitis adalah keradangan yang mengenai jaringan

pendukung saja, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dan dapat

menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligament periodontal, tulang

alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya. Periodontitis


berdasarkan gejala klinis gambaran radiografis diklasifikasikan menjadi

periodontitis kronis dn periodontitis lambat. Penyakit ini disebabkan oleh

faktor lokal sistemik. Walaupun periodontitis kronis dapat terjadi pada

anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan

(39,40)
kalkulus secara kronis.

Gambar 2.7 Gambaran klinis periodontitis

43
Gambar 2.8 Gambaran klinis periodontitis pada pengguna alat ortodonti cekat

2.3.4 Patomekanisme

Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang

disebabkan oleh bakteri, inflamasi periodontal dapat berkembang menjadi

penyakit yang destruktif yang menyebabkan kerusakan jaringan

41
periodontal.
Untuk dapat menimbulkan kerusakan, bakteri harus :

1. berkolonisasi pada sulkus gingiva dengan menyerang pertahanan

hospes,

2. merusak barier krevikular epithelial, atau,

3. memproduksi substansi yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan


42
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapapatogenperiodontaldiperkirakanmempunyai

mekanisme poten untuk menyerang atau merusak pertahanan hospes

termasuk kerusakan langsung dari PMN dan makrofag. Mekanisme poten

tersebut berupa leukotoksin yang diproduksi oleh beberapa strain

Actinobacillus actinomycetencomitans yang dapat merusak PMN dan

makrofag.Mengurangi kemotaksis PMN. Sejumlah spesies bakteri dari

genus Bacteroides dan Capnocytophaga serta Actinobacillus

actinomycetemcomitans dapat mengurangi kemotaksis PMN dan

mengurangi fagositosis serta penghancuran intrasel degradasi

imunoglobulin.
Tabel.2.1 Mikroorganisme yang berkaitan dengan beberapa tipe penyakit periodontal
47
Kondisi Mikroorganisme predominan Keterangan
Sehat Streptococcus sanguis Sebagian besar gram positif
Streptococcus oralis dengan sedikit spirokheta dan
Actinomyces naeslundii bakteri batang motil
Actinomyces viscosus
Veillonella spp.
Gingivitis marginal kronis Streptococcus sanguis Sekitar 55% gram positif
Streptococcus milleri dengan sesekali spirokheta dan
Actinomyces israelii bakteri batang motil
Actinomyces naeslundii
Prevotella intermedia
Capnocytophaga spp.
Fusobacterium nucleatum
Veillonella spp.
Periodontitis kronis Porphyromonas gingivalis Sekitar 75% gram negatif
Prevotella intermedia (90% anaerob). Terutama
Fusobacterium nucleatum bakteri batang motil dan
Tannerella forsythia (sebelumnya Spirokheta
Bacteroides forsythus)
Actinobacillus
actinomycetemcomitans
Selenomonas spp.
Capnocytophaga spp.
Spirochaetes
Periodontitis agresif Actinobacillus Sekitar 65-75% bakteri basil
actinomycetemcomitans gram negatif. Ditemukan
Capnocytophaga spp. sedikit spirokheta dan bakteri
Porphyromonas gingivalis batang motil. Penyakit ini
Prevotella intermedia berhubungan dengan sistem
imun seluler dan cacat genetik.

Spesies Bacteroides dan Capnocytophaga yang mempunyai

pigmentasi hitam dapat memproduksi protease yang dapat mendegradasi

IgA dan IgG. Degradasi fibrin. Beberapa spesies Bacteroides berpigmen

hitam mempunyai aktivitas fibrinolitik yang dapat mengurangi terjebaknya

bakteri oleh fibrin untuk fagositosis permukaan Selain menyerang

mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik, sejumlah bakteri patogen gram

negatif dan Spirochaeta terdapat pada subgingiva juga menyerang

mekanisme pertahanan tubuh yang spesifik, seperti limfosit bakteri

menyerang dengan jalan merubah fungsi limfosit dan memproduksi

42
imunosupresi.

Merusak daerah krevikular adalah cara bakteri selanjutnya untuk

menginfeksi hospes. Hal ini dapat dilakukan oleh beberapa bakteri pada

flora subgingiva baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-

faktor langsung yang toksik bagi epithelium disekresi oleh Bacteroides

gingivalis, B. intermedius, spesies Capnocytophaga dan Actinobacillus

actinomycetencomitans. Keadaan yang ditimbulkan akibat toksik ini akan


meningkatkan permeabilitas krevikularepitelium terhadap produk bakteri
42
dan kemungkinan juga terhadap bakteri itu sendiri.

Kerusakan jaringan oleh bakteri dapat dilakukan dengan cara

menghasilkan enzim yang dapat merusak jaringan periodontal. Enzim

proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri yang berhubungan dengan

penyakit periodontal antara lain adalah kolagenase yang dihasilkan oleh

spesies Bacteroides, Actinobacillus actinomycetencomitans dan

spirochaeta. Enzim elastase dihasilkan oleh Spirochaeta, tripsin oleh

Bacteroides gingivalis, aminopeptida oleh Bacteroides dan spesies

42
Capnocytophaga.

Ada berbagai metabolit bakteri dan produk toksik yang dapat

merusak jaringan dan merangsang terjadinya inflamasi. Mereka termasuk

ammonia, amintoksin, indole, asam organik, hidrogen sulfida,

metimerkaptan, dan dimetil disulfida. Salah satunya adalah

lipopolisakarida endotoksin (LPS) yang dikandung dinding sel bakteri

gram-negatif dan dikeluarkan ketika bakteri mati. Ekstrak dari bakteri

gram-negatif yang diisolasi dari poket periodontal dapat menyebabkan

aktivasi sel B-poliklonal,yang ikut berperan pada patologi periodontal

dengan cara merangsang limfosit untuk membentuk antibodi yang tidak

42
berhubungan dengan agen pengaktif.

Pada semua tahap periodontitis bakteri dapat ditemukan pada

permukaan akar dan terdapat bebas di dalam poket. Dari daerah ini bakteri

akan masuk ke jaringan melalui epitelium poket yang mengalami ulserasi.

Spesies Actinomyces dapat sedikit berpenetrasi kesementum dan produk-


produk bakteri seperti LPS dapat mengkontaminasi sementum. Meskipun

demikian, derajat penetrasi dari produk-produk ini kedalam sementum

umumnya superfisial. Banyak bakteri gram negatif yang mempunyai

kemampuan untuk melekat pada bakteri gram-positif dan sel apitel.

Kemampuan ini merupakan faktor penting pada pembentukan kolonisasi

subgingiva dan juga memungkinkan bakteri berkoloni pada sel permukaan

42
epitelium poket.

2.4 Mekanisme Terjadinya Penyakit Periodontal Pada Pemakai Alat

Ortodonti Cekat

Pasien yang memakai alat ortodonti cekat cenderung lebih beresiko

untuk mengalami peningkatan akumulasi plak, sehingga dokter gigi harus

mengetahui tindakan terbaik yang perlu dilakukan untuk mencegah

kerusakan gigi dan jaringan periodontal. Perawatan ortodonti berpotensi

menyebabkan gingivitis dan bisa berkembang menjadi periodontitis,

48
terutama pada pergerakan tipping dan intrusi.

