Anda di halaman 1dari 105

TRAUMA

Kepala dan
Muskuloskeletal
JMST119
◼ Trauma Kepala + Wajah + Leher
◼ Trauma Thorak (Paru & Jantung)
◼ Trauma Abdomen + Ginjal + Pelvis
◼ Trauma Ektremitas
©ACS

5 / 40
BIOMEKANIKA TRAUMA
1.Primary Collision
2.Secondary Collision
3.Tertiary Collision
4.Subsidary Collision
©ACS

Trauma Kepala

19 / 40
©ACS

◆ Umur dan mekanisme trauma


◆ Vital signs
◆ GCS score dan pupil
◆ Minum alkohol?
◆ Trauma penyerta?

20 / 40
©ACS

Tumpul High
Mekanism velocity
Low velocity

Luka
Tajam tembak
Tusuk

Ringan GCS = 14-15

Kegawatan Sedang GCS = 9-13

Berat GCS = 3- 8
21 / 40
Hematom Periorbita
©ACS

Epidural Hematom

23 / 40
©ACS

24 / 40
©ACS

Evaluasi Neurologi pada Trauma Kepala


➢ GCS
➢ Eye opening = membuka mata
➢ Best motor response = respons
motorik
➢ Verbal response = respons verbal
➢ Syaraf kranial
➢ Respon pupil
➢ Refleks

25 / 40
©ACS

Respon Mata (Eyes)

• Eye opening = membuka mata


4 = membuka mata spontan
3 = membuka mata bila diajak bicara
2 = membuka mata dg rangsang nyeri
1 = tidak ada respons

26 / 40
©ACS

Respon Motorik

❑ 6 = bergerak menuruti perintah


❑ 5 = bergerak thdp nyeri, melokalisir
❑ 4 = bergerak menjauh rangsangan
❑ 3 = bereaksi dg gerak fleksi
❑ 2 = bereaksi dg gerak ekstensi
❑ 1 = tidak ada respons

27 / 40
©ACS

Respon Verbal

5 = berbicara normal
4 = berbicara mengacau
3 = berbicara tidak jelas
2 = hanya suara yg keluar
1 = tidak ada respons

28 / 40
Respon Pupil

❑ Pupil pinpoint mengindikasikan adanya kesrusakan pada


bagian pons dan penggunaan opiat
❑ Satu pupil menetap (tidak berespon thd cahaya)
unilateral mengindikasikan gangguan pada syaraf kranial
ke 3 (okulomotorik)
❑ Kedua pupil menetap (tidak berespon thd cahaya)
mengindikasikan adanya cedera batang otak atau
kematian otak
❑ Ptosis mengindikasikan kerusakan syaraf kranial ketiga
Tata laksana pada Trauma Kepala
O Airway:
O Intubasi oral pada pasien dengan GCS < 8
O Pasang OGT untuk dekompresilambung
O Breathing:
O Pertahankan paO2 100mmHg dan saO2 > 95%
O Circulation:
O Pertahankan normovolemi jaga MAP antara 70-90 mmHg
O Rehidrasi cairan sesuaikebutuhan
O Pasang kateter urine dan pertahankan output 0,5-
1cc/kgBB/jam
Trauma Ekstremitas

Kedaruratan muskuloskeletal :

 Fraktur Terbuka
 Fraktur tertutup dgn ggn neurovascular
 Dislokasi
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi
- Odema
- Haematom
- Deformitas
- Nyeri Tekan
- Kripitasi
- Fungsio Laesa
A.

A.
FIRST AID FOR LOWER EXTREMITY TRAUMA

Skin Traction for imobilization


Short leg patella tendon bearing cast
Short arm thumb spica cast

Orthopaedic
surgeon
spica cast Minerva jacket
Fraktur tungkai bawah
Sering terjadi
Compartment Syndrome

Periksa Neurovasculer distal


terutama bila
bengkak nyata dan kulit tegang

Orthopaedic
surgeon
Tindakan sederhana pada
Compartment Syndrome
 Fasciotomi yang luas sedini mungkin
 Membiarkan luka tanpa dijahit
 Luka ditutup dengan penutup luka biasa
 Anggota gerak ditinggikan
❑ Kasus trauma thorak ditemukancenderung meningkat.
❑ 25% dari kasus multi trauma terdapat komponen
trauma thorak.
❑ 25 % dari kasus trauma thorak meninggal karena
hipoksemia, hipovolemia, gagal jantung.
❑ 90% dari kasus trauma thorak dapat diatasi dengan
tindakan yang sederhana di rumah sakit dan
Sesungguhnya hanya 10% yang memerlukan operasi.
Thorak:
▪ Terletak antara leher (thoracic inlet) dan abdomen
(thoracic outlet)
▪ Rangka thorak dibentuk oleh kolumna vetebralis
(belakang), costa dan inter costa (samping), sternum
(depan)

Organ pada Rongga thorak secara garis besar terdiri dari :


Paru-paru, Jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cava
superior & inferior, esofagus pada bagian posterior, trakea
bagian anterior)
❑ Trauma toraks yaitu suatu trauma yang mengenai dinding
toraks secara langsung maupun tidak langsung yang
berpengaruh pada organ didalamnya, sebagai akibat dari
suatu trauma tumpul maupun trauma tajam.

