https://www.slideshare.net/itaufiqqurrachman/rakus-uas-etika-hukum-dan-profesionalisme
hadits
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2012/12/26/konsep-dokter-muslim/
Bahkan tersenyum kepada orang-orang yang berperilaku buruk pun dianjurkan selama
dimaknai untuk mudarah.
Dalam dunia pergaulan dikenal “basa-basi” yang bisa (saja) dianggap sebagai bagian
dari adab sopan santun. Bahkan dalam ajaran Islam pun dikenal apa yang
dinamai mudarah yaitu bersikap lemah lembut, menampilkan senyum dan berbicara
halus terhadap seseorang yang sikapnya buruk. Mudarah ini ditampilkan oleh
seseorang yang sebenarnya merasa tidak terlalu simpatik kepada orang yang sedang
dihadapinya.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika ada seseorang yang meminta izin menemui Nabi
SAW. Beliau mengizinkannya. Sebelumnya, Nabi menceritakan perangai buruk orang
tersebut kepada sang istri, Aisyah RA. Setelah yang bersangkutan pergi, Aisyah
bertanya: ”Wahai Nabi! Engkau tadi (di hadapanku) telah berucap (buruk) menyangkut
perangai orang itu, tetapi engkau tetap berlemah lembut terhadapnya.“
Nabi menjawab: “Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah
adalah siapa yang ditinggalkan oleh manusia karena ingin menjauhi keburukannya.”
(HR.Muslim)
Sangat populer ungkapan yang oleh sementara ulama dinisbahkan kepada Nabi SAW:
“Sungguh, kami menampakkan gigi (tersenyum) di hadapan sekelompok orang,
padahal hati kami mengutuk mereka.”
Ucapan ini dinisbahkan kepada sahabat Nabi, Abu ad-Darda’. Pakar hadis kenamaan,
Imam Bukhari, termasuk salah seorang yang menisbahkannya kepada sahabat mulia
itu (bukan kepada Rasul). Kendati demikian, kandungan maknanya dapat diterima.
Dari sini pula dapat dimengerti mengapa al-Qur’an menjadikan salah satu ciri hamba-
hamba Allah yang terpuji adalah mengucapkan salam perpisahan demi kedamaian
pasif terhadap orang-orang yang berlaku picik. Bacalah QS. Al-Furqan ayat 63: "Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan."
Hal itu dikarenakan melayani orang picik dapat melahirkan kepicikan baru yang
berkesinambungan, sedangkan mengabaikannya (baca: tidak meladeninya) dapat
mematikan benih keburukan yang bersinambung.
Basa-basi yang dibenarkan adalah bersikap lemah lembut pada pihak lain dengan
harapan lahirnya simpati sehingga yang dihadapi dapat menerima kebenaran tak
ubahnya seperti dokter yang melayani pasien yang menderita luka borok yang
terinfeksi. Sang dokter dengan perlahan dan lemah lembut membersihkannya dan
memberinya obat sehingga pada akhirnya yang bersangkutan sembuh. Sedang
yang mudahanah adalah dokter yang mengahadapi pasien serupa sambil berkata: “Ini
ringan, tak mengapa dan tak perlu diobati. Tutupi saja agar boroknya tidak terlihat.”
Demikian lebih kurang penjelasan Ibnu al-Qayyim.
Dengan sopan santun, permusuhan dapat dihindari, bahkan permusuhan dapat menjadi
pertemanan yang akrab (QS. Fushshilat ayat 34). Di sisi lain, sopan santunlah yang
lebih mampu meraih simpati dan menciptakan hubungan baik dibandingkan dengan
apa pun selainnya, termasuk materi.
Dalam pendidikan di pesantren, akhlak dan sopan santun bahkan menjadi pondasi
pendidikan. Sebelum belajar ilmu-ilmu agama yang lebih rumit, santri akan dididik lebih
dulu mengenai adab dan sopan santun. Selengkapnya, baca:
Sopan santun adalah yang paling banyak dilihat orang. Tolok ukurnya pun dikenal luas
walau oleh orang yang tidak terpelajar sekali pun. Akidah kepercayaan tidak tampak
karena tempatnya di dalam hati, ibadah pun tidak selalu dapat ditampilkan. Salat hanya
wajib lima kali sehari dan tidak harus di depan umum. Puasa adalah rahasia antara
yang berpuasa dengan Tuhan. Bisa jadi seseorang tidak berpuasa, tapi diduga
berpuasa. Namun, ciri utama sopan santun adalah harus tampak ke permukaan dan
itulah yang dapat menjadi indikator utama tentang baik buruknya agama yang dianut.
Masuknya Islam ke Indonesia, bahkan Asia tenggara, adalah bukti konkret tentang hal
di atas. Para pedagang yang datang dari Timur Tengah/luar Nusantara tidak mampu
menggunakan bahasa lisan penduduk setempat, tetapi mereka berhasil menyebarkan
Islam dengan bahasa sopan santun dan akhlak yang luhur.
Sebaliknya dewasa ini, kendati banyak di antara penganjur agama Islam yang dapat
berbahasa dengan bahasa setempat, tetapi penampilan keras dan teror yang dilakukan
oleh sementara orang yang mengaku Muslim atau yang mengatas namakan Islam telah
mencoreng wajah Islam dan menjauhkan orang dari agama ini.
Oleh karena itu, sekali lagi, sopan santun sangat dibutuhkan, bukan saja untuk
memperkenalkan Islam, tetapi lebih-lebih untuk mewujudkan hubungan harmonis dan
kedamaian di persada bumi ini.
Dalil Naqli Sikap Santun. Allah Swt. mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis
berikut. Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri:"Sesungguhnya
dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (HR. Ibnu
Majah) Allah Swt. memerintahkan agar bertutur kata yang baik kepada sesama manusia,
sebagaimana firman Allah Swt. ِين ِ َوإِ ْذ أَ َخ ْذ َنا مِي َثاقَ َبنِي إِسْ رَ ائِي َل اَل َتعْ ُب ُدونَ إِاَّل هَّللا َ َو ِب ْال َوالِدَ ي
ِ ْن إِحْ سَ ا ًنا َوذِي ْالقُرْ ب َٰى َو ْال َي َتام َٰى َو ْالمَسَ اك
ُ ْ َ ُ ْ اًل َ اَّل ُ َّ َ ُ َ َّ ُ اَل
َص َة َوآتوا الزكا َة ث َّم ت َول ْيت ْم إِ قلِي ِمنك ْم َوأنت ْم مُعْ ِرضُون َ ً
َّ اس حُسْ نا َوأقِيمُوا ال َّ ُ ُ
ِ َوقولوا لِلنArtinya “Dan (ingatlah) ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah
kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orangorang miskin. Dan bertuturkatalah
yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu
berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi)
pembangkang.” (QS. Al-Baqarah:83) Melalui ayat tersebut Allah Swt. memerintahkan kepada kita
untuk bertutur kata yang baik kepada manusia. Teman, kerabat, keluarga, Bapak/Ibu guru, dan
orangtua wajib diperlakukan dengan baik. Berkata dan berperilaku santun kepada mereka akan
membuat harga diri kita meningkat. Kita akan dihargai dan dihormati ketika kita juga menghormati
orang lain. Ibarat sedang bercermin, ketika kita tersenyum maka bayangan yang ada di cermin akan
tersenyum kepada kita. Sebaliknya kalau kita cemberut, maka bayangan yang ada di cermin juga
akan cemberut kepada kita. Sejatinya kalau kita bersikap baik kepada orang lain, sesungguhnya
perbuatan baik itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, ketika kita bersikap buruk
kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan itu akan kembali kepada diri sendiri. Banyak peristiwa
perkelahian dipicu oleh perkataan kotor dan saling menghina. Jika ada orang mengejek dan
menghina kita, sebaiknya kita menahan diri. Kita sikapi dengan bijaksana, sabar dan penuh
kehatihatian. Jika kita terpancing oleh amarah, kita akan rugi. Hidup menjadi tidak nyaman, khawatir
dan gelisah akan menghampiri kita. Manfaat Sikap Santun. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari
sikap santun, di antaranya: a) Mudah diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan
seseorang disenangi orang lain, sehingga mudah diterima oleh orang lain. b) Menunjang
kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang oleh sikap santun yang ditunjukkannya. Pembeli,
pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang bergaul dengannya. Relasinya bertambah
banyak, sehingga akan menambah kesuksesannya. c) Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt.
mencintai hamba-Nya yang memiliki sikap santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau
juga memiliki sikap lemah lembut dan santun yang luar biasa.
Sumber: http://hadith.al-islam.com/bayan/Tree.asp?Lang=IND