Sewaktu gigi digerakkan ke dalam soket, gerakan ini akan

memperdalam poket gingival sehingga dalam perkembangannya akan

membentuk suatu pseudopoket. Pseudopoket gingiva disebabkan karena

pembesaran gingival marginal yang jaringannya mengalami

pembengkakan. Ketika hal ini terjadi, akan memberikan kesempatan bagi

48
bakteri subgingiva untuk merusak jaringan periodontal.
2.5 Kerangka Teori

Pemasangan alat ortodonti cekat

Gerakan gigi Pemeliharaan rongga Perawatan alat


yang multiple gigi dan mulut ortodonti cekat

1.Pola menyikat gigi Kontrol Ke


dokter gigi
Tipping Intrusi 2.Kebiasaan
makan/minum

Memperdalam poket gingiva


Menurunnya kebersihan
rongga mulut

Pembentukan pseudogingiva
Akumulasi
plak

Pembesaran gingival
marginalis
Kerusakan
jaringan Kerusakan gigi
periodontal
Peningkatan bakteri
subgingiva

Keterangan

Variabel yang ditelit

Variable; yang tdak ditelit

48
Gambar 2.9 Kerangka Teori
2.6 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukut melalui

penelitian-penelitian yang dilakukan, dalam penelitian ini mengacu pada

latar belakang landasan teori, maka penelitian ini dibuat kerangka konsep

sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen


Pemasangan alat
ortodonti cekat

Perawatan alat ortodonti Penyakit periodontal


cekat

Pemeliharaan rongga
gigi dan mulut
Gambar 2.10 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara pemakaian alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

analitik observasi yang dilakukan dengan pendekatan studi cross sectional.

Survei ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat

ortodonti cekat dengan terjadinya penyakit periodontal pada mahasiswa/i

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

tahun 2016. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner dan

pemeriksaan secara langsung untuk mencari hubungan antara pemakaian

alat ortodonti cekat dengan terjadinya penyakit periodontal pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar

Lampung tahun 2016.

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Universitas Malahayati Bandar Lampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016.


3.3 Subyek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat.

3.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil secara total sampling

dari populasi yaitu seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat dan memenuhi

kriteria inklusi.

3.3.3 Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati

Bandar Lampung angkatan 2013, 2014, 2015.

2. Memakai alat ortodonti cekat ≥ 1 bulan.

3. Memiliki ke-enam gigi berdasarkan kriteria Ramford.

4. Bersedia menjadi responden.

3.3.4 Kriteria Eksklusi

1. Menderita penyakit sistemik.

2. Tidak bersedia menjadi responden.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu. Variabel penelitian ini terdiri dari :


3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengarui oleh variabel

independen. Dan pada penelitian ini yang menjadi variabel dependennya

adalah penyakit periodontal.

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen dan pada penlitian ini yang menjadi variabel independennya

adalah pemasangan alat ortodonti cekat, perawatan alat ortodonti cekat,

dan pemeliharaan kesehatan rongga mulut dan gigi.

3.5 Definisi Operasional

Untuk lebih memudahkan pelaksanaannya penelitian dibuat definisi

operasional seperti pada tabel dibawah ini:


Tabel 3.1 Definisi Operasional
5,8
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Kode Skala
Pemasangan Pemasangan Kuesioner Wawancara - Dokter gigi 1 Ordinal
alat ortodonti alat ortodonti spesialis
cekat cekat oleh ortodonti/dokter
dokter gigi atau gigi = 1
dokter gigi - Bukan dokter 0
spesialis gigi = 0
ortodonti atau
bukan dokter
gigi ( ahli gigi,
perawat gigi,
tukang gigi)
Perawatan alat perawatan Kuesioner Wawancara - Baik ≥ 2 1 Ordinal
ortodonti cekat ortodonti cekat - Tidak baik ≤ 1 0
antara lain
kontrol rutin
yang dilakukan
setiap 1 bulan
sekali oleh
dokter gigi atau
dokter gigi
spesialis
ortodonti atau
bukan dokter
gigi ( ahli gigi,
perawat gigi,
tukang gigi) dan
menggunakan
sikat gigi
khusus
ortodonti serta
menggunakan
obat kumur
Pemeliharaan Pembersihan Kuesioner Wawancara - Baik ≥ 3 1 Ordinal
gigi dan mulut dan penyikatan - Tidak Baik ≤ 2 0
gigi dan alat
ortodonti
Penyakit Penyakit yang Kaca Observasi - Periodontal 1 Ordinal
periodontal mengenai mulut, sehat = 1 0
jaringan lembar - Penyakit
periodontal observasi Periodontal =0
seperti gingival, (gingivitis,
sementum, periodontitis)
ligament
periodontal,
serta tulang
alveolar
3.6 Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer sebagai instrumen

penelitian yaitu kuesioner dan observasi pada mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Umum Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti

cekat guna memperoleh informasi mengenai sampel yang diteliti.

3.7 Alur Penelitian

Merumuskan masalah penelitian dan hipotesis

Mengidentifikasi variabel penelitian

Menetapkan subyek penelitian

Melaksanakan pengukuran

Menganalisa data

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3.8 Cara Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik kuesioner

dan observasi, pengambilan data dilakukan dengan datang langsung ke

lapangan.

3.9 Pengolahan Data

Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan uji

korelasi menggunakan program SPSS. Hasilnya diuraikan dengan


penjelasan-penjelasan yang selanjutnya dibandingkan dengan teori-teori
43
atau tinjauan pustaka. Dalam pengolahan data terdapat 4 tahapan, yaitu:

1. Editing

Saat editing dilakukan pemeriksaan data yang telah dikumpulkan

apakah dapat dibaca, telah terisi lengkap, terdapat ketidakserasian

antara jawaban satu dengan yang lainya.

2. Coding

Pada coding dilakukan penulisan memberikan kode tertentu pada tiap

data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisa data.

3. Processing

Proses pengetikan data dari kuesioner ke program komputer agar dapat

di analisa.

4. Cleaning

Adalah kegiatan pengecekan kembali data yang dientri kedalam

program komputer agar tidak terdapat kesalahan.

3.10 Analisa Data

Pada penelitian ini akan dilakukan analisa data secara:

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan persentase, hasil dari setiap variabel

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Untuk menghitung

sebaran persentase dari frekuensi digunakan rumus sebagai

63
berikut.

x 100%
Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah tiap kategori variabel

N = Jumlah seluruh sampel

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menjawab hipotesis mengenai

hubungan antara pemakaian alat ortodonti cekat terhadap kejadian

penyakit periodontal pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Univeristas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2016. Pada penelitian ini

uji statistik yang digunakan adalah uji sommers’d karena kedua variabel

adalah variabel ordinal serta dengan analisis statistik somers’d dapat juga

menjelaskan kekuatan variabel dan arah korelasi dari kedua variabel.

Intepretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan

50
korelasi (r), serta arah korelasinya. Jika nilai P< 0,05 maka terdapat

korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji tetapi jika P> 0,05

maka tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang
50
diuji.

