ANALISIS RICKETTS
Disusun sebagai tugas mata kuliah Sefalometri
Pembimbing:
drg. Iwan Ahmad, SpKGA(K)
Disusun oleh:
Heidy Stefanie Y. 160421180006
2.1 Titik dan Bidang Yang Digunakan pada Analisis Ricketts ................................... 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
1930, tetapi metodenya baru diterima secara luas untuk aplikasi praktek selama 20
sejumlah pengarang. Tujuan dari perkiraan cenderung bervariasi mulai dari studi
penafsiran dari respon perawatan, sebagai bagian analisa status pada orthodonti,
dan lain-lain. Lebih dari 100 analisa telah di kembangkan. Analisa tersebut dapat
diklasifikasi dari berbagai sudut pandang, dalam sistem yang dirancang oleh
berbagai pengarang.
Dr. Ricketts bekerja selama bertahun-tahun, yaitu selama akhir tahun 1950,
1960, hingga awal 1970. Dr. Ricketts secara jelas telah memberikan banyak
kontribusi pada bidang ortodonti sehingga para klinisi dapat lebih baik dalam
mendiagnosa dan menangani pasien. Banyak ide dan metode yang dia pionirkan
masih digunakan oleh ortodontis saat ini. Salah satu kontribusinya yaitu
2
dimensi pada pengukuran sudut atau garis. Tujuan dari analisis yaitu objektif dan
kondisi yang ada (characterize), untuk membandingkan satu individu dengan yang
lain atau dengan individu yang sama kelak (compare), untuk mengklasifikasi
digunakan dalam sistem sefalometri komputer, dan digunakan secara luas pada saat
didasarkan pada sampel yang tidak spesifik yang dikumpulkan oleh Ricketts.
Selama setengah abad sefalometrik ini telah digunakan secara klinis, lusinan
bahkan ratusan pola pengukuran lain telah dipublikasikan dalam analisis ini. Pada
beberapa metode, tampak jelas hubungan apa yang dapat diperkirakan dari
pengukurannya, dan tampak jelas pula darimana data normatifnya berasal. Pada
metode lain, pengukuran dan normanya hanya berdasarkan pada hal-hal mistis. Bila
tidak berhati-hati, sangat mudah untuk kehilangan tujuan sebenarnya dari analisis
horizontal, dari rahang ke basis cranii dan ke rahang lain, dan hubungan dari gigi-
terdiri dari 1000 kasus yang dirawat dan tidak dirawat dalam tiga studi.
3
kalkulasi prediksi pertumbuhan dari pasien. Banyak pengukuran angular dan linear
yang digunakan pada analisis Ricketts juga digunakan untuk analisis VTO (Roos,
2003).
hanya terdiri dari lima variabel. Analisis tersebut kemudian diperluas dengan
memperkenalkan beberapa titik dan garis baru. Asalnya, titik Ricketts adalah: Xi –
pusat geometrik ramus mandibula; PM – titik batas depan simpisis antara titik B
dan Pog; DC – titik pada pusat leher kondilus pada pada titik silang dengan garis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A : Subspinal, titik terdalam dari kurva maksila antara spina nasalis anterior
CC : Titik perpotongan dimana bidang basion dan nasion (BA-NA) dan sumbu
fasial
5
Nasion : Titik paling anterior dari sutura nasofrontal, terletak pada bidang median
PM : Supra pogonion, titik pada tepi anterior simfisis diantara titik B dan
PoG : Pogonion, titik paling anterior dari simfisis yang bersinggungan dengan
bidang fasial
Horizontal Plane melalui titik R1 dan R2 dan dua bidang lainnya bidang
horizontal yang paralel terhadap FHP melalui titik R2 dan R3, selanjutnya
6
1. Membuat sebuah bidang tegak lurus terhadap FHP dan PTV.
2. Bidang ini bersinggungan dengan titik R1, R2, R3, R4 pada dasar
dari ramus, setengah dari jarak antara kurva inferior dan superior,
pada ramus.
diantara sudut-sudutnya.
7
Gambar 4. Bidang pada analisis Ricketts
8
Garis E : garis estetik atau bidang perpanjangan dari
dagu
9
1. Sumbu Fasial (Facial Axis)
Sudut yang terbentuk dari bidang basion nasion dan bidang dari foramen
rotundum (PT) ke gnation. Nilai rata-ratanya adalah 90° dengan standar deviasi ±
3°. Bila sudut kurang dari nilai standar maka menunjukkan retroposisi dari dagu,
sedangkan jika sudut lebih dari nilai standar maka menunjukkan pertumbuhan dagu
yang protrusive/maju.
menentukan FHP dipakai tepi dari External auditory canal. Nilai rata-ratanya:
85.4° ± 3.7°. Sudut ini menunjukkan posisi antero-posterior dari titik yang paling
anterior dari mandibula (Pogonion) atau untuk menyatakan perbedaan posisi dari
dagu terhadap titik Nasion. Bila sudut fasialnya kurang dari normal berarti
10
retrognatik, sedangkan bila lebih dari normal prognatik. Perbedaan 1° sesuai
mandibula. Rata-ratanya besarnya 26° ± 6°. Sudut ini 26° pada umur 9 tahun dan
berkurang kurang lebih 1° setiap tiga tahun. Sudut bidang mandibular yang tinggi
dapat diartikan adanya gigitan terbuka (open bite) yang dimungkinkan karena
11
4. Konveksitas dari titik A (Convexity of point A)
mm. Sudut ini untuk melihat hubungan antara maksila dan mandibula dalam
besar menunjukkan pola skeletal kelas II, konveksitas yang kecil dan negatif
5. Jarak Insisif rahang bawah terhadap garis A-Pog (Lower Incisor to A-Pog)
bawah dengan garis A-Pog. Jarak ini menunjukkan posisi insisif rahang bawah
relatif terhadap mandibula dan maksila. Posisi insisif bawah merupakan kunci
rencana perawatan ortodonti. Setiap gerakan ke anterior dari insisif bawah akan
mempengaruhi panjang lengkung gigi. Jadi, pengukuran ini sangat berperan dalam
12
Gambar 11. Jarak Insisif Rahang Bawah terhadap Garis A-Pog.
Jarak linear antara titik paling distal dari molar permanen pertama rahang
atas dengan PTV (Pterygoid Vertical), diukur sejajar dengan bidang oklusal.
Ukuran ini menunjukkan posisi horisontal gigi molar pertama rahang atas.
13
7. Inklinasi insisif bawah (Mandibular Incisor Inclination)
bawah dengan bidang A-Pog. Nilai rata-ratanya adalah 22° dengan standar
deviasinya ± 4°. Sudut ini untuk mengetahui kedudukan insisif rahang bawah dalam
Suatu faktor penting dalam analisis profil jaringan lunak adalah garis estetik
(aesthetic line / Ricketts E-line) yang menghubungkan titik pogonion atau tepi dagu
dengan ujung hidung, atau titik pronasal ujung hidung. Garis referensi ini dapat
dipergunakan untuk menjelaskan estetik fasial dan posisi bibir. Yang diukur disini
adalah jarak antara bibir bawah ke bidang estetik tersebut (E plane). Evaluasi
ukuran ini agak subjektif, karena tergantung pada nilai estetik antara klinisi dengan
pasien. Pengaruhnya tidak hanya oleh gerakan ke anterior gigi tetapi juga oleh
14
Pada masa geligi campuran, kedua bibir berada pada garis tersebut. Seiring
dengan umur, bibir teretraksi, bergeser ke belakang aesthetic line pada dewasa
muda, yaitu bibir bawah 2 mm, bibir atas 3 mm. Analisis ini membuat perbedaan
2. Datar, dimana posisi bibir rata-rata (bibir bawah 2 mm, bibir atas 3 mm di
belakang E-line).
Tinggi bibir atas dan garis kontak antara bibir dan bidang oklusal di analisa
pada profil juga. Jarak antara titik subnasal dan titik kontak bibir, dihitung. Bidang
oklusal normalnya 3,5 mm di bawah garis kontak bibir (pada usia 8-9 tahun). Tiap
tinggi bibir atas penting dalam menentukan posisi optimal insisif. Jika bidang
oklusal tinggi, gigi tersembunyi di belakang bibir, dan untuk alasan estetik
15
2.3 Variabel dan Norma
Tabel 1. Nilai norma dan deviasi klinis yang digunakan dalam sepuluh faktor analisis.
arsitek dalam merencanakan sesuatu bangunan. Dalam bidang ortodonti, VTO ini
normal dari penderita dan untuk mengantisipasi akibat-akibat yang mungkin terjadi
oleh karena suatu perawatan, serta untuk menetapkan perawatan yang tepat bagi
seorang penderita. Perawatan yang diterapkan pada penderita yang sedang dalam
masa tumbuh kembang harus direncanakan dan ditujukan ke wajah dan struktur
yang kelak dapat diantisipasi, bukan pada struktur skeletal yang mula-mula ada
16
Pada deskripsi pola dasar fasial dan struktur-struktur skeletal, pengukuran-
maksila, gigi geligi dan profil jaringan lunak, dimana perubahan tersebut
merupakan perubahan normal yang terjadi pada basis kranialis, perubahan pada
daerah yang dipengaruhi oleh tindakan ortopedi, pergerakan gigi geligi di dalam
tulang rahang untuk memperoleh relasi yang normal, dan akibat yang terjadi pada
bibir atas dan bibir bawah serta pada profil jaringan lunak fasial.
dimulai, maka perlu terus menerus diamati untuk tujuan visual sehingga kemajuan
perawatan dapat diukur dan dipantau. Dengan cara menghimpitkan penapakan yang
dibuat setelah ada kemajuan dan penapakan semula serta dibandingkan dengan
tujuan yang diramalkan, para ahli ortodonti dapat mengevaluasi kemajuan melalui
suatu cara yang sudah baku. Setiap penyimpangan dari kemajuan yang diharapkan
akan nampak dengan segera dan perlu untuk dilakukan perbaikan secepat mungkin.
Meskipun pada umumnya individu akan bereaksi seperti yang diharapkan terhadap
menyimpang dari pola yang umum dan memerlukan beberapa alternatif dalam
dapat diakibatkan oleh karena kurangnya kooperatif penderita, variasi dalam pola
pertumbuhan atau dari alat ortodonti yang tidak efektif. Perlunya pemantauan
17
Ramalan visualisasi objektif perawatan bermanfaat untuk para ortodontis
Pengenalan adanya perbedaan antara tujuan dan hasil akan memberi dia gambaran
18
BAB III
KESIMPULAN
Meskipun disajikan lebih dari setengah abad yang lalu, teknik Ricketts
masih modern. Tidak diragukan lagi bahwa perkenalan analisis sefalometri Ricketts
dan VTO pada diagnosa ortodonti sangat signifikan. Saat ini hampir tidak ada
sebagai elemen kunci. E-line Ricketts tidak hanya merupakan bagian penting dari
analisis jaringan lunak, tetapi juga berhubungan dengan estetik yang merupakan
Kelemahan paling besar dari analisis ini adalah sampel untuk data normatif
dan pengukurannya tidak spesifik dan tidak terkontrol, yang dikumpulkan oleh
keterbatasan dan aplikasi yang benar dari norma yang ditetapkan. Norma-norma
tersebut masih bersifat deskriptif. Adanya variasi lokasi landmark seperti Pt, Xi,
19
DAFTAR PUSTAKA
Roos, Bryan. 2003. A Comparison of Soft Tissue Prediction Tracing Using the
Thurow, R.C. 1977. Atlas of Orthodontic Principles. The CV. Mosby Company.
20