PENDAHULUAN
utama penyakit yang berasal dari mikroba termasuk karies gigi dan penyakit
Plak gigi adalah biofilm yang terbentuk secara alami pada permukaan gigi yang
terbuka dan area lain dari rongga mulut. Ini adalah faktor etiologi utama untuk penyakit
mulut yang paling sering terjadi, seperti karies gigi.2 Ketidakseimbangan ekologi dalam
mikroba biofilm pada gigi dapat menyebabkan karies gigi1. Oleh karena itu, dasar bagi
Karies disebabkan oleh mikroflora yang menghuni mulut. Flora ini merupakan
garis pertahanan yang penting dan melindungi inang terhadap kolonisasi oleh
mikroorganisme asing. Oleh karena itu, tujuannya bukan untuk menghilangkan flora,
Biofilm gigi tidak mudah dikontrol dengan cara mekanis sehingga untuk
1
Setiap bahan kimia yang mempengaruhi sel-sel mikroba diharapkan memiliki
beberapa efek samping terhadap sel inang, kecuali struktur target atau jalur
kimia terhadap biofilm gigi telah menghasilkan efek samping yang dapat dibuktikan;
penelitian terkontrol yang konklusif pun masih kurang untuk menunjukkan manfaat
individual.1
2
BAB II
yaitu pengiriman agen ke situs sasaran yang dituju dalam bentuk yang aktif secara
biologis dan pada dosis efektif. Oleh karena itu, aplikasi topikal merupakan pilihan
untuk berikatan pada permukaan oral dan tingkat rilis selanjutnya dari situs awal
pelepasan yang melambat seiring dengan waktu. Suatu agen dapat dipertahankan dalam
rongga mulut dengan cara mengikat permukaan oral termasuk permukaan mukosa,
permukaan gigi, pelikel dan biofilm gigi supragingiva sesuai dengan afinitas dan
kekuatan ikatannya. Keseimbangan antara molekul agen terikat dan bebas menentukan
3
Gambar 2.1 Pengaplikasian secara oral, pengikatan, rilis dan pembersihan agen
antimikroba dalam rongga mulut. Agen mengikat mukosa mulut, permukaan gigi,
pelikel dan bakteri biofilm gigi sesuai dengan afinitasnya [Kb] dan dilepaskan dari situs
pengikatan, tergantung pada disosiasi yang konstan [Kd] dan tingkat pembersihan
saliva. Mukosa oral merupakan reservoir utama untuk agen substantif.
Pengikatan dan pelepasan ini memungkinkan untuk kontak antara agen dan
biofilm gigi dengan berbagai durasi, tergantung pada substantivitas agen. Agen dengan
substantivitas yang tinggi akan dipertahankan dalam mulut dalam waktu lama
(Gambar. 2.2a), sedangkan agen tanpa substantivitas akan dibersihkan dari rongga
mulut dengan tingkat yang ditentukan oleh daya bersih saliva. Hal ini hanya
memungkinkan efek jangka pendek dari agen, dan mikroorganisme dapat memiliki
waktu untuk memetabolisme dan berkembang biak di antara aplikasi agen. Karena itu,
agen non-substantif harus sering diaplikasikan agar memiliki efektifitas klinis mirip
4
Gambar 2.2 Kurva Dosis (a) agen dengan substantivitas tinggi dan (b) agen dengan
substantivitas rendah. Garis putus-putus horisontal mewakili tingkat dosis efektif. Area
efektif dosis-waktu (dibatasi antara kurva dan garis putus-putus) mungkin mirip jika
agen substantif rendah sering diaplikasikan.
aktivitas yang luas dan bertujuan untuk mengurangi akumulasi atau aktivitas biofilm
5
Agen-agen kimia dapat mengurangi massa biofilm pada berbagai tahap
pembentukan atau pematangan biofilm, melalui satu atau lebih mekanisme berikut:1
kolonisasi mikroba
komponen permukaan sel bakteri
Komunikasi sel
Aktivitas metabolik
Viabilitas sel
6
Komunikasi sel
Tabel 2.1 Tahapan dan mekanisme pembentukan biofilm sebagai target untuk
interferensi
Imunisasi terhadap karies gigi telah menjadi topik sentral penelitian selama
7
permukaan dalam Streptococcus mutans adalah target permukaan sel yang paling
dan untuk beradaptasi serta berubah dalam lingkungan seperti itu, muncul pertanyaan
pembentukan biofilm adalah agen antimikroba yang berspektrum luas dengan efek
fungsi membran yang normal misalnya dalam hal transportasi. Hal ini mengganggu
2.3 Aktivitas antimikroba itu sendiri tidak selalu sesuai dengan efek klinis.
8
mengganggu pembentukan sinyal atau deteksi sinyal sedang diteliti untuk beberapa
mikroorganisme, termasuk bakteri rongga mulut. Sinyal tersebut dapat terlibat tidak
hanya dalam pembentukan biofilm terstruktur, tetapi juga dalam kemampuan sel untuk
bidang ini masih dalam tahap awal. Pemahaman yang lebih dalam mengenai perilaku
mikroba yang diregulasi oleh komunikasi sel akan diperlukan sebelum kemungkinan
Ada kemungkinan bahwa komunitas biofilm gigi yang matur adalah hasil dari
komponen biofilm rongga mulut yang penting. Karena itu, pendekatan untuk
mengganggu biofilm yang telah matur melalui aksi hidrolitik enzim tampaknya masuk
akal. Sejauh ini, hasil-hasil eksperimen mengecewakan. Untuk satu hal, matriks
dan DNA, serta protein. Oleh karena itu, menargetkan hanya salah satu dari biopolimer
ini mungkin tidak cukup. Penghalang lainnya adalah difusi agen ke biofilm.
Gangguan sifat struktural pada biofilm gigi selama pembentukan juga bisa
9
glukosiltransferase dapat mengakibatkan deposit yang melekat lebih longgar.
viskositas glukan yang disintesis saat ada delmopinol. Secara in vivo, seringnya
program yang mengakibatkan pelepasan diri dari biofilm. Dalam kondisi yang tidak
pelepasan protein permukaan yang digunakan untuk perlekatan adalah suatu proses
yang diregulasi. Penjelasan tentang mekanisme tersebut dapat melahirkan strategi baru
untuk pemeliharaan kesehatan gigi. Salah satu cara untuk mempertahankan atau
potensial den gan mikroorganisme yang tidak berbahaya dan yang menguntungkan
melalui terapi probiotik atau terapi penggantian. Menurut definisinya, probiotik adalah
bahan makanan mikroba hidup yang jika tertelan dalam jumlah yang cukup
10
memberikan manfaat kesehatan pada konsumen. Ditambah dengan pemahaman
kemungkinan merancang strain probiotik baru. Strain tersebut dapat diaktifkan untuk
bersaing dan untuk menggantikan patogen yang telah diketahui, seraya jadi non-virulen
dan bersaing secara pathogen untuk memperoleh nutrisi. Mereka juga dapat
gastrointestinal (1). Mereka juga telah disarankan dalam profilaksis karies (2). Dalam
Lactobacillus rhamnosus LGG dengan makanan, lima hari seminggu selama 7 bulan
(3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu probiotik memiliki efek perlindungan,
karena kejadian karies yang cenderung rendah terlihat pada salah satu kelompok umur.
mutans dengan strain yang tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan laktat atau
strain yang menghasilkan produk alkaline. Kedua pendekatan itu membatasi penurunan
pH dalam biofilm gigi. Penelitian pada hewan telah menunjukkan hasil-hasil yang
11
spesies mikroba tunggal, Streptokokus mutans, sehingga mengabaikan kemungkinan
2. Ada patogen pasti untuk menjadi sasaran interaksi atau yang akan digantikan.
itu sendiri.
mungkin memiliki sifat fenotipik baru melalui pertukaran DNA dengan flora residen
atau dengan strain virulen dalam biofilm oral, yang kemudian menjadi patogen
oportunistik.
Sampai saat ini, pendekatan langsung untuk mengubah ekologi biofilm agar
menjadi kurang patogen masih terbatas dan belum menghasilkan pengembangan agen
12
BAB III
Tiga agen mendapat perhatian khusus sebagai agen profilaktik karies. Ini adalah
agen antimikroba non-ionik, dan xylitol yang merupakan alkohol gula yang diklaim
memiliki berbagai efek pada mikroflora oral. Agen-agen ini akan dijelaskan secara
rinci di bawah ini. Agen yang kurang sering digunakan seperti cetylpyridinium
chloride, delmopinol, hexetidine, ekstrak Sanguinaria, ion logam, sodium dodesil sulfat
(SDS), enzim tertentu, dan bahan lainnya akan dibahas secara singkat.1
negatif dan karena itu umumnya lebih kuat daripada agen anionik atau non-ionik.
adalah gugus karboksil bebas dari peptidoglikan, dan gugus fosfat dari asam teikoik
dan asam lipoteikoat dalam dinding sel mikroba. Dalam mikroorganisme Gram-
maupun Gram-negatif. Agen kationik yang telah digunakan sebagai agen antibiofilm
meliputi1:
13
1. chlorhexidine
2. cetylpyridinium chloride
3. delmopinol
4. hexetidine
5. Ekstrak sanguinaria
6. ion logam.
paling manjur, juga merupakan standar emas yang jadi pembanding bagi agen-agen
antibiofilm lainnya.
dalam produk konsumsi seperti deodoran, sabun, dan bedak badan selama lebih dari 30
tahun. Baru-baru ini, triclosan telah ditambahkan ke pasta gigi dan obat kumur sebagai
perkembangan gingivitis.1
3.1 Chlorhexidine
gai surgical scrub, mouth wash, neonatal bath & general skin antiseptic. Chlorhexidine
menyerang bakteri Gram postif dan negatif, bakteri ragi, jamur, protozoa, alga dan
14
bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram (+) dan Gram (-). Chlorhexidine
lebih efektif terhadap bakteri Gram (+) dibandingkan dengan bakteri Gram (-).
Chlorhexidine sangat efektif mengurangi radang gingiva, akumulasi plak, dan plak
kontrol pada perawatan radang gingiva.10 Chlorhexidine mulai dikenal sejak tahun
disebut juga antiseptik kationik. Memberi efek anti bakteri berspekrum luas.7 Selain itu
Khlorheksidin telah terbukti efektif terhadap kuman rongga mulut karena dapat
mengurangi jumlah mikroorganisme saliva sebanyak 85- 95%.8 Aplikasi obat kumur
Khlorheksidin adalah dalam pencegahan timbulnya plak dan karies, juga pencegahan
mutans.
