Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDUAL

PEMICU 3 BLOK 21 PENELITIAN

“Kelompok Sehatkah Ku”

DISUSUN OLEH:
INDRI SAFITRI HARAHAP
170600026
Kelompok 3

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Pemicu 3
Nama Pemicu : Kelompok sehatkah aku
Penyusun : Simson Damanik, drg., M.Kes; Darmayanti Siregar, drg., M.KM

Skenario
Rina adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran USU yang sedang melakukan penelitian
di Rumah Sakit Adam Malik mengenai “Hubungan antara kadar serum kolesterol dengan
kejadian sakit jantung (Myocard infarc/MCI) pada wanita”. Evaluasi dilaksanakan terhadap
600 wanita dengan hyperkolesterolemia dan 600 wanita dengan kadar serum kolesterol yang
normal. Kelompok wanita ini diikuti selama 10 tahun. Selama studi ditemukan 60 wanita dari
kelompok yang hyperkolesterolemia menderita sakit jantung (MCI) dan 40 wanita juga
menderita MCI dari mereka yang tergolong kadar serumnya kolesterolnya normal.

Pertanyaan
1. Apakah desain yang sesuai untuk penelitian di atas? jelaskan alasannya!
Desain penelitian yang sesuai dengan penelitian diatas adalah penelitian observasional
dengan rancangan penelitian cohort study. Desain penelitian dibagi menjadi 2 bagian besar
berdasarkan pada ada-tidaknya perlakuan, yaitu penelitian observasional dan penelitian
eksperimental. Pada cohort study penelitian dimulai dengan melakukan identifikasi faktor
risiko (kausa) terlebih dahulu, kemudian diikuti secara prospektif selama periode tertentu
untuk mencari ada/ tidaknya efek (penyakit) yang ditimbulkan oleh faktor risiko tersebut.
Jadi cohort study merupakan studi longitudinal yang bersifat prospektif. Pada studi ini subjek
penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang diteliti terdiri dari subjek yang
terpajan dan kelompok control terdiri dari subjek yang tidak terpajan. Hasil pengamatan juga
disusun dalam table 2x2, untuk kemudian ditentukan insidens terjadinya efek pad kedua
kelompok dan dihitung risiko relative atau risiko insidens(RR). (tambunan, dkk, 1995).
Keunggulan metode ini terutama karena dapat menghitung angka insidensi (incidence rate),
yaitu angka yang mencerminkan kasus baru suatu penyakit. Disamping itu juga dapat
mengeksplorasi lebih dari satu variabel tergantung (outcome), nyaris tanpa "bias" dan dapat
menetapkan angka risiko secara langsung dari satu saat ke saat yang lain. Sebaliknya, karena
waktu yang diperlukan untuk penelitian ini relatif lebih lama dan memerlukan jumlah sampel
yang cukup besar, maka penelitian ini sangat mahal dan tidak efisien. Keterbatasan lainnya,
kadang-kadang hasil penelitian ini berlakunya tidak cukup lama. Sementara itu, subyek yang
dipakai sebagai sampel ada saja yang tidak dapat diikuti sampai selesai (drop out).
Kenapa dipilih desain penelitian ini karena sesuai dengan skenario “Kelompok wanita ini
diikuti selama 10 tahun”, jadi cocok untuk penelitian dalam jangka waktu lama.

Sumber : artikel dengan judul “Keunggulan dan Keterbatasan Beberapa Metode Penelitian
Kesehatan” oleh Syahrudji Naseh. Media Litbangkes VoL HI No. 01/1993, hal 23- 24.

2. Jelaskan secara skematis rancangan penelitian tersebut mencakup faktor resiko dan
faktor efeknya!
Pada studi kohort satu exposure menghasilkan beberapa outcome (single exposure
multiple outcomes) sedang pada case control satu outcome bisa menghasilkan beberapa
exposure (single outcome multiple exposures). Pada desain ini (kohort) ada dua kelompok
yang diamati yaitu kelompok yang terkena paparan (exposed) dengan kelompok yang tidak
terkena paparan (unexposed) yang berfungsi sebagai kontrol. Pemisahan antara kelompok
terpapar (exposed) dengan kelompok kontrol telah terjadi dengan sendirinya (alamiah),
artinya peneliti sama sekali tidak melakukan intervensi dalam pembagian kelompok. Pada
kohort, peneliti tidak melakukan intervensi terhadap subyek penelitian, artinya exposure
memang terjadi dengan sendirinya. Peneliti hanya melakukan observasi terhadap exposure
yang telah ada. Hasil yang dicari adalah risiko relatif, artinya berapa kali kemungkinan
timbulnya outcome pada kelompok terpapar (exposed) dibandingkan dengan kelompok
unexposed.
Lalu ukuran dilakukan dengan menggunakan tabel silang

Efek
Faktor Risiko Jumlah
Ya (+) Tidak (-)
Ya (+) A B A+B
Tidak (-) C D C+D

RR (Risiko Relatif) = a/(a+b) : c/(c+d)


