Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

GANGGUAN PSIKOSIS SOSIAL

Dosen pembimbing : Iin Aini Isnawati S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:

Aliatur Rofi’ah (14201.09.17003)

Faidatul Jannah (14201.09.17017)

Leny Rizka J (14201.09.17029)

Mustafa (14201.09.17041)

SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses
belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga
dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatanSehari-hari dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah
dengan judul “Makalah Gangguan Psikosis Fungsional” dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok


pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Dr. Nur Hamim, SKM., S. Kep.Ns, M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Shinta Wahyusari, S.Kep.,Ns.M.Kep.Sp.Mat sebagai kepala program study S1
Keperawatan
4. Rizka Yunita S.kep.,Ns.,M.Kep sebagai dosen mata ajar Keperawatan Jiwa II

Genggong, 18 april 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
Latar Belakang..................................................................................................
Tujuan...............................................................................................................
Manfaat ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
Definisi gangguan psikosis fungsional.............................................................
Klasifikasi gangguan psikosis fungsional.........................................................
Etiologi gangguan psikosis fungsional.............................................................
Manifestasi klinis gangguan psikosis fungsional.............................................
Pemeriksaan penunjang gangguan psikosis fungsional....................................
Penatalaksanaan gangguan psikosis funsional……………………………….
BAB III PENUTUP..................................................................................................
Kesimpulan.......................................................................................................
Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi
jiwa yang menimbulkan penderitaan penderitaan pada individu dan hambatan dalam
melakukan peran social. ( Depkes, 2010).
Gangguan berpikir secara medis termasuk dalam golongan psikosis. Psikosis
adalah gangguan psikis yang menyerang kepribadian seseorang. Gangguan tersebut
tampak pada pikiran, emosi, bahasa, dan perilaku penderita. Gangguan berpikir
psikosis dikelompokan menjadi dua, yaitu psikosis organic dan psikosis fungsional
( Yunita S, 2015).
Gangguan mental atau yang sering disebut dengan psikosis yang
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu psikosis organic dan psikosis
fungsional. Psikosis fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat
melibatkan seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan saraf (Sheila L, 008: 4).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) lebih dari 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan jiwa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018 menunjukan bahwa prevelansi orang yang menderita gangguan psikosis di
Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk dan gangguan jiwa berat (psikosis)
sebanyak 0,8%. Sedangakan, untuk penderita gangguan psikos Jawa Timur sebanyak
162.962 penduduk.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud gangguan psikosis fungsional?
1.2.2 Apa saja klasifikasi dari gangguan psikosis fungsional?
1.2.3 Apa penyebab umum gangguan psikosis fungsional?
1.2.4 Apa penyebab khusus gangguan psikosis fungsional?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari gangguan psikosis fungsional?
1.2.6 Apa pemeriksaan penunjang gangguan psikosis fungsional?
1.2.7 Apa penatalaksanaan dari gangguan psikosis fungsional?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami gangguan psikologi fungsional.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi gangguan psikosis
fungsional.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi gangguan psikosis
fungsional.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tanda-gejala gangguan psikosis
fungsional.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gangguan
psikosis fungsional

1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan.
2. Bagi institusi
Manfaat makalah ini bagi institusi adalah sebagai acuan tambahan untuk
proses belajar mengajar mahasiswa keperawatan tentang “gangguan psikosis
fungsional” Dalam Keperawatan Jiwa II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Psikosis fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat melibatkan
seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan saraf. Kategori psikosis fungsional
terbagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu, skizofrenia, gangguan bipolar dan
gangguan-gangguan psikotik lain (Sheila L, 2008 : 4).
Gangguan berpikir secara medis termasuk dalam golongan psikosis. Psikosis
adalah gangguan psikis yang menyerang kepribadian seseorang. Gangguan tersebut
tampak pada pikiran, emosi, bahasa dan perilaku penderita. Gangguan berpikir
psikosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu psikosis organik dan psikosis fungsional.
Psikosis fungsional adalah gangguan psikis disebabkan terganggunya fungsi system
penghantar sinyal sel-sel saraf (neurotransmitter), adakalanya disertai dengan
kerusakan struktur otak (Yunita S, 2015).

2.2 Klasifikasi

Secara garis besar klasifikasi gangguan psikosa fungsional menurut Pedoman


Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) (Maramis, 2015: 150-155) adalah
sebagai berikut:

a) Psikosis manik-depresif (Bipolar Disease)


Gangguan bipolar adalah penyakit jangka panjang yang episodik dan
berulang. Gangguan tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis berbeda, yaitu
bipolar I dan bipolar II. Episode mania yang bercampur dengan episode
depresif tergolong bipolar I, sedangkan gangguan depresif dengan hipomania
tergolong bipolar II (Livingstone,Churchill:2013). Psikosis mania-depresif
merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk gangguan emosi
yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan (mania)
menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya dan
seterusnya.
b) Psikosis paranoid
Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang sering ditandai dengan
banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang
bersifat menetap. Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum
pada tahun 1863, untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang
berlebihan (W. F. Maramis, 2015)
c) Skizofrenia
Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan. Skizofrenia adalah
suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang
ditandai dengan gejala psikotik yang khas dan kemunduran fungsi social, kerja,
dan perawatan diri (Amar, 2016).
Skizofrenia adalah sindroma klinik yang ditandai oleh psikopatologi
berat dan beragam mencakup aspek kognisi emosi, persepsi dan perilaku,
dengan gangguan pikiran sebagai gejala pokok (Cocorda B.J.L, 2017).

2.3 Etiologi
a) Etiologi umum gangguan psikosis fungsional
1) Perasaan kesepian
2) Penyesalan yang mendalam
3) Masalah berat
4) Keputusasaan
b) Etiologi khusus gangguan psikosis fungsional
1) Psikosis manik-depresif (Bipolar Disease)
Psikosis manik-depresif disebabkan oleh factor yang
berhubungan dengan dua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan
depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan
kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang
sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya
penyesalan yang berlebihan.
2) Psikosis paranoid
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan psikosis paranoid
antara lain:
a. Kebiasaan berfikir yang salah
b. Terlalu sensitive dan seringkali dihinggapi rasa curiga
c. Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over confidence)
d. Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks inferioritas
3) Skizofrenia
Para ahli mengenai factor penyebab schizophrenia ada
bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa penyakit ini
merupakan keturunan, ada pula yang menyatakan bahwa schizophrenia
terjadi gangguan endokrin dan metabolisme. Sedangkan pendapat yang
berkembang adalah bahwa penyakit jiwa ini disebabkan oleh beberapa
factor, antara lain keturunan, pola asuh yang salah, maladaptive,
tekanan jiwa, dan penyakit lain yang belum diketahui (W.F. Maramis,
2015 : 216-217)
Gangguan berpikir penderita skizofrenia disebabkan
ketidakteraturan kerja sistem neurotransmiter dan kerusakan struktur
otak korteks prefrontalis. Ketidakmampuan menghadapi masalah sosial
merupakan pemicu seseorang menderita skizofrenia. Gangguan
berpikir yang dipicu oleh masalah sosial mengakibatkan penderita
mengalami defisit berbahasa (Yunita. S, 2015).