15
membunuh bakteri gram positif dan gram negatif, tergantung dari konsentrasi yang
digunakan. Molekul chlorhexidine memiliki muatan positif (kation) dan sebagian besar
muatan molekul bakteri adalah negatif (anion). Hal ini menyebabkan perlekatan yang
kuat dari chlorhexidine pada membran sel bakteri. Chlorhexidine akan menyebabkan
sitoplasma sel dan komponen sel dengan berat molekul rendah dari dalam sel
berbeda dengan fluoride dengan suplementasi zinc yang berfokus pada berkurangnya
enzim ATP-ase maupun pada povidone iodine yang molekul iodine bebasnya masuk
merupakan bakteri Gram positif) dibandingkan terhadap bakteri Gram negatif (P.
gingivalis). Hal ini terlihat dari rerata diameter zona hambat bakteri pada kelompok
gingivalis sebesar 4,0833 mm. Terdapat perbedaan jenis dinding sel pada bakteri gram
positif dimana bakteri gram positif tidak memiliki lipopolisakarida sedangkan bakteri
kerjanya.5 Selain itu, membran luar dari bakteri gram negatif, bertindak sebagai
penghalang terhadap zat anti bakterial yang bersifat kationik seperti chlorhexidine.6
bermuatan negatif, misalnya, fosfat, karboksil atau kelompok sulfat pada mukosa oral,
16
pada mikroorganisme dan dalam pelikel. Integritas membran mikroba dapat diganggu
fungsi membran. Pada konsentrasi yang tinggi, chlorhexidine adalah bakterisida yang
menyebabkan kebocoran konstituen sel dengan berat molekul yang rendah dan
presipitasi isi sel. Kerusakan ini tidak dapat balik (irreversible). Pada konsentrasi yang
membran normal atau kebocoran konstituen sel Efek antimikroba klorheksidin in vitro
sanguinis menunjukkan variasi yang besar dalam kerentanan antar strain.1 Meskipun
ada penggunaan klinis chlorhexidine yang luas, laporan mengenai efek yang tak
diinginkan dari zat ini masih sedikit. Efek sistemik yang umum jarang terjadi, dan
berbahaya tampaknya tidak mungkin. Sering dilaporkan efek samping lokal, seperti
perubahan warna gigi, lidah, restorasi dan gigi tiruan, deskuamasi dan rasa sakit pada
mukosa mulut, gangguan rasa dan rasa pahit. Mengurangi konsentrasi chlorhexidine
mengurangi efek samping lokal. Dosis yang biasanya diresepkan untuk obat kumur
klorheksidin adalah 10 ml 0,2%, larutan dengan berkumur dua kali sehari. Tersedia
0,12% obat kumur chlorhexidine. Dengan menggunakan bilasan 15 ml ini, dosis yang
sama diperoleh, dan efikasinya dapat dibandingkan. Dosis yang sama juga dapat
17
diperoleh dengan permen karet yang mengandung chlorhexidine (20 mg per potong).
Efek antimikroba dan antibiofilm klnis dari klorheksidin adalah lebih baik
daripada agen-agen lain dengan efikasi antimikroba in vitro yang sama atau bahkan
lebih baik.1 Efek unggul ini dianggap terutama berasal dari substantivitas klorheksidin
dan dari fakta bahwa chlorhexidine mempertahankan efek antimikroba bahkan ketika
menghasilkan efek antimikroba langsung, mengurangi flora mikroba oral sebesar 80-
95%.1 Obat kumur dua kali sehari hampir sepenuhnya menghambat akumulasi biofilm
glukosiltransferase yang penting untuk akumulasi mikroba pada permukaan gigi, dan
jangka waktu yang pendek hingga dua minggu ketika prosedur higien oral sukar atau
tidak mungkin dilakukan. Seperti pada infeksi rongga mulut akut, dan setelah prosedur
Farmakokinetik
18
Chlorhexidine sangat sedikit diserap oleh saluran gastrointestinal, oleh karena
permukaan gigi atau mukosa oral, dental plak untuk kemudian dilepas dalam level
Chlorhexidinemasih terasa efektif, bila 30% dipertahankan dalam rongga mulut dan
Farmakodinamik
Chlorhexidine akan diserap dengan sangat cepat oleh bakteri dan penyerapan ini
kerusakan pada lapisan luar sel bakteri, namun kerusakan ini tidak cukup untuk
Chlorhexidine akan melintasi dinding sel atau membran luar, diduga melalui
proses difusi pasif, dan menyerang sitoplasmik bakteri atau membran dalam sel bakteri.
Kerusakan pada membran semi permiabel ini akan diikuti dengan keluarnya
kandungan intraselular sel bakteri. Kebocoran sel tidak secara langsung menyebabkan
inaktivasi selular, namun hal ini merupakan konsekuensi dari kematian sel.
kandungan intraselular sel bakteri sehingga sitoplasma sel menjadi beku, dan
19
mengakibatkan penurunan kebocoran kandungan intraselular. Jadi terdapat efek bifasik
konsentrasi tinggi akibat koagulasi dari sitosol (cairan yang terletak di dalam sel) sel
bakteri.12
adalah perlekatannya dengan substansi (jaringan rongga mulut). Ikatan yang baik
dengan jaringan lunak maupun keras pada mulut menyebabkan efek chlorhexidine
bertahan dalam jangka waktu yang lama setelah digunakan. Jumlah bakteri dalam
saliva secara perlahan berkurang mencapai antara 10- 20% dibandingkan jumlah awal
dari mata dan telinga, karena berbahaya bagi organ tersebut. Pada konsentrasi rendah
dalam preparat obat kumur, pembersih kulit, dan tidak jarang sebagai bahan pengawet.
lauryl sulfate dan sodium monofluorophosphat. Meskipun data masih terbatas, untuk
20
memaksimalkan efektivitas chlorhexidine disarankan memberi jarak 30 menit sampai
meningkatkan deposit. Jika dikombinasikan dengan xylitol, akan terjadi efek sinergis
memiliki sifat bakteriostatik pada konsentrasi antara 432 ug/ ml. Konsentrasi yang
lebih tinggi akan menyebabkan efek bakterisid, karena terjadinya presipitasi protein
chlorhexidine untuk membentuk ikatan dengan komponen pada permukaan gigi. Ikatan
tersebut terjadi 1530 detik setelah kumur dan lebih dari 1/3 bagian chlorhexidine
Penelitian menunjukkan bahwa perlekatan akan terjadi sampai 24 jam, yang berarti
indeks plak sebanyak 72% pada hari ke 3 dan 85% pada hari ke 7, dan terjadi penurunan
indeks radang gingiva sebanyak 32% pada hari ke 3 dan 77% pada hari ke 7.14
21
Cara pemakaian
saat ini adalah bervariasi. Untuk tujuan kontrol plak supragingival, bahan antiplak yang
digunakan bisa berbentuk cairan atau pasta. Sedangkan untuk tujuan kontrol plak
subgingival, bentuk bahan antiplak yang digunakan pada umumnya adalah berupa
1. Chlorexhidine yang dikemas dalam bentuk obat kumur. Obat kumur dapat
dibedakan atas :
a. Obat kumur biasa Merupakan obat kumur yang biasa digunakan setelah
menyikat gigi pada kesempatan lain yang tidak bersamaan dengan watu
penyikatan gigi.
