Disusun oleh:
KELOMPOK E
(040001500082) Iga Eldita (040001500093) Jonathan Morgan
(040001500083) Imammuddin (040001500094) Josephine Kartika
(040001500084) Indah Mutia Sari (040001500095) Julian Sebastian
(040001500085) Indah Serafika (040001500096) Karen Averil
(040001500086) Izhairy Nurfadillah (040001500097) Karina Natalie
(040001500087) Jackson (040001500098) Kezia Nugrahini
(040001500088) James Sebastian (040001500099) Khansa Nabila
(040001500089) Jane Djajadi (040001500100) Kirana Virysia
(040001500090) Jeni Afifah (040001500091) Jessica Mathonie
(040001500092) Johanes Budiman (040001500158) Steward
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya, kami,
Kelainan Jaringan Penyangga Mulut ini tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan
kepada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, sebagai bagian dari persyaratan
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membuka wawasan kami, sehingga kami dapat mengaplikasikan mata
kuliah tersebut ke dalam kehidupan kami sehari-hari. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
Kelompok E
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu
gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan
tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu
penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat
menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi,
pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat
dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan
periodontitis.
Menjaga oral hygiene/kebersihan mulut merupakan obat pencegah yang paling efektif
yaitu melalui pembersihan dan eliminasi faktor lokal seperti plak dengan gosok gigi dan
dengan scalling untuk meghilangkan kalkulus/karang gigi. Kalkulus merupakan deposit keras
yang berasal dari plak yang mengalami kalsifikasi biasanya terdapat di servikal/leher gigi dan
dapat menjadi iritan kronis terhadap gusi sehingga mengakibatkan peradangan. Disamping itu
pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk
seperti bruxism, bernapas melalui mulut serta mengkoreksi kondisi gigi yang mengalami
trauma oklusal karena malposisi, yaitu posisi gigi yang salah maupun gigi yang terpendam.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui kelainan pada kasus.
2. Menegtehui mekanisme terjadinya ngilu.
3. Dapat menentukan tindakan bedah pada kasus.
4. Mengerti mengenai biological width.
5. Mengerti mengenai pengunaan peg periodontal.
6. Dapat menentukan diagnosis pada kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Alasan Ngilu Kalau Minum Es Pada Gigi 46 Tanpa Karies Dan Mekanismenya
Dalam skenario dijelaskan bahwa pada gigi 46 vital dan tidak ada karies, tetapi pasien
mengeluh mengenai ngilu saat minum es. Ini menunjukkan bahwa gigi 46 pasien
mengalami hipersensitif dentin yang disebabkan oleh resesi gingiva sehingga dentin
menjadi terbuka. Menurut Boby (2016), resesi gingiva adalah bergeraknya tepi gingiva ke
arah apikal melewati batas sementum enamel disertai tersingkapnya permukaan akar gigi.
Resesi gingiva merupakan suatu kondisi tereksposnya akar gigi sehingga menimbulkan
masalah bagi pasien seperti rasa ngilu terhadap makanan dan minuman panas dan dingin
atau makanan manis serta estetik. Dalam skenario, resesi diakibatkan oleh karena adanya
kehilangan perlekatan pada gigi 46 dengan poket periodontal pada bagian mesial dan
distal memiliki kedalaman 6 mm sedangkan pada bagian bukal dan lingual memiliki
kedalaman 4 mm dan sudah terjadi kerusakan tulang, sehingga gingiva yang melekat akan
mengikuti pola kerusakan tulang tersebut, sehingga terjadi resesi gingiva. Etiologi dari
terbukanya dentin adalah: (1)Kehilangan email akibat abrasi, erosi, atrisi; (2)Kehilangan
sementum yang berhubungan dengan resesi gusi akibat menyikat gigi (metode, tekanan,
jenis), kebiasaan buruk (stres, diet), malposisi gigi, pencabutan gigi tetangga, perlekatan
frenulum, frenestrasi/dehisensi, maupun pemolesan restorasi bagian marginal;
(3)Periodontitis kronis yang berhubungan dengan resesi, dan; (4)Perawatn periodontal
(skeling, penghalusan akar, dan surgery). Mekanisme dari terjadinya ngilu saat minum es
adalah dari stimulus thermal pada dentin terbuka (akar gigi yang telah ter-exposed akibat
resesi gingiva) mengakibatkan peningkatan pergerakan (kontraksi) dari cairan tubulus
dentin sehingga akan menimbulkan aspirasi sel-sel odontoblas yang berfungsi untuk
meneruskan rangsang menuju serabut saraf A-delta sehingga terjadi persepsi nyeri.
