Anda di halaman 1dari 21

Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Tentang
Peran dan Prilaku Pasien dan Respon Sakit Pasien

Oleh :
Kelompok 1
1. Aini Amelia ( 2013142010049 )
2. Beni Pratama ( 20211a142010027 )
3. Fahminjar ( 2013142010006 )
4. Farhan Aditya ( 2013142010027 )
5. Gusfadhli ( 2013142010034 )
6. Melia Nanda Putri ( 2013142010044 )
7. Rezi Mai Zikri ( 2013142010067 )

Dosen Pembimbing :
Wisnatul Izzati M.Kes

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR YARSI BUKITTINGGI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Peran dan Prilaku
Pasien dan Respon Sakit Pasien” sebagai bentuk pengajuan tugas kelompok dari mata kuliah
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan oleh Ibu Wisnatul Izzati M. Kes.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik segi penyusunan bahasa dan aspek lainya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi pembaca yang ingin memberi kritik maupun saran
demi memperbaiki makalah ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
Akhir kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Bukittinggi, 7 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

A. Definisi Peran Pasien..............................................................................................3


B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Pasien...................................................5
C. Definisi Perilaku Pasien.........................................................................................6
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasien...............................................8
E. Definisi Respon Sakit.............................................................................................10
F. Macam-macam Respon Sakit.................................................................................12
G. Peran dan Perilaku Perawat terhadap Pasien..........................................................14

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................16

A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

ii
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu,
tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Sehat / kesehatan
adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU N0.
23/1992 tentang kesehatan). Sedangkan sakit adalah suatu proses di mana ada
gangguan dan tidak ada kestabilan antara badan dan mental yang normal. Yang
merujuk pada keabnormalan pada kondisi tubuh yang bisa mengganggu aktifitasnya
sehari- hari seperti aktifitas jasmani, rohani maupun sosial.

Upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan


memerlukan peran aktif pasien, keluarga atau orang lain yang menemani atau merawat
pasien (carers) dan masyarakat (untuk selanjutnya disebut pasien masyarakat). Pasien dapat
melakukan banyak peran penting ketika menerima pelayanan kesehatan. Pasien dapat
berperan untuk membantu menemukan diagnosis yang akurat, memutuskan pengobatan yang
dipilih, menetapkan dokter atau rumah sakit yang kompeten, memastikan monitoring dan
kepatuhan pengobatan, serta mengidentifikasi efek samping dan melakukan tindakan segera
yang tepat bila terjadi efek samping (Vincent & Coulter, 2002).

Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit dalam keadaan sehat
maupun sakit (Wijono, 1999). Secara umum, peran aktif pasien-masyarakat dalam
meningkatkan mutu pelayanan klinis sangat diharapkan, berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi partisipasi pasien serta berbagai faktor penghambat dari sisi profesi kesehatan.

Faktor pasien yang mempengaruhi partisipasinya antara lain penerimaan terhadap


peran pasien yang baru, tingkat kesadaran akan kesehatan, pengetahuan, keyakinan akan
kemampuannya, jenis keputusan, keluaran klinis, jenis penyakit dan komorbiditas, usia, jenis
kelamin, tingkat social ekonomi, penggunaan kedokteran alternatif dan spesialisasi profesi
kesehatannya. Sedangkan faktor yang dapat menjadi penghambat bagi profesi kesehatan untuk
mendorong partisipasi pasien adalah keinginan untuk memegang kendali, waktu untuk
memberikan edukasi dan merespon pasien, jenis penyakit, kepercayaan, dan kurangnya
pelatihan yang mendorong partisipasi pasien.

1
B. Rumusan Masalah

A. Apa Definisi dari Peran Pasien ?


B. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Pasien ?
C. Apa Definisi dari Perilaku Pasien ?
D. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasien ?
E. Apa Definisi dari Respon Sakit ?
F. Apa saja Macam-macam Respon Sakit ?
G. Apa saja Peran dan Perilaku Perawat Terhadap Pasien ?

C. Tujuan Penulisan

A. Untuk Mengetahui Definisi Peran Pasien


B. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Pasien
C. Untuk mengetahui Definisi Perilaku Pasien
D. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasien
E. Untuk Mengetahui Definisi Respon Sakit
F. Untuk Mengetahui Macam-macam Respon Sakit
G. Untuk Mengetahui Peran dan Perilaku Perawat Terhadap Pasien

2
Bab II
Pembahasan

A. Definisi Peran Pasien

Dalam kehidupan bermasyarakat, peran merupakan konsekuensi dari status seseorang.