50
Tabel 3.2. Kekuatan korelasi
Kekuatan korelasi (r) Interpretasi
0,0 sampai dengan <0,2 sangat lemah
0,2 sampai dengan <0,4 Lemah
0,4 sampai dengan <0,6 Sedang
0,6 sampai dengan <0,8 Kuat
0,8 sampai dengan 1 sangat kuat
Selanjutnya arah korelasi + (positif) atau searah yaitu semakin

besar nilai satu variabel maka diikuti dengan semakin besar pula nilai

variabel lainnya dan korelasi – (negatif) atau berlawanan arah yaitu

semakin besar nilai satu variabel maka semakin kecil nilai variabel

50
lainnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati mulai berdiri seiring

dengan berdirinya Universitas Malahayati yang didirikan oleh Yayasan

52
Alih Teknologi Bandar Lampung pada tanggal 27 Agustus 1993.

Sampai saat ini Fakultas kedokteran Universitas Malahayati, terdiri

dari 7 program studi, yakni Prodi Kedokeran, Prodi Profesi Dokter, Prode

Profesi Ners, Prodi Ilmu Keperwataan, prodi DIII Keperawatan, Prodi

52
DIV Kebidanan dan Prodi DII Kebidanan.

Sarana dan prasarana pendidikan S.Ked diantaranya 36 ruang

tutorial, 18 ruang skill lab,12 ruang praktikum biomedik, 8 ruang kuliah

2 2
pakar, 5000 m ruang perpustakaan 11 x 18 m ruang multimedia, 1 ruang

teleconference, 1 ruang smart class room, 3 lokasi OSCE CENTER, 2

52
lokasi 350 CPU CBT CENTER.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat berdasarkan kelompok

angkatan, jenis kelamin, dan usia, distribusi frekuensi pemasangan alat


ortodonti cekat, distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat, dan

distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut.

4.2.1.1 Disribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Angkatan Responden

Tabel 4.1 Frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas


Malahayat yang memakai alat ortodont cekat berdasarkan kelompok angkatan
Angkatan Frekuensi Persentase %
2013 38 52,7
2014 14 19,4
2015 20 27,7
Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi berdasarkan kelompok angkatan

di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

terdapat 72 responden, dan jumlah responden tertinggi adalah angkatan

2013 berjumlah 38 responden (52,7%) dan yang terrendah adalah angkatan

2014 berjumlah 14 responden (19,4%).

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas


Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat berdasarkan kelompok jenis
kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase %
Laki-laki 11 15,2
Perempuan 61 84,7
Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin di

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

terdapat 72 responden, sebagian besar responden didominasi oleh

mahasiswa perempuan yaitu sebanyak 61 responden (84,7%) dan sisanya

laki-laki yaitu sebanyak 11 responden (15,2%).


4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas


Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat berdasarkan kelompok usia
Usia Frekuensi Persentase %
≥20 tahun 63 87,5
<20 tahun 9 12,5
Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuensi karakteristik usia di Fakultas

Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung terdapat 72

responden, dan sebagian besar usia ≥20 tahun yaitu 63 responden (87,5%)

dan sisanya <20 tahun yaitu 9 responden (12,5%).

4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Pemasangan Alat Ortodonti Cekat

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat

Pemasangan alat ortodonti cekat Frekuensi Persentase %


Benar 66 91,6
Salah 6 8,3
Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 4.4 distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti

cekat di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar

Lampung dari 72 responden didapatkan responden dengan pemasangan

alat ortodonti cekat benar sebanyak 71 responden (98,6%) dan responden

dengan pemasangan alat ortodonti salah sebanyak 1 responden (1,4%).

4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Perawatan Alat Ortodonti Cekat

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat

Perawatan alat ortodonti cekat Frekuensi Persentase %


Baik 36 50
Tidak baik 36 50
Jumlah 72 100
Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat

di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

dari 72 responden didapatkan responden dengan perawatan alat ortodonti

cekat baik sama dengan responden dengan perawatan alat ortodonti cekat

tidak baik yaitu masing-masing 36 responden (50%).

4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Rongga Gigi Dan Mulut

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut

Pemeliharaan rongga gigi dan mulut Frekuensi Persentase %


Baik 65 90,3
Tidak baik 7 9,7
Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 4.6 distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan

mulut di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar

Lampung dari 72 responden didapatkan responden tertinggi yaitu

frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut baik yaitu 69 responden

(95,8) dan terrendah yaitu frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut

tidak baik yaitu 3 responden (4,2%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mendapatkan hasil tabulasi silang

antara variabel independen (pemasangan alat ortodonti cekat, perawatan

alat ortodonti cekat, pemeliharaan alat ortodonti cekat dan pemeliharaan

rongga gigi dan mulut) dengan variabel dependen (penyakit periodontal) di

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

serta untuk mengetahui p value, kekuatan korelasi dan untuk mengetahui


arah korelasi kedua variabel tersebut. dari hasil uji hipotesis yang telah

dilakukan peneliti.

4.2.2.1 Analisis Hubungan Antara Pemasangan Alat Ortodonti Cekat

Terhadap Kejadian Penyakit Periodontal Pada Mahasiswa/I Fakultas

Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun

2016

Tabel 4.7 Analisis hubungan antara pemasangan alat ortodonti cekat terhadap kejadian
penyakit periodontal

Kejadian penyakit periodontal


Pemasangan
Penyakit Periodontal Total
alat ortodonti P value R Arah
periodontal sehat
cekat
N % N % N %
Salah 5 83,3 1 16,7 6 100 +
0.027 0.576
Benar 17 25,8 49 74,2 66 100 (positif))

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dari 66 responden dengan pemasangan

alat ortodonti cekat secara benar responden tertinggi yaitu yang tidak

mengalami penyakit periodontal sebanyak 49 (74,2%) responden dan yang

terrendah yaitu yang mengalami penyakit periodontal sebanyak 17

(25,8%) responden, sedangkan dari 6 responden dengan pemasangan yang

salah didapatkan 1 (16,7%) responden yang tidak mengalami penyakit

periodontal atau kondisi periodontalnya sehat dan 5 (83,3%) responden

mengalami penyakit periodontal.

Berdasarkan hasil uji statistic somers’d diperoleh nilai P

value=0.027 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan

antara pemasangan alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit

periodontal. Dan nilai kekuatan korelasi (r) 0.576 menunjukan kekuatan

korelasi yang sedang karena nilai korelasi (r) memenuhi interpretasi 0,4 sd
<0,6 dengan arah korelasi + (positif) atau searah, semakin benar

pemasangan alat ortodonti cekat seseorang, maka semakin baik kondisi

periodontalnya.

4.2.2.2 Analisis Hubungan Antara Perawatan Alat Ortodonti Cekat Terhadap

Kejadian Penyakit Periodontal Pada Mahasiswa/I Fakultas

Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun

2016

Tabel 4.8 Analisa hubungan antara perawatan alat ortodonti cekat terhadap kejadian
penyakit periodontal

Kejadian penyakit periodontal


Perawatan
Penyakit Periodontal Total
alat ortodonti P value R Arah
Periodontal sehat
cekat
N % N % N %
Tidak Baik 20 55,6 16 44,4 36 100 +
0,000 0,500
Baik 2 5,6 34 94,4 36 100 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas dari 36 responden dengan perawatan alat

ortodonti cekat baik didapatkan responden tertinggi sebanyak 34 (94,4%)

responden yang periodontalnya sehat dan responden terrendah sebanyak 2

(5,6%) yang mengalami penyakit periodontal, sedangkan 36 responden

dengan perawatan alat ortodonti cekat tidak baik didapatkan responden

tertinggi yang mengalami penyakit periodontal sebanyak 20 (55,6%) dan

yang memiliki periodontal sehat sebanyak 16 (44,4%).

Berdasarkan hasil uji statistik somers’d, diperoleh nilai P

value=0,000 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan

antara perawatan alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit

periodontal serta kekuatan korelasi (r) 0,500 menunjukan kekuatan


korelasi yang sedang karena nilai korelasi (r) memenuhi interpretasi 0,4 sd

<0,6. Dan arah positif atau searah, semakin baik perawatan alat ortodonti

cekat seseorang, maka semakin baik kondisi periodontalnya.

4.2.2.3 Analisis Hubungan Antara Pemeliharaan Rongga Gigi Dan Mulut

Terhadap Kejadian Penyakit Periodontal Pada Mahasiswa/I Fakultas

Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun

2016

Tabel 4.9 Analisa hubungan antara pemeliharaan rongga gigi dan mulut terhadap kejadian
penyakit periodontal

Kejadian penyakit periodontal


Pemeliharaan
Penyakit Periodontal Total
alat ortodonti P value R Arah
periodontal sehat
cekat
N % N % N %
Tidak baik 6 85,7 1 14,3 7 100 +
0,012 0.611
Baik 16 24,6 49 75,4 65 100 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas dari 65 responden dengan pemeliharaan

rongga gigi dan mulut baik didapatkan responden tertinggi sebanyak 49

(75,4%) responden yang periodontalnya sehat dan responden terrendah

sebanyak 16 (24,6%) mengalami penyakit periodontal, sedangkan 7

responden dengan pemeliharaan rongga gigi dan mulut tidak baik

didapatkan 1(14,3%) responden yang periodontalnya sehat dan sebanyak 6

(85,7%) responden mengalami penyakit periodontal.

Berdasarkan hasil uji statistik somers’d, diperoleh nilai P

value=0,012 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan antara pemeliharaan

rongga gigi dan mulut dengan kejadian penyakit periodontal serta

kekuatan korelasi (r) 0,611 menunjukan kekuatan korelasi yang kuat


karena nilai korelasi (r) memenuhi interpretasi 0,6 sd <0,8 dengan arah

korelasi + (positif) yang berarti semakin baik pemeliharaan rongga gigi

dan mulut seseorang, maka semakin baik kondisi periodontalnya.

4.3 Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesa yang diajukan pada

penelitian ini, maka pembahasan hasil diarahkan pada hubungan antara

variabel independen (pemasangan alat ortodonti cekat, perawatan alat

ortodonti cekat, pemeliharaan rongga gigi dan mulut) dengan variabel

dependen (penyakit periodontal).

4.3.1 Univariat

4.3.1.1 Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat

berdasarkan kelompok angkatan, jenis kelamin, dan usia

Dari hasil penelitian ini didapatkan distribusi frekuensi

mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati yang

memakai alat ortodonti cekat berdasarkan kelompok angkatan responden

didapatkan angkatan 2013 sebanyak 38 (52,7%) responden, angkatan 2014

sebanyak 14 (19,4%) responden dan angkatan 2015 sebanyak 20 (27,7%)

responden.

Kemudian jika dilihat pada distribusi frekuensi mahasiswa/i

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati yang memakai alat

ortodonti cekat berdasarkan kelompok jenis kelamin sebagian besar

responden didominasi oleh mahasiswa perempuan yaitu sebanyak 61


(84,7%) responden dan sisanya laki-laki yaitu sebanyak 11 (15,2%)

responden.

Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat berdasarkan

kelompok usia sebagian besar berusia ≥20 tahun yaitu 63 (87,5%)

responden dan sisanya berusia <20 tahun yaitu 9 (12,5%) responden.

Adanya perbedaan jumlah responden perempuan dan laki-laki

kemungkinan dikarenakan perempuan lebih tidak percaya diri ketika

terdapat malposisi pada gigi yang mengurangi estetika pada dirinya.

Namun hal itu tidak terlalu menjadi perhatian bagi laki-laki. Sehingga

kebanyakan jumlah pengguna alat ortodonti cekat adalah perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian Mudjari I dkk, menyatakan bahwa hasil

penelitian membuktikan persentase perempuan yang mencari perawatan

53
ortodontik jauh kebih banyak dari laki-laki. .

Pernyataan disampaikan oleh Alhaija ESA dkk, yang menyebutkan

bahwa jenis kelamin dan usia sangat menentukan dalam perawatan

ortodontik. Perempuan memiliki keinginan yang lebih besar untuk

menerima dan menjalani perawatan ortodontik dibandingkan dengan laki-

laki, dan juga mereka yang lebih muda memiliki sikap positif

dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih tua untuk menjalani

54
perawatan ortodontik. Menurut Meier dkk, dalam surveinya terhadap

beberapa pasien yang memiliki gigi kaninus menunjukkan bahwa

perempuan dan laki-laki berumur antara 18-29 tahun lebih menginginkan

perawatan dibandingkan dengan yang berumur lebih tua. Berdasarkan


penelitian Nahm dan Kim dapat dilihat bahwa dari 60 pasien ortodontik
53
yang berjenis kelamin perempuan berumur sekitar 18 dan 38 tahun.

4.3.1.2 Distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat

Pada distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat di

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung dari

72 responden didapatkan responden dengan pemasangan alat ortodonti

cekat benar sebanyak 66 responden (91,7%) dan responden dengan

pemasangan alat ortodonti salah sebanyak 6 responden (8,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah menyadari bahwa

pemasangan alat ortodonti cekat yang benar adalah oleh dokter gigi umum

atau dokter gigi spesialis ortodonti.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

339/MENKES/PERK/1989 pasal 7 ayat 1 telah mengatur mengenai

wewenang pekerjaan praktek tukang gigi yaitu membuat gigi tiruan

lepasan dan akrilik sebagian atau penuh, dan memasang gigi tiruan

lepasan. Kemudian dalam keputusan menteri kesehatan nomor

378/MENKES/SK/III/2011 tentang standar profesi perawat gigi juga tidak

dijelaskan mengenai kewenangan perawat gigi dapat melakukan

pemasangan kawat gigi atau perawatan ortodontik. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa perawatan ortodontik bukan wewenang dan

kompetensi dari tukang gigi maupun perawat gigi dan dikategorikan

55
sebagai pihak non professional.
4.3.1.3 Distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat

Berdasarkan distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat di

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung dari

72 responden didapatkan responden dengan perawatan alat ortodonti cekat

baik sama dengan responden dengan perawatan alat ortodonti cekat tidak

baik yaitu masing-masing 36 responden (50%). Hal ini menunjukkan

bahwa perilaku responden dalam merawat alat ortodonti cekatnya cukup

baik. sebagian dari responden dengan perawatan alat ortodonti cekat

kurang baik disebabkan karena lokasi dokter gigi yang memasang alat

ortodontinya memiliki jarak yang jauh sehingga menyebabkan responden

tidak rutin melakukan perawatan tersebut.

Faktor lain yang mempengaruhi ketidakrutinan responden

melakukan perawatan alat ortodonti cekat disebabkan status responden

sebagai mahasiswa kedokteran dengan jadwal kuliah yang padat sehingga

responden sulit mengatur jadwal perawatan alat ortodontinya.

Hasil dari penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Trenouth tahun 2002 pada 500 pasien yang menunjukkan

bahwa sekitar 59% pasien tidak melakukan kunjungan kontrol sebanyak 0-

3 kali selama perawatan ortodonti berlangsung. Hal ini menunjukkan

cukup tingginya kesadaran mayoritas pasien untuk melakukan kontrol

56
tepat waktu.

Perawatan alat ortodonti juga termasuk penggunaan sikat gigi

dengan desain khusus untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang

menempel pada gigi dan alat ortodonti. Penelitian yang dilakukan oleh
Winatha tahun 2004 menunjukan bahwa sikat gigi khusus ortodonti

penurunan indeks plaknya lebih besar dibandingkan dengan sikat gigi

57
konvensional.

4.3.1.4 Distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut

Berdasarkan distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan

mulut di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar

Lampung dari 72 responden didapatkan responden tertinggi yaitu frekuensi

pemeliharaan rongga gigi dan mulut baik yaitu 65 responden (90,3) dan

terrendah yaitu frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut tidak baik

yaitu 7 responden (9,7%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki perilaku yang baik dalam memelihara kebersihan

mulutnya.

Terdapat beberapa perilaku yang memengaruhi subjek penelitian

seperti waktu dan cara menyikat gigi yang benar. Menyikat gigi adalah

cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan berbagai kotoran yang

melekat pada permukaan gigi dan gusi. Menyikat gigi yang benar ialah

minimal dua kali sehari setiap pagi setelah makan dan malam sebelum

tidur. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa makanan yang tertinggal

pada gigi. Perilaku menggosok gigi dapat mengurangi terjadinya penyakit

58
periodontal.
4.3.2 Bivariat

4.3.2.1 Hubungan antara pemasangan alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal

Hasil analisis bivariat dari hubungan antara pemasangan alat

ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit periodontal dilakukan dengan

menggunakan uji somers’d. Hasil statistik dengan aplikasi pada lembar

lampiran sedangkan untuk hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.7. Hasil

penelitian menyatakan terdapat hubungan antara pemasangan alat

ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit periodontal pada mahasiswa/i

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung

dengan nilai p=0.027 (p<0.05). Kemudian dilakukan pengamatan dengan

nilai koefisien korelasi, hasilnya menyatakan keeratan hubungan termasuk

kategori sedang dengan nilai (r) 0.576 karena nilai korelasi (r) memenuhi

interpretasi 0,4 sd <0,6. Sedangkan arah korelasi kedua variabel adalah

positif atau searah yang berarti semakin benar pemasangan alat ortodonti

cekat maka semakin baik pula kondisi jaringan periodontalnya.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul

Waqiah Mas‟ud tahun 2014 yang berjudul Persepsi Masyarakat terhadap

Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non Profesional yang

menyatakan bahwa sebanyak 60% dari jumlah populasi dalam

penelitiannya memiliki aspek sosial yang tinggi untuk melakukan

perawatan ortodontik pada pihak non profesional.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden yang

memakai alat ortodonti cekat memiliki kesadaran yang baik tentang


pemasangan alat ortodonti cekatnya oleh dokter gigi atau dokter gigi

spesialis ortodonti. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya sebagian besar responden memiliki status sosio-ekonomi yang

baik dan memiliki latar belakang pendidikan sebagai mahasiswa

kedokteran sehingga responden pada penelitian ini memiliki tingkat

pengetahuan yang baik tentang pemasangan alat ortodonti cekatnya.

4.3.2.2 Hubungan kedua yaitu hubungan antara perawatan alat ortodonti

cekat terhadap kejadian penyakit periodontal

Hasil analisis hubungan kedua yaitu hubungan antara perawatan

alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit periodontal dilakukan

dengan menggunakan uji somers’d. Hasil statistik dengan aplikasi pada

lembar lampiran sedangkan untuk hasil analisis dapat dilihat pada tabel

4.8. hasil penelitian ini menyatakan terdapat hubungan yang signifikan

antara perawataan alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit

periodontal pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Bandar Lampung dengan nilai p=0.000 (p<0.05). Kemudian dilakukan

pengamatan dengan nilai koefisien korelasi, hasilnya menyatakan keeratan

hubungan termasuk kategori sedang dengan nilai (r) 0,500 (kategori

sedang 0,4 sd <0,6). Sedangkan arah korelasi kedua variabel adalah positif

atau searah yang berarti semakin baik perawatan alat ortodonti cekatnya

maka semakin baik pula jaringan periodontalnya.

Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sasqia Paramita yang berjudul Gambaran Tingkat

kooperasi Pasien Dengan Perawatan Ortodonti Cekat Di Klinik Spesialis


Ortodonti RSGM-P FKG UI yang menyatakan bahwa persentase tingkat

kooperasi paling tinggi terdapat pada pasien yang tergolong kooperatif dan

pasien yang tergolong cukup kooperatif dengan persentase yang sama,

yaitu masing-masing 41 orang (43,6%). Hal ini menunjukkan cukup

tingginya kesadaran mayoritas pasien untuk melakukan perawatan alat

ortodontinya.

Perilaku dan sikap kooperasi responden dalam perawatan ortodonti

dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti dukungan orang tua terhadap

perawatan, tingkat pendidikan responden, status sosio-ekonomi responden,

komunikasi yang terbentuk antara operator dan pasien, serta kepribadian

59-61
dan temperamen responden itu sendiri.

Faktor lain yang dinilai dapat mempengaruhi perilaku pasien dalam

menjalani perawatan adalah sikap operator ortodonti. Riset telah

membuktikan bahwa jika operator menunjukkan rasa simpati dan serta

perhatian pada perawatan pasien, yang menunjukkan dengan cara

komunikasi dan bahasa tubuh yang ramah, pasien akan merasa nyaman

dan diterima sehingga tingkat kooperasi pasien pun akan meningkat

seiring dengan perasaan nyaman yang ia rasakan dalam perawatan giginya.


62

Pada penelitian ini responden dengan kooperatif perawatan yang

rendah didominasi oleh jauhnya lokasi dokter gigi tempat responden

memasang alat ortodonti cekatnya sehinggga menyebabkan respoden tidak

melakukan perawatan alat ortodontinya dengan baik.


4.3.2.3 Hubungan antara pemeliharaan rongga gigi dan mulut terhadap

kejadian penyakit periodontal

Hasil analisis hubungan ketiga yaitu hubungan antara pemeliharaan

rongga gigi dan mulut terhadap kejadian penyakit periodontal dilakukan

dengan menggunakan uji somers’d. Hasil statistik dengan aplikasi pada

lembar lampiran sedangkan untuk hasil analisis dapat dilihat pada tabel

4.9. Hasil penelitian ini diperoleh korelasi antara variabel bebas dan

variabel terikat pada penelitian ini. Dimana hasil tersebut menyatakan

terdapat hubungan yang signifikan antara pemeliharaan rongga gigi dan

mulut terhadap kejadian penyakit periodontal pada mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung dengan nilai

p=0.012 (p<0.05) kemudian dilakukan pengamatan dengan nilai koefisien

korelasi, hasilnya menyatakan keeratan hubungan termasuk kategori kuat

dengan nilai (r) 0.611 (kategeori lemah 0,6 sd <0,8). Sedangkan arah

korelasi kedua variabel adalah positif atau searah yang berarti semakin

baik pemeliharaan rongga gigi dan mulutnya maka semakin baik kondisi

jaringan periodontalnya.

Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga

dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta

frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Waktu menyikat gigi yang

baik adalah saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur. Sedangkan

frekuensi penyikatan gigi yang baik adalah dua kali sehari, dengan durasi

minimal dua menit setiap penyikatan gigi.


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Edith

Larra Carillo dkk di negara meksiko yang menjelaskan bahwa pemakaian

ortodonsi secara signifikan dapat mempengaruhi stimulus aliran saliva,

PH, serta menambah retensi plak dan sulit untuk dibersihkan, hal ini

karena alat ortodonti memliki plak dari aksi menyikat gigi sehingga dapat

menyebabkan penyakit periodontal. Hal tersebut dikarenakan responden

pada penelitian ini memilki kebiasaan yang baik dalam memelihara

kebersihan rongga gigi dan mulutnya.

Tetapi, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

di klinik ortodonsia dan Periodonsia RSGM, FKG, USU dalam skripsi

yang berjudul Perbedaan Kondisi Periodontal Akibat Pemakaian Piranti

Ortodonti Cekat di Klinik Ortodonsia RSGM, FKG, USU yang

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti

ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan

antara pemakaian alat ortodonti cekat terhadap kejadian penyakit

periodontal pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Malahayati Bandar Lampung tahun 2016 maka dapat diambil keseimpulan

sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Malahayati yang memakai alat ortodonti cekat berdasarkan kelompok

angkatan terbanyak yaitu angkatan 2013, jenis kelamin terbanyak adalah

perempuan, dan usia didominasi oleh responden yang berusia ≥20tahun.

2. Distribusi frekuensi pemasangan alat ortodonti cekat lebih banyak yang

benar yang memasang di pihak profesional (dokter gigi atau dokter gigi

spesialis ortodonti) daripada di pihak non profesional ( perawat gigi,

tukang gigi, atau ahli gigi)

3. Distribusi frekuensi perawatan alat ortodonti cekat baik lebih banyak

daripada yang tidak baik.

4. Distribusi frekuensi pemeliharaan rongga gigi dan mulut baik lebih banyak

daripada yang tidak baik.

5. Terdapat hubungan antara pemasangan alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal.


6. Terdapat hubungan antara perawatan alat ortodonti cekat terhadap

kejadian penyakit periodontal.

7. Terdapat hubungan antara pemeliharaan rongga gigi dan mulut terhadap

kejadian penyakit periodontal.

8. Variabel independen yaitu pemeliharaan rongga gigi dan mulut

mempunyai keeratan hubungan terkuat dibandingkan dengan variabel

pemasangan dan perawatan alat ortodonti cekat.

9. Ketiga variabel independen yaitu pemasangan alat ortodonti cekat,

perawatan alat ortodonti cekat dan pemeliharaan rongga gigi dan mulut

yang dihubungkan dengan variabel dependen semuanya memiliki arah

hubungan yang sama yaitu arah positif dimana jika salah satu variabel

tersebut meningkat maka kondisi jaringan periodontalnya pun akan

semakin baik, demikian pula sebaliknya.

5.2 Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan untuk dapat lebih memperhatikan tentang

kesehatan gigi dan mulut khususnya pada jenis perawatan alat

ortodonti cekat.

2. Bagi masyarakat diharapkan dapat memahami konsep yang benar

tentang pemakaian alat ortodonti cekat.

3. Bagi responden pengguna alat ortodonti cekat yang memiliki jarak

yang jauh dengan dokter giginya disarankan untuk mencari dokter gigi

pengganti yang lokasinya dekat dengan domisilinya saat ini agar

perawatan alat ortodonti cekatnya dapat dilakukan dengan rutin.


4. Bagi responden pengguna alat ortodonti cekat diharapkan dapat lebih

menjaga kesehatan rongga gigi dan mulutnya agar kedepannya dapat

menjadi contoh perilaku kesehatan gigi dan mulut dalam keluarga

maupun lingkungan sekitarnya.

5. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan studi

penelitian yang lain dan memperbanyak jumlah sampel, serta

memperhatikan perilaku, motivasi dan lama pemakaian alat ortodonti

cekatnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yuyus R. Status penyakit gigi mulut dan perilaku anak terhadap kesehatan
gigi di Klinik Afia, Beji, Depok I. Cermin Dunia Kedokteran 1996; 113 :
15.

2. Pokok-pokok Hasil RISKESDAS Provinsi Lampung 2013

3. Mc Namara JA, Brudon WL. Orthodontics and orthopedic treatment in


the mixed dentition. Michigan: Needham Press Inc:1995;250-253

4. Foster TD. A Textbook of Orthodontics (terjemahan drg. Lilian Yuwono).


3th edition. Oxfort: Blackwell Scientific Publication. 2007. Hal 164-253

5. Klaus H, Reteitshack EM, Wolf HF, Hassel TM, color atlas of


periodontology, New York: Thieme Inc, p.32

6. World Health Organization. DMFT level at 12 years. United States:


University of Michigan.

7. Feryna Y, Puspawati IGA, Rudy DG. Perlindungan hukum terhadap pasien


sebagai pelayanan kesehatan non medis tukang gigi.[internet] Acessed on
July 5, 2014 Available from: http://ojs.unud.ac.id diakses 29 januari 2015)

8. Adila, Nur dan Ervina, Irma. Kondisi Peridontal Akibat Pemakaian Piranti
Ortodonti Cekat Pada Pasien Klinik Ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Sumatera Utara. 2015. [internet]http://repository.usu.ac.id
diakses 29 januari 2015

9. Al-Anezi SA, Harradine NWT. Quantifying plaque during orthodontic


treatment. Angle Orthodontist. 2012;82:784-53.

10. Carranza FA, Newman MG, and Takei HH. 1996. Carranza’s Clinical
th
Periodontal. 8 ed. Philadelphia. WB Saunders Company. h.85.

11. Florman, M., 2014, Soft-tissue Maintenance During Orthodontic


Treatment, www.ineedce.com

12. Cardaropoli D., dan Gaveglio L., 2007, The Influence of Orthodontic
Movement on Periodontal Tissues Level, Semin Orthod, 13: 234-245.
13. Prof.DR.Moestopo. Pengaruh Perawatan Ortodonti Pada Jaringan
Periodontal. Jakarta, 2012. Hal 37.

14. Walter Hoffmann-axibelm, History of Densitstry, (Illnois: Quinstessence


Publishing Co., Inc., 1981) hal.359

15. T.D. Foster, Buku Ajar Orthodonti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
UGC, 1993, hal.164

th
16. Bhalajhi SI. Fixed Appliance : Orthodontics The Art and Science. 4 Ed,
Tahun : 319 – 28.

17. Bollen AM, Cruz JC, Bakko DW et al. The effects of orthodontic therapy
on periodontal health : a systemic review of controlled evidence. The
Journal of the American Dent Assoc 2008; 139: 413-422.

18. Mappeare Fatmawati. Tingkat Risiko Karies Pada Mahasiswa Nonmedis


Pemakai Alat Orthodonsi Cekat Universitas Hasanuddin, Laporan Hasil
Penelitian.2012 [internet] https://repository.unhas.ac.id diakses 03
Desember 2015

19. Jurnal PDGI, vol.6 no.1.Gambaran malokusi dan kebutuhan perawatan


ortodonti pada anak usia 9-11 tahun. 2014;30-35 diakses 03 desember
2015

20. Sanjaya , Fredy Danan Putra. Perbedaan Status Kebersihan Mulut Pada
Orang Yang Memakai Alat Ortodontik Cekat Dan Tidak Memakai Alat
Ortodontik. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Solo. 2010.
[internet] http://core.ac.uk diakses 03 Desember 2015

21. Lau P.Y, Wang R.W. Risk and Complications in Orthodontic Treatment.
Hong Kong Dent J 2006 ; 3: 15-22.

22. Hagg. U, Kaveewatcharanont.R, Samaranayeke Y.H, et al. The effect of


fixed orthodontic appliances on the oral carriage of Candida Species and
Enterobacteriaceae. Euro J of Ortho 2004; 2(6): 623-29

23. Clocheret K, Dekeyser C, Carels C, Willems G. Idiopathic gingival


hyperplasia and orthodontic treatment : a case report. Journal of Ortho
2003; 30: 13-9.
24. William W.Howard dan Alex L.Parks, The Dentist and The Law, (St.Louis:
The Mosby company, 1973) hal.81.

25. Gordon J.Christensen, A Consumer’s guide to Dentistry, (St.Louis:Mosby


Inc, 2002), hal.101

26. Wahyukundari, M.A. Perbedaan Kadar Matrix Metalloproteinase-8 Setelah


Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis Kronis.
2009.[internet]journal.pbpdgi.or.id diakses pada 03 Desember 2015

27. Jurnal PDGI. 58(1) : 1 - 6 diakses pada 03 Desember 2015

28. Newman, M.G. The Normal Periodonsium. In : Carranza, F.A., Forrest,


J.L., Kenney, E.B., Klokkevold, P.R., Newman, M.G., Novak, M.J.,
Preshaw, P., Taeki, H.H., editors. Carranza’s. Clinical Periodontology.
10th Ed. St. Louis. Saunder Elsevier. 2006 ; p.57 - 70.

29. Carranza, F.A. The Periodontal Disease. In : Carranza, F.A., Forrest, J.L.,
Kenney, E.B., Klokkevold, P.R., Newman, M.G., Novak, M.J., Preshaw, P.,
Taeki, H.H., editors. Carranza’s. Clinical Periodontology. 10th Ed. St.
Louis. Saunder Elsevier 2006; p.154 - 7.

30. Damanik Simson, Josevina Silalahi. Kebutuhan Perawatan Penyakit


Periodontal Dan Perilaku Pemeliharaan Gigi Pada Masyarakat Di
Kecamatan Pangururan Samosir. Dentika dental Journal. 2011; 16: 154-
155.

31. Carranza FA, Jr.: Glickman's Clinical Periodontology, Sixth Edition,


Philadelphia, London, W. B. Saunders Company, 2003:150.

32. Kalkulus Hubungannya dengan Penyakit Periodontal dan Penanganannya


Available from: ( http://www.scribd.com diakses 03 Desember 2015)

33. Vernino Arthur.R, G Jonathan, H Elizabeth. Sylabus Periodontics.


Lippincot Williams & Wilkins; 2004:25-28

34. Mustaqimah Dewi Nurul. Inflamasi Gingiva dan Penanggulangan


Praktisnya.Indonesian Journal. 2008; 2 : 2-3.
35. Riyanti E. Penatalaksanaan terkini gingivitis kronis pada anak, Universitas
Padjajaran 2008; 2-3 : [internet]. Available from : URL ;
http://pustaka.unpad.ac.id diakses 03 Desember 2015

36. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carrenza’s Clinical


th
Periodontology 10 ed. Philadelphia : W.B Saunders Company ; 2008, p.
170-2, 174-7

37. Widyastuti Ratih. Periodontitis : Diagnosis dan Perawatannya. Jurnal


Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2009; 6 : 32-33.

38. Mealey BL, Perry RK. Periodontal medicine : Impact of periodontal


infection on systemic health.In: Carranza's clinical periodontology
th
10 ed. Philadelphia: W.B Saunder Company. 2006: 312-29.

39. Manson J.D., Eley B.M.,Periodontics, Fifth Edition, Edinburgh London


New York etc: Wright. An imprint of Elsevier Ltd.2004 : 55-81

40. Yuma.AZ.Periodontal Disease Academy Mortgage Corporation.2015;20

41. Kaushal Rishi.Gingivitis-A Symptom And Precursor. Academy Mortgage


Corporation.2015;33

42. Laskaris, G, Scully, C., And Tatakis, D.N. Periodontal Manifestations of


Local and Systemic Diseases: 2006:30

43. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,


2012;176.

44. Indonesian Journal of Dentistry 2007; 14(3):236-242

45. Samaranayake L. Philadelphia:Churchill Livingstone, 2006;278

46. Ogaard, B., rolla, G. & Arends, J. (1988) Orthodontics appliences and
enamel demineralization. Am J Orthod, 94, 68-73.

47. Ardhana, Wayan MS. Materi Kuliah Ortodonsia 1 Alat Ortodontik


Lepasan. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia FKG UGM.2011:hal.3

48. Bishara. Samir E, DDS, BDS, Dortho, MS, Professor. Text Book Of
Orthodonti. University of Lowa, Collage Of Dentistry, Lowa
City.2001:49-50
49. Murti. Bhisma, dr. Professor, MPH, Msc, PhD. Jurnal Desain Studi.
Institute Of Health Economic and Policy Studies (IHEPS), Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Solo: 4.

50. Dahlan S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba


Medika. 2013:70-72

51. Riyanto, A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika,2011: 29-31

52. Malahayati.ac.id diakses 09 Maret 2016

53. Mudjari I, Susilowati. Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup.


JITEKGI; 2011: 8(1): 41-5

54. Alhajja ESA, Aldaikki A, Al-Omairi MK, Al-Khateeb SN. The


relationship between personality traits, pain perception and attitude towar
orthodontic treatment. Angle Orthod: 2010;80(6):1141

55. Feryna Y, Puspawati IGA, Rudy DG. Perlindungan hokum terhadap pasien
sebagai pelayanan kesehatan non medis tukang gigi [internet] Accessed on
Maret 11, 2016 [internet] Available from: http:ojs.unud.ac.id

56. Trenouth MJ. Do Failed Appoinments Lead to Discontinuation of


Orthodontic Treatment? Angle Orthodontist. 2003;73(No.1):51-5

57. Winatha IM. Penggunaan sikat gigi khusus ortodontik lebih menurunkan
akumulasi plak gigi daripada sikat gigi konvensional pada pengguna alat
ortodontik cekat. [Skripsi] Denpasar. 2014.0.55

58. Purnomo I, Lestari S. Studi tentang faktor-faktor yang berhuungan dengan


status kesehatan gigi dn mulut siswa smk yependa wiradesa kabupaten
pekalongan. 2013. Available from: URL http://journal.unika.ac.id diakses
11 Maret 2016

59. Amado J, et al. relationship between Personality Traits and Cooperation of


Adolescent Orthodontic patients. Angle Orthodontist. 2008; 78(no.4):688-
91
60. Daniela As, Seacat, J.D., Inglehart, M R. orthodontic treatment
Motovatiob and Cooperation: A Cross-sectional Analysis of Adolescent
Patients‟ and parents, Responses American Journal of Orthodontic and
Dentofacial Orthopedic. 2009;136(No.6):780-7.

61. behenam M, Pooya, O.Factors Affecting Patient Cooperation During


Orthodontic Teratment Orthodontic Cyber Journal. 2007:
http://orthocj.com diakses 11 Maret 2016

62. Bartsch A ea. Correaltes of Objective patient Compliance with Removable


Appliance Wear. American Journal of Orthodontic and Dentofacial
Orthopedic. 1993;104(No.4):378-86

63. Siswanto, S.AP, Susila, Suyanto.Metodologi Penelitian Kesehatan Dan


Kedokteran.Jakarta:2013;327-328.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Saya Dian Okta Sari mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter
umum di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati. Saat ini, saya
sedang mengadakan penelitian yang Berjudul “Hubungan Antara Pemakaian
Alat Ortodonti Cekat Terhadap Kejadian Penyakit Periodontal Pada
Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar
Lampung Tahun 2016”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Pemakaian


Alat Ortodonti Cekat Terhadap Kejadian Penyakit Periodontal Pada Mahasiswa/I
Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun
2016. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi informasi dan
pengetahuan kepada pengguna alat ortodonti cekat dalam pencegahan terjadinya
penyakit periodontal selama pemakaian dengan menjaga kebersihan rongga
mulut.

Penelitian ini saya lakukan dengan melakukan pemeriksaan pada sampel


yang menandatangani informed consent. Pada penelitian ini, identitas anda akan
disamarkan. Hanya peneliti dan dokter pembimbing peneliti yang dapat melihat
data tersebut. Bila data ini dipublikasikan, kerahasiaan akan tetap dijaga.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan
kesediaan waktunya, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan

dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Hubungan Antara Pemakaian Alat Ortodonti Cekat Terhadap Kejadian

Penyakit Periodontal Pada Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2016”

Secara sadar dan tanpa paksaan, maka dengan surat ini menyatakan setuju

menjadi subjek penelitian ini.

Bandar Lampung, Maret 2016

Yang menyetujui,

Subjek penelitian

( )
LAMPIRAN 5

“HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT ORTODONTI CEKAT


TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA
MAHASISWA/I FAKULTAS KEDOKTERAN
UMUM UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016”

KUESIONER

I. Data Responden

Umur : tahun

Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b.Perempuan

II. Pemasangan Alat Ortodonti Cekat

1. Alat ortodonti cekat anda dipasang oleh:


a. Dokter gigi spesialis ortodonti
b. Dokter gigi
c. Bukan dokter gigi ( perawat gigi/ahli gigi/tukang gigi)

III. Perawatan Alat Ortodonti Cekat

2. Apakah anda rutin kontrol alat ortodonti anda sebulan sekali ?


a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda menggunakan jenis sikat gigi khusus ortodonti ?


a. Ya b Tidak

4. Apakah anda juga menggunakan obat kumur?


a. Ya b. Tidak

IV. Pemeliharaan Gigi dan Mulut

5. Apakah Anda menyikat gigi secara teratur minimal 2x sehari setiap


hari?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah anda memakai pasta gigi saat menyikat gigi ?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah anda maenyikat gigi pagi sesudah makan dan malam hari
sebelum tidur?
a. Ya b. Tidak

8. Apakah anda tidak memiliki kebiasaan menggigit


kuku/pena/pensil/dll?
a. Ya b. Tidak (Memiliki)

9. Apakah anda menghindari makanan yang lunak dan manis?


a. Ya b. Tidak

PEMERIKSAAN KLINIS STATUS PERIODONTAL

Status Periodontal YA
Periodontal Sehat
Penyakit Periodontal
LAMPIRAN 6
DATA PENELITIAN

No. Pemasangan Perawatan Pemeliharaan Pemeriksaan


1 1 0 1 1
2 1 1 0 1
3 1 0 1 0
4 1 0 1 0
5 1 0 1 0
6 0 0 0 0
7 1 0 0 0
8 1 1 1 1
9 1 0 1 1
10 1 0 1 0
11 1 0 1 1
12 1 1 1 1
13 1 0 0 0
14 1 0 0 0
15 1 1 1 1
16 0 0 1 1
17 0 0 1 0
18 1 0 1 1
19 1 1 1 1
20 1 1 1 1
21 1 1 1 1
22 1 1 1 1
23 1 1 1 1
24 1 0 1 1
25 0 1 0 0
26 1 0 1 1
27 1 1 1 1
28 1 0 1 1
29 1 0 1 1
30 1 1 1 1
31 1 1 1 1
32 1 0 1 1
33 1 1 1 1
34 1 1 1 1
35 1 0 1 1
36 1 1 1 1
37 1 1 1 1
38 1 1 1 1
39 1 1 1 1
40 1 0 1 0
41 1 0 1 0
42 1 1 1 1
43 1 0 1 1
44 1 1 1 1
45 1 1 1 1
46 1 1 1 1
47 1 1 1 1
48 1 0 1 1
49 1 1 1 1
50 1 1 1 1
51 1 1 1 1
52 1 1 1 1
53 1 0 1 0
54 1 0 1 0
55 1 0 1 0
56 1 0 1 0
57 1 0 1 0
58 1 1 1 1
59 1 1 1 1
60 1 1 1 1
61 1 0 1 1
62 1 0 1 1
63 0 0 0 0
64 1 1 1 1
65 1 1 1 1
66 1 1 1 1
67 1 0 1 0
68 0 0 1 0
69 1 0 1 0
70 1 1 1 1
71 1 0 1 1
72 1 1 1 0
LAMPIRAN 7
HASIL UJI STATISTIK

Frequencies
Statistics

Pemasan gan perawatan pemeliharaan pemeriksaan


N Valid 72 72 72 72

Missing 0 0 0 0

Frequency Table
Pemasangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 6 8,3 8,3 8,3

benar 66 91,7 91,7 100,0

Total 72 100,0 100,0

Perawatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak baik 36 50,0 50,0 50,0

baik 36 50,0 50,0 100,0

Total 72 100,0 100,0

Pemeliharaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak baik 7 9,7 9,7 9,7

baik 65 90,3 90,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

Pemeriksaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sakit 22 30,6 30,6 30,6

sehat 50 69,4 69,4 100,0

Total 72 100,0 100,0


Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


pemasangan * pemeriksaan 72 100,0% 0 ,0% 72 100,0%

Pemasangan * Pemeriksaan Crosstabulation


pemeriksaan

sakit sehat Total


pemasangan salah Count 5 1 6

Expected Count 1,8 4,2 6,0

% within pemasangan 83,3% 16,7% 100,0%


benar Count 17 49 66

Expected Count 20,2 45,8 66,0

% within pemasangan 25,8% 74,2% 100,0%


Total Count 22 50 72

Expected Count 22,0 50,0 72,0

% within pemasangan 30,6% 69,4% 100,0%

Directonal Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric ,305 ,101 2,210 ,027

pemasangan Dependent ,207 ,092 2,210 ,027

pemeriksaan Dependent ,576 ,161 2,210 ,027


a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.


Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


perawatan * pemeriksaan 72 100,0% 0 ,0% 72 100,0%

Perawatan * Pemeriksaan Crosstabulation


pemeriksaan

sakit sehat Total


perawatan tidak baik Count 20 16 36

Expected Count 11,0 25,0 36,0

% within perawatan 55,6% 44,4% 100,0%


baik Count 2 34 36

Expected Count 11,0 25,0 36,0

% within perawatan 5,6% 94,4% 100,0%


Total Count 22 50 72

Expected Count 22,0 50,0 72,0

% within perawatan 30,6% 69,4% 100,0%

Directonal Measures

Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric ,541 ,087 5,483 ,000

perawatan Dependent ,589 ,090 5,483 ,000

pemeriksaan Dependent ,500 ,091 5,483 ,000


a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


pemeliharaan *
72 100,0% 0 ,0% 72 100,0%
pemeriksaan
Pemeliharaan * Pemeriksaan Crosstabulation
pemeriksaan

sakit sehat Total


pemeliharaan tidak baik Count 6 1 7

Expected Count 2,1 4,9 7,0

% within pemeliharaan 85,7% 14,3% 100,0%


baik Count 16 49 65

Expected Count 19,9 45,1 65,0

% within pemeliharaan 24,6% 75,4% 100,0%


Total Count 22 50 72

Expected Count 22,0 50,0 72,0

% within pemeliharaan 30,6% 69,4% 100,0%

Directonal Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric ,358 ,101 2,522 ,012

pemeliharaan
,253 ,097 2,522 ,012
Dependent

pemeriksaan
,611 ,143 2,522 ,012
Dependent
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
LAMPIRAN 8

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai