Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“ ASUHAN KLIEN KELOMPOK KASUS PSIKOTIK GELANDANGAN “

DOSEN
NS. SISKA DAMAIYANTI, S.Kep, M.Kep

DISUSUN

OLEH
KELOMPOK IV
1. ANNISA SALBILLAH
2. APRILA DEYA SYAFIRA
3. EMELLYAH JAYA PUTRI
4. FAHMINJAR
5. GITA RESFIANA PUTRI
6. GUSFADLI
7. RIFA WILLYANDA
8. SOVIA KHOIRUN NISA
9. SUNCHI CAHNIA
10. WINNA YULIANA UMARDI
11. YOLA REFINA SINTIA
12. YURI FITRIA
13. ZHAFIRA PUTRI NANDA

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI BUKITTINGGI


PRODI S1 KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah “ASUHAN KLIEN KELOMPOK KASUS
PSIKOTIK GLANDANGAN “ dengan sebaik-baiknya tanpa halangan yang berarti.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai pemenuhan tugas studi
islam. Terima kasih kepada NS. Siska Damaiyanti, S.Kep, M.Kep sebagai
dosen keperawatan jiwa II
Meski telah disusun sebaik mungkin, namun kami sebagai manusia
biasa menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karenanya kami
menerima segala bentuk kritik dan saran agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik.
Wassalamualaikum wr. Wb

BUKITTINGGI, 17 oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Defenisi psikotik
2.2 Gelandangan
2.3 Psikotik Gelandangan