Bila dalam masyarakat ada orang yang berstatus sebagai perawat, dokter, bidan, atau pasien,
maka terhadap individu-individu tersebut diharapkan muncul perilaku yang sesuai dengan
statusnya masing-masing.
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai
dengan status sosialnya (Asmadi, 2008). Menurut Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1993),
peran dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh
masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang status atau kedudukan sosial.

Peran pasien adalah :


1. Menjaga komunikasi yang baik dengan perawat dan tenaga kesehatan yang
lain.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab sebagai pasien.
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa atas setiap tindakan.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Peranan sakit

Orang yang berpenyakit (Having a disease) dan orang yang sakit (Having a illness)
adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit adalah suatu kondisi patologis yang objektif,
sedangkan sakit adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat sakit.

Dua orang atau lebih secara patologis menderita suatu jenis penyakit yang sama. Bias
jadi orang kesatu merasa lebih sakit dari yang lain, dan bahkan orang yang satunya lagi tidak
merasakan sakit sama sekali. Hal ini disebabkan karena evaluasi atau persepsi mereka yang
berbeda tentang sakit.
Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya peranan orang

3
tersebut didalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan
peranannya didalam masyarakat maupun didalam lingkungan keluarga. Jelasnya, orang yang
sakit memasuki posisi baru, dan posisi baru ini menurut suatu peranan yang baru pula.

Peranan sakit menurut Sudibyo Supardi (2005), yaitu :


a) Sakit sebagai upaya untuk menghindari tekanan
Contoh : Sebuah keluarga miskin tinggal rumah sempit yang kumuh. Suatu hari
datang adik-adik suaminya ikut tinggal bersamanya untuk mencari pekerjaan. Istri
merasa wajib memberi makan dan tempat tidur yang layak bagi mereka. Namun bersama
dengan itu, sang istri merasakan keterbatasan uang dan ruang gerak dan dituntut untuk
lebih memperhatikan anaknya. Lalu kemudian ia terbaring sakit dirumahnya. Atas
anjuran saudara-saudaranya maka adik-adik suaminya pindah dan istrinya sembuh
kembali. Melalui peran sakit istri, maka keluarga tersebut dapat terhindar dari ketegangan
yang dapat merusak keluarga.

b) Sakit sebagai upaya untuk mendapat perhatian


Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat perhatian khusus,
tempat khusus, makanan khusus, dan sebagainya. Bagi orang yang merasa kesepian atau
tidak yakin atas penerimaan orang lain akan dirinya, maka salah satu cara pelepasannya
dilakukan dengan melalui peran sakit.

c) Sakit sebagai kesempatan untuk istirahat


Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat perhatian khusus,
tempat khusus, makanan khusus, dan sebagainya. Bagi orang yang merasa kesepian atau
tidak yakin atas penerimaan orang lain akan dirinya, maka salah satu cara pelepasannya
dilakukan dengan melalui peran sakit

d) Sakit sebagai alasan kegagalan pribadi


Peran sakit juga digunakan sebagai alasan ketidakmampuan menyelesaikan tugas
yang harus dikerjakan, upaya menghindari tanggung jawab atau pembenaran diri.

e) Sakit sebagai Penghapus dosa


Masyarakat tertentu percaya bahwa sakit merupakan akibat dari dosa yang
dilakukan sebelumnya. Sakit merupakan hukuman Tuhan untuk menghapus dosa yang
telah dibuat hamba-Nya. Melalui peran sakit, Tuhan memberi kesempatan pada seseorang
untuk menyesali dosa yang diperbuatnya.

f) Sakit untuk mendapatkan alat tukar


Contoh : Karyawan yang mendapat penggantian ongkos berobat, sering
mengumpulkan obat melalui peran sakit. Setelah mendapatkan sejumlah obat berikut

4
aturan pakainya, ia menyimpan obat tersebut untuk digunakan sebagai alat tukar dengan
berbagai keperluannya.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Pasien

a. Internal
1. Presepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misalnya: Tukang Kayu yang
menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera
mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai
akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang
serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari
bantuan.

2. Asal atau jenis penyakit.


Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien
bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi
yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung
lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi
yang ada.

b. Eksternal
1. Gejala yang dapat dilihat.
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra
Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering
dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada
orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain
terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

2. Ekonomi.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.

5
3. Kelompok social
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman
penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun
yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan
adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian
mereka mendiskusikannya dengan temannya masing- masing. Teman Ny.
A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny.B mungkin akan
mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke
dokter.

