Kepala dan
Muskuloskeletal
JMST119
◼ Trauma Kepala + Wajah + Leher
◼ Trauma Thorak (Paru & Jantung)
◼ Trauma Abdomen + Ginjal + Pelvis
◼ Trauma Ektremitas
©ACS
5 / 40
BIOMEKANIKA TRAUMA
1.Primary Collision
2.Secondary Collision
3.Tertiary Collision
4.Subsidary Collision
©ACS
Trauma Kepala
19 / 40
©ACS
20 / 40
©ACS
Tumpul High
Mekanism velocity
Low velocity
Luka
Tajam tembak
Tusuk
Berat GCS = 3- 8
21 / 40
Hematom Periorbita
©ACS
Epidural Hematom
23 / 40
©ACS
24 / 40
©ACS
25 / 40
©ACS
26 / 40
©ACS
Respon Motorik
27 / 40
©ACS
Respon Verbal
5 = berbicara normal
4 = berbicara mengacau
3 = berbicara tidak jelas
2 = hanya suara yg keluar
1 = tidak ada respons
28 / 40
Respon Pupil
Kedaruratan muskuloskeletal :
Fraktur Terbuka
Fraktur tertutup dgn ggn neurovascular
Dislokasi
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi
- Odema
- Haematom
- Deformitas
- Nyeri Tekan
- Kripitasi
- Fungsio Laesa
A.
A.
FIRST AID FOR LOWER EXTREMITY TRAUMA
Orthopaedic
surgeon
spica cast Minerva jacket
Fraktur tungkai bawah
Sering terjadi
Compartment Syndrome
Orthopaedic
surgeon
Tindakan sederhana pada
Compartment Syndrome
Fasciotomi yang luas sedini mungkin
Membiarkan luka tanpa dijahit
Luka ditutup dengan penutup luka biasa
Anggota gerak ditinggikan
❑ Kasus trauma thorak ditemukancenderung meningkat.
❑ 25% dari kasus multi trauma terdapat komponen
trauma thorak.
❑ 25 % dari kasus trauma thorak meninggal karena
hipoksemia, hipovolemia, gagal jantung.
❑ 90% dari kasus trauma thorak dapat diatasi dengan
tindakan yang sederhana di rumah sakit dan
Sesungguhnya hanya 10% yang memerlukan operasi.
Thorak:
▪ Terletak antara leher (thoracic inlet) dan abdomen
(thoracic outlet)
▪ Rangka thorak dibentuk oleh kolumna vetebralis
(belakang), costa dan inter costa (samping), sternum
(depan)
GANGGUANVENTILASI
DAN SIRKULASI
4. Tension pneumotoraks
5. Massive hemothorax
GANGGUANSIRKULASI
6. Tamponade jantung
7. DisrupsiAorta
8. Kontusio myocardial
Diidentifikasisaat Secondary Survey
1. Pneumotoraks
2. Hematotoraks
3. Kontusio Paru
4. Cedera trakeobronkial
5. Trauma tumpul jantung
6. Disrupsi aorta traumatic
7. Ruptur diafragma, rupturesofagus
PARU JANTUNG
TENSION
PNEMOTHORAK HEMATOTHORAK FLAILCHEST TAMPONADE JANTUNG
PNEMOTHORAK
THORACOSENTESIS
PERAN PERAWAT
Adanya udara pada ronggapleura.
Pneumotoraks sangat berkaitan dengan fraktur
kosta laserasi dari pleura parietalis dan visceralis.
Pneumotoraks pada trauma tumpul terjadi
karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba -
tiba menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan
ruptur alveolus.
Udara yang keluar ke rongga interstitial ke
pleura visceralis ke mediastinummenyebabkan
Pneumotoraks atau emfisemamediastinum.
❑ Adanya darah pada rongga
pleura. Darah dapat masuk ke
rongga pleura setelah trauma
dari dinding dada, diafragma,
paru-paru, atau mediastinum.
❑ Insiden dari hematotoraks
tinggi pada trauma tumpul, 37%
kasus berhubungan dengan
pneumotoraks
(hemopneumotoraks) bahkan
dapat terjadi hingga 58%
(Milisavljevic, et al., 2012; Lugo,
et al.,2015)
TRIAS BECK: vena jugularis dilatasi, bunyi jantung menjauh, hipotensi
Fraktur kosta terjadi karena adanya
gaya tumpulsecara langsung maupun
tidak langsung.
Fraktur kosta terjadi sekitar 35%- 40%
pada trauma toraks. Karakteristik dari
trauma kosta tergantung dari jenis
benturan terhadap dinding dada
(Saaiq, et al., 2010; Milisavljevic, et al.,
2012).
Gejala yang muncul adalah nyeri, yang
meningkat pada saat batuk, bernafas
dalam atau pada saat bergerak. Pasien
akan berusaha mencegah daerahyang
terkena untuk bergerak sehingga
terjadi hipoventilasi. Hal ini
meningkatkan risiko atelektasis dan
pneumonia (Novakov, et al., 2014 ;
Feng Lin, et al., 2015 ; Lugo, et al.,
2015).
Flail chest adalah suatu kondisi
medis dimana kosta - kosta
yang berdekatan patah baik
unilateral maupun bilateral dan
terjadi pada daerah
kostokondral.
Angka kejadian dari flail chest
sekitar 5%, dan kecelakaanlalu
lintas menjadi penyebab yang
paling sering.
Diagnosis flail chest didapatkan
berdasarkan pemeriksaan fisik,
foto Toraks, dan CTscanToraks
Dapat disertai pneumothoraks,
hematotoraks dan kontusio
pulmonal
PENGKAJIAN Manajemen awal untuk
pasien trauma toraks tidak
PRE – HOSPITAL berbeda dengan pasien
❑ SDM trauma lainnya dan meliputi
❑ Sarana –Prasarana ABCDE, yaitu:
(Transportasi) A: airway patency with care of
❑ Komunikasi cervical spine
B: Breathingadequacy
TRANFER DARI PRE– C: Circulatorysupport
HOSPITAL KE IGD: D: Disabilityassessment
❑ Initial Assessment E: Exposure withoutcausing
❑ Rapid or QuickAssessment hypothermia
❑ OngoingAssessment
❑ comprehensiveAssessment (Saaiq, et al., 2010; Lugo, et al.,
2015; Unsworth,et al., 2015).
Nilai keadaan pasien dengan mengambil tindakan resusitasi
secara simultan:
TraumaTajam
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
• Perhatikan adanya jejas di abdomen, periksa adanya goresan,
robekan, luka tembus, benda asing yang menancap, keluarnya
omentum atau usus kecil. Penderita dapat dibalikkan dengan
hati-hati (teknik log roll) untuk dapat memeriksa bagian
belakang tubuh secaralengkap
Auskultasi
Perkusi
• Bunyi timpani akibat adanya dilatasi lambung akut atau bunyi redup
bila adahemoperitoneum
Palpasi
1. Preparation ofEquitment
2. Insertion of chestdrain
3.ManagementOfThePatient FollowingChest
Drain Insertion
4. Management oftheWound
5. Nursing ManagementOfTheDrainage
System
6. ChangingTheChestDrainBottle
Ujung selang terendam 2cm
dibawah permukaan cairan.
Tersedia lubang yang
menghubungkan dengan udara
bebas (outlet udara).
Cairan pada selang tampak naik-
turun pada inspirasi dan ekspirasi
(undulasi).
Amankan sambungan-sambungan
selang dan botol dengan plester.
Jaga agar botol selalu berada lebih
rendah daripada dada pasien.
One bottle bersifat pasif (gravitasi),
tidak dihubungkan dengan suction.
Botol ke-1 untuk mengumpulkan
cairan yang terdrainase
Jika botol ke-2 dihubungkan ke
suction, botol ke-2 mengontrol
tingginya tekanannegative
Jika selang venting pada botol
ke-2 dicelupkan 10cm di bawah
permukaan air dan suction
dinyalakan, tekanan negative
sebesar 10cmH2O akan bekerja
pada rongga pleura.
Botol pertama untuk drainase cairan dan
udara dari rongga pleura, tidak perlu diberi
cairan antiseptic.
Kelebihan: Kualitas dan kuantitas cairan
pleura lebih akurat dinilai, cairan dan udara
lebih mudah terdrainase karena tidak ada
resistensi
Botol ke-2 adalah waterseal
Botol ke-3 adalah suctioncontrol
Jaga semua selang tetap paten, tidak ada yang kinking / tertekuk
Plester semua sambungan, pastikan tidak ada kebocoran
Periksa ketinggian cairan water seal dan suction control. Tambahkan
cairan steril biladiperlukan.
Tandai produksi cairan setiap hari (atau setiap jam pada kasus
observasi hemotoraks).
Amati undulasidan bubble.
Jangan angkat sistem wsd lebih tinggi dari dada pasien.
Letakkan botol atau gantung botol pada bed pasien dengan aman
Jangan mengosongkan botol dari cairan pleura yang terlalu banyak
Sistem WSDdisposable adalah single use
Bila botol terguling, kembalikan botol pada posisi tegak, minta pasien
napas dalam lalubatuk.
Chest tube dapat diklem sementara saat mengganti botol atau sesuai
permintaan dokter
Trauma thorak dan abdomen membutuhkan penatalaksanaan secara
cepat dan tepat karena dapat menyebabkan kematian.
Marieb, E. N. (2004) Human anatomy and physiology 6th Edition Benjamin Cummings, Menlo Park, California,
USA
Mattson Porth C (2005) Pathophysiology: Concepts of altered health states 7th edition Philadelphia, USA:
Lippincott
Santosa. 2005. Panduan Nanda. Prima Medika.Yogyakarta
Subekti. 2013. Keperawatan Kritis. Jakarta. EGC