❑ Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada


tulang kosta dan sternum, rongga pleura, saluran nafas
intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi
tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme
cedera (Gallagher, 2014).
❑ Kerusakan anatomi yang ringan berupa
fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan
anatomi yang lebih berat berupa fraktur
kosta multipel dengan komplikasi
pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio
pulmonal. Trauma yang lebih berat
menyebakan robekan pembuluh darah besar
dan trauma langsung pada jantung (Saaiq et
al., 2010; Lugo, et al., 2015).
ILUSTRASI

Pathophysiology ofThoracic AT ACCIDENTEMERGENCY


Trauma :
❑ Blunt (Tumpul) ❑ Anamnese
❑ Penetrating (Tembus) ❑ Pemeriksaan fisik
❑Baro trauma (perubahan ❑ Pemeriksaan Penunjang
tek.Yg mendadak)
❑ Explosion Related
➢ Chemical AgentRelated
➢ Biological AgentRelated

KEMUNGKINAN DX. MEDIS


GANGGUANVENTILASI
1. Disrupsi trakeobronkial
2. Open pneumotoraks
3. Flail chest

GANGGUANVENTILASI
DAN SIRKULASI
4. Tension pneumotoraks
5. Massive hemothorax

GANGGUANSIRKULASI
6. Tamponade jantung
7. DisrupsiAorta
8. Kontusio myocardial
Diidentifikasisaat Secondary Survey
1. Pneumotoraks
2. Hematotoraks
3. Kontusio Paru
4. Cedera trakeobronkial
5. Trauma tumpul jantung
6. Disrupsi aorta traumatic
7. Ruptur diafragma, rupturesofagus
PARU JANTUNG

TENSION
PNEMOTHORAK HEMATOTHORAK FLAILCHEST TAMPONADE JANTUNG
PNEMOTHORAK

THORACOSENTESIS

WATER SEALDRAINAGE PERICARDIOSENTESIS


IGD

PERAN PERAWAT
Adanya udara pada ronggapleura.
Pneumotoraks sangat berkaitan dengan fraktur
kosta laserasi dari pleura parietalis dan visceralis.
Pneumotoraks pada trauma tumpul terjadi
karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba -
tiba menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan
ruptur alveolus.
Udara yang keluar ke rongga interstitial ke
pleura visceralis ke mediastinummenyebabkan
Pneumotoraks atau emfisemamediastinum.
❑ Adanya darah pada rongga
pleura. Darah dapat masuk ke
rongga pleura setelah trauma
dari dinding dada, diafragma,
paru-paru, atau mediastinum.
❑ Insiden dari hematotoraks
tinggi pada trauma tumpul, 37%
kasus berhubungan dengan
pneumotoraks
(hemopneumotoraks) bahkan
dapat terjadi hingga 58%
(Milisavljevic, et al., 2012; Lugo,
et al.,2015)
TRIAS BECK: vena jugularis dilatasi, bunyi jantung menjauh, hipotensi
Fraktur kosta terjadi karena adanya
gaya tumpulsecara langsung maupun
tidak langsung.
Fraktur kosta terjadi sekitar 35%- 40%
pada trauma toraks. Karakteristik dari
trauma kosta tergantung dari jenis
benturan terhadap dinding dada
(Saaiq, et al., 2010; Milisavljevic, et al.,
2012).
Gejala yang muncul adalah nyeri, yang
meningkat pada saat batuk, bernafas
dalam atau pada saat bergerak. Pasien
akan berusaha mencegah daerahyang
terkena untuk bergerak sehingga
terjadi hipoventilasi. Hal ini
meningkatkan risiko atelektasis dan
pneumonia (Novakov, et al., 2014 ;
Feng Lin, et al., 2015 ; Lugo, et al.,
2015).
Flail chest adalah suatu kondisi
medis dimana kosta - kosta
yang berdekatan patah baik
unilateral maupun bilateral dan
terjadi pada daerah
kostokondral.
Angka kejadian dari flail chest
sekitar 5%, dan kecelakaanlalu
lintas menjadi penyebab yang
paling sering.
Diagnosis flail chest didapatkan
berdasarkan pemeriksaan fisik,
foto Toraks, dan CTscanToraks
Dapat disertai pneumothoraks,
hematotoraks dan kontusio
pulmonal
PENGKAJIAN Manajemen awal untuk
pasien trauma toraks tidak
PRE – HOSPITAL berbeda dengan pasien
❑ SDM trauma lainnya dan meliputi
❑ Sarana –Prasarana ABCDE, yaitu:
(Transportasi) A: airway patency with care of
❑ Komunikasi cervical spine
B: Breathingadequacy
TRANFER DARI PRE– C: Circulatorysupport
HOSPITAL KE IGD: D: Disabilityassessment
❑ Initial Assessment E: Exposure withoutcausing
❑ Rapid or QuickAssessment hypothermia
❑ OngoingAssessment
❑ comprehensiveAssessment (Saaiq, et al., 2010; Lugo, et al.,
2015; Unsworth,et al., 2015).
Nilai keadaan pasien dengan mengambil tindakan resusitasi
secara simultan:

A — membebaskan Airway (jalan nafas)


B — menjamin Breathing (pernafasan)
C — memperbaiki Circulation : pemberian cairan intravena
Status lokalis :
- ketahui mekanisme trauma
- bagaimana gerakan nafas, simetris, terhambat?
- rasa nyeri?
- trauma tajam : arah dan lokalisasinya
- trauma tumpul : macamnya, adakah Flail chest?
- periksa seluruh tubuh pasien dengan Log Roll
- penunjang: pulse oxymetri, analisa gas darah
Lakukan pemeriksaan penunjang:
➢ FOTO TORAKS sebagai pemeriksaan
penunjang inisial yang palingpenting
➢ CT SCAN → pada pasien yangstabil
➢ ULTRASONOGRAFI → Extended Focused
Abdominal Sonography for Trauma (EFAST)
➢ BRONKOSKOPI
WOC CHEST TRAUMA-NON TRAUMA
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat
merupakan indikasi utama untuk intubasi endotrakeal
darurat.
Resusitasi cairan intravena merupakan terapi utama
dalam menangani syokhemorhagik.
Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal
yang sangat penting pada pasien trauma toraks.
Ventilator harus digunakan pada pasien dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea berat atau
ancaman gagal napas.
Ventilator juga diindikasikan pada pasien dengan kontusio
paru berat, hemotoraks atau penumotoraks, dan flail
chest yang disertai dengan gangguan hemodinamik
(Saaiq, et al., 2010; Lugo, et al.,2015).
Pasien dengan tanda klinis tension
Pneumotoraks harus segera menjalani
dekompresi dengan torakosentesis jarum
dilanjutkan dengan torakostomi tube.
Pada kasus tamponade jantung dilakukan
perikardiosintesis
Terapi oksigen merupakan upaya untuk
meningkatkan masukan oksigen ke dalam
sistem respirasi, meningkatkan daya angkut
hemodinamik dan meningkatkan daya ekstraksi
oksigen jaringan.
www.health-nurses-
3/16/2017 doctors.blogspot.com
25 % trauma abdomen ditemukan pada penderita dengan
Multitrauma
KLL merupakan penyebab utama terbesar terjadinya Multitrauma
Deteksi yang lambat terhadap perdarahan intra abdomen
merupakan penyebab kematian pada pasien dengan multitrauma
Trauma tumpul

• Mengakibatkan rusaknya organ padat atau


organ berongga, dengan perdarahan sekunder
dan peritonitis

TraumaTajam

• Menyebabkan kerusakan jaringankarena


laserasi atau terpotong
• Mis: Luka tusuk dan luka tembak
Pecahnya organ Pecahnyaorgan berlumen
solid • Nyeri seluruhlapang
• Gejala perdarahan abdomen
secara umum (pasien • Bising ususmenurun
tampak pucat) dan bila • Defense musclar,
perdarahan berat akan nyeri tekan dan
menimbulkan syok nyeri tekanlepas
perdarahan
• Nyeri abdomen
(ringan-berat)
Anamnese

• Riwayat trauma sangat penting untuk ditanyakan untuk menilai


penderita yang cedera. meliputi, kecepatan, jenis tabrakan, posisi
penderita, arah tabrakan
• Keterangan mengenai tanda-tanda vital pada perawatan pra
rumah sakit

Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi
• Perhatikan adanya jejas di abdomen, periksa adanya goresan,
robekan, luka tembus, benda asing yang menancap, keluarnya
omentum atau usus kecil. Penderita dapat dibalikkan dengan
hati-hati (teknik log roll) untuk dapat memeriksa bagian
belakang tubuh secaralengkap
Auskultasi

• Apakah ada bising usus atau tidak. Darah intraperitoneum yang


bebas atau kebocoran abdomen dapat menyebabkan ileus,
mengakibatkan hilangnya bisingusus