4. Kemudahan akses terhadap sistem pelayanan


Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan
medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari
pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk
mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

5. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau
perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan.

6. Latar belakang budaya


Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana
menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian
perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

C. Definisi Perilaku Pasien

Perilaku manusia merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik dilihat
secara tidak langsung maupun langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku sakit
Perilaku sakit (illness behaviour) mencakup respon seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit, dan sebagainya. Sedangkan perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
dari segi sosiologi, orang sakit ( mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right)
dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh
orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarga), yang selanjutnya disebut perilaku

6
peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau
penyembuhan penyakit yang layak
c. Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit
1) Hak-hak orang sakit
 Bebas dari segala tanggung jawab sosial yang
normal
 Mengklaim bantuan atau perawatan kepada orang
lain
2) Kewajiban orang sakit
 Kewajiban untuk sembuh dari penyakitnya
 Mencari pengakuan, nasihat-nasihat, dan kerja sama
dengan para ahli (dalam hal ini petugas kesehatan)
yang ada didalam masyarakat.

Mechanics dalam Wolinsky (1980) melakukan pendekatan social untuk mempelajari


perilaku sakit. Pendekatan ini dihubungkan dengan teori konsep diri, definisi situasi, efek dari
anggota grup dalam kesehatan dan efek birokrasi. Teori ini menekankan pada dua factor, yaitu :
a. Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit
b. Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut.
Suchman (1965) yang memberikan batasan perilaku sakit sebagai
tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat
dari timbulnya gejala tertentu. Suchman menganalisa pola proses pencarian
pengobatan dari segi individu atau petugas kesehatan. Menurutnya, ada 5
macam reaksi dalam proses mencari pengobatan, antara lain:

1) Shopping, yaitu proses mencari alternatif sumber


pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat
memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan
harapan.

2) Fragmentation, yaitu proses pengobatan oleh beberapa


fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama

3) Procrastination, yaitu proses penundaan pencarian


pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan

7
4) Self medication, yaitu pengobatan sendiri dengan
menggunakan berbagi macam ramuan atau obat-obatan
yang dinilai tepat baginya

5) Discontinuity, yaitu penghentian proses pengobatan

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasien

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu : faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat
(reinforcing factor) (Notoatmodjo, 2003; Green, 2000).

 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu:

a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka
(overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng
(Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan mencakup di dalam
domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall)
terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang dipelajari.

2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama yang lain.

5) Sintesis (Synthesis)
8
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu,
didasarkan atas suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang tersedia.

7) Sikap
Sikap merupakan respon tertutup individu terhadap suatu
stimulus atau obyek, baik yang bersifat dari dalam maupun luar,
sehingga gejalanya tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
tersebut. Sikap yang realitas menunjukkan adanya kesesuaian
respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo,2004; Purwanto,
1999). Tingkatan respon adalah menerima (receiving), merespon
(responding), menghargai (valuing) dan bertanggung jawab
(responsible) (Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).

8) Kepercayaan
Keyakinan seseorang terhadap satu hal tertentu akan
mempengaruhi perilaku individu dalam menghadapi suatu penyakit
yang mempengaruhi kesehatannya (Green, 2000).

9) Nilai-nilai
Norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada diri
seseorang (Green, 2000).

10) Persepsi
Persepsi merupakan proses pengorganisasian, terhadap
suatu rangsang yang diterima oleh individu sehingga merupakan
sesuatu yang mempunyai arti dan menyeluruh dalam diri individu.
Individu yang mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu
cenderung akan berperilaku sesuai dengan persepsi yang
dimilikinya (Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2003).

9
 Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini dapat menjadi penghambat
atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik (Green,
2000). Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin (Khairudin,
2010).

 Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan penguat terhadap timbulnya


sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan
penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang
akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku.

E. Definisi Respon Sakit

Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu
dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Menurut Perkins) Sakit sebagai suatu
keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau
menyimpang (Menurut Oxford English Dictionary).

Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan


atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut
Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada
stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Respon berasal dari kata
“response” yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan. Jadi, respons adalah setiap
tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap
rangsangan/stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi
menjadi (3) bagian yaitu :
 Kognitif berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan
terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.
 Afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang
terhadap sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang
disenangi oleh banyak  orang.
 Konatif berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan
atau perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut

10
tergantung pada keselarasan.

Jadi Respon Sakit merupakan suatu tanggapan atau reaksi dari tubuh
terhadap rangsangan atau stimulus dari microorganisme asing atau penyakit. Menurut
Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang sakit yang dapat
diamati, yaitu:

1. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang


sakit memiliki perasaan takut.Bentuk ketakutannya, meliputi takut
penyakitnya tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan, dan
takut tidak mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa
diisolasi.
2. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah
ansietas (kecemasan).Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu
caranya adalah dengan regresi (menarik diri) dari lingkungannya.
3. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit
banyak  mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris,
ditandai dengan hal-hal berikut:

- Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang


diderita.
- Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.
- Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.
- Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan
maupun kegiatan.

4. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang


sakit dengan melebih-lebihkan persoalan kecil.Akibatnya pasien
menjadi cerewet, banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang
masalah sepele.
5. Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit
ditandai dengan sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga
menyebabkan reaksi emosional tinggi.
6. Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor
diatas, seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi
terhadap orang lain.
7. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping
memiliki rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor
psikologis inilah salah satu sebab berkurangnya minat sehingga
ia tidak mempunyai perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di

11
lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian
terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat
terhadap sesuatu.

F. Macam-macam Respon Sakit

1. Respon Alergi
Definisi Respon alergi (allergic response) adalah situasi di mana
tubuh membentuk antibodi terhadap obat, makanan atau alergen tertentu,
menyebabkan reaksi fisik yang mungkin parah atau tidak parah.

2. Respon Kekebalan
Definisi Respon kekebalan adalah aktivitas sistem kekebalan tubuh
untuk  melawan penyusup luar (misalnya, bakteri, virus), sel-sel kanker,
atau jaringan tubuh sendiri (respon autoimun). Respon kekebalan dapat
dilakukan melalui sel-sel atau antibodi.

3. Respon Stress
Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif.

4. Respon Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku
yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.Ketika mengalami rasa sakit,
tubuh akan merespon dengan refleks yang cepat. Sistem saraf dalam
tubuh memang bisa merespon rasa sakit dengan kecepatan yang tinggi.
Reaksi cepat ini tentunya penting bagi manusia, untuk mencegah luka
yang lebih parah.Namun tahukah Anda bahwa dalam kecepatan refleks
tersebut, tubuh manusia sebenarnya melakukan proses yang sangat
rumit dan hebat. Inilah proses yang terjadi dalam tubuh ketika merespon
rasa sakit.

a. Keseimbangan yang hilang


Sel saraf memiliki keseimbangan yang baik antara
sodium, potasium, dan kalsium. Ketika terkena sesuatu yang
menyakitkan, misalkan ketika menyentuh api, keseimbangan
tersebut akan hilang. Sodium mulai melewati membran sel dan
ketika sudah banyak sodium yang masuk ke sel, sel saraf mulai
mengeluarkan sinyal elektrik.

12
b. Sinyal elektrik keluar 
Serat saraf yang berbeda akan membawa jenis rasa
sakit yang berbeda, misalkan rasa sakit secara mekanik, kimia,
atau suhu (panas). Sinyal elektrik yang dikeluarkan oleh sel
saraf akan dibawa oleh serat saraf yang berbeda untuk keluar
menuju sumsum tulang belakang.
c. Pusat saraf 
Semua sinyal rasa sakit akan mencapai sumsum
tulang belakang. Salah satu yang berasal dari daerah yang
terkena rasa sakit akan masuk ke bagian tengah yang terdapat
pada bagian bawah leher Anda, di tempat kelima atau ketujuh
dari tulang belakang.

d. Proses pengolahan sakit


Setelah melewati sumsum tulang belakang, sinyal
akan menyentuh bagian otak  penerima sinyal, yaitu
thalamus. Untuk sakit yang disebabkan oleh panas atau
api,  perjalanan ini hanya membutuhkan waktu 0,01 detik.
Waktu tersebut sebenarnya cukup pelan karena zat kimia yang
bekerja dalam serat saraf bekerja 10 kali lebih cepat dari itu.
Selanjutnya, thalamus akan memicu gerakan refleks pada
tubuh dan mengirimkan interpretasi rasa sakit pada cerebral
cortex.

e. Tubuh bereaksi
Setelah sampai pada cerebral cortex, tubuh akan
merespon dengan menghindari sumber rasa sakit. Itulah
proses yang terjadi pada tubuh ketika merasakan sakit.
Tubuh Anda memiliki mekanisme yang hebat untuk
merespon rasa sakit dengan cepat dan menghindarinya
untuk  menyelamatkan diri.

Reaksi individu terhadap gejala sakit (Schuman)

 Tahap pengenalan gejala


 Tahap asumsi peranan sakit
 Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
 Tahap ketergantungan si sakit
 Tahap penyembuhan atau rehabilitasi

13
G. Peran dan Perilaku Perawat Terhadap Pasien

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu


paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan,
lingkungan dan perawat itu sendiri.
Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial maupun dari luar profesi keperawatan
yang bersifat tetap (constant) (Kusnanto, 2003). Friskarini dan Manalu (2009) menyatakan
bahwa peran tenaga kesehatan dalam memberikan informasi terkait kondisi pasien dan
pengobatannya sangat penting untuk memotivasi pasien untuk sembuh. Peran perawat meliputi
:
a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Peranan
ini umumnya dilaksanakan oleh para pelaksana keperawatan, baik itu
dari puskesmas sampai dengan tingkat rumah sakit.

b. Peran Perawat sebagai advokat klien


Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Peran Perawat sebagai Edukator


Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. Biasanya bila dalam lingkungan rumah
sakit diberikan sewaktu pasien akan pulang sehingga diharapkan pasien
dapat menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga kesehatannya.

d. Peran Perawat sebagai koordinator


Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

14
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien. Dalam rumah sakit ataupun tempat pelayanan
kesehatan lainnya dijalankan oleh perawat sruktural atau kepala ruangan
dan setingkatnya.

e. Peran Perawat sebagai kolaborator


Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya. Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila
tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.

f. Peran Perawat sebagai Konsultan


Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan dan biasanya diberikan oleh para perawat
senior dalam suatu lahan pelayanan perawatan.

g. Peran Perawat sebagai Pembaharuan


Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan. Biasanya dilakukan oleh perawat dalam level
struktural.

Adapun Perilaku perawat terhadap klien salah satunya peduli (caring). Perilaku Peduli
sangatlah penting untuk keperawatan. Perilaku peduli juga sangat penting untuk tumbuh
kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku
Peduli (caring) mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab,
dan dilakukan dengan ikhlas. Perilaku peduli (Caring) juga merupakan sikap peduli,
menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan secara
sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena perilaku
peduli merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku peduli
bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap
orang yang berbeda pada satu tempat, maka kinerja perawat khususnya pada perilaku peduli
menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama
di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang
nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan.
15
Bab III
Penutup

A. Kesimpulan

Menurut Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1993), peran dimaknai sebagai satu pola
tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai
sifat dan tindakan si pemegang status atau kedudukan sosial.
Ada dua faktor yang mempengaruhi peran yaitu faktor yang pertama adalah faktor
Internal yaitu persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami dan juga asal atau
jenis penyakit. Faktor yang kedua adalah faktor Eksternal yaitu gejala yang dapat dilihat,
Ekonomi, Kelompok social, Kemudahan akses terhadap sistem pelayanan, Dukungan Sosial
dan Latar belakang budaya.
Perilaku manusia merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik dilihat
secara tidak langsung maupun langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010). Perilaku sakit
(illness behaviour) mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan
sebagainya. Sedangkan perilaku peran sakit (the sick role behaviour) dari segi sosiologi, orang
sakit ( mempunyai peran yang mencakup hak- hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai
orang sakit (obligation).
Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau
balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995).Jadi Respon Sakit
adalah merupakan suatu tanggapan atau reaksi dari tubuh terhadap rangsangan atau
stimulus dari microorganisme asing atau penyakit.

Macam-macam Respon Sakit

 Respon Alergi
 Respon Kekebalan
 Respon Stress
 Respon Nyeri

16
B. Saran

Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang Peran dan Prilaku
Pasien dan Respon Sakit Pasien diharapkan mahasiswa mampu melihat kejadian yang
terjadi dilapangan.

17
Daftar Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta.

Ramadhan. (2009, Januari 20). Respon Terhadap Penyakit. Retrieved Desember 08, 2021 from
forbetterhealth.wordpress.com: https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/20/respon-
terhadap-nyeri/

Ronald. (2013, Mei 09). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keyakinan dan Tindakan Kesehatan.
Retrieved 08 Desember, 2021 from rontono.blogspot.com:
https://rontono.blogspot.com/2013/05/konsep-sehat-sakit-menurut-who.html

Vincent, C.A. & Coulter, A.(2000).Patient safety:what about the patient?.Quality & Safety in
Health Care,11(1),76-80.

18

Anda mungkin juga menyukai