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KELOMPOK KASUS


PSIKOTIK GELANDANGAN

BAB IV : PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara problem sosial saat ini yang menjadi beban berat pembangunan nasional
adalah gelandangan (Arif Rohman,2010). Sebagai masalah sosial, gelandangan
diduga telah ada sejak ciri-ciri kehidupan kota mulai timbul. Dampak modernisasi,
industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah mengubah
tatanan kehidupan masyarakat, sehingga ditengarai berpengaruh langsung terhadap
timbul dan  berkembangnya gejala yang disebut gelandangan itu. Gelandangan boleh
jadi dampak sosial, ketika orang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan,pada
gilirannya dapat menimbulkan ketegangan ( stress) pada dirinya. Ketegangan
merupakan faktor  pencetus, penyebab atau akibat dari suatu penyakit
mental,sehingga taraf kesehatan fisik dan kesehatan jiwa seseorang dapat berkurang
atau menurun. Para pemerhati gelandangan telah sepakat bahwa gelandangan
merupakan  permasalahan multidimensional. Berbagai kajian tentang pola dan
strategi terpadu untuk mencari alternatif penanggulangan masalah gelandangan telah
dilakukan Lembaga Riset sejak tahun 1982, menyebutkan bahwa gelandangan
mempunyai berbagai stigma sosial (Ramdlon, 1983: 12). Gelandangan tergolong
sebagai anggota masyarakat ya ng “tuna mental tanpa keterampilan”, k elompok
individu yang menunjukkan salah satu ciri sebagai tuna wisma,tunakarya, dan
mengikuti pola hidup yang menyimpang dari dan atau di bawah pola hidup yang
berlaku dalam masyarakat umum.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu psikotik ?
2. Apa itu gelandangan ?
3. Apa itu psikotik gelandangan ?
1.3 Tujuan
Untuk memperkenalkan dan menjelaskan tentang
psikotik,gelandangan,psikotik gelandangan,dan asusaha keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. PSIKOTIK
Menuru Karnadi, 2014. Psikotik (sakit jiwa) adalah bentuk disorder mental
atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan
terputusnya hubungan jiwa dengan realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia
tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah,
disekolah, di tempat kerja, atau dilingkungan sosialnya. Ciri yang menonjol dari sakit
jiwa adalah tingkah laku yang menyolok, berlebih-lebihan pada seseorang sehingga
menimbulkan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain. Pada umumnya apa
yang disebut pasien jiwa sebenarnya menderita emotionalmaladjustment , yaitu
orang-orang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup
memahami masalah secara realistis. Dalam  perspektif psikologi, sakit jiwa
( psikotik ) dibedakan menjadi dua: 1) Psikosis Organik; dan 2) Psikosis Fungsional.
Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya fungsi-fungsi pengenalan,
ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan, beratnya gangguan dan kekalutan mental
tersebut tergantung pada parahnya kerusakan organik pada otak. Sementara
penyandang psikosis fungsional disebabkan oleh faktor-faktor non-organik, ditandai
oleh disintegrasi dengan dunia realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental
yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi, dan delusi,
sering mengalami  stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun, keadaannya seperti
terbius).
Kriteria psikotik:
 Psikotik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada
susunan syaraf pusat dan  psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik , gangguan
metabolisme dan intoksikasi obat.
 Psikotik Fungsional Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada
kepribadian seseorang yang bersifat  psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan
kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga. Faktor penyebab psikotik
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
B. GELANDANGAN
Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang hidup
dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap
diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat umum tentang Penanggulangan
Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan istilah gelandangan psikotik adalah
penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran dijalan-jalan umum, dapat
mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).
C. PSIKOTIK GELANDANGAN
a. Pengertian Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis
yang keluyuran di  jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan
merusak keindahan lingkungan. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
dan Ilmu Kedokteran Jiwa bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh
faktor keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan,
tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri gelandangan psikotik ini
ditandai dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk, pakaiannya
compang- camping, membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam  barang,
bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri serta sukar diajak  berkomunikasi.
 b. Penyebab Keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat
tidak diberikan, tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal.
c. Manifestasi Klinis Dikenal sebagai orang dengan tubuh yang kotor sekali,
rambutnya seperti sapu ijuk, pakaiannya compang-camping, membawa bungkusan
besar yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri,
serta sukar diajak berkomunikasi.
d. Layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan dan psikotik
 Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan
kesehatan
 Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan
dan  psikologis  Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
 Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan
kerja dan penempatan dalam masyarakat.
 Kebutuhan rohani
e. Langkah – langkah Rehabilitasi sosial pada psikotik dan gelandangan
 Tahap identifikasi : Masalah sosial merupakan fenomena yang muncul
dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama
yang mengalami perkembangan ataupun masalah baru yang muncul akibat
perkembangan dan perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural
 Tahap diagnosis : setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan
mendorong timbulnya respon masyarakat berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalah bersama.
 Tahap treatment: terdiri dari beberapa tahap yaitu : - Pendekatan awal :
Razia oleh petugas dan kemitraan dengan lembaga atau pihak lain rumah sakit
dan dinas sosial. - Penerimaan dan pengasramaan : Pengungkapan masalah
dan Pelaksanaan rehabilitasi sosial, Pelaksanaan rehabilitasi sosial terdiri dari:
Bimbingan fisik, Bimbingan mental, Bimbingan sosial
 Resosialisasi : Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk
mempersiapkan klien agar dapat berintergrasi penuh dalam kehidupan