Perkusi

• Bunyi timpani akibat adanya dilatasi lambung akut atau bunyi redup
bila adahemoperitoneum

Palpasi

• Perabaan yang tegang dari dinding perut (defans muskular) adalah


tanda yang khas dari iritasi peritoneum. Tekanan pada daerah pelvis
yang dapat membangkitkan gerakan abnormal dan nyeri tekan
menunjukkan kecurigaan adanya fraktur pelvis
Primary Survey:A-B-C-D-E

Perawatan pasien dengan perdarahan abdomen


difokuskan seputar pencegahan dan penanganan
syok

Monitor tingkat kesadaran, tanda-tanda vital


KLASIFIKASI SYOK
ATLS (AdvacedTrauma Life Support)
Pemasangan pipa lambung(K)

• Mengurangi dilatasi akut gaster, dekompresi abdomen dan


mengeluarkan isi abdomen sehingga mengurangi resiko terjadinya
aspirasi.

Kateterisasi kandung kemih(K)

• untuk menghilangkan retensi urin, dekompresi kandung kemih dan


pemantauan produksi urin sebagai tolok ukur perfusi jaringan

Fiksasi dan antisipasi

• Apabila ditemukan usus yang menonjol keluar, cukup menutupnya


dengan kasa steril yang lembab supaya usus tidak kering.Apabila ada
benda menancap jangan dicabut tetapi dilakukan fiksasi benda
tersebut terhadapdinding perut
Pemeriksaan Darah danUrin
Rontgen
Urethrografi
Sistografi
DPL (diagnostik peritoneal lavage)
IVP
USG
CTScan
Diagnosa Keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas b.d benda asing, spasme, sekret,
mukus, darah.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri;
penurunan kapasitas vital (paru tidak optimal
mengembang).
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan
sekuncup jantung.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agent injuri fisik.
5. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung,
pre-load, afterload, kontraktilitas.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan, prosedur invasif.
▪ Jalan nafas paten : mempertahankan dan memperbaiki
fungsi ventilasi – perfusi secara optimal
▪ Status pernafasan adequat
▪ Mempertahankan dan memperbaiki fungsi hemodinamik
▪ Kontrol nyeri
▪ Meminimalkan dan mencegah terjadinya komplikasi
WSD adalah pengaliran udara atau cairan
secara cepat dan terus menerus dari rongga
pleura dan dihubungkan dengan selang ke
botol (one wayflow)
Tujuan WSD:
Pengeluaran udara dan atau cairan dari
rongga pleura
Memasukkan obatke dalam rongga pleura
Tube Care : ChestDrainage

1. Preparation ofEquitment
2. Insertion of chestdrain
3.ManagementOfThePatient FollowingChest
Drain Insertion

4. Management oftheWound
5. Nursing ManagementOfTheDrainage
System
6. ChangingTheChestDrainBottle
Ujung selang terendam 2cm
dibawah permukaan cairan.
Tersedia lubang yang
menghubungkan dengan udara
bebas (outlet udara).
Cairan pada selang tampak naik-
turun pada inspirasi dan ekspirasi
(undulasi).
Amankan sambungan-sambungan
selang dan botol dengan plester.
Jaga agar botol selalu berada lebih
rendah daripada dada pasien.
One bottle bersifat pasif (gravitasi),
tidak dihubungkan dengan suction.
Botol ke-1 untuk mengumpulkan
cairan yang terdrainase
Jika botol ke-2 dihubungkan ke
suction, botol ke-2 mengontrol
tingginya tekanannegative
Jika selang venting pada botol
ke-2 dicelupkan 10cm di bawah
permukaan air dan suction
dinyalakan, tekanan negative
sebesar 10cmH2O akan bekerja
pada rongga pleura.
Botol pertama untuk drainase cairan dan
udara dari rongga pleura, tidak perlu diberi
cairan antiseptic.
Kelebihan: Kualitas dan kuantitas cairan
pleura lebih akurat dinilai, cairan dan udara
lebih mudah terdrainase karena tidak ada
resistensi
Botol ke-2 adalah waterseal
Botol ke-3 adalah suctioncontrol
Jaga semua selang tetap paten, tidak ada yang kinking / tertekuk
Plester semua sambungan, pastikan tidak ada kebocoran
Periksa ketinggian cairan water seal dan suction control. Tambahkan
cairan steril biladiperlukan.
Tandai produksi cairan setiap hari (atau setiap jam pada kasus
observasi hemotoraks).
Amati undulasidan bubble.
Jangan angkat sistem wsd lebih tinggi dari dada pasien.
Letakkan botol atau gantung botol pada bed pasien dengan aman
Jangan mengosongkan botol dari cairan pleura yang terlalu banyak
Sistem WSDdisposable adalah single use
Bila botol terguling