Anda di halaman 1dari 15

KASUS 2 CNP IV

PERAWATAN KESEHATAN PRIMER


Intan Febryani R 220110140052

Perawatan Kesehatan Primer memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional.
Pelaksanaan perawatan primer (primary health care) di Indonesia adalah puskesmas.
Kesehatan masyarakat merupakan aspek penting dari perawatan primer. Peran perawat dalam
pencapaian target puskesmas belum optimal. Hal ini disebabkan oleh kebijakan puskesmas
yang kurang mengoptimalkan peran perawat puskesmas. Revitalisasi puskesmas merupakan
suatu upaya untuk mengembalikan program perawatan kesehatan masyarakat menjadi program
utama. Hal ini belum terjadi, tapi pemerintah melalui kementrian kesehatan sudah membuat
kebijakan baru untuk puskesmas. Walau demikian, perawat kesehatan masyarakat dapat
mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan
komunitas dalam setiap program yang dicanangkan baik oleh puskesmas, dinas kesehatan, dan
kementrian kesehatan.

Learning Objective :
1. Sistem kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan primer.
Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan
yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar


(primary health care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan dan harapan
rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat, kepemimpinan,
serta profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.
Sistem Kesehatan mempunyai 4 fungsi pokok/utama, yaitu :

1. Regulator &/ Stewardship


2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Pengembangan Sumberdaya
Pelaku dalam Sistem Kesehatan Nasional

1. Masyarakat, termasuk swasta


2. Pemerintah (eksekutif): Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten
3. Badan legislative (DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten)
4. Badan Yudikatif

(Juanita,2002)

Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan


masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan
masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan.
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan
promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit
agar terhindar dari penyakit.
Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan
individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan
bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang
langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak
langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana sehat,
polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat atau community
development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan pendapatan (income
generating) dan sebagainya.

(Depkes,2011)
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO)
sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral,
partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu, keluarga,
atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan definisi Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer
adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat
dengan pelayanan kesehatan
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI
mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Di Indonesia, penyelenggaraan PHC dilaksanakan di Puskesmas dan jaringan yang berbasis


komunitas dan partisipasi masyarakat, yaitu Poskesdes dan Posyandu yang ada di setiap
wilayah kecamatan dan kelurahan.
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program
yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan akses
dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan. Program ini memungkinkan jamu yang
merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat
Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan di dalam
pelayanan kesehatan formal.
Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi masyarakat, diperlukan
kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

2. Konsep puskesmas dulu dan kini


(prinsip,persyaratan,kategori,penyelenggaraan,upaya kesehatan,dll.)
(Kemenkes RI, 2014)
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:


a. Paradigma sehat; Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah; Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab
terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat; Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan; Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna; Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan : Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
Persyaratan
1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.
3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
4) Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. kondisi lainnya.
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan
teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan
serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan
khusus, anak-anak dan lanjut usia.
Bangunan harus dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala
agar tetap layak fungsi.
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sistem pengendalian kebisingan;
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu)
lantai;
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan
l. kendaraan ambulans.
Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus
memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kategori
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja
dan kemampuan penyelenggaraan.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan;
b. Puskesmas kawasan pedesaan; dan
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas non rawat inap; Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal.
b. Puskesmas rawat inap. Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk
menyelenggarakan pelayanan rawat

Penyelenggaraan

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

1) Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas.


2) Kepala Puskesmas merupakan seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut:
a. tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat;
b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 tahun
c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
3) Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas.
4) Dalam melaksanakan tanggung jawab Kepala Puskesmas merencanakan dan mengusulkan
kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
5) Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak tersedia seorang
tenaga kesehatan. Kepala Puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat
pendidikan paling rendah diploma tiga.
Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori,
upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri
atas:
a. kepala Puskesmas;
b. kepala sub bagian tata usaha;
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.

Upaya Kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama.

Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dilaksanakan dalam bentuk:
a. rawat jalan;
b. pelayanan gawat darurat;
c. pelayanan satu hari (one day care);
d. home care; dan/atau
e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Puskesmas harus
menyelenggarakan:
a. manajemen Puskesmas;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
d. pelayanan laboratorium.

Akreditasi
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara
berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.
Pendanaan
Pendanaan di Puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

3. Konsep kesehatan masyarakat (struktur, fungsi dan trend)


Definisi Kesehatan Masyarakat
Menurut Proff. Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958), ilmu
kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, control infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan,
untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek social, yang akan
mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk
menjaga kesehatannya.

10 Fungsi Pelayanan Kesehatan Umum

1. Memonitoring status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas


2. Mendiagnosa dan menginvestigasi masalah dan resiko kesehatan yang timbul dalam
komunitas
3. Menginformasikan serta mengedukasi masyarakat mengenai masalah dan isu kesehatan
4. Mengerahkan kerjasama komunitas lainnya untuk mengidentifikasi dan mencari solusi
dari masalah kesehatan yang terjadi
5. Mengembangkan peraturan dan perencanaan yang dapat mendukung usaha kesehatan
inividu dan komunitas
6. Menyelenggarakan peraturan dan hukum yang dapat melindungi dan menjamin
keamanan
7. Menghubungkan kerjasama dengan orang-orang yang memerlukan pelayanan
kesehatan secara personal dan menjamin pelayanan tersebut.
8. Menjamin pelayanan kesehatn yang sudah kompeten dan teruji dengan baik
9. Mengevaluasi keefektifan, kemudahan pencapaian, dan kualitas dari pelayanan
kesehatan yang sudah dilakukan.
10. Mengadakan penelitian mengnai wawasan dan pengetahuan yang baru serta solusi yang
inovatif untuk masalaha kesehatan yang terjadi.

Maksud dan Tujuan Kesehatan Masyarakat

1. Mempelajari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat


2. Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah-masalah kesehatan tersebut
3. Dengan memanfaatkan iptek dan segala kemampuan yang tersedia dalam masyarakat,
berupaya dan berekayasa untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan tadi.
4. Melalui metoda-metoda penelitian yang sistimatis berupaya untuk selalu
mengembangkan ilmu ini sehingga dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan derajat kes masyarakat.

Organisasi Kesehatan Masyarakat

Manajemen kesehatan masyarakat merupakan penerapan manajemen umum dalam system


pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajmen
adalah system pelayanankesehatan masyarakat.

Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi masyarakat


adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat, ini berarti fasilitas pelayanan
kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri. (Notoatmodjo, 2007).

Perkembangan Kesehatan Masyarakat


a. Periode sebelum Ilmu Pengetahuan

Bermula dari kebudayaan Babylonia, Mesir, Yunani, Roma telah tercatat manusia
melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan
penyakit. Pada abad ke-7, telah terdapat dokumen peraturan-peraturan tertulis tentang
drainase.
Pada abad ke 14 terjadi wabah pes, penyakit menular lain tipus, disentri. Saat itu
belum dilakukan penanganan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

b. Periode Ilmu Pengetahuan


Akhir Abad 19 dan awal 20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan

c. Kesehatan Masyarakat di Indonesia


- Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker di
Indonesia (Stovia), sedangkan di Surabaya didirikan NIAS pada tahun 1923. Pada
tahun 1927, Stovia berubah menjadi Sekolah Kedokteran Dan tahun 1947 menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Usaha kesehatan masyarakat yang betul-betul tertuju pada penduduk pribumi
dimulai oleh Dr.J.L. Hydrich pada tahun 1924. Ketika ia memulai pendidikan
kesehatan masyarakat untuk daerah pedesaan di Pulau Jawa. Terlantar pada masa
pendudukan Jepang. Hidup kembali dengan bantuan UNICEF (1950).
- Pada tahun 1952, Di departemen Kesehatan dibentuk Direktorat Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan mulai 1956 dibentuk Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
- Pada tahun 1959, 12 November dicanangkan Program Pemberantasan Malaria yang
selanjutnya disebut sebagai Hari Kesehatan Nasional.
- Undang-undang mengenai Pokok-pokok Kesehatan dikeluarkan 1960, disusul oleh
UU tentang Karantina Laut dan Udara, serta UU Wabah tahun 1962.
- Dalam Rapat Kerja Nasional I tahun 1968 konsep Puskesmas untuk pertama kali
diperkenalkan, hampir bersamaan dengan itu dilancarkan program KB nasional.
- Pada tgl 24 April 1974 Indonesia diakui oleh dunia internasional sebagai negara
bebas cacar.
- Konsep Puskesmas sejak tahun 1976 diperluas jangkauan pelayanannya dengan
mulai diperkenalkannya Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
- Tahun 1982 dikeluarkan konsep Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang
mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai
derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan seperti dimaksud
dalam pembukaan UUD 45 UU tentang Kesehatan tahun 1992 No. 23 diterbitkan
menggantikan UU tentang Pokok-pokok Kesehatan No.9 Thn 1960
- Rumusan GBHN 1993 telah menggariskan PJP II diuraikan dlm Pelita VI Bidang
Kesehatan.
4. Konsep keperawatan kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan komunitas.

Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Ruth B.
Freeman .1961)

Konsep Keperawatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa
binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,
dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya
dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat
dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari
pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media
masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan.
Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu
mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang
ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut
terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat
sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik,
mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak
ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas.
Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata
yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus
penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll.
Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang
berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi
lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah
kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan
secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan
perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah,
hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki
kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain


Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran
serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek
sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendidikan , penelitian,
di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Masyarakat. http://eprints.dinus.ac.id/6306/1/KULIAH_IKM_III.pdf
Juanita. 2002. Peran asuransi kesehatan dalam benchmarking rumah sakit dalam
menghadapi krisis ekonomi. USU digital library

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Implementasi primary health care di


Indonesia. Pusat Komunikasi Publik. www.depkes.go.id

Mubarak, Wahit Ikbal dkk. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV Sagung
Seto
Notoatmodjo,S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
http://fkm.uad.ac.id/unduhan/Pengantar%20IKM%201-14.pdf
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional

Sumijatun dkk. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC


http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/195909
281985032-SRI_SUBEKTI/bahan_ajar_BAB_I_kes_n_ilmu_penyakit.pdf

Anda mungkin juga menyukai