Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL SGD 2

SKENARIO 1 BLOK 16

Tutor :
drg. Arimbi

Disusun oleh:
1. Satriyo Atmojo Sri Pamungkas (Moderator) J2A016040
2. Arlanda Diane Mahendra (Scriber Ketik) J2A016013
3. Aziza Ayu Lestari (Scriber Tulis) J2A016014
4. Lukman Sikha Prasetyo J2A016016
5. Isnaini Indana Zulfa J2A016017
6. Widi Rabiulsani Kamal J2A016019
7. Farich Fahmi Arsyad J2A016020
8. Vivy Amalia Ramila J2A016021
9. Faradis Salsabila J2A016024
10. Amalia Nurhidayah J2A016025
11. Elrizkha Adinda Anugraheni J2A016043
12. Maghfira Sekar Anissa Devega J2A016048

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan skenario yang berjudul “Gigi
Palsu Seperti Gigi Asli”.
Laporan skenario ini penyusun susun karena merupakan sebagian tugas yang
telah diberikan dan pada kesempatan ini penyusun ucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak media dan drg. Arimbi selaku dosen tutorial blok enam belas yang
senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan skenario yang
satu ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula disusun untuk memperluas dan menambah wawasan para
pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa, penyusun lampirkan beberapa jurnal dan buku. Dalam
pembuatan laporan ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial
ini.

Semarang, 15 Maret 2019

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SKENARIO 1
Gigi Palsu Seperti Gigi Asli

Seorang pasien wanita berusia 24 tahun datang ke klinik dokter gigi ingin
dibuatkan gigi palsu karena merasa tidak nyaman saat makan setelah gigi geraham
bawah kanannya dicabut. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak dapat
dilepas dengan bahan yang kuat dan seperti gigi asli.
Pemeriksaan klinis pada pasien didapatkan
Ekstraoral: tidak ada kelainan
Intraoral : edentulous ridge gigi 46, karies pit dan fissure 47, OH baik, probing
depth 1 mm.
Pemeriksaan radiografis didapatkan jaringan periodontal normal, rasio mahkota
dan akar = 1:2
Dokter gigi memberikan pilihan kpd pasien untuk dibuatkan gigi tiruan cekat
dengan penyangga pada gigi 45 dan 47.
Keyword : gigi tiruan cekat, gigi tiruan jembatan, prinsip preparasi gigi
penyangga

Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh
karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan
pendukung gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan
menyebabkan perubahan susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering
menyangkut. Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang
untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi
tiruan.
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah,
berbicara dan memberikan dukungan untuk otot wajah. Meningkatkan penampilan
wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial
Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan/
Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/
Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat
atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.
Secara keseluruhan gigi tiruan cekat dapat bertujuan untuk mencapai pemulihan
kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan, pemugaran dari
sebagian atau seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang mengalami
kerusakan, pencegahan terjadinya kerusakan selanjutnya pada gigi-gigi lainnya
dan jaringan lunak sekitarnya, keadaan yang menjamin keutuhan alat pengunyahan
untuk waktu yang selama mungkin.
Gigi dapat hilang karena karies yang melanjut, penyakit periodontal atau
kerusakan karena trauma. Gigi yang hilang harus segera diganti untuk menjaga
kesehatan mulut. Biasanya jembatan lebih disenangi oleh penderita daripada geligi
tiruan lepasan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana penatalaksanaan perawatan GTJ?
1.2.2 Jelaskan desain yang akan digunakan untuk GTJ sesuai skenario!

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan perawatan
GTJ.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan desain yang akan
digunakan untuk GTJ sesuai skenario
1.4 Manfaat
Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi Tiruan Cekat


Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada
gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis
restorasi ini telah lama disebut dengan gigi tiruan jembatan.

2.2 Komponen-komponen Gigi Tiruan Cekat


Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer,
konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang.
Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-
bahan ini.
2. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer dapat dibuat
intrakoronal atau ekstrakoronal.
3. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor
dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi,
jika terbuat dari porselen seluruhnya).
4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk
menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah
membran periodontal, panjang serta jumlah akar.
5. Sadel, adalah daerah diantara gigi-gigi penyangga, yang terutama adalah
tulang alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak. Tulang alveolar akan
berubah kontur selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan
tekstur sadel akan mempengaruhi desain pontik.
2.3 Macam-macam Desain GTJ
Adapun 5 macam desain dari GTJ yang perbedaannya terletak pada
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:

a. Fixed-fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara cekat pada kedua sisi
oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang
terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi
yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk
menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa
gigi yang hilang. Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed
bridge yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang
mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang. Seperti pada gambar 1,
Fixed-fixed bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus
sentralis.

Gambar 1. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi


Insisivus sentralis (Sumber : Barclay CW, Walmsley
AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115)

b. Semi fixed bridge


Suatu gigi tiruan yang didukung secara cekat pada satu sisi, biasanya pada
akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan
menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil pergerakan
antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi.

Gambar 2. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber :


Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone; 2001.p.118)

c. Cantilever bridge

Suatu gigi tiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih
abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban
oklusal dari gigi tiruan.
Gambar 3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay
CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics.
2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 120)

d. Spring cantilever bridge


Suatu gigi tiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi
atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini
dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi
penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti
kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien. Jenis gigi tiruan ini
digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang
hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.

Gambar 4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber :


Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 122)
e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat
dan bersatu menjadi suatu kesatuan.

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Umum


Menurut Prajitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam
perawatan gigi tiruan jembatan yaitu:
1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan
rontgen
- Dapat menghambat pertumbuhan tulang

Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:

- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi


- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara
fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
2. Sikap penderita dan kondisi fisiologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada
seorang penderita adalah sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.
Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
- Klas 1: Filosofi (pasien kooperatif)
- Klas 2: Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
- Klas 3: Histerical
- Klas 4: Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)
3. Kondisi keuangan, pendidikan, dan pekerjaan
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan lepasan
lebih murah dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan intelektualitas
berpengaruh dalam merencanakan suatu perawatan.
4. Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan
daripada gigi tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi
tiruan lepasan tersebut, dan kemungkinan dapat tertelan, bila penyakit sedang
kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti penyakit jantung.
5. Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen bahwa tidak ada kelainan pada
periodonsiumnya.
Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga:
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring

2.5 Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan


Tujuan dari perawatan gigi tiruan jembatan, yaitu:
1. Mencari Keserasian oklusi.
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi
kalau mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya
kontak prematur mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan sendi
dan otot kunyah. Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.
2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik
Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis,
yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah,
bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang
sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan
gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya
bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan
memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan kata-
kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan
Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya
makanan di bagian yang tidak bergigi
1. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal
Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek
yang timbul karena kehilangan gigi.
2. Pencegahan Migrasi Gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian terbukalah
kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi
plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal
serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas
gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi
antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat
sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan
terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari.
3. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya
beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk
kondisi periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit
periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial
untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban
berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan
oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi
pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi
pada keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi
premature atau interfernsi oklusal. Pola kunyah jadi berubah, karena pasien
berusaha menghindari kontak prematur ini. Walaupun beban oklusal
sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan
disfungsi otot kunyah.
4. Manfaat Psikologik
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik
pada penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan
dengan profesi penderita yang harus selalu berhadapan dengan khalayak
ramai, misal penyiar tv atau guru dan lain-lain.
5. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya
karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk,
susunan, warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali
pasien yang dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar
sekalipun, sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita
dengan gigi depan malposisi,protrusif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki
dengan perawatanort odontik, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan
wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan yang dipasang langsung
segera setelah pencabutan gigi.
2.6 Akibat kehilangan gigi
1. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi
menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada
saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur
periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas
karies dapat meningkat.
2. Erupsi berlebih.
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi
berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai
pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai
pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami
kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai
pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan
kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan
lengkap.
3. Penurunan Efisiensi Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan
merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang
yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh,
maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya
dengan sedikit proses pengunyahan saja.
4. Gangguan pada Sendi Temporomandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure),
hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi,
dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.
5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang
masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran
periodontal dan lama kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya
terpaksa dicabut.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan
bicara, karerna gigi khususnya yang depan termasuk bagian organ
fonetik.
7. Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan
megurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia
modern.
8. Terganggunya Kebersihan Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya.
Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar
gigi mudah disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi
terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi.
Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat.
9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih
menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan
tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi-
gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan
dimensi vertikal wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.
10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati
jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan
menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian
dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang
ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan
sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

