Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman belajar lapangan (PBL) adalahsalah satu bentuk pengalaman

belajar mengajar di masyarakat yang merupakan siklus pemecahan masalah

dengan materi substansinya adalah “Community Health Diagnosis” dan

Pengembangan Proyek Intervensi.

Kegiatan Pengalaman Belajara Lapangan (PBL) diharapkan dapat

dihasilkan seorang sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) yang profesional

dibidangnya. Kemampuan profesional Kesehatan Masyarakat merupakan

kemampuan spesifik yang harus dimiliki oleh seorang tenaga profesional

bidang Kesehatan Masyarakat. Ada enam kemampuan yang diharapkan

diperoleh dari PBL :

1. Mampu melakukan kajian dan analisis situasi

2. Mampu mengembangkan kebijakan dan perencanaan program

3. Mampu berkomunikasi secara efektif

4. Mampu memahami budaya setempat

5. Mampu melaksanakan pemberdayaan masyarakat

6. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan berfikir sistem


B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Menetapkan diagnosis masalah kesehatan masyarakat serta

mengembangkan program intervensi kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

a. Melakukan diagnosis masalah kesehatan masyarakat dengan

memetakan kondisi masyarakat berdasarkan indikator keluarga sehat,

mencakup penyusunan instrumen, pengumpulan data, merumuskan dan

memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat masalah kesehatan

masyarakat.

b. Melakukan pemecahan masyarakat (Problem Solving) Kesehatan

Masyarakat mencakup menentukan alternative pemecahan masalah,

membuat rencana pelaksanaan kegiatan, melaksanakan serta

mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah dengan

memperhatikan intervensi yang sudah berjalan.

c. Menyusun laporan pengalaman belajar lapangan sesuai sistematika

yang sudah ditentukan.

C. Ruang Lingkup

1. Materi

Sebagai kurikulum inti pendidikan sarjana kesehatan masyarakat Stikes

Dharma husada Bandung, dengan beban studi 3 SKS.


2. Waktu

12 Agustus 2016 sampai dengan 10 September 2016.

3. Lokasi

Lokasi pelaksanaan PBL didaerah binaan STIKes Dharma Husada

Bandung yaitu Kp. Rw 09 Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang

Kabupaten Bandung.

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Mampu melakukan kajian dan analisis situasi

b. Mampu mengembangkan kebijakan dan perencanaan program

c. Mampu berkomunikasi secara efektif

d. Mampu memahami budaya setempat

e. Mampu melaksanakan pemberdayaan masyarakat

f. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan berfikir sistem

2. Bagi Tempat PBL

a. Mengetahui masalah kesehatan dan pemecahannya yang ada di sekitar

lahan PBL

b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat

c. Masyarakat mampu memaksimalkan pemeliharaan lingkungan sekitar

dengan tujuan meningkatkan lingkungan sehat bagi masyarakat itu

sendiri.
d. Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai ilmu

kesehatan.

e. Laporan PBL dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi

mengenai situasi kesehatan lahan PBL.

3. Bagi Institusi

a. Institusi dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan instansi

pemerintahan seperti desa.

b. Institusi dapat mengetahui tingkat kemampuan dan keterampilan

mahasiswa dalam analisis dan pemecahan masalah di masyarakat

E. Langkah kegiatan (Uraian Langkah PBL Mulai persiapan sampai dengan

Evaluasi)

1. Persiapan

a. Pembekalan Mahasiswa

b. Perencanaan penyusunan kuisioner

c. Konsultasi penyususnan kuisioner

2. Pelaksanaan

a. Pembukaan dengan aparat desa setempat

b. Bina warga dengan tokoh dan masyarakat RW 09

c. Pengumpulan data

d. Pengolahan dan analisis data

e. Penentuan prioritas masalah

f. Perencanaan pemecahan masalah


g. Intervensi

3. Evaluasi

a. Rekapitulasi hasil intervensi

b. Evaluasi akhir PBL


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Indikator Keluarga Sehat

1. Pengertian Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari

penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang

meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO Sehat itu

sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau

kelemahan (WHO).

Sedangkan menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan

bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh

terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dansosial dan di dalamnya kesehatan

jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung 4 aspek. Perwujudan

dari masing masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain

sebagai berikut:

a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa mengeluh

sakit dan tidak adanya keluhan dan secara objektif tidak tampak sakit.

Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

b. Kesehatan mental/ jiwa mencakup tiga komponen yaitu :


1) Pikiran sehat tercermin dari cara berfikir atau jalan pikiran

2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang seseorang

untuk mengekspresikan emosionalnya misalnya takut, gembira,

khawatir dll.

3) Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam menekspresikan

rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu

diluar alam fana ini, yakni tuhan yang maha kuasa. Misalnya sehat

spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang, dengan kata

lain sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan

ibadah dan semua aturan aturan agama yang dianutnya.

c. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan

dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan

ras, suku, agama atau kepercayaan, status social, ekonomi, polotik dll,

serta saling toleran dan menghargai.

d. Kesehatan dari aspek ekonimi terlihat bila seseorang dewasa produktif,

dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat

menyokong hidupnya dan keluarganya secara finansial. Bagi mereka

yang belum dewasa dan usia lanjut dengan sendirinya batasan ini tidak

berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah

produktif secara social, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi

kehidupan mereka nanti. Misalnya berprestasi bagi siswa dan

mahasiswa, dan kegiatan social, keagamaan dan pelayanan

kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.


2. Pengertian keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Departemen Kesehatan RI, 1988).

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.

b. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga.

c. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling

berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu,

anak dan saudara.

d. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar

berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.

3. Pengertian keluarga sehat

Keluarga sehat adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara

fisik, mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan terciptanya

keluarga utuh agar bisa hidup normal secara sosial maupun ekonomi.

Didalam keluarga nantinya akan terjalin hubungan yang bersifat

multifungsional yang didalamnya akan terdapat banyak interkasi. Interasksi

tersebut adalah hubungan antara suami dan istri, orangtua dan anak, serta

adik dan kakak.


Masing-masing dari anggota keluarga pasti memiliki karakteristik

kepribadian yang berbeda satu sama lain. Namun hal tersebut justru akan

menjadi faktor pembangun dalam suatu keluarga. Meskipun demikian, tak

jarang konflik terjadi didalam keluarga entah itu antara kakak dengan adik,

saudara dengan saudara atau bahkan orangtua dengan anak. Sebuah keluarga

dikatakan sehat jika mereka mampu mengatasi berbagai konflik yang terjadi

serta mampu menjaga hubungan harmonis antar anggota keluarga.

Setelah anda mengetahui pengertian keluarga sehat, saatnya anda juga

harus mengetahui berbagai karakteristik keluarga sehat yang dilihat dari segi

fisik dan mental. Dari segi fisik adalah sebagai berikut.

a. Keluarga yang mempunyai toilet dan kamar mandi yang bersih

b. Keluarga yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari

c. Seluruh anggota keluarga bukan pecandu narkotika dan perokok

d. Semua gizi anggota keluarga terpenuhi dengan baik

e. Mempunyai cadangan biaya yang cukup untuk pemeliharaan kesehatan

keluarga

Sedangkan dari segi mental adalah sebagai berikut.

a. Waktu bersama keluarga

Menghabiskan waktu untuk sekedar berkumpul dan bercanda

dengan keluarga akan memperkuat keharmonisan dalam keluarga.

Sekedar minum dan bersantai bersama keluarga juga bisa membuat

keluarga sehat, terlebih lagi jika teh celup Sariwangi menjadi minuman

pendampingnya. Hal ini dikarenakan teh celup Sariwangi adalah produk


teh celup nomer satu di Indonesia yang telah lama menjadi pendamping

keluarga harmonis.

b. Komuikasi

Untuk menciptakan keluarga sehat, komunikasi adalah salah

satu hal yang harus diterapkan. Komunikasi sendiri dapat terjalin saat

bersantai atau saat berkumpul bersama dimeja makan.

c. Kepercayaan

Yang terakhir adalah menaruh kepercayaan pada setiap anggota

keluarga. Keluarga sehat tidak akan terbentuk jika tidak adanya

kepercayaan antar sesama anggota keluarga.

4. Pengertian Paradigma Sehat

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan

kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat

masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor

secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi

kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk

agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.

Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan

baik secara makro maupun mikro. Secara makro, berarti bahwa

pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang

kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam pengembangan lingkungan

dan perilaku sehat. Secara makro, berarti bahwa pembangunan kesehatan


harus menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif.

Lebih dari itu, paradigma sehat adalah bagian dari pembangunan

peradaban dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma sehat adalah

perubahan mental dan watak dalam pembangunan.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada

mengobati penyakit. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan

(promosi) dan pencegahan penyakit (preventif) perlu ditekankan tanpa

mengesampingkan upaya penyembuhan dan pemulihan.

Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat :

a. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata

tidak efektif

b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata

dimasukkan unsur sehat produktif sosial ekonomis.

c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik

degeneratif

d. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan

penangan khusus

e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi

kesehatan penduduk.

Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah merupakan

“Health program for survival”, sedangkan yang menekankan pada upaya

promotif dan preventif merupakan “Health Program for human


development”. Paradigma sehat dicanangkan Depkes pada tanggal 15

September 1998.

Upaya pelayanan kesehatan yang menekankan upaya kuratif-

rehabilitatif kurang menguntungkan karena :

a. Melakukan intervensi setelah sakit

b. Cenderung berkumpul di tempat yang banyak uang.

c. Dari segi ekonomi lebih cost effective

d. Melakukan tindakan preventif dari penyakit, agar tidak terserang

penyakit.

5. Indikator keluarga sehat

a. Pendekatan keluarga sehat

Cara kerja pelayanan kesehatan yang tidak hanya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan didalam gedung, melainkan

juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga-keluarga diwilayah

kerjanya (tidak hanya mengandalkan UKBM yang ada), melakukan

pendekatan pelayanan yang mengintegrasikan UKP dan UKM secara

berkesinambungan dengan target keluarga didasari data dan informasi

dari profil kesehatan keluarga.

Adapun tujuan dari pendekatan keluarga sehat ini adalah :

1) Meningkatkan akses keluarga terhadap elayanan kesehatan yang

komprehensif

2) Mendukung pencapaian SPM kab/kota dan SPM provinsi

3) Mendukung pelaksanaan JKN


4) Mendukung tercapainya program Indonesia sehat

b. Keluarga Sehat

1) Batasan operasional keluarga

Keluarga inti(suami, isteri dan anak) dalam 1 Rumah bisa terdpt > 1

Keluarga

2) Indikator yang digunakan semula ada 20 setelah uji coba menjadi 12

indikator. Namun daerah bisa menambahkan indikator muatan lokal

sesuai masalah kesehatan setempat.

Disepakati 3 tingkatan Keluarga Sehat yaitu:

1) Keluarga sehat > 80% indikator baik

2) Keluarga pra-sehat 50%-80% indikator baik

3) Keluarga tidak sehat < 50% indikator baik

c. Program prioritas 2015-2019: Keluarga sehat & Nusantara sehat

1) Kesehatan ibu: menurunkan angka kematian ibu (AKI)

2) Kesehatan anak: menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan

menurunkan prevalensi balita pendek (stunting)

3) Pengendalian penyakit menular: mempertahankan prevalensi hiv-

aids <0,5, menurunkan prevalensi tuberculosis, dan menurunkan

prevalensi malaria

4) Pengendalian penyakit tdk menular: menurunkan prevalensi

hipertensi, mempertahankan prevalensi obesitas pada 15,4,

menurunkan prevalensi diabetes, menurunkan prevalensi kanker

i. Diperkuat dengan penyehatan lingkungan (sanitasi dan air minum)


d. 12 Indikator Keluarga Sehat

1) Keluarga mengikuti program KB (keluarga berencana)

2) Ibu hamil memeriksakan kehamilannya (ANC) sesuai standar

3) Bayi mendapatkan Imunisasi lengkap

4) Pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan

5) Pemantuan pertumbuhan balita

6) Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar

7) Penderita hipertensi yang berobat teratur

8) Penderita gangguan jiwa berat yang diobati

9) Tidak ada anggota keluarga yang merokok

10) Sekeluarga sudah menjadi anggota JKN

11) Mempunyai sarana air bersih

12) Menggunakan jamban keluarga

Manajemen program keluarga sehat dapat menggunakan model

DARRIME, yaitu :

D Database keluarga sehat

A Analisis program keluarga sehat

R Rumusan masalah program keluarga sehat

R Rencana program keluarga sehat

I Intervensi program keluarga sehat

M Monitoring program keluarga sehta

E Evaluasi program keluarga sehat

S Sosialisasi hasil monitoring dan evaluasi ke lintas sector terkait


B. Siklus Pemecahan Masalah/ problem solving cycle

Analisis
Situasi

Identifikasi
Evaluasi
masalah

Pengawasan
Prioritas
dan
Masalah
pengendalian

Pemantauan Tujuan

Pelaksanaan Alternatif
dan pemacahan
penggerakan masalah

Rencana
Operasional
BAB III

HASIL PENGAMATAN BELAJAR LAPANGAN

A. Diagnosis Masalah Kesehatan Masyarakat

1. Gambaran Umum Lokasi Desa / RW

a. Geografis wilayah kerja UPT Puskesmas

UPT Puskesmas Cilengkraang merupakan Puskesmas tanpa

tempat perawatan (TTP) yang memiliki luas wilayah binaan seluas

4.262,5 Ha dengan keadaan geografisnya 90% perbukitan, dengan jumlah

penduduk sebanyak 49.160 jiwa, jumlah RT 313, jumlah RW 77, jumlah

posyandu 77 dan 1 (satu) Puskesmas Pembantu di desa Cilengkrang yang

dapat mencakup 2 (dua) desa, jumlah poskesdes 3 (tiga) buah di desa

Ciporeat, Girimekar, dan desa Cipanjalu.

