Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN WILAYAH

INDONESIA DAN DASAR


HUKUMNYA.
NURHAYATI
2013142010007
Indonesia mengalami dinamika yang begitu beragam terutama
pada proses berkembangnya wilayah Indonesia. Sejak berakhirnya
pendudukan Belanda dan Jepang yang sempat bertindak sebagai
pemimpin di negara ini, Indonesia mulai menata diri sebagai
negara independen. Sampai Indonesia merdeka juga, Indonesia
juga banyak sekali mengalami bentuk penyimpangan sosial
sampai bentuk wilayah Indonesia yang sekarang. Hingga saat ini,
proses berbenah diri tersebut masih berjalan. Hal itu dilakukan
untuk menjadikan Indonesia negara yang selalu lebih baik dari
hari ke hari, berkaca dari pengalaman pahit di masa lalu betapa
tidak mengenakkannya menjadi budak di negeri sendiri.
Berikut sejarah perkembangan wilayah NKRI dan juga dasar
hukumnya:
1. Proklamasi (17 Agustus 1945 hingga 13 Desember 1957)
Proses pertama dalam mengklaim dan mengembangkan wilayah
Indonesia dimulai sejak diproklamirkannya Indonesia bebas dari
tangan penjajah dan menjadi negara independen. Berikut sejarah
perkembangan Indonesia pada jaman proklamasi sekitar tahun 1945
sampai 1957:
Proklamasi ini menjadi titik balik bagi Indonesia untuk berdiri
sebagai sebuah negara yang bebas tanpa hardikan dan aturan dari
negara penjajah.
Karena menjadi pijakan pertama, proses ini relatif berat. Periode ini
merupakan fase di mana Indonesia yang tadinya hanya memiliki
wilayah terbatas pada daratan pulau yang terpisah perairan atau
selat harus mulai mengatur mana saja yang sebenarnya merupakan
wilayah Indonesia.
Sebelum kemerdekaan, aturan mengenai wilayah Indonesia tertuang
2. Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957) hingga 17 Februari 1969
Deklarasi Djuanda yang diterbitkan pada tanggal 13 Desember 1957
merupakan deklarasi Indonesia yang menyatakan pada dunia bahwa
laut yang ada di wilayah Indonesia, termasuk laut-laut di sekitarnya,
di antara, bahkan di dalam kepulauan Indonesia, merupakan satu
kesatuan wilayah Republik Indonesia. Deklarasi ini merupakan titik
tolak bangsa Indonesia dalam menetapkan wilayahnya yang tadinya
berpacu pada aturan Teritoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie.
Berikut isi dari Deklarasi Djuanda:
Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang
mempunyai corak tersendiri;
Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan
satu kesatuan;
Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi dapat memecah belah
keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu
tujuan:
Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia
yang utuh dan bulat;
Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan asas
3. Deklarasi Landas Kontinen (17 Februari 1969)
Pengaturan mengenai wilayah Indonesia dan batas-batasnya yang berlaku hingga saat ini
berbasis pada Deklarasi Landas Kontinen yang diterbitkan tanggal 17 Februari 1969,
tanggal terakhir Deklarasi Djuanda berlaku. Sesuai dengan namanya, deklarasi ini
menyebutkan bahwa wilayah Indonesia sebagai negara pantai meliputi dasar laut dan
tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan yang terletak di luar laut teritorial.
Dasar hukum untuk Deklarasi Landas Kontinen ini adalah Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1969 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang landas kontinen dengan
dasar wilayah perairan Indonesia.
Munculnya deklarasi ini juga mengatur wilayah perairan negara tertentu yang diketahui
tumpang tindih dengan landas kontinen milik negara lain. Pada perkara ini, Indonesia
mengadakan perjanjian dengan negara-negara tetangga seperti:
Batas landas kontinen pada Selat Malaka dan Laut Cina Selatan antara negara Indonesia
dan Malaysia yang sudah disepakati pada tanggal 27 Oktober 1969 di Kuala Lumpur.
Perjanjian ini berlaku sebulan setelah kesepakatan diraih.