masyarakat secara normatif dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat
menerima klien.
 Penyaluran : Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan
klien kedalam kehidupan masyarakat secara normative.
 Bimbingan lanjut : Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk lebih
memantapkan klien kembali dalam kehidupan masyarakat.
 evaluasi : Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi
sosial  berjalan dengan baik.
f. Askep pada klien gelandangan dan psikotik - Pengkajian
 Faktor pedisposisi: Genetik Neurobiologis : penurunan volume otak dan
perubahan sistem neurotransmiter, Teori virus dan infeksi
 Faktor presipitasi: Biologis, Sosial kutural, Psikologis
 Penilaian terhadap stresor:
 Sumber koping: Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif ), Pencapaian
wawasan, Kognitif yang konstan, Bergerak menuju prestasi kerja.
 Mekanisme koping: Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola
anxietas), Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain), Menarik diri dan
mengingkaran.
Diagnosis keperawatan yang sering ditemukan pada klien gelandangan dan
psikotik.
1. GSp : halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
5. Gangguan proses pikir :waham
6. Resiko bunuh diri
7. Defisit perawatan diri
Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang di temukan
2. Tindakan keperawatan dalam tahap pemeliharaan berfokus ada  pendidikam
manajemen dan pengendalian diri dari gejala dan mengidentifikasi gejala yang
berhubungan dengan kekambuhan.
Tahapan kekambuhan
Tahap 1 : kewalahan berlebih ( mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang
intensif)
Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung
dengan gejala depresi)
Tahap 3 : rasa malu ( biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak  bisa
mengendalikan)
Tahap 4 : disorganisasi Psikotik( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi,
halusinasi, waham)
Tahap 5 : resolusi Psikotik ( tahap ini di rumah sakit dan terjadi
penyembuhan psikotik
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KELOMPOK KHUSUS: PSIKOTIK
GELANDANGAN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
KOMUNIKASI VERBAL
I. Kasus (Masalah Utama)
Kerusakan komunikasi verbal
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian Kerusakan komunikasi verbal merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan dalam
menerima atau memproses komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain
B. Rentang Respons
RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF
C. Faktor Predisposisi
1. Biologis
 Hambatan perkembangan otak, khususnya frontal, temporal, limbik, sehingga
mengakibatkan gangguan dalam belajar, bicara, daya ingat. Selain itu mengakibatkan
seseorang menarik diri dari lingkungan atau timbul resiko perilaku kekerasan.
 Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus, dan
anak-anak.
2. psikologis
 Penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien.
 Pola asuh yang tidak adekuat.
 Konflik dan kekerasan dalam keluarga.
3. Sosial Budaya
 Kemiskinan.
 Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)
 Kehidupan terisolasi dan stressor.
D. Faktor Presipitasi Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami konflik
dengan orang di sekitarnya. Selain itu ada juga tekanan, isolasi, pengangguran yang
disertai  perasaan tidak berguna, putus asa, dan merasa tidak berdaya.
E. Mekanisme koping Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif
yang maladaptif dipengaruhi oleh perjalanan masa lalunya. Seseorang yang telah
mengembangkan mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih mampu
dalam mengatasi serangan masalah kognitif. Mekanisme pertahanan ego yang
mungkin teramati pada pasien gangguan kognitif (perubahan proses pikir) : - regresi -
denial - kompensasi
F. Tanda dan gejala
1. Tidak mampu berbicara dengan bahasa yang dominan
2. Tidak mau bicara
3. Menolak untuk bicara
4. Kesulitan dalam mengungkapkan maksud atau mengekspresikan secara verbal
(aphasia, dysphasia, apraxia, dyslexia)
5. Kesulitan dalam membuat kata-kata atau kalimat (aphonia, dyslalia, dysarthria)
6. Berbicara tidak sesuai (inkoheren, asosiasi longgar, flight of idea)
7. Tidak ada kontak mata
8. Disorientasi tempat, waktu dan orang
9. Kesulitan dalam menggali dan memahami pola komunikasi yang biasanya
10. Menggunakan kata-kata yang tidak berhubungan atau tidak berarti
11. Pengulangan kata-kata yang didengar
12. Tidak mampu atau kesulitan dalam menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
13. Ungkapan verbal (verbalisasi) yang tidak tepat
14. Defisit visual sebagian atau total
15. Bicara atau verbalisasi yang sukar
16. Bicara gagap
17. Sengaja menolak berbicara
III. A. Pohon Masalah
B. Data yang perlu dikaji
1. Perilaku klien
2. Ekspresi wajah klien saat diajak bicara.
3. Respon verbal klien.
4. Perawatan diri klien.
5. Kepribadian klien.
6. Aktivitas klien
7. Intake nutrisi dan cairan sehari-hari.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kekacauan pikiran.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah. Resiko
kekerasan Perubahan proses pikir Kerusakan komunikasi verbal
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kekacauan pikiran.
Tujuan : Klien mau dan mampu berkomunikasi dengan verbal yang baik
dengan perawat, keluarga, dan orang lain.  Kriteria Standart :
A. Klien dapat berkomunikasi yang dapat dipahami oleh keluarga dan orang
lain.
B. Respon non verbal klien sesuai dengan respon verbal klien  Intervensi :
1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk memahami
komunikasi klien.
2. Jelaskan pada klien tentang cara berkomunikasi dan pengungkapan
bahasa dalam berhubungan.
3. Jika klien terus menolak bicara, gunakan teknik pengungkapan
secara tidak langsung (berbagi presepsi)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran
di jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan
lingkungan Ciri yang menonjol dari sakit jiwa adalah tingkah laku yang menyolok,
berlebih-lebihan pada seseorang sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal dan
berbahaya bagi orang lain. Dan pada pasien psikotik gelandang dapat dipengaruhi
karena perilaku kekerasan dan dapat menimbulkan masalah keperawatan dengan
gangguan Komunikasi verbal.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
memahami tentang asuhan keperawatan psikotik gelandangan, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pasien yang mengalami gangguan
jiwa. Tentunya dalam  pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Much.(2013), “Tahun 2016 Bandung Bebas Gelendangan Dan Pengemis ”
dalam http://rehsos.depsos.go.id
Baihaqi, Sunardi, Riksma N.Rinalti Akhlan, danEuisHeryati. (2007), Psikiatri Konsep
Dasar dan Gangguan-gannguan.Bandung: RefikaAditama
Karnadi. (2014). Model Rehabilitasisosial Gelandangan Psikotik Berbasis
Masyarakat. demak

Anda mungkin juga menyukai