kontroversial namun demikian ada kesan bahwa hasil penelitian mengenai efektivitas
22
obat kumur pra-penyikatan adalah lebih disebabkan perbedaan aktivitas bahan deterjen
agar bahan anti plak lebih mudah mencapai semua daerah di rongga mulut,
terutama bagi mereka yang karena keadaan fisiknya tidak dapat berkumur dengan
baik.
23
Gambar 2.4 Chlorhexidine Spray ( Nobre, 2009)
cairan ke darerah subgingival dipergunakan alat irigasi mulai alat yang sederhana,
berupa alat suntik biasa yang jarumnya dibengkokkan dan ujungnya ditumpulkan,
baik atau layak untuk irigasi khususnya yang diproduksi oleh pabrik. Irigasi
subgingival tidak saja dilakukan oleh dokter gigi di klinik tetapi juga bisa dilakukan
pasien sehari-hari di rumah. Dasar pemikiran bagi irigasi subgingival adalah bahwa
cara berkumur atau semprotan tidak efektif mencapai subgingival. Pada kasus
rangka mengontrol inflamasi yang terjadi masih terus dilakukan penelitian, namun
ada kesan sementara bahwa irigasi subgingival ini akan sangat bermanfaat bagi
perawatan periodontal.
24
Gambar 25 Chlorhexidine Gel
Kita dapat menduga bahwa efek terhadap pembentukan biofilm gigi dan
dengan aktivitas dan insidensi karies yang tinggi karena, misalnya, untuk pasien
Sangat sedikit atau tidak ada efek cariostatik telah ditemukan dalam penelitian pada
rumah individu dengan obat kumur atau dengan menyikat gigi. Sebaliknya, aplikasi
termasuk instruksi kebersihan mulut, saran diet, profilaksis gigi profesional dan
25
aplikasi topikal varnish fluoride mengurangi pengembangan lesi karies pada anak-anak
selama masa penelitian 3 tahun. Idenya adalah menghambat perkembangan lesi karies
dengan mengurangi potensi asidogenik mikroflora. Jumlah lesi karies baru pada
kelompok kontrol yang tidak dirawat adalah 9,6, bandingkan dengan 4,2 untuk
kontrol atau penghapusan mekanisme virulen biofilm. Oleh karena itu konsentrasi
rendah cukup mengendalikan virulen mekanisme S. Mutans tanpa deplesi besar dari
3.2 Triclosan
rentan terhadap triclosan in vitro dengan konsentrasi yang rendah. Pada konsentrasi
yang rendah, efeknya adalah bakteriostatik. Sampai belum lama ini, triclosan diduga
26
berfungsi sebagai biosida tidak spesifik, namun data terbaru menunjukkan bahwa zat
ini secara khusus menghambat sintesis lipid. Hal ini menyebabkan rusaknya sintesis
membran sel.1
Karena kelarutan air yang buruk, triclosan dilarutkan dalam fase formulasi
surfaktan/ rasa. Dalam produk komersial, triclosan dilarutkan dalam satu atau lebih
deterjen, seperti SDS, natrium lauroil sarkosinat, atau dalam propilen glikol atau
polietilen glikol. Dengan demikian, ketika menguji efek antimikroba dari triclosan, kita
tersebut.1
Substantivitas triclosan dalam rongga mulut relatif rendah. Agar triclosan jadi
lebih manjur, maka kopolimer polyvinylmethyl– ether maleic acid (PVM / MA, secara
komersial dikenal sebagai Gantrez) atau seng sitrat ditambahkan ke formulasi. Tanpa
mediator retensi ini, pasta gigi triclosan tidak berpengaruh nyata pada biomassa biofilm
gigi1.
27
plasebo. 41-44% berbagai formulasi triclosan telah menunjukkan antigingivitis dan
antiplaque bila dibandingkan dengan plasebo; namun, ada pandangan kontras dalam
literatur mengenai triclosan + copolymer lebih unggul dari pada triclosan + zinc citrate.
3.3 Xylitol
Xylitol adalah alkohol gula dengan lima atom karbon, pentitol. Xylitol bersifat
Streptococcus mutans dalam saliva dan dalam gingivitis. Masing-masing faktor atau
dikonfirmasi dalam penelitian jangka pendek maupun jangka panjang. Xylitol juga
dengan alkohol gula lainnya, misalnya sorbitol. Bahkan permen yang dimaniskan
dengan sukrosa yang dikunyah secara teratur setelah makan dapat meningkatkan
banyak penelitian klinis, kejadian karies dalam subyek yang mengunyah permen karet
xylitol telah dibandingkan dengan subyek kontrol yang tidak mengunyah permen karet
(14). Oleh karena itu, sulit untuk membedakan antara efek xylitol yang benar dan
dampak peningkatan air liur melalui pengunyahan permen karet. Dengan demikian,
28
Sebaliknya, dapat disimpulkan bahwa efek pencegahan karies dengan mengunyah
permen karet bebas gula yang dipermanis dengan xylitol atau pemanis lain berkaitan
saliva dan dalam biofilm gigi dapat dikurangi setelah konsumsi xylitol, dan pandangan
bahwa efek tertentu xylitol pada S. mutans adalah batu penjuru bagi mekanisme
bagian dari energi, fosfoenol piruvat dan siklus xylitol futil yang memakan adenosin
Streptococcus mutans dan penjelasan untuk efek cariostatic xylitol. Perlu dicatat bahwa
terhadap atau tidak terpengaruh oleh xylitol. Ada spekulasi bahwa strain yang resisten
dengan xylitol mungkin kurang virulen dibandingkan dengan strain yang peka xylitol.15
29
Povidone iodine memiliki afinitas untuk membran sel, sehingga memberikan
bebas iodine langsung ke permukaan sel bakteri. Ia memiliki spektrum aktivitas yang
luas terhadap bakteri, jamur, protozoa, dan virus. Obat kumur telah terbukti efektif
dalam mengurangi plak dan gingivitis dan mungkin menjadi tambahan yang berguna
untuk kebersihan mulut rutin. Absorpsi kadar iodine yang signifikan melalui mukosa
mulut dapat membuat senyawa ini tidak memuaskan untuk penggunaan jangka panjang
Sodium fluride merupakan salah satu jenis antimikroba yang digunakan pada
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit, dengan reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2 + F → Ca10(PO4)6(OHF)
polisakarida.(25)
30
Sodium Fluoride pada konsentrasi 0,2% dan digunakan seama satu minggu
glikolisis. Secara intraseluler, fluoride menghambat kinerja dua system enzim dalam
proses glikolisis, yaitu enzim enolase dan enzim active proton transport ATP-ase. Ini
meyebabkan bakteri tidak dapat memproduksi piruvid acid dan ATP. Fluoride juga
mikroorganisme sakarolitik.(27)
klorida adalah senyawa amonium kuaterner. CPC telah banyak digunakan dalam obat
dengan mikroorganisme terjadi melalui ikatan kationik dengan cara yang sangat mirip
dengan klorheksidin.1
Aktivitas antimikroba CPC sama dengan, atau lebih baik daripada klorheksidin,
efikasi antibiofilm dapat berhubungan dengan fakta bahwa CPC kehilangan sebagian
31
dari aktivitas antimikroba saat adsorpsi pada permukaan. Khususnya, sifat substantif
juga berbeda. Retensi awal CPC lebih tinggi dibandingkan dengan klorheksidin, namun
CPC dibersihkan dari rongga mulut secara lebih cepat.1 Baru-baru ini disarankan
bahwa CPC dapat dimasukkan ke dalam bahan gigi, misalnya dalam perekat
3.7 Delmopinol
Delmopinol adalah surfaktan yang kuat dengan berat molekul rendah dan
kationik dominan pada pH <7. Ini memiliki aktivitas antimikroba yang rendah dan
Resistensi mikroba atau pergeseran besar dalam komposisi mikroba biofilm gigi belum
permukaan gigi. Efek penghambatannya pada biofilm gigi kurang dari atau sebanding
dengan chlorhexidine. Efek terhadap karies gigi pada manusia belum dinilai.1
3.8 Hexetidine
antimikroba dan antijamur secara in vitro dan in vivo. Hal ini aktif terhadap
32
seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan S. sanguinis. Aktivitas
antimikroba hexetidine in vitro dilaporkan inferior dengan atau pada dasarnya serupa
konsentrasi klinis yang dapat diterima. Hexetidine hanya memberikan sangat sedikit
efek penghambatan pada biofilm gigi. Peningkatan konsentrasi hexetidine dari 0,10 ke
tepat untuk aktivitas antibiofilm masih belum jelas. Hexetidine telah diklaim
menghambat glikolisis, tetapi data klinis tidak mendukung asumsi ini. Efek
antimikroba dari hexetidine berkurang dengan adanya air liur. Peningkatan efek
antibiofilm dari hexetidine diamati dalam kombinasinya dengan ion logam divalen,
misalnya Zn2 + atau Cu2. Hal ini mungkin berhubungan dengan peningkatan
penyerapan ion logam secara intraselular. Kemampuan agen untuk mencegah karies
Ion logam memiliki efek antimikroba yang tergantung pada konsentrasi ion,
serta kimia ion. Efek bakteriostatik mereka telah diakui dalam waktu yang lama.
Efikasi antimikroba sebanding dengan konsentrasi ion logam bebas yang merupakan
bentuk bioaktif yang dominan. Hidrolisis ion-ion logam dan ikatan ion-ion logam ke
33
komponen-komponen lain mengurangi aktivitas ion logam. Karena itu, perumusan
Ion-ion logam tersebut adalah Cu2+, Sn2+ dan Zn2+. Cu2+ dan Sn2+ lebih kuat
mengandung senyawa yang mengandung sulfur, maka garam seng memiliki sejarah
panjang dalam produk kebersihan mulut. Zn2+ juga merupakan agen antikalkulus.
dapat mempengaruhi interaksi substrat karena muatan enzim berubah atau muatan
ditunjukkan baik secara in vitro dalam kultur murni mikroorganisme dan berkurangnya
Ada banyak penelitian telah menegaskan efek antibiofilm klinis ion logam,
baik sendiri maupun dalam kombinasinya dengan agen lainnya. Efek antibiofilm
perpindahan Ca 2+ dari pelikel dan dari permukaan mikroba. Pengikatan ion logam ke
34
Cu2+, Sn2+, dan Zn2+ memiliki semua efek kariostatik yang ditunjukkan pada
tikus. SnF2 telah digunakan sebagai agen profilaksis pada manusia selama bertahun-
Ion logam adalah agen substantif. Kadar Cu 2+, Sn2+, dan Zn2+ pada saliva dan
tingkat biofilm gigi meningkat selama beberapa jam setelah menggunakan obat kumur.
Efek samping yang berhubungan dengan ion logam adalah rasa logam yang
rongga mulut, dan noda gigi kekuningan hingga kecoklatan. Sulfida logam yang
terbentuk antara ion-ion logam dan kelompok-kelompok sulfhidril protein pelikel dapat
klorheksidin.1
SDS adalah agen anionik. Molekul tersebut memiliki kelompok sulfat hidrofilik
dan rantai karbon hidrofobik. Ini adalah deterjen yang paling sering digunakan dalam
SDS ke permukaan mikroba dapat mengganggu integritas dinding sel, yang diikuti
35
dengan kebocoran komponen seluler. Pada konsentrasi rendah SDS dilaporkan
laktat dehidrogenase dan dehidrogenase fosfat glukosa-6 dalam Escherichia coli. Efek
ini mungkin berhubungan dengan afinitas yang kuat dari SDS untuk protein dan sifat
denaturasinya.1
Sifat hambat biofilm dental SDS telah terbukti pada manusia. Hal ini terutama
mikroorganisme yang bermuatan negatif dan protein pelikel untuk situs pengikat,
dengan penghambatan adsorpsi mikroba yang selanjutnya pada permukaan gigi, juga
tingkat substantivitas yang dapat dijelaskan oleh tingginya afinitas untuk kalsium. SDS
antimikroba.1
3.11 Enzim
sebagai produk akhir metabolik, tetapi dalam jumlah yang terbatas untuk aktivitas
36
maksimum peroksidase saliva. Enzim amiloglukosidase menyediakan glukosa yang
produk oral disarankan untuk memastikan hidrogen peroksida yang cukup untuk
Obat kumur yang mengandung enzim telah diuji untuk kemampuan mereka
mengurangi biofilm gigi, gingivitis dan karies gigi, tapi efeknya tidak mengesankan.
Pasta gigi yang mengandung enzim ini menunjukkan sedikit perbaikan efek antibiofilm
Ekstrak daun pare memiliki daya antibakteri yang tinggi konsentrasi terhadap
Enterococcus faecalis. Daun pare telah diketahui mengandung senyawa kimia seperti
tannin, flavonoid, saponin, triptenoid, dan alkaloid. Kandungan senyawa kimia yang
paling banyak terdapat pada ekstrak daun pare secara berturut-turut adalah alkaloid,
saponin dan tannin. Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara
menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan mengalami kematian
sel tersebut. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba, yaitu dengan
hemolisis sel dan apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri dapat menyebabkan
bakteri tersebut menjadi pecah atau lisis. Mekanisme antibakteri Tanin dengan
37
mengganggu permeablitias sel itu sendiri. Akibat dari terganggungnya permabilitas,
kematian sel. Flavonoid sebagai anti oksidan dan antibakteri bekerja dengan cara
integritas membran bakteri dan merusak dinding sel bakteri. Mekanisme triptenoid
membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin. Menurut Pelczar dan Chan (1986) dalam Sabir (2005)
aktivitas suatu antibakteri akan semakin besar dalam menghambat bakteri apabila
antibakteri yang aktif. Senyawa antibakteri yang aktif didalam ekstrak daun pare adalah
2.) Propolis
Propolis adalah bahan resin alami yang dihasilkan oleh lebah madu dan
digunakan untuk menutup bukaan di sarang mereka. Ini adalah massa lengket, coklat
keabu-abuan dalam warna dengan sedikit bau aromatik, dan mengandung 50% resin
dan balsam vegetatif, lilin 30%, minyak esensial dan aromatik 10%, serbuk sari 5%,
dan 5% zat lainnya. Komposisi kimiawi dari zat alami beracun ini sangat kompleks.
Lebih dari 300 komponen telah ditemukan dalam propolis, terutama terdiri dari
senyawa fenolik (misalnya, flavonoid, senyawa aromatik), terpen, dan minyak esensial.
Flavonoid dan turunan asam sinamat telah dianggap sebagai komponen utama biologis
38
aktif utama. Meskipun memiliki sifat antimikroba, penggunaannya sebagai obat kumur
dipertanyakan.2
Tanaman obat sedang dicoba sebagai agen antiplaque karena beberapa dari
mereka mengandung fitokimia alami yang memiliki potensi antimikroba. Aloe vera gel
terdiri dari 98 hingga 99% air dan sisanya 1 hingga 2% senyawa aktif. Bahan aktif
utama dalam gel lidah buaya adalah aloin, aloeemodin, aloemannan, acemannan,
dan vitamin. Sebuah penelitian terkontrol secara acak menggunakan 100% ekstrak
lidah buaya menunjukkan pengurangan signifikan dalam pembentukan plak tanpa efek
samping yang dilaporkan. Pengamatan serupa ditemukan dalam penelitian lain. Efek
Ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) memiliki senyawa yang dapat
menghambat produksi asam dari bakteri yang menunjukkan efek antikariogenik. Selain
itu, ekstrak teh hijau memiliki peranan dalam mendukung terjadinya redesposisi
mineral enamel, serta kandungan mineral fluorida, kalsium, dan fosfat yang ada dalam
teh hijau dapat memperkuat struktur gigi. Pembuatan ekstrak teh hijau (Camellia
39
menjadikan konsentrasi 0,1 % kemudian diteliti perbandingan efektivitas ekstrak daun
teh hijau (Camellia sinensis) dengan Sodium fluoride. Hasil menunjukkan bahwa rata-
rata jumlah fluoride tertinggi adalah pada kelompok P2 yaitu kelompok perlakuan
yang diberi ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) konsentrasi 0,1 %. Studi tertentu
telah menunjukkan efek penghambatan dari ekstrak teh dalam menghambat produksi
asam oleh bakteri kariogenik sehingga memberi proteksi terhadap karies. Meskipun
fluoride adalah suatu senyawa yang dikenal ampuh dalam pencegahan karies, sebagian
besar beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efek anti-karies dari teh hijau yang
utama disebabkan oleh sifat antibakteri dari komponen organik yaitu polifenol, tannin,
dan katekin.16
Senyawa katekin termasuk senyawa polifenol, yang mana senyawa ini dapat
menghambat bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma bakteri yang tersusun
oleh 60 % protein dan 40 % lipid yang umumnya berupa fosfolipid. Senyawa katekin
mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk
bahkan kematian.25
Pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa ekstrak air teh hijau dapat
mencegah pembentukan plak gigi dan mengurangi peradangan gingiva setelah operasi
pemanjangan mahkota periodontal. Karena plak gigi memainkan peran penting dalam
patogenesis karies gigi dan pembentukan peradangan gingiva, obat kumur teh hijau
40
dapat direkomendasikan untuk mencegah karies gigi dan mengobati gingivitis. Bisa
juga diresepkan untuk pasien setelah operasi periodontal karena sifat antibakteri dan
anti-inflamasi. Itu juga jelas bahwa obat kumur teh hijau yang digunakan dalam
penelitian ini tidak memiliki efek samping, sehingga akan berguna dan bermanfaat di
semua kelompok umur untuk mencegah dan mengobati beberapa penyakit mulut dan
5.) Getah Jarak Pagar, Lender siput (Achatina fulica), Mengkudu (Morinda
dental caries, sehingga dapat menjadi sumber daya alternative anti mikroba agar
mengurangi dalam penggunaan zat kimia18. Pada getah jarak pagar memiliki daya
hambat bakteri yang lebih besar dan tidak menyebabkan erosi mukosa bila
yang terdapat pada lender bekicot memiliki jumlah karbohidrat yang kurang sehingga
tidak mendukung pertumbuhan bakteri. Pada ekstrak mengkudu 100% memiliki daya
hambat yang lebih besar dibandingkan dengan providine iodine 1%. Begitu pula
bakteri Gram positif karena kemampuan penetrasi senyawa ini dalam dinding sel
bakteri. Senyawa fenol dan antraquinon termasuk senyawa yang larut lemak. Golongan
fenol mampu merusak membran sel, menginaktifkan enzim dan mendenaturasi protein
41
permeabilitas membran sitoplasma memungkinkan terganggunya transportasi ion-ion
bumi yang murah dan mudah didapat. Kayu manis dan daunnya memiliki kandungan
berupa minyak atsiri, saponin dan flavonoida, yang sudah banyak digunakan sebagai
tanaman herbal yang berkhasiat sebagai obat pelega perut kembung, sariawan dan
dapat digunakan sebagai bumbu masakan (Pitojo dan zumiati., 2006). Kandungan
terbesar dari kulit batang kayu manis adalah minyak atsiri yang mempunyai kandungan
konsentrasi. Hal ini sama juga terjadi pada hasil uji penghambatan biofilm. Semakin
flavanoida, dan polifenol. Zat polifenol bekerja melalui penghambatan enzim oleh
senyawa yang teroksidasi, kemungkinan melalui reaksi dengan gugus sulfhidril atau
melalui interaksi yang non spesifik dengan protein mikroorganisme. Polifenol juga
dapat menyebabkan denaturasi protein bakteri. Golongan senyawa lain yang berperan
42
sebagai antibakteri yaitu flavonoid. Flavonoid diketahui memiliki kemampuan
terganggu, kemudian sel tidak dapat menahan tekanan osmotik internal yang dapat
mencapai 5-20 atmosfer. Tekanan ini cukup untuk memecah sel apabila dinding sel
dirusak20.
berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat,
nukleotida, dan lain-lain yang berasal dari sitoplasma dan sel bakteri akan mengalami
permeabilitas membran sel sehingga membran menjadi tidak stabil dan mengakibatkan
hemolisis sel.20
Lippia sidoides ekstrak obat kumur diperoleh dari semak yang biasa ditemukan
topikal untuk permukaan kulit dan mukosa dan juga untuk infeksi tenggorokan.
Minyak esensial yang diperoleh dari senyawa phytotherapic ini didasari terutama oleh
timol dan carvacrol dan zat lainnya, seperti felandreno, cariofileno, p-cimeno, dan
mirceno. Studi menunjukkan bahwa komponen utama ini telah menunjukkan aktivitas
antimikroba yang kuat terhadap jamur dan bakteri dan mengurangi tingkat keparahan
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyebab utama penyakit yang berasal dari mikroba termasuk karies gigi dan
penyakit periodontal adalah mikroba film.1,3 Plak gigi adalah biofilm yang terbentuk
secara alami pada permukaan gigi yang terbuka dan area lain dari rongga mulut. Ini
adalah faktor etiologi utama untuk penyakit mulut yang paling sering terjadi, seperti
karies gigi.2 Ketidakseimbangan ekologi dalam mikroba biofilm pada gigi dapat
menyebabkan karies gigi1. Oleh karena itu, dasar bagi kontrol karies adalah
pengendalian biofilm gigi. Biofilm gigi tidak mudah dikontrol dengan cara mekanis
sehingga untuk mengontrol karies dapat dengan menggunakan agen yang dapat
44
pembentukan asam atau merangsang pembentukan basa oleh biofilm gigi. 1Cara lain
yang digunakan bisa dengan menggunakan bahan kimia dan bahan alam.
Chlorhexidine lebih efektif terhadap bakteri Gram positif (S. mutans) merupakan
bakteri Gram positif dibandingkan terhadap bakteri Gram negatif (P. gingivalis).
Chlorhexidine memiliki daya antibakteri yang lebih besar dari pada sodium floride dan
pertumbuhan maupun membunuh bakteri gram positif dan gram negatif, tergantung
(kation) dan sebagian besar muatan molekul bakteri adalah negatif (anion). Hal ini
menyebabkan perlekatan yang kuat dari chlorhexidine pada membran sel bakteri.
sehingga menyebabkan keluarnya sitoplasma sel dan komponen sel dengan berat
molekul rendah dari dalam sel menembus membran sel sehingga menyebabkan
kematian bakteri.
berkurangnya enzim ATP-ase maupun pada povidone iodine yang molekul iodine
bebasnya masuk menembus membran sel kemudian membunuh sel bakteri.4 Pada
45
sodium fluoride menghambat metabolisme karbohidrat dalam memproduksi asam serta
piruvat dan siklus xylitol futil yang memakan adenosin trifosfat. Berkurangnya
salah satu mekanisme penghambatan xylitol pada Streptococcus mutans dan penjelasan
untuk efek cariostatic xylitol. Sedang pada triclosan, triclosan adalah bisphenol serta
Aktivitas antimikroba CPC sama dengan, atau lebih baik daripada klorheksidin,
SDS ke permukaan mikroba dapat mengganggu integritas dinding sel, yang diikuti
dengan kebocoran komponen seluler. Sifat hambat biofilm dental SDS telah terbukti
pada manusia. Hal ini terutama dapat berhubungan dengan efek antimikroba.
Sedang pada bahan alam, ada berbagai macam senyawa yang dapat digunakan
sebagai antimikroba untuk kontrol karies. Senyawa itu antara lain alkaloid, saponin,
46
tanin, flavonoid, triptenoid. Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara
menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan mengalami kematian
sel tersebut. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba, yaitu dengan
hemolisis sel dan apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri dapat menyebabkan
bakteri tersebut menjadi pecah atau lisis. Mekanisme antibakteri Tanin dengan
kematian sel. Flavonoid sebagai anti oksidan dan antibakteri bekerja dengan cara
integritas membran bakteri dan merusak dinding sel bakteri. Mekanisme triptenoid
membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin. Senyawa fenol dan antraquinon dari buah mengkudu
menekan pertumbuhan bakteri Gram positif karena kemampuan penetrasi senyawa ini
dalam dinding sel bakteri. Senyawa fenol dan antraquinon termasuk senyawa yang
larut lemak. Golongan fenol mampu merusak membran sel, menginaktifkan enzim dan
47
termasuk senyawa polifenol, yang mana senyawa ini dapat menghambat bakteri dengan
cara merusak membran sitoplasma bakteri yang tersusun oleh 60 % protein dan 40 %
lipid yang umumnya berupa fosfolipid. Senyawa katekin merusak membran sitoplasma
makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi akibatnya
BAB V
KESIMPULAN
Kontrol plak mekanis adalah andalan untuk pencegahan penyakit mulut, tetapi
memerlukan kerja sama dan motivasi pasien yang sangat besar. Oleh karena itu, agen
kontrol plak kimia dan bahan yang kandungannya alami bertindak sebagai adjuvan
tetapi bisa juga didapat dari bahan alam. Jika menggunakan bahan kimia seperti pada
tersebut dengan cara mengganggu pematangan biofilm dengan target pada polimer
48
ekstraseluler: polisakarida, DNA protein. Proses ini juga bisa di peroleh dengan
menggunakan bahan alam seperti alkaloid, flavonoid, triptenoid, fenol, dan katekin.
Jika menggunakan bahan kimia seperti Povidone Iodine dan CPC, mekanisme kerja
bahan tersebut dengan cara menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri dengan
target pada dinding sel dan metabolik aktivitas dan viabilitas sel. Proses ini juga bisa
DAFTAR PUSTAKA
1. Fejerskov and Kidd, 2003. Dental Caries: The Disease and its clinical
management. Chapter 12. 179-187
49
5. Cheung HY, Wong MM, Cheung SH, Liang LY, Lam YW, Chiu SK.
Differential actions of chlorhexidine on the cell wall of Bacillus subtilis and
Escherichia coli. PLoS One 2012; 7(5): e36659.
10. Haveles, Elena. Delmar’s Dental Drug Reference. Delmar, Virginia. 2000.
hlm.156-157
12. Singh, Surender. Pharmacology for Dentistry. New Delhi. 2007. New Age
International (P) Limited, Publishers.
50
14. Decker., Gabriele Maier., DetlefAxmann, PhD., Michel Brecx, Prof.,
Christiane von Ohle, DMD.’Effect of xylitol versus chlorhexidine as single
rinses on intial biofilm formation of cariogenic streptococci’. Quintessence
Int. 2008. Vol.39, No.1 hlm 17-26
20. Zwista Yulia. Efek antibakteri dan penghambatan biofilm ekstrak sereh
(Cymbopogon nardus L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans. UGM.
Journal. 2015
21. Jalu Perdana. Efektifitas Daya Antibakteri Ekstrak Daun Pare (Momordica
Charantia) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Enterococcus Faecalis. UMY.
2017
51
22. Mahdi M, Abdollah B, Farboodniay J, Zahra H, Khosrow Z, Ehsan Y. An in
Vitro Study on the Antibacterial Effect of Ferula Assa-Foetida L. and
Quercus Infectoria Olivier Extracts on Streptococcus Mutans and
Streptococcus Sanguis. Avicenna J Dent Res; 2015
25. Elly Rustanti. Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Katekin Dari Daun Teh
(Cameliasinensis L.Var Assamica) Terhadap Bakteri Micrococcusluteus.
Alchemy. Journal. 2013
52