SKENARIO 1 BLOK 16
Tutor :
drg. Arimbi
Disusun oleh:
1. Satriyo Atmojo Sri Pamungkas (Moderator) J2A016040
2. Arlanda Diane Mahendra (Scriber Ketik) J2A016013
3. Aziza Ayu Lestari (Scriber Tulis) J2A016014
4. Lukman Sikha Prasetyo J2A016016
5. Isnaini Indana Zulfa J2A016017
6. Widi Rabiulsani Kamal J2A016019
7. Farich Fahmi Arsyad J2A016020
8. Vivy Amalia Ramila J2A016021
9. Faradis Salsabila J2A016024
10. Amalia Nurhidayah J2A016025
11. Elrizkha Adinda Anugraheni J2A016043
12. Maghfira Sekar Anissa Devega J2A016048
Puji dan syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan skenario yang berjudul “Gigi
Palsu Seperti Gigi Asli”.
Laporan skenario ini penyusun susun karena merupakan sebagian tugas yang
telah diberikan dan pada kesempatan ini penyusun ucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak media dan drg. Arimbi selaku dosen tutorial blok enam belas yang
senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan skenario yang
satu ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula disusun untuk memperluas dan menambah wawasan para
pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa, penyusun lampirkan beberapa jurnal dan buku. Dalam
pembuatan laporan ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial
ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang pasien wanita berusia 24 tahun datang ke klinik dokter gigi ingin
dibuatkan gigi palsu karena merasa tidak nyaman saat makan setelah gigi geraham
bawah kanannya dicabut. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak dapat
dilepas dengan bahan yang kuat dan seperti gigi asli.
Pemeriksaan klinis pada pasien didapatkan
Ekstraoral: tidak ada kelainan
Intraoral : edentulous ridge gigi 46, karies pit dan fissure 47, OH baik, probing
depth 1 mm.
Pemeriksaan radiografis didapatkan jaringan periodontal normal, rasio mahkota
dan akar = 1:2
Dokter gigi memberikan pilihan kpd pasien untuk dibuatkan gigi tiruan cekat
dengan penyangga pada gigi 45 dan 47.
Keyword : gigi tiruan cekat, gigi tiruan jembatan, prinsip preparasi gigi
penyangga
Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh
karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan
pendukung gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan
menyebabkan perubahan susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering
menyangkut. Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang
untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi
tiruan.
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah,
berbicara dan memberikan dukungan untuk otot wajah. Meningkatkan penampilan
wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial
Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan/
Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/
Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat
atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.
Secara keseluruhan gigi tiruan cekat dapat bertujuan untuk mencapai pemulihan
kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan, pemugaran dari
sebagian atau seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang mengalami
kerusakan, pencegahan terjadinya kerusakan selanjutnya pada gigi-gigi lainnya
dan jaringan lunak sekitarnya, keadaan yang menjamin keutuhan alat pengunyahan
untuk waktu yang selama mungkin.
Gigi dapat hilang karena karies yang melanjut, penyakit periodontal atau
kerusakan karena trauma. Gigi yang hilang harus segera diganti untuk menjaga
kesehatan mulut. Biasanya jembatan lebih disenangi oleh penderita daripada geligi
tiruan lepasan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan perawatan
GTJ.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan desain yang akan
digunakan untuk GTJ sesuai skenario
1.4 Manfaat
Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Fixed-fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara cekat pada kedua sisi
oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang
terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi
yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk
menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa
gigi yang hilang. Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed
bridge yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang
mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang. Seperti pada gambar 1,
Fixed-fixed bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus
sentralis.
c. Cantilever bridge
Suatu gigi tiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih
abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban
oklusal dari gigi tiruan.
Gambar 3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay
CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics.
2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 120)
3.1 Skema
Pasien 24 tahun
Edentulous gigi 46
Intraoral Ekstraoral
Perawatan
GTC
Mahkota Jembatan
2. Fixed movable bridge: konektornya rigid dan elastis. Untuk gigi yang
terkena mastikasi besar.
Gambar 2. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber : Barclay
CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd
ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p.118
3. Spring bridge: pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan bar.
Desain pontik
1. Saddle pontic: pontik ini paling menyerupai gigi asli, karena dapat
menggantikan seluruh gigi yang hilang tanpa merubah bentuk anatominya.
Bagian embrasure mesial dan distal tertutup, permukaan bukal overlaps pada
daerah edentulous ridge dengan bagian yang kontak berbentuk cekung.
Keadaan ini menyebabkan kebersihan kurang terjamin sehingga akan
menghasilkan peradangan pada jaringan dibawahnya. Sebaiknya pontik jenis
ini tidak dipakai/dipergunakan.
28
2. Ridge lap pontic: pontik ini mempunyai gambaran seperti gigi asli, tetapi
mempunyai permukaan yang cembung pada daerah yang kontak dengan
jaringan di bawahnya sehingga memudahkan proses pembersihan. Permukaan
lingual pontic ini berbentuk membelok melengkung sedikit untuk mencegah
terjadinya akumulasi sisa makanan, bagian bukal sedikit cembung, daerah
cervikalnya menempel pada gingiva sehingga memungkinkan jenis ini untuk
daerah yang mudah terlihat (appearance zone). Pontik ini bisa digunakan untuk
rahang atas maupun rahang bawah.
3. Hygienic pontic: pontik ini tidak mempunyai bagian yang menempel sama
sekali dengan jaringan dibawahnya/ridge. Bentuk ini sering disebut “sanitary
pontic” tetapi hal ini sebetulnya keliru, karena sanitary pontic merupakan nama
dagang yang tergolong di dalam type pontic bukan pada kelompok design
pontic. Jenis ini dirancang untuk daerah yang tidak mudah terlihat
(nonappearance zone) dengan demikian daerah yang paling tepat adalah
posterior rahang bawah. Ketebalan oklusogingival pontic tidak boleh kurang
dari 3 mm, dan jarak antara ridge dengan pontik cukup lebar untuk
memberikan fasilitas pembersihan.
29
4. Conical pontic: pontik ini mempunyai bentuk konus pada daerah yang
menempel dengan jaringan di bawahnya, sehingga mempunyai
kecenderunganuntuk terjadi akumulasi sisa makanan sering disebut sebagai
bullet/spheroid pontic.
30
3. Chamfer finish line: mencegah kerusakan bahan perekat retainer dengan gigi
pilar. Biasanya untuk full veneer cast crown.
Desain yang akan digunakan untuk GTJ sesuai skenario yaitu dengan pontic
porcelain fused to metal (PFM) dengan jenis pontik hygienic pontic, dengan jenis
gigi tiruan jembatan fixed fixed bridge, dan finishing line chamfer yang baik
sesuai indikasi pada kasus.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penatalaksanaan perawatan GTJ
- Kunjungan I : melakukan anamnesa (keluhan, riwayat), pemeriksaan intraoral
dan ekstraoral, diagnose, pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana
perawatan (planing), , rujuk untuk rontgen panoramic, informed consent,
dilakukan pencetakkan rahang atas dan rahang bawah.
- Kunjungan II : sebelum dilakukan preparasi lihat hasil foto rontgen terlebih
dahulu sehingga dapat kita lihat keadaan akar kemudian keadaan gigi
penyangga hasil rontgen baik sesuai indikasi, preparasi gigi abutment,
menutup gigi crown sementara, penghalusan preparasi, pembuatan work
model dengan melakukan pencetakkan dengan bahan elastomer, penyesuaian
warna gigi (shade guide), mengirim work model ke laboratorium.
- Kunjungan III : insersi/try in untuk mengecek oklusi, sementasi sementara,
edukasi (KIE), instruksi untuk dilakukan pengunyahan
- Kunjungan IV : control ulang, jika keadaan baik setelah 1 minggu tidak ada
keluhan maka kita lakukan sementasi GTJ permanen, instruksi pasien 1 bulan
kemudian.
2. Desain yang akan digunakan untuk GTJ sesuai skenario yaitu dengan pontic
porcelain fused to metal (PFM) dengan jenis pontik hygienic pontic, dengan
jenis gigi tiruan jembatan fixed fixed bridge, dan finishing line chamfer yang
baik sesuai indikasi pada kasus.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam tutorial mahasiswa lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat
dan mahasiswa mampu menguasai materi terkait kasus yang dihadapi dalam tutorial.
Dengan disusunnya laporan ini kami mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengetahui dan memahami serta dapat memberikan kritik dan saran agar
laporan ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat
penyusun sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
32
HADITS/ SURAT AL QUR’AN/DALIL
سلَّ َم أَن
َ علَيه َو َ أَنَّهه أهص
َ فَات َّ َخذَ أَنفًا من َورق فَأَنتَنَ َعلَيه فَأ َ َم َرهه النَّبي ى،يب أَنفههه يَو َم ال هك ََلب في ال َجاهليَّة
َ ص َّل للاه
يَتَّخذَ أَنفًا من ذَهَب
Artinya : “Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di
zaman jahiliyah. Kemudian hidung beliau dibuat dengan perak, namun hidungnya
malah membusuk. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya
suntuk mememperbaiki hidung dari emas.”(HR. An-Nasai 1515, Abu Daud 2424,
dan dinilai hasan oleh Al Albani).
33
DAFTAR PUSTAKA
UGM.
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.
Barclay CW, Walmsley AD. 2001. Fixed and removable prosthodontics 2nd ed.
Machmud, Edy. 2011. Teknik sederhana pembuatan gigi tiruan jembatan tiga unit
34