Batas landas kontinen pada Laut Andaman antara negara Indonesia dan India yang sudah
disepakati tanggal 8 Agustus 1974 di Jakarta. Kesepakatan ini berlaku sejak tanggal
kesepakatan dibentuk.
Batas landas kontinen pada Selat Malaka bagian utara serta Laut Andaman antara negara
Indonesia dengan Thailand yang sudah disepakati tanggal 17 Desember 1971 di Bangkok.
Perjanjian ini mulai dijalankan pada tanggal 7 April 1972.
Perjanjian terkait dengan pembagian wilayah perairan ini tidak hanya dilakukan oleh
4. Zona Ekonomi Eksklusif (21 Maret 1980)
Deklarasi landas kontinen memang berhasil mengatasi masalah pembagian wilayah
perairan negara Indonesia, namun pada kenyataannya deklarasi tersebut tak cukup mampu
mengatasi masalah kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel bawah air. Hal ini yang
membuat munculnya deklarasi mengenai Zona Ekonomi Eksklusif yang resmi diterbitkan
pada tanggal 21 Maret 1980.
Memang pada dasarnya aturan mengenai ZEE ini tidak lepas dari deklarasi landas
kontinen. ZEE mengatur jalur laut selebar 200 mil ke arah laut terbuka dan diukur sejak
garis dasar. ZEE membuahkan hasil keuntungan yaitu Indonesia menjadi negara yang
mengambil kesempatan pertama untuk memanfaatkan sumber daya laut yang ada.
Dasar hukum yang mendasari diberlakukannya ZEE adalah Undang-undang Nomor 5
Tahun 1983 dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 yang berisi tentang Perikanan. Ada
pun isi undang-undang tentang ZEE tersebut antara lain:
Sumber daya alam hayati adalah semua jenis binatang dan tumbuhan termasuk bagian-
bagiannya yang terdapat di dasar laut dan ruang air Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
Sumber daya alam non hayati adalah unsur alam bukan sumber daya alam hayati yang
terdapat di dasar laut dan tanah di bawahnya serta ruang air Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia;
Penelitian ilmiah adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian mengenai
semua aspek kelautan di permukaan air, ruang air, dasar laut, dan tanah di bawahnya di
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
Konservasi sumber daya alam adalah segala upaya yang bertujuan untuk melindungi dan
melestarikan sumber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; dan
5. Hukum Laut Internasional (1982)
Dasar hukum terakhir yang mengatur tentang pembagian wilayah dan berlaku secara
internasional adalah Hukum Laut Internasional yang resmi sejak 10 Desember
1982. Hukum ini berisi kaidah yang mengatur hak dan kewenangan suatu negara atas
kawasan perairan (dalam hal ini laut) yang berada di bawah yuridiksi nasional. Hukum laut
internasional ini diresmikan oleh PBB dan berlaku sejak tanggal ditandatanganinya hukum
tersebut. Isi dari hukum laut internasional ini adalah:
Memuat hal-hal yang sudah baku seperti pengaturan laut bebas, Hak Lintas Damai, dan
Hak Pengejaran Seketika.
Memuat hal-hal yang tergolong penyempurnaan seperti pengaturan landas kontinen.
Ketegasan mengenai lebar laut teritorial sejauh 12 mil dari garis pangkal.
Memuat konsepsi baru di bidang hukum seperti negara kepulauan, ZEE, ahli teknologi
kelautan, dasar samudera dalam, laut, negara tertutup, dan negara setengah tertutup.
Diberlakukannya hukum laut internasional ini merupakan hasil pemikiran berdasarkan
masalah pembagian wilayah yang kurang pas sebelumnya. Hukum laut internasional ini
menelurkan hasil yang disepakati sebagai berikut:
Negara dibagi 3 (dilihat dari aspek geografis) yaitu negara tak berpantai, negara pantai, dan
negara kepulauan.
Pembagian laut akan dibagi dalam beberapa zona, yaitu:
Laut Teritorial yang sejauh 12 mil dari garis pangkal;
Perairan Pedalaman;
Zona Tambahan sejauh 24 mil dari garis pangkal;
Perairan Kepulauan yang diukur dari titik paling luar dari pulau terluar di sebuah negara
 TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai