Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SGBM QBD 3

KELOMPOK 1

Disusun Oleh

MIFTAHUL JANNAH RENYAAN

NIM. 202270006

Dosen Pengampu

ROSDIANA NAIBEY, S.Kep, M.Sc

NIP. 19891014201903 2 013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
TA 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3

1.1 Latar Belakang................................................................................3

1.2 Kasus...............................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah ..........................................................................4

1.4 Tujuan.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5

2.1 Mekanisme Resistensi....................................................................5

BAB III PENUTUP..........................................................................................8

3.1 Kesimpulan.....................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibiotik dapat diklasifikasikan menurut jenis bakteri yang mereka


aktifkan. Ada tiga kelompok yang dikenaldengan obat-obatan yang terutama
mempengaruhi organisme gram positif, seperti penisilin, eritromisin, dan
linkomisin. Antibiotik juga bekerja dengan membunuhnya (bakteriostatik),
misalnya aminoglikosida, sefalosporin, dan polimiksin, yang mencegah bakteri
berkembang biak tetapi tidak membunuhnya (bakteriostatik), misalnya
sulfonamida, tetrasiklin, dan kloramfenikol. Faktor yang mungkin termasuk
konsentrasi obat dan jumlah dan jenis bakteri yang dikandungnya. Antibiotik juga
bekerja langsung pada atau menembus dinding sel bakteri untuk mengganggu
mekanisme pada tingkat intraseluler. Di Indonesia, perlawanan tersebut tidak
dapat diselesaikan secara serentak dan menyeluruh. Hal ini tentu saja dipengaruhi
oleh perilaku saat menggunakan antibiotik, antara lain diketahui juga beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi penggunaannya, seperti: B. administrasi yang
buruk dan tidak teratur, penegakan hukum yang lemah, ketidaktahuan dan
kemudahan penggunaan. mengakses Data dikumpulkan dari 327 responden yang
sebagian besar berjenis kelamin perempuan (86,9%), dari semester 1 (37,3%), 3
(21,1%), 5 (23,2%) dan 7 (18,3%). Pengetahuan tentang antibiotik cukup tinggi
(72,2%) dan tingkat praktis penggunaannya hampir 70%. Kesalahpahaman
tentang tujuan penggunaan antibiotik juga sangat mempengaruhi perilaku mereka,
yang mungkin terjadi tidak hanya di kalangan masyarakat umum, tetapi juga di
kalangan mahasiswa kesehatan masyarakat. Resistensi antimikroba merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting untuk dipecahkan. Resistensi
antibiotik terjadi ketika bakteri tidak merespons obat untuk membunuhnya. Ini
adalah tantangan kesehatan masyarakat global yang kompleks di mana tidak ada
strategi sederhana yang dapat berhasil mengatasi penyebaran organisme menular
yang menjadi kebal terhadap antibiotik yang ada.

1.3 Rumusan Masalah

9. Bagaimana mekanisme resistensi secara umum?

1.4 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana mekanisme resistensi secara umum


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Resistensi

Resistensi antibiotik adalah kondisi dimana antibiotik tidak mampu


membunuh bakteri, virus, jamur dan parasit. Menurut WHO, resistensi bakteri
terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang semula efektif
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Kegagalan antibiotik
untuk mencapai targetnya mungkin disebabkan oleh mutasi pada saluran protein
yang dikenal sebagai morin. Semua antibiotik golongan β-laktam memiliki sifat
selektif untuk menghambat dinding sel bakteri sehingga aktif pada bakteri yang
sedang dalam fase pertumbuhan.

Tahap awal aktivitas antibiotik ini dimulai dengan penempelan obat pada
reseptor sel bakteri yaitu pada protein pengikat penisilin (PBP = protein dengan
penisilin).Sintesis peptidoglikan. Karena langkah pertama sintesis berlangsung di
membran sitoplasma, agar efektif, antibiotik ini harus melintasi membran. Contoh
agen antimikroba yang bekerja melalui mekanisme ini adalah amfoterisin B,
kolistin, imidazol, poliena, dan polimiksin. Resistensi tidak hanya terjadi pada
satu antibiotik saja, tetapi juga dapat terjadi pada antibiotik lain itu sendiri.
Munculnya resistensi antibiotik dipicu oleh penyalahgunaan, dan resistensi bakteri
terhadap antibiotik terus meningkat di seluruh dunia dan di pelosok Indonesia.

Secara umum mekanisme kerja antibiotik pada sel bakteri dapat terjadi
melalui bebrapa cara yaitu :
a. Menghambat sintesis dinding sel bakteri.
b. Menghambat fungsi membran plasma.
c. Menghambat sintesis asam nukleat.
d. Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap
translasi dan transkripsi meterial genetik.
e. Menghambat metabolisme folat.
BAB 3

KESIMPULAN

Resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah kondisi yang cukup alami,


tetapi juga sangat berisiko, karena penggunaan antibiotik yang dijual bebas dapat
menimbulkan konsekuensi yang mengerikan dan risiko serius lainnya bagi
pengguna ketika habis. tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau benar
dibutuhkan. melalui tubuh
DAFTAR PUSTAKA

1. BAB II.pdf [Internet]. [dikutip 6 Januari 2023]. Tersedia pada:


http://repository.unimus.ac.id/3205/4/BAB%20II.pdf
2. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan [Internet]. [dikutip 5 Januari
2023]. Tersedia pada: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/863/konsumsi-
daging-merah-dan-kanker

Anda mungkin juga menyukai