3.4 Manifestasi Klinis


a. Psikosis mania depresis (Bipolar Disseas)
Gejala mania antara lain:
1. Euphoria (kegembiraan secara berlebihan) dan atau iritabilitas
2. Waham kebesaran;
3. Hiperaktivitas;
4. Pikiran melayang
5. Mudah beralih perhatian
6. Perilaku bertentangan dengan nilai
7. Tidur kurang
8. Nafsu makan dan libido meningkat
9. Flight of idea (topik pembicaraan meloncat-loncat)
10. Pemikiran atau ide tidak terbatas
Gejala depresif antara lain:
1. Waham (merasa tidak berguna, bersalah,nihilisme,dan tersiksa);
2. Kadang halusinasi penglihatan dan pendengaran;
3. Kecemasan;
4. Pesimis;
5. Hipoaktivitas;
6. Insomnia;
7. Anorexia
b. Psikosis Paranoid
1. Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama waham
kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur aduk
2. Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan paksaan..
3. Mudah timbul rasa curiga
c. Skizofrenia
1. Gangguan isi pikiran (waham) : keyakinan keliru yang sangat kuat,
yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh.
Misalnya mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia.
Dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya. Semakin akut psikosis, semakin sering
ditemui waham.
2. Gangguan persepsi : Halusinasi, persepsi sensori yang keliru dan
melibatkan panca indra.
a) Halusinasi dengar
Halusinasi ini paling sering dialami penderita gangguan
mental. Misalnya mendengar suara melengking, mendesir,
bising, mungkin juga dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Suara itu dirasakan tertuju pada dirinya, sehingga sering
penderita terlihat betengkar atau berbicara (sendiri) dengan
suara yang didengarnya. Sumber suara dapat berasal dari
bagian tubuhnya sendiri, dari sesuatu yang jauh atau dekat.
Kadnag berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan,
menyuruh berbuat baik. Kadang berhubungan dengan sesuatu
yang mengancam, mencela, memaki. Sering juga dirasakan
sebagai suruhan meyakinkan, misalnya menyuruh membunuh
dan sebagainya.
b) Halusinasi lihat
Biasanya terjadi bersamaan dengan adanya penurunan
kesadaran, paling sering dijumpai pada penderita dengan
penyakit otak yang organis. Umumnya halusinasi lihat yang
muncul adalah sesuatu yang mengerikan atau menakutkan.
c) Halusinasi cium
Seolah-olah merasa mencium bau tertentu. Misalnya
penderita yang merasa tertekan oleh banyak masalah, ia
merasakan baubauan kemenyan, sampah, kotoran sperti
mengikuti kemanapun dia bergerak.
d) Halusinasi pengecap
Seolah-olah merasa mengecap sesuatu. Misalnya
penderita yang sangat ketakutan, ia merasakan lidahnya selalu
pahit.
e) Halusinasi perabaan
Seolah-olah merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau
ada sesuatu yang bergerak di kulitnya (misalnya ulat)
f) Depersonalisasi
Perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
pribadinya sudah tidak seperti dulu lagi, tidak menurut
kenyataan. Misalnya, penderita merasa seperti diluar badannya
(out of body experience – OBE ) atau suatu bagian tubuhnya
sudah bukan kepunyaannya lagi.
g) Derealisasi
Perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut
kenyataan. Misalnya, segala sesuatu dialaminya seperti dalam
mimpi
3. Ilusi : Salah menginterpretasikan stimulus lingkungan
4. Gangguan emosi
5. Afek tumpul atau datar : tidak adanya respons emosional; afek juga dapat
digambarkan sebagai tumpul (respon datar) atau tidak tepat (kebalikan
dengan apa yang diharapkan dari suatu situasi).
6. Afek tidak serasi : afeknya mungkin kuat taetapi tidak sesuai dengan
pikiran dan pembicaraan pasien.
7. Afek labil : dalam jangka waktu pendek terjadi perubahan afek yang jelas.
8. Alogia : berkurangnya pola bicara atau miskin kata-kata.
9. Avolisi : kurangnya motivasi untuk melanjutkan aktivitas yang berorientasi
pada tujuan.
10. Asosiasi Longgar (asosiasi derailment atau tangensial) : ide pasien tidak
saling berkaitan. Idenya dapat melompat dari satu topik ke topik lain yang
tidak berhubungan sehingga membingungkan pendengar. Gangguan ini
sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga pembicaraan sering
inkoheren.
11. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka
mungkin mengadung arti simbolik)
12. Bloking : pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat)
dan disambung kembali beberapa menit kemudian, biasanya dengan topik
yang lain. Pasien-pasien ini sangat mudah dialihkan perhatiannya dan
sangat sulit memusatkan perhatian.
13. Klanging : pasien memilih kata-kata dan tema berdasarkan bunyi katakata
yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya. (misal, “kemarin saya
pergi ke toko” pasien melihat ke sekitarnya dan kemudian mengatakan ,”
saya kira saya lebih baik dari Eko”)
14. Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kaliamat yang baru saja
diucapkan.
15. Konkritisasi : pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi tetapi
kemampuan berpikir abstraknya buruk
(Yosep, 2014)
3.5 Pemeriksaan penunjang
a) CT-scan dapat menunjukan struktur abnormalitas otak pada beberapa kasus
seperti scizofrenia (atrofi lobustemporal)
b) PET (Positron Emission Tomography) mengukur aktifitas metabolic dari
area spesifik otak dan dapat menyatakan aktifitas metabolic yang rendah
dari lobus frontal
c) MRI memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan
gambaran yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata dan atrofi lobus
temporal
d) RCBF (Regional Cerebral Blood Flow) memetakan aliran darah dan
menyatakan aktivitas pada daerah otak yang bervariasi
e) BEAM (Brain Electrical Activity Mapping) menunjukan respon gelombang
otak terhadap rangsangan yang bervariasi disertai dengan adanya respon
yang terhambat dan menurun.