2.7 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan


Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1. Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan
2. Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita
3. Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
4. Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
5. Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan
jaringan gigi.

Beberapa kerugiannya yaitu


1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih
utuh untuk dijadikan gigi penyangga
2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat
dicegah dengan emnggunakan dental floss)
3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Skema

Pasien 24 tahun

Edentulous gigi 46

Intraoral Ekstraoral

Perawatan

GTC

Definisi Indikasi & Klasifikasi Komponen Prinsip


Kontraindikasi preparasi

Mahkota Jembatan

Definisi Fungsi komponen Kelebihan dan


kekurangan
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penatalaksanaan perawatan GTJ
- Kunjungan I : melakukan anamnesa (keluhan, riwayat), pemeriksaan
intraoral dan ekstraoral, diagnose, pemeriksaan subyektif dan obyektif,
rencana perawatan (planing), , rujuk untuk rontgen panoramic, informed
consent, dilakukan pencetakkan rahang atas dan rahang bawah.
- Kunjungan II : sebelum dilakukan preparasi lihat hasil foto rontgen terlebih
dahulu sehingga dapat kita lihat keadaan akar kemudian keadaan gigi
penyangga hasil rontgen baik sesuai indikasi, preparasi gigi abutment,
menutup gigi crown sementara, penghalusan preparasi, pembuatan work
model dengan melakukan pencetakkan dengan bahan elastomer,
penyesuaian warna gigi (shade guide), mengirim work model ke
laboratorium.
- Kunjungan III : insersi/try in untuk mengecek oklusi, sementasi sementara,
edukasi (KIE), instruksi untuk dilakukan pengunyahan.
- Kunjungan IV : control ulang, jika keadaan baik setelah 1 minggu tidak
ada keluhan maka kita lakukan sementasi GTJ permanen, instruksi pasien 1
bulan kemudian.

3.2.2 Desain yang akan digunakan untuk GTJ sesuai skenario


Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai
berikut:
1. Retainer: bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment
2. Konektor: menghubungkan retainer dan pontik
3. Pontik/dummy: gigi artifisial sebagai pengganti gigi asli yang telah
dicabut/hilang
4. Penyangga (abutment): gigi-gigi penyangga yang telah dipreparasi untuk
mendukung GTC
Macam-macam GTC:
1. Fixed-fixed bridge: konektornya rigid. Bisa untuk gigi anterior/posterior.

Gambar 1. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus


sentralis (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and
removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 115)

2. Fixed movable bridge: konektornya rigid dan elastis. Untuk gigi yang
terkena mastikasi besar.
Gambar 2. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber : Barclay
CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd
ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p.118
3. Spring bridge: pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan bar.

Gambaran spring cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD.


Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 122)

4. Cantilever bridge: hanya memiliki satu atau beberapa penyangga gigi.

Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley


AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham:
Churchill livingstone;2001.p. 120)

5. Compound bridge : kombinasi dari 2 tipe bridge.

6. Complex bridge: jembatan bilatetal meliputi dua sisi rahang.


7. Adhesive bridge/Resin-Bonded Fixed Partial Denture/Maryland Bridge: GTJ
yang sangat konservatif preparasi minimal, dilakukan preparasi hanya sebatas
email, terdiri satu atau beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang
direkatkan dengan semen dengan sistem etching bonding ke email gigi
penyangga di bagian lingual dan proksimal. Gigi penyangga harus memiliki
mahkota klinis yang cukup lebar agar dapat memberikan retensi dan resistensi
yang maksimal. Gigi tersebut juga tidak boleh goyang dan inklinasi
mesiodistalnya harus kurang dari 15°. Retensinya berupa mikromekanik antara
permukaan email dengan permukaan dalam retainer yang telah dietsa.
Diindikasikan pada GTJ span pendek, abutment yang tidak membutuhkan
restorasi, dan penggantian kehilangan gigi anterior pada anak-anak, karena
anak-anak masih memiliki ruang pulpa yang besar. Kontraindikasi GTJ tipe ini
adalah penggantian gigi anterior yang deep over bite.

Desain pontik
1. Saddle pontic: pontik ini paling menyerupai gigi asli, karena dapat
menggantikan seluruh gigi yang hilang tanpa merubah bentuk anatominya.
Bagian embrasure mesial dan distal tertutup, permukaan bukal overlaps pada
daerah edentulous ridge dengan bagian yang kontak berbentuk cekung.
Keadaan ini menyebabkan kebersihan kurang terjamin sehingga akan
menghasilkan peradangan pada jaringan dibawahnya. Sebaiknya pontik jenis
ini tidak dipakai/dipergunakan.

28
2. Ridge lap pontic: pontik ini mempunyai gambaran seperti gigi asli, tetapi
mempunyai permukaan yang cembung pada daerah yang kontak dengan
jaringan di bawahnya sehingga memudahkan proses pembersihan. Permukaan
lingual pontic ini berbentuk membelok melengkung sedikit untuk mencegah
terjadinya akumulasi sisa makanan, bagian bukal sedikit cembung, daerah
cervikalnya menempel pada gingiva sehingga memungkinkan jenis ini untuk
daerah yang mudah terlihat (appearance zone). Pontik ini bisa digunakan untuk
rahang atas maupun rahang bawah.

3. Hygienic pontic: pontik ini tidak mempunyai bagian yang menempel sama
sekali dengan jaringan dibawahnya/ridge. Bentuk ini sering disebut “sanitary
pontic” tetapi hal ini sebetulnya keliru, karena sanitary pontic merupakan nama
dagang yang tergolong di dalam type pontic bukan pada kelompok design
pontic. Jenis ini dirancang untuk daerah yang tidak mudah terlihat
(nonappearance zone) dengan demikian daerah yang paling tepat adalah
posterior rahang bawah. Ketebalan oklusogingival pontic tidak boleh kurang
dari 3 mm, dan jarak antara ridge dengan pontik cukup lebar untuk
memberikan fasilitas pembersihan.

29
4. Conical pontic: pontik ini mempunyai bentuk konus pada daerah yang
menempel dengan jaringan di bawahnya, sehingga mempunyai
kecenderunganuntuk terjadi akumulasi sisa makanan sering disebut sebagai
bullet/spheroid pontic.

Macam-macam finishing line:


1. Shoulderless/knife edge/ tanpa pundak : gigi pegangan tipis atau pada GTC
dengan retainer dari bahan dengan tepi cukup kuat. Biasanya pada preparasi
mahkota, ¾ mahkota penuh.

2. Shoulder/berpundak: gigi pegangan tanpa kekuatan tepi, contoh pada resin


akrilik mahkota jaket

30
3. Chamfer finish line: mencegah kerusakan bahan perekat retainer dengan gigi
pilar. Biasanya untuk full veneer cast crown.