Jarak Puskesmas dengan Dinas kesehatan ±40 Km dan dapat

ditempuh dengan meggunakan sarana transportasi kendaraan umum lama

perjalanan antara 2-3 jam, jarakterjuh dengan desa binaan 10-15 Km atau

dengan lama perjalanan 1 jam.

Batas-batas Wilayah kerja

Timur : Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Sumedang

Barat: Kecamatan Cimenyan, Kanupaten Bandunng Barat

Utara : Kabupaten Bandung Barat

Selatan : Kota Bandung


b. Monografi Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

1) Demografi

Luas wilayah : Dataran 259,85 Ha

Perairan – Ha

Jumlah Penduduk : Laki-laki 2548 Jiwa

Perempuan 2591 Jiwa

Jumlah 5139 Jiwa

Komposisi Penduduk

Tabel 1.1
Komposisi Umur penduduk

Komposisi Umur Jenis kelamin


No Jumlah
Penduduk L P
1 0 – 6 tahun 162 172 334
2 7- 12 tahun 172 256 425
3 13-15 tahun 83 91 174
4 16 – 18 tahun 82 86 168
5 19 – 25 tahun 198 288 486
6 26 – 30 tahun 106 196 302
7 31 – 35 tahun 122 124 246
8 36 – 40 tahun 136 132 268
9 41 – 45 tahun 164 120 284
10 46 – 50 tahun 118 102 220
11 51 – 55 tahun 102 100 202
12 56 – 60 tahun 68 77 145
13 >60 tahun 111 97 208
Jumlah 2548 2591 5139
Sumber data Monografi Desa 2015

Jumlah KK : 1543 KK

Jumlah RW : 9 RW

Jumlah RT : 37 RT
2) Orbitasi (jarak tempuh dari Desa)

Jarak dari desa ke kantor kecamatan : 5 Km

Waktu tempuh dari desa ke Kantror Kecamatan : 20 menit

3) Topografi

Merupakan daerah Perbukitan

4) Karakteristik Wilayah

Perbukitan 101-500 m

c. Gambaran Data Masyarakat

1) Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilengkrang

Gambar 1.1
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilengkrang

2) Kondisi Geografis dalam bentuk narasi disertai tabel tentang

kelurahan, RT, RW, Luas Wilayah, Jarak terjauh, dan waktu tempuh

wilayah kerja dengan UPT Puskesmas dan kondisi keterjangkauan

wilayah kerja dengan roda 4, roda 2, jalan kaki.


Tabel 2.1
Wilayah UPT Puskesmas Cilengkrang Tahun 2015
Luas Jumlah Jarak Kondisi Keterjangkauan Rata-rata
No Desa Wilayah Tempuh Roda Roda Jalan Tempuh Ket
RT RW
(Ha) (Km) 2 4 Kaki (Menit)
1 Girimekar 620,24 76 21 5 √ √ Aspal 30
2 Jatiendah 128,619 104 19 0 √ √ Aspal 5
3 Melatiwangi 499,874 29 8 1 √ √ Aspal 15
4 Cipanjalu 2018 44 11 5 √ √ Aspal 30
5 Ciporeat 558,89 37 9 7 √ √ Aspal 45
6 Cilengkrang 436,877 23 9 8 √ √ Aspal 90
7 Puskesmas 4.262,5 313 77 √ √ Aspal
Sumber data : Data demografi Kecamatan Cilengkrang Tahun 2015

Berdasarkan data pada tabel 2.1 diatas, seluruh wilayah dapat

dijangkau oleh kendaraan roda 4, dan roda 2, serta dapat dingakau

juga dengan jalan kaki. Hal ini mempermudah petugas untuk

menjangkau wilayah kerja dan memudahkan jika terdapat kasus-kasus

yang perlu dirujuk.

d. Demografis

Dalam demografis ini diuraikan tentang data-data dan analisa

kondisi kependudukan yang ada diwilayah kerja UPT Puskesmas

Cilengkrang yang berkaitan dengan kebutuhan data pembangunan

kesehatan.

1) jumlah dan komposisi penduduk berdasarkan golongan umur dan jenis

kelamin

Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Cilengkrang berjumlah

49.160 penduduk terdiri dari 6 Desa dan 16.025 KK, Dimana


penduduk terbanyak didominasi oleh kelompok usia produktif (15-44

Tahun)sehingga dalam pelaksanaan program kesehatan perlu

ditekankan pada penyakit-penyakit umum didapati pada golongan

umur tersebut serta upaya kesehatan ibu (Profi Puskesmas Data Kec.

Cilengkrang tahun 2015).

Tabel 3.1
Tabel Penduduk berdasarkan kelompok umur Puskesmas Cilengkrang Tahun 2015
Jml Jumlah Penduduk
Desa Pendu Laki-laki (Tahun) Perempuan (Tahun)
duk <1 1-4 5-14 15-44 45-64 ≥65 Jml <1 1-4 5-14 15-44 45-64 ≥65 Jml
Girimekar 11.817 79 443 1089 2812 1001 612 6036 99 427 1075 2577 939 664 5781
Jatiendah 18.245 155 620 1321 4720 2110 453 9379 137 569 1210 4570 1980 400 8866
Melatiwangi 4372 29 137 417 1117 419 88 2207 27 157 339 1066 429 87 2165
Cipanjalu 5780 51 186 568 1524 506 170 3005 50 197 438 1326 571 193 2775
Ciporeat 5185 39 318 524 1264 417 124 2686 47 218 445 1238 417 134 2499
Cilengkrang 3761 44 134 442 885 298 108 1911 40 159 415 878 271 87 1850
Jumlah 49160 397 1838 4361 12322 4751 1555 25224 335 4205 4205 11940 6443 1476 23936
Sumber Profi Puskesmas Data Kec. Cilengkrang tahun 2015

Penduduk Desa Ciporeat memiliki jumlah penduduk yang

terdiri dari 5185 penduduk yaitu sebanyak 2,696 laki-laki, dan 2,594

perempuan, jadi jumlah penduduk desa Ciporeat ada 5,291 Jiwa

anggota keluarga (laporan jumlah penduduk bulan juli 2016 desa

Ciporeat Kec. Cilengkrang).


Tabel 3.2
Laporan Jumlah Penduduk Desa Ciporeat Kec. Cilengkrang Kab. Bandung
Bulan Juli 2016

Jml penduduk awal bulan Pertambahan Pengurangan


Jumlah penduduk ahkhir bulan ini
ini Tahun ini tahun ini
Jml
No RW Jml Jml
KK WNI Lahir Datang Mati Pindah WNI Jml
anggota Anggota
KK
keluarga Keluarga
L P L P L P L P L P L P
1 1 206 350 363 713 1 3 351 366 206 717
2 2 164 312 270 582 312 270 165 582
3 3 188 288 302 590 288 302 188 590
4 4 199 335 313 648 1 335 312 198 647
5 5 217 369 342 711 1 369 341 217 710
6 6 147 222 226 448 222 226 147 448
7 7 166 265 233 498 1 1 1 266 233 166 499
8 8 157 252 260 512 3 251 257 158 508
9 9 189 303 285 588 1 286 286 181 590
Jumlah 1,626 2,696 2,594 5,290 2 2 3 6 2,593 2,593 1,626 5,291
Sumber data Laporan Jumlah Penduduk Desa Ciporeat Kec. Cilengkrang Kab.
Bandung Bulan Juli 2016

2) tingkat pendidikan

Tabel 3.3
Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Cilengkrang Tahun 2015
Laki-laki Perempuan
Jml
AK/
No Desa Penduduk Tidak SLT SLT Tidak AK/
SD UNI SD SLTP SLTA
>10th sekolah P A sekolah UNIV
V
1 Girimekar 9704 1 1590 1286 1170 167 0 1558 226 960 135
2 Jatiendah 15544 0 1323 1017 392 439 0 1146 985 303 311
3 Melatiwangi 3507 0 1242 492 410 86 0 848 314 278 54
4 Cipan1jalu 4782 2 515 201 94 13 1 572 195 59 8
5 Ciporeat 3888 0 1132 291 156 23 1 1075 252 89 13
6 Cilengkrang 2610 1 777 65 28 8 0 618 62 27 20
Sumber data : SP3 Puskesmas Cilengkrang tahun 2012
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Pada Tingkat Pendidikan Desa Ciporeat Tahun 2015
No Jenjang Pendidikan L P Jumlah
1 Tidak Tamat SD 90 75 165
2 SD 498 253 751
3 SMP 269 270 539
4 SMA 70 62 132
5 Akademis 15 18 33
Jumlah 942 678 1620

Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar Penduduk

desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung diatas hal

ini memudahkan dalam penyampaian informasi kesehatan, akan tetapi

dari seluruh desa tampak adanya penduduk tidak sekolah dan

penduduk paling banyak adalah tamatan SD sehingga saat

penyampaian informasi kesehatan perlu digunakan bahasa dan media

yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat.

3) pertumbuhan penduduk dan persebarannya

Dari tabel 3.1 dapat dilihat terdpat 49160 jumlah penduduk di

wilayah puskesmas Cilengkrang dan tampak pula kepadatan penduduk

di desa Ciporeat Kec. Cilengkrang Kab. Bandung dengan 5,291

penduduk/anggota keluarga dimana di RW 9 terdapat 181KK yang

terdiri dari 286 laki-laki dan 286 perempuan.

Dengan adanya kepadatan penduduk seperti itu perlu kita

perhatikan penyakit2-penyakit yang kemungkinan terjadi seperti

TBCdan ISPA.
Tabel 3.5
Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Wilayah Puskesmas Cilengkrang

Rata- Kepadatan
Jumlah Pertumbuhan
No Desa rata Penduduk
KK Penduduk
jiwa/KK (KM2)
1 Girimekar 3.162 23
2 Jatiendah 7.022 186
3 Melatiwangi 1.212 15
4 Cipanjalu 1.669 4
5 Ciporeat 1.636 8
6 Cilengkrang 1.324 7
Jumlah 16.025
Sumber data : Demografi Kecamatan Cilengkrang Tahun 2015

4) mata pencaharian penduduk

Sebagian besar pekerjaan/mata pencaharian penduduk Desa

Ciporeat kecamatan cilengkrang Kabupaten Bandung RW 9 adalah

Buruh sebanyak (orang) dan Ibu rumah tangga/tidak bekerja sebanyak

(orang). Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendapatan

masyarakat kurang baik. Hal ini berpengaruh kepada derajat kesehatan

masyarakat karena masyarakat kurang mampu membeli asupan

makanan yang bergizi. Dan kurangnya kepedulian masyarakat

terhadap kesehatan sehingga akses menuju fasilitas kesehatan

dijadikan sebagai alasan untuk tidak memeriksakan kesehatan karena

harus mengeluarkan biaya menuju puskesmas.

5) jumlah penduduk miskin

Jumlah penduduk miskin diwilayah Puskesmas Cilengkrang

berjumlah 12.539 jiwa (25,51% jika dibanding dengan jumlah

penduduk) yang terdiri dari 4015 KK.


Tabel 3.6
Jumlah Penduduk KK, KK miskin, Jiwa miskin Menurut Desa di wilayah
Puskesmas Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2015

Kepadatan Jumlah Jumlah


Jumlah Jumlah
No Desa Penduduk KK jiwa
Penduduk KK
Km2 Miskin Miskin
1 Girimekar 11.817 23 3.162 1.176 3.947

2 Jatiendah 18.245 186 7.022 817 2.198

3 Melatiwangi 4.372 15 1.212 395 1.114

4 Cipanjalu 5.780 4 1.669 803 2.815

5 Ciporeat 5.185 8 1.636 295 887

6 Cilengkrang 3.761 7 1.324 529 1.578

Jumlah 49.160 16.025 4015 12.539


Sumber data Demografi Kecamatan Cilengkrang tahun 2015

Tabel 3.7
Jumlah Penduduk, KK Miskin dan Jiwa Miskin Desa Ciporeat Tahun 2015
Jumlah Jumlah Kepala Jumlah KK Jumlah Jiwa
No RW
Penduduk Keluarga Miskin Miskin
1 1 712 210 38 128
2 2 572 164 29 109
3 3 585 188 39 100
4 4 573 198 36 144
5 5 710 219 34 79
6 6 447 148 26 48
7 7 492 168 34 85
8 8 517 160 37 108
9 9 577 181 22 80
Jumlah 5185 1636 295 877
Sumber data SP3 Poskesdes Ciporeat tqhun 2015
2. Gambaran Data Masyarakat RW 09 Desa Ciporeat

a. Tingkat Pendidikan

Tabel 1.1
Tingkat Pendidikan di RW 09 Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang
Kabupaten Bandung Tahun 2016

Pendidikan Frekuensi Presentasi

Masih Sekolah/ blm sekolah 112 22.8%

Tidak pernah sekolah 12 2.4%

Tidak tamat SD 24 4.7%

Tamat SD 200 39.4%

Tamat SLTP 69 13.6%

Tamat SLTA 81 15.9%

Tamat D1/D2/D3 3 0.6%

Tamat PT 3 0.6%

Total 508 100 %


Sumber Pengumpulan Data Kelompok RW 09 Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas rata-rata pendidikan di RW.09 adalah

tamat SD (39,4 %). dalam hal ini dapat dikatakan penduduk RW.09

memiliki pendidikan yang rendah sehingga kualitas sumber daya

manusianya masih rendah.


b. Jenis Pekerjaan

Tabel 3.9
Jenis Pekerjaan di RW 09 Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang
Kabupaten Bandung Tahun 2016
Pendidikan Frekuensi Presentasi
Tidak Bekerja 230 45.3%
Sekolah 106 20.9%
PNS/TNI/BUMN/BUMD 5 1.0%
Pegawai Swasta 38 7.5%
Wiraswasta 33 6.5%
Petani 7 1.4%
Buruh 80 15.7%
Lsinnys 9 1.8%
Total 508 100 %
Sumber Pengumpulan Data Kelompok RW 09 Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas bahwa penduduk RW.09 banyak yang

tidak bekerja (45,3%) kemudian buruh (15,7%). Adapun dilihat dari

produktifitas masih banyak usia sekolah (20,9%).

c. Gambaran masyarakat RW.09 berdasarkan Indikator Keluarga Sehat

1) Keluarga Mengikuti Program KB

Tabel 3.10
Keluarga Mengikuti Program KB di RW 09 Desa Ciporeat
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

KB Frekuensi Presentasi
(KK)
Ya 76 69%
Tidak 34 31%

Total 110 100 %

Berdasarkan tabel 3.10 diatas, dari 110 KK di Rw 09


menunjukan sebagian besar yaitu 76 KK (69%) mengikuti program
KB dan hampir setengah yaitu 34 KK (31%) tidak mengikuti
program KB.
2) Ibu Melakukan Persalinan di Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.11
Ibu Melakukan Persalinan di Fasilitas Kesehatan di RW 09
Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Persalinan Frekuensi Presentasi


(KK)
Ya 7 100%
Tidak 0 0%

Total 7 100 %

Berdasarkan tabel 3.11 diatas, dari 7 KK yang ada ibu

bersalin menunjukan seluruhnya yaitu7KK(100%) Persalinan di

Fasilitas kesehatan.

3) Bayi Mendapat Imunisasi Lengkap


Tabel 3.12
Bayi Mendapat Imunisasi Lengkap di RW 09 Desa Ciporeat
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016
Imunisasi Frekuensi Presentasi
(KK)
Ya 10 91%
Tidak 1 9%

Total 11 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dari 11 KK yang ada di RW 09,

menunjukan hampir seluruhnya yaitu10 KK (91%) mendapat

imunisasi lengkap dan sebagian kecil yaitu 1 KK dengan imunisasi

tidak lengkap.
4) Bayi Mendapat ASI Ekslusif
Tabel 3.13
Bayi Mendapat ASI Ekslusif di RW 09 Desa Ciporeat Kecamatan
Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

ASI Ekslusif Frekuensi Presentasi


(KK)
Ya 12 100%
Tidak 0 0%

Total 12 100 %

Berdasarkan tabel 3.13 diatas,menunjukan seluruhnya yaitu

12KK(100%) bayi mendapat ASI ekslusif.

5) Balita Mendapat Pemantauan Pertumbuhan


Tabel 3.14
Balita Mendapat Pemantauan Pertumbuhandi RW 09 Desa Ciporeat
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Pemantauan Frekuensi Presentasi


Pertumbuhan (KK)
Ya 47 100%
Tidak 0 0%

Total 47 100 %

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan seluruhnya yaitu 47

KK yang memiliki balita (100%) melakukan Pemantauan

pertumbuhan balita.
6) Penderita Tubeculosis Paru Mendapatkan Pengobatan Sesuai
Standar
Tabel 3.15
Penderita Tubeculosis Paru Mendapatkan Pengobatan Sesuai
Standardi RW 09 Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang
Kabupaten BandungTahun 2016

Penderita TB Frekuensi Presentasi


(berobat sesuai (KK)
standar)
Ya 4 67%
Tidak 2 33%

Total 6 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, dari 6 KK penderita TB paru

menunjukan sebagian besar yaitu 4 KK (67%) mendapatkan

pengobatan sesuai standard dan hampir setengah yaitu 2 KK (33%)

tidak mendapatkan pengobatan sesuai standar.

7) Penderita Hipertensi Melakukan Pengobatan Secara Teratur


Tabel 3.16
Penderita Hipertensi Melakukan Pengobatan Secara Teraturdi RW
09 Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung
Tahun 2016

Penderita Hipertensi Frekuensi Presentasi


(pengobatan teratur) (KK)
Ya 13 41%
Tidak 19 59%

Total 32 100 %

Berdasarkan tabel 3.16 diatas, dari 32 KK penderita

hipertensi menunjukan hampir setengahKK yaitu 13 KK (41%)


melakukan pengobatan secara teratur dan sebagian besar KK yaitu

19 KK (59%) tidak melakukan pengobatan secara teratur.

8) Penderita Gangguan Jiwa Mendapatkan

Tabel 3.17
Penderita Gangguan Jiwa Mendapatkan Pengobatan di RW 09Desa
Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Penderita Frekuensi Presentasi


Gangguan Jiwa (KK)
(Pengobatan)
Ya 0 0%
Tidak 1 100%

Total 1 100 %

Berdasarkan tabel diatas, ada 1 KK (100%) penderita

gangguan jiwa tidak melakukan/mendapatkan pengobatan.

9) Anggota Keluarga Tidak Ada Yang Merokok


Tabel 3.18
Anggota Keluarga Tidak Ada Yang Merokok di RW 09 Desa
Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Perokok Frekuensi Presentasi


(KK)
Ya 128 88%
Tidak 17 12%

Total 145 100 %

Berdasarkan tabel 3.18 diatas, dari 145 KK , menunjukan

hampir seluruh KK yaitu 128 KK (88%) perokok dan sebagian

kecil KK yaitu 17 KK (12%) bukan perokok.


10) Keluarga Sudah Menjadi Anggota JKN
Tabel 3.19
Keluarga Sudah Menjadi Anggota JKN di RW 09 Desa Ciporeat
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016
Anggota JKN Frekuensi Presentasi
(KK)
Ya 51 35%
Tidak 94 65%

Total 145 100 %


Berdasarkan tabel 3.19 diatas, dari 145 KK , menunjukan

hampir setengah KK yaitu 51 KK (35%) keluarga sudah menjadi

anggota JKN dan sebagian besar KK yaitu 94 KK (65%) tidak

menjadi anggota JKN.

11) Keluarga Mempunyai Akses Sarana Air Bersih


Tabel 3.20
Keluarga Mempunyai Akses Sarana Air Bersih di RW 09 Desa
Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Memiliki Sarana Frekuensi Presentasi


Air Bersih (KK)
Ya 145 100%
Tidak 0 0%

Total 145 100 %

Berdasarkan tabel 3.20 diatas, seluruh KK yaitu 145 KK

(100%) sudah mempunyai sarana air bersih.


12) Keluarga Menggunakan Jamban Sehat
Tabel 3.21
Keluarga Menggunakan Jamban Sehat di RW 09 Desa Ciporeat
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Menggunakan Frekuensi Presentasi


Jamban Sehat (KK)

Ya 144 99%
Tidak 1 1%

Total 145 100 %

Berdasarkan tabel 3.21 diatas, dari 145 KK menujukan

hampir seluruh KK yaitu 144 KK (99%) sudah menggunakan

jamban sehat dan sebagian kecil yaitu 1 KK (1%) tidak

menggunakan jamban sehat.

3. Perumusan Masalah dan Prioritas Masalah

a. Perumusan Masalah

Tabel 3.22
Perumusan Masalah di RW 09 Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang
Kabupaten Bandung Tahun 2016

Ranking Masalah %
1 Keluarga tidak mengikuti program KB 30,9%
2 Sekeluarga belum menjadi anggota JKN 64,8 %
3 Ada anggota keluarga yang merokok 88,3 %
4 Penderita hipertensi yang tidak berobat teratur 59,4 %
5 Penderita TB Paru yang tidak berobat teratur 33,3%
Penderita gangguan jiwa berat yang tidak
6 100 %
diobati
7 Tidak memiliki jamban sehat 0,7%
8 Balita dengan imunisasi tidak lengkap 9%
b. Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode MCUA

Tabel 3.23
Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode MCUA di RW 09 Desa
Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016

Tabel 3.25
Penentuan Prioritas Masalah di RW 09 Desa Ciporeat Kecamatan
Cilengkrang Kabupaten Bandung Tahun 2016
Rank Point Masalah Skor Ket.
1 TB PARU 30 PRIORITAS
2 JKN 26
3 KB 24
4 MEROKOK 22
5 HIPERTENSI 20
6 GANGGUAN JIWA 10

Anda mungkin juga menyukai