3.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Flupheanin decanote 25 mg/cc
2) Haloperidol decanote 50 mg/cc
3) Thioridazine 55 mg/cc
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
kelompok klien bersama dengan jalan diskusisatu sama lain yang
dipimpin oleh petugas kesehatan jiwa.
2) Terapi lingkungan
Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologis
seseroang yang akan berdampak pada kesembuhan.
(Duden, 2013)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Factor predisposisi
Tekanan ekonomi, abnormalitas otak, kekacauan lingkungan
2. Factor presipitasi
Stressor (daya tahan terhadap stressor, kualitas stressor, jenis stressor, dan
persepsi terhadap stressor)

B. Perilaku
Perubahan perilaku pada gangguan psikosis fungsional
1. Lebih suka menyendiri
2. Halusinasi (sering terjadi merasa ada teman padahal tidak)
3. Pembicaraan dengan susunan kata kacau
4. Memiliki kepercayaan berlebihan akan suatu hal yang tidak nyata (waham)
5. Tingkah laku bizar

C. Diagnose
1. Ketidakefektifan koping
2. Halusinasi
3. Waham

D. Intervensi
1. Ketidakefektifan koping
a) Batasan karakteristik
1) Frustasi tentang ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya.
2) depresi
3) Malu
b) NOC
1) Kepercayaan mengenai kesehatan: merasakan kemampuan melakukan

Kode Indicator

170104 Persepsi kemungkinan melakukan perilaku kesehatan


sepanjang waktu

170105 Keyakinan yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu


terkait dengan kesehatan

170106 Keyakinan yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu


terkait dengan perilaku yang sama

2) Tingkat Depresi

Kode Indikator

12080 Perasaan Depresi


1

12081 Kesedihan
4

12081 Kesedian
6

3) Tingkat Kecemasan

Kode Indicator

12110 Distress
4

12110 Perasaan gelisah


5

12111 Masalah perilaku

c) NIC
1) Dukungan emosional
 Diskusikan dengan pasien mengenai pengalaman emosinya.
 Eksplora siapa yang memicu emosi pasien
 Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan
2) Inspirasi harapan
 Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area dari harapan dalam
hidup
 Informasikan pada pasien mengenai apakah situasi yang terjadi sekarang
bersifat sementara
 Kembangkan dalam mekanisme koping pasien
3) Peningkatan keterlibatan keluarga
 Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan
pasien
 Tentukan sumber daya fisik, emosional dan edukasi dari pemberi perawatan
utama
 Monitor keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan pasien.
2. Halusinasi

Pasien Keluarga
S 1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, 1. Diskusikan masalah yang
P waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, dirasakan dalam merawat pasien.
1 respon. 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: gejala, dan proses terjadinya
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan halusinasi (gunakan booklet).
kegiatan. 3. Jelaskan cara merawat halusinasi.
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 4. Latih cara merawat halusinasi:
menghardik. hardik.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan menghardik. jadual dan member pujian.
S 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P pujian. merawat/melatih pasien
2 2. Latih cara mengontrol halusinasI dengan menghardik. Beri pujian.
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, 2. Jelaskan 6 benar cara
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas memberikan obat.
minum obat) 3. Latih cara memberikan atau
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk membimbing pasien minum obat.
latihan menghardik dan minum obat. 4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberi pujian
S 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P minum obat. Beri pujian. merawat atau melatih pasien
3 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan memberikan
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, obat. Beri pujian.
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas 2. Jelaskan cara bercakapcakap dan
minum obat). melakukan kegiatan untuk
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk mengontrol halusinasi.
latihan menghardik dan minum obat. 3. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberi
pujian.

S 5. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, . 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


P obat dan bercakapcakap. Beri pujian. merawat/melatih pasien menghardik,
4 6. Latih cara mengontrol halusinasi dengan memberikan obat dan bercakap-
melakukan kegiatan harian (mulai 2 cakap. Beri pujian.
kegiatan). 2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda
7. Masukkan pada jadual kegiatan untuk kambuh dan rujukan.
latihan menghardik, minum obat, 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
bercakap-cakap dan kegiatan harian. jadual dan memberi pujian
S 1. Evaluasi kegiata latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P obat dan bercakapcakap. Beri pujian. merawat/melatih pasien menghardik,
5 2. Latih cara mengontrol halusinasi memberikan obat dan bercakap-
dengan melakukan kegiatan harian cakap dan melakukan kegiatan
(mulai 2 kegiatan). harian dan follow up. Beri pujian.
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk 2. Nilai kemampuan keluarga
latihan menghardik, minum obat, merawat pasien.
bercakap-cakap dan kegiatan harian. 3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke PKM.
4. Waham