Bila RR : > 1: faktor tersebut adalah faktor risiko
= 1:faktor tersebut bukan faktor risiko
< 1: faktor tersebut afalah faktor protektif

Myocard
Wanita dengan Infarc/MCI (+)
hyperkolesterolemia
Myocard
Infarc/MCI (-)

Myocard
Wanita dengan kadar
serum kolesterol yang Infarc/MCI (+)
normal
Myocard
Infarc/MCI (-)

Sumber : Pendekatan Praktis Penelitian Epidemiologi Klinis Dan Aplikasi Spss Untuk Analisis
Statistika Oleh Risanto Siswosudarmo, Hal 13-14
3. Jelaskan bagaimana anda menentukan besar sampel yang digunakan untuk
penelitian ini!
Cara untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
hipotesis beda 2 proporsi. Uji ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungannya atau
tidak, dan pada penelitian ini digunakan 2 kelompok yaitu wanita dengan
hyperkolesterolemia menderita sakit jantung (MCI) dan wanita dengan kadar serumnya
kolesterolnya normal juga menderita MCI.
Rumusnya
2
( z1−α √ 2 P̄( 1− P̄ )+ z 1−β √ P1 ( 1−P1 )+ P2 ( 1−P2 ))
n=
( P1 −P2 )2
n = besar sampel
Z1-/2 = nilai z pada derajat kepercayaan 1-/2 atau batas kemaknaan
(Perhatikan pada rumus ini uji hipotesis dilakukan dua arah (two tailed)
Z1-/2 = 1,64 ; 1,96 ; 2,58 untuk derajat kepercayaan 90, 95, 99%
Z1- = nilai z pada kekuatan uji (power) 1-.
Z1- = 0,84; 1,28; 1,64; 2,33 untuk kekuatan uji 80, 90, 95, 99%
P1 = perkiraan proporsi pada kelompok 1
P2 = perkiraan proporsi pada kelompok 2

4. Jelaskan tahapan kegiatan penelitian tersebut sesuai dengan desainnya!


Ketika peneliti mempunyai waktu, tenaga dan pendanaan yang cukup dan telah banyak
penelitian sebelumnya melakukan penelitian dengan desain potong lintang dan kasus-kontrol,
maka pilihan selanjutnya adalah desain kohortStudi ini juga sangat baik untuk faktor paparan
yang jarang terjadi dan memungkinkan peneliti menghitung angka insiden (incidence rates).
Desain ini membutuhkan jumlah sampel penelitian dalam cukup besar yang bisa bermanfaat
.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut:
1. Identifikasi faktor resiko dan efek
Variable tergantung, bebas dan bebas terkendali.
2. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
Sample dipilih secara cluster ( pupulasi, sampling pada lokasi atau suatu penduduk)
3. Pemilihan subjek dengan faktor resiko posiif dari subjek dengan efek negatif.
Penderita hyperkolesterolemia yang tidak menderita penyakit jantung pada sebuah
sampling. Hati hati terhadap penetapan subjek menderita/tidak dalam hal ini merupakan
negative palsu. Lalukan survey analitik dengan pemeriksaan sensitivitas dan spesitifitas.
4. Mengidentifikasi subjek penelitian dengan faktor resiko positif namun efek
negatif.
5. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok control
Biasanya tidak memerlukan matching dikarenakan jumlah subjek penelitian yang
besar dan proporsi subjek dengan faktor resiko positif lebih besar dari pada subjek dengan
faktor resiko negative. Matching diperlukan bila tujuan utamanya adalah kontribusi
pengaruh faktor resiko lebih teliti, terbatasnya jumlah subjek penelitian, Proporsi subjek
dengan faktor resiko positif yang lebih kecil dibandingkan dengan faktor resiko negatif.
6. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek
positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok resiko
positif maupun kelompok beresiko negatif (kontrol)
Lamanya dilakukan bisa dalam bulan, tahun bahkan puluhan tahum. Hal ini juga
menimbulkan kemungkinan drop out jika subjek besar diabaikan dan matching pasangan
dikeluarkan. Lalu analisis hasil dengan Uji chi kuadrat untuk pengamatan tunggal dan uji
T/ analisis varian untuk pengamatan periodik. Unsur waktu yang berpengaruh jika waktu
masuk berbeda dan adanya drop out.

Sumber: https://konsultasiskripsi.com/2017/08/17/tahap-tahap-penelitian-cohort-skripsi-
dan-tesis/ (7 mei.2020)

5. Hitung sensitifitas dan spesifitas terhadap pemeriksaan k Berapakah resiko relatif


MCI antar kelompok hyperkolesterolemia dibandingkan dengan kelompok yang
normal!
Pemeriksaan Sakit Jantung Total
kolesterol
Penderita Bukan
Penderita
Hyperkolesterolemi 90 (a) 510 (b) 600
a
Normal 40(c) 560 (d) 600
Total 130(a+c) 1070(b+d) 1200

Sensitifitas, adalah proporsi hasil test positif diantara orang-orang yang sakit. Sensitifitas
menunjukkan kemampuan suatu test untuk menyatakan positif orangorang yang sakit.
Semakin tinggi sensitifitas suatu test maka semakin banyak mendapatkan hasil test positif
pada orang-orang yang sakit atau semakin sedikit jumlah negatif palsu.
A
Sensitivitas ¿ A +C
90
= 130

= 0,69 = 69%
Maka dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sensitivitas wanita yang di diagnosis mengalami
hyperkolesterolemia dan benar-benar menderita MCI adalah sebesar 69%.

Spesifisitas, adalah proporsi hasil test negatif diantara orang orang yang tidak sakit.
Spesifisitas menunjukkan kemampuan suatu test untuk menyatakan negatif orang-orang yang
tidak sakit. Semakin tinggi spesifisitas suatu test maka semakin banyak mendapatkan hasil
test negatif pada orang-orang yang tidak sakit atau semakin sedikit jumlah positif palsu.
D
Spesifitas ¿
B+ D
560
¿
1070
= 0,52 = 52%
Maka dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa spesifitas wanita yang di diagnosis memiliki
kadar serum kolestrol normal dan benar-benar tidak menderita MCI adalah sebesar 52%

6. Berapa resiko atribut MCI antar kelompok hyperkolesterolemiadibandingkan


dengan kelompok yang normal!
Risiko relatif adalah istilah statistik yang menggambarkan risiko terjadinya peristiwa
tertentu pada satu kelompok dibandingkan pada kelompok lain. Istilah ini biasa digunakan
dalam epidemiologi dan pengobatan berbasis bukti, di mana risiko relatif membantu
mengidentifikasi risiko berkembangnya suatu penyakit setelah mendapat paparan
(obat/tindakan atau lingkungan tertentu) dibandingkan dengan tidak mendapat paparan.
A C
RR = A +B : C+ D
90 40
= 600 : 600 = 2,25 insidens dalam populasi. Yang berarti ada asosiasi positif antara
hyperkolesterolmia dengan penyakit jantung.
RR=1, tidak ada asosiasi antara faktor risiko dengan penyakit
RR>1, berarti ada asosiasi positif antara faktor risiko dengan penyakit
RR<1, berarti ada asosiasi negative antara faktor risiko dengan penyakit

7. Berapa risiko atribut MCI antar kelompok hyoerkolesterolemia dibandingan dengan


kelompok yang normal!
Risiko atribut digunakan untuk mengetahui besarnya risko terjadinya suatu penyakit
yang dapat dihindarkan jika faktor risiko tidak ada.

Pemeriksaan Sakit Jantung Total Risiko


kolesterol

Penderita Bukan
Penderita

Hyperkolesterolemia 90 (a) 510 (b) 600 0,15

Normal 40(c) 560 (d) 600 0,066

Total 130 1070 1200

Risiko kelompok terpajan :


→ a/(a + b) = m
90 / ( 90 + 510 ) = 0,15

Risiko tidak terpajan :


→ c/(c + d) = n
40/ ( 40 + 560 ) = 0,066
Risiko Atribut : Doll & Hill
→ m – n = 0,15 – 0,066 = 0,084
Maka dari hasil perhitungan risko atribut dapat diambil kesimpulan bahwa besar risiko yang
dapat dihindarkan oleh kelompok hyoerkolesterolemia untuk tidak menjadi Sakit Jantung
adalah 8,4%.

8. Jelaskan keunggulan dan keterbatasan penelitian jenis ini!


a. Keunggulan
- Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok
kontrol) sejak awal penelitian. Karena pada awal penelitian, sudah ditetapkan bahwa subjek
harus bebas dari penyakit, kemudian diikuti sepanjang periode waktu tertentu sampai
timbulnya penyakit yang diteliti, sehingga sekuens waktu antara faktor risiko dan penyakit
atau efek dapat diketahui secara pasti.
- Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang
lain.
- Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.
- Mempunyai kekuatan dalam membuktikan inferensi kausa dibanding studi observasional
lainnya, didapatkan angka kejadian penyakit (incidence rate) secara langsung
- Dapat menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit, karena penelitian
dimulasi dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit
- Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi

b. Keterbatasan
- Memerlukan waktu yang cukup lama. Pada skenario dikatakan bahwa untuk kelompok
wanita diikuti selama 10 tahun.
- Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
- Pada studi prospektif, akan memerlukan biaya banyak (mahal)
- Pada studi retrospektif membutuhkan ketersediaan catatan yang lengkap dan akurat
- Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil
- Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin
penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis, karena peneliti membiarkan subjek
terkena pajanan yang merugikan
- Validitas hasil penelitain dapat terancam, karena adanya subjek – subjek yang hilang pada
saat follow-up
Sumber : Sandu Siyoto, M. Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. ed. 1 Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, Juni 2015: 103-5.

Anda mungkin juga menyukai