4. Partial shoulder/berpundak sebagian: ketebalan bagian labial/bukal

Desain yang akan digunakan untuk GTJ sesuai skenario yaitu dengan pontic
porcelain fused to metal (PFM) dengan jenis pontik hygienic pontic, dengan jenis
gigi tiruan jembatan fixed fixed bridge, dan finishing line chamfer yang baik
sesuai indikasi pada kasus.

31
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Penatalaksanaan perawatan GTJ
- Kunjungan I : melakukan anamnesa (keluhan, riwayat), pemeriksaan intraoral
dan ekstraoral, diagnose, pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana
perawatan (planing), , rujuk untuk rontgen panoramic, informed consent,
dilakukan pencetakkan rahang atas dan rahang bawah.
- Kunjungan II : sebelum dilakukan preparasi lihat hasil foto rontgen terlebih
dahulu sehingga dapat kita lihat keadaan akar kemudian keadaan gigi
penyangga hasil rontgen baik sesuai indikasi, preparasi gigi abutment,
menutup gigi crown sementara, penghalusan preparasi, pembuatan work
model dengan melakukan pencetakkan dengan bahan elastomer, penyesuaian
warna gigi (shade guide), mengirim work model ke laboratorium.
- Kunjungan III : insersi/try in untuk mengecek oklusi, sementasi sementara,
edukasi (KIE), instruksi untuk dilakukan pengunyahan
- Kunjungan IV : control ulang, jika keadaan baik setelah 1 minggu tidak ada
keluhan maka kita lakukan sementasi GTJ permanen, instruksi pasien 1 bulan
kemudian.
2. Desain yang akan digunakan untuk GTJ sesuai skenario yaitu dengan pontic
porcelain fused to metal (PFM) dengan jenis pontik hygienic pontic, dengan
jenis gigi tiruan jembatan fixed fixed bridge, dan finishing line chamfer yang
baik sesuai indikasi pada kasus.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam tutorial mahasiswa lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat
dan mahasiswa mampu menguasai materi terkait kasus yang dihadapi dalam tutorial.
Dengan disusunnya laporan ini kami mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengetahui dan memahami serta dapat memberikan kritik dan saran agar
laporan ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat
penyusun sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.

32
HADITS/ SURAT AL QUR’AN/DALIL

‫سلَّ َم أَن‬
َ ‫علَيه َو‬ َ ‫أَنَّهه أهص‬
َ ‫ فَات َّ َخذَ أَنفًا من َورق فَأَنتَنَ َعلَيه فَأ َ َم َرهه النَّبي ى‬،‫يب أَنفههه يَو َم ال هك ََلب في ال َجاهليَّة‬
َ ‫ص َّل للاه‬
‫يَتَّخذَ أَنفًا من ذَهَب‬

Artinya : “Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di
zaman jahiliyah. Kemudian hidung beliau dibuat dengan perak, namun hidungnya
malah membusuk. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya
suntuk mememperbaiki hidung dari emas.”(HR. An-Nasai 1515, Abu Daud 2424,
dan dinilai hasan oleh Al Albani).

33
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Elka Ayu., Kusuma., Heriyanti Amalia., Wahyuningtyas, Endang. 2015.

Perbedaan Ketahanan Fraktur Mahkota Zirkonia-Porselen dan Porcelain

Fused to Metal dengan Finishing Line Chamfer dan Shoulder. Yogyakarta:

Program Studi Prostodonsia Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG

UGM.

Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.

Barclay CW, Walmsley AD. 2001. Fixed and removable prosthodontics 2nd ed.

Tottenham: Churcill livingstone.

Machmud, Edy. 2011. Teknik sederhana pembuatan gigi tiruan jembatan tiga unit

dari komposit. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Rosentiel, S.F, Land, MF, Fujimoto, J. 2001. Contemporary Fixed Prosthodontics,

3rd ed., Missouri: Mosby Company.

Shillingburg, HT. 1997. Fundamental of Fixed Prosthodontics, 4th ed., lllions:

Quintessence Publishing Co. Inc.

34

Anda mungkin juga menyukai