Pasien Keluarga
S 1. Identifikasi tanda dan gejala waham 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
P 2. Bantu orientasi realitas: panggil nama, dalam merawat pasien.
1 orientasi waktu, orang dan tempat atau 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
lingkungan. gejala, dan proses terjadinya waham
3. Diskusikan kebutuhan pasien yang tidak (gunakan booklet).
terpenuhi. 3. Jelaskan cara merawat: tidak
4. Bantu pasien memenuhi kebutuhannya disangkal, tidak diikuti/diterima
yang realistis. (netral).
5. Masukkan pada jadual kegiatan untuk 4. Latih cara mengetahui kebutuhan
pemenuhan kebutuhan. pasien dan mengetahui kemampuan
pasien.
5. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberi pujian.
S 1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P pasien dan berikan pujian. membimbing pasien memenuhi
2 2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki. kebutuhannya. Beri pujian.
3. Latih kemampuan yang dipilih dan 2. Latih cara memenuhi kebutuhan
berikan pujian. pasien.
4. Masukkan pada jadual pemenuhan 3. Latih cara melatih kemampuan
kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih yang dimiliki pasien.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberi pujian.
S 1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P pasien, kegiatan yang dilakukan pasien dan membimbing memenuhi kebutuhan
3 berikan pujian. pasien dan membimbing pasien
2. Jelaskan tentang obat yang diminum (6 melaksanakan kegiatan yang telah
benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dilatih. Beri pujian.
kontinuitas minum obat) 2. Jelaskan obat yang diminum oleh
3. Masukkan pada jadual pemenuhan pasien dan caramembimbingnya.
kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
obat. jadual dan memberi pujian.
S 1. Evaluasi pemenuhan kebutuhan pasien, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P kegiatan yang telah dilatih dan minum obat, membimbing memenuhi kebutuhan
4 Berikan pujian. pasien, membimbing pasien
2. Diskusikan kebutuhan lain dan cara melaksanakan kegiatan yang telah
memenuhinya. dilatih dan minum obat. Beri pujian.
3. Diskusikan kemampuan yang dimiliki 2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda
dan memilih yang akan dilatih.Kemudian kambuh dan rujukan.
latih. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukkan pada jadual pemenuhan jadual dan memberi pujian.
kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan
obat.
S 1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
P pasien, kegiatan yang dilatih dan minum membimbing memenuhi kebutuhan
5 obat, Berikan pujian. pasien, membimbing pasien
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri. melaksanakan kegiatan yang telah
3. Nilai apakah waham terkontrol dilatih dan minum obat. Beri pujian.
2. Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien.
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke PKM.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan berpikir secara medis termasuk dalam golongan psikosis. Psikosis
adalah gangguan psikis yang menyerang kepribadian seseorang. Gangguan tersebut
tampak pada pikiran, emosi, bahasa, dan perilaku penderita. Gangguan berpikir
psikosis dikelompokan menjadi dua, yaitu psikosis organic dan psikosis fungsional
( Yunita S, 2015).
Psikosis fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat melibatkan
seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan saraf. Kategori psikosis fungsional
terbagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu, skizofrenia, gangguan bipolar dan
gangguan-gangguan psikotik lain (Sheila L, 2008 : 4).

3.2 Saran

Mahasiswa disarankan untuk mencari reverensi lain dari gangguan psikosis


fungsional agar memiliki wawasan yang luas sehingga dapat melakukan asuhan
keperawatan gangguan psikosis fungsional dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Auroryningtyas, Ersaha. et al. 2019. Pengalaman Komunikasi Orang Tua Dengan Anak
Yang Mengalami Gangguan Jiwa Pasca Rehabilitasi Di Kabupaten
Semarang. Jurnal Unisula. 7 (2) 48-63
Suryani, Yunita. 2015. Defisit Pragmatik Tuturan Penderita Skizofrenia Di Rs Jiwa
Menur Surabaya: Kajian Pragmatik Klinis. Jurnal Pena Indonesia. 1 (2) 1-37
Lesmana, C. B Jaya. 2017. Buku Panduan Belajar Koas Ilmu Kedokteran Jiwa. Bali:
Udayana University Press
Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2018. EGC. Jakarta

Buteck. G. 2013. Nursing Intervention Classification 6th. Missory Elseiver Mosby

Moorhead. S . 2013. Nursing Outcome Classification 5th. Missory Elseiver Mosby

Amar, Z. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Klinik.
Yogyakarta: Indonesia Pustaka
Duden, D. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publihing

Anda mungkin juga menyukai