Serabut saraf A-delta menghasilkan nyeri yang cepat, tajam, dan terlokalisasi.
2.3 Definisi Biological Width Serta Hubungannya Dengan Gigi 36 Yang Ingin Dibuat
Mahkota Porselen
Biological width terdapat pada daerah servikal gigi dan didefinisikan sebagai dimensi
fisiologik dari junctional epithelium dan perlekatan jaringan ikat atau jarak antara dasar
sulkus dengan crest tulang alveolar. Rata-rata dimensi dari junctional epithelium adalah
0,97 mm dan perlekatan jaringan ikat 1,07 mm. Penjumlahan dari dimensi junctional
epithelium dan perlekatan jaringan ikat adalah 2,04 mm yang disebut dengan biological
width. Dalam skenario disebutkan bahwa gigi 36 ingin dibuat mahkota porselen, agar
tercipta biological width yang adekuat dan tidak terganggu sebaiknya terdapat paling
sedikit 3 mm antara marginal gingiva dengan crest tulang alveolar dan jika ingin
ditempatkan mahkota porselen hanya boleh maksimum 0,5 mm dari margin restorasi yang
masuk ke dalam sulkus Dalam pelaksanaannya, prosedur yang melewati biological width
dapat berakibat pada inflamasi gingiva, pembentukan poket, sampai alveolar bone loss.
2.4 Tindakan Bedah Yang Tepat Untuk Gigi 43-33 Beserta Indikasi Dan Prosedurnya
Dalam skenario disebutkan bahwa pada pemeriksaan klinis ditemukan gingiva 43-33
merah pucat, fibrotik, dengan poket rata-rata 3-4 mm, probing tidak mudah berdarah dan
pada gigi 42-32 terdapat karies servikal dan gigi geligi tersebut masih vital. Tindakan
bedah yang dapat dilakukan pada gingiva 43-33 adalah gingivektomi. Dalam DocDoc
(2016), gingivektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat gingiva atau jaringan
gusi. Indikasi dari gingivektomi adalah jaringan yang fibrotik, poket periodontal 3-5 mm,
gingival enlargement, topografi gingiva yang tidak simetris atau tidak estetik, poket
supraboni (tapi attached gingiva harus lebar), dan crown lengthening. Dalam skenario
diketahui bahwa pada gingiva 43-33 karena terdapat jaringan yang fibrotik, poket rata-
rata 3-4 mm dengan kerusakan tulang arah horizontal (poket supraboni) yang merupakan
indikasi dari dilakukannya gingivektomi.
Prosedur dalam melakukan bedah gingivektomi pada gingiva 43-33 adalah: (1)Cek
keadaan umum pasien (tekanan darah); (2)Asepsis dengan povidon iodine 10%;
(3)Anastesi lokal dan infiltrasi pada setiap papil agar konsistensi lebih keras sehingga
lebih mudah dilakukan pembedahan; (4)Menandai setiap poket di bagian interdental papil
dengan menggunakan pocket marker dengan dibuat titik-titik perdarahan (3 titik untuk
setiap papil: mesial, distal, tengah); (5)Melakukan uninterrupted bevel incision dengan
pisau Kirkland 1 mm lebih apikal dari garis imajiner yang dibentuk oleh titik-titik
perdarahan; (6)Melakukan insisi kedua dengan pisau orban untuk membebaskan
interdental yang telah diinsisi pertama kali oleh pisau Kirkland; (7)Melakukan prosedur
skeling, penghalusan akar, dan irigasi H2O2 3%; (8)Gingivoplasti untuk rekonturing
gingiva dengan electrocauter/bone file; (9)Memasang periodontal pek pada luka terbuka
oleh karena prosedur bedah gingivektomi, dan; (10)Meminta pasien untuk kembali
setelah 7 hari untuk membuka periodontal pek dan dilakukan penambalan pada karies
servikal 42-32.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA