Perawatan Kesehatan Primer memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional.
Pelaksanaan perawatan primer (primary health care) di Indonesia adalah puskesmas.
Kesehatan masyarakat merupakan aspek penting dari perawatan primer. Peran perawat dalam
pencapaian target puskesmas belum optimal. Hal ini disebabkan oleh kebijakan puskesmas
yang kurang mengoptimalkan peran perawat puskesmas. Revitalisasi puskesmas merupakan
suatu upaya untuk mengembalikan program perawatan kesehatan masyarakat menjadi program
utama. Hal ini belum terjadi, tapi pemerintah melalui kementrian kesehatan sudah membuat
kebijakan baru untuk puskesmas. Walau demikian, perawat kesehatan masyarakat dapat
mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan
komunitas dalam setiap program yang dicanangkan baik oleh puskesmas, dinas kesehatan, dan
kementrian kesehatan.
Learning Objective :
1. Sistem kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan primer.
Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan
yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
(Juanita,2002)
(Depkes,2011)
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO)
sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral,
partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu, keluarga,
atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan definisi Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer
adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat
dengan pelayanan kesehatan
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI
mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus
memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kategori
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja
dan kemampuan penyelenggaraan.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan;
b. Puskesmas kawasan pedesaan; dan
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas non rawat inap; Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal.
b. Puskesmas rawat inap. Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk
menyelenggarakan pelayanan rawat
Penyelenggaraan
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
Upaya Kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama.
Akreditasi
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara
berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.
Pendanaan
Pendanaan di Puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Bermula dari kebudayaan Babylonia, Mesir, Yunani, Roma telah tercatat manusia
melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan
penyakit. Pada abad ke-7, telah terdapat dokumen peraturan-peraturan tertulis tentang
drainase.
Pada abad ke 14 terjadi wabah pes, penyakit menular lain tipus, disentri. Saat itu
belum dilakukan penanganan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan
secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan
perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah,
hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki
kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
Mubarak, Wahit Ikbal dkk. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV Sagung
Seto
Notoatmodjo,S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
http://fkm.uad.ac.id/unduhan/Pengantar%20IKM%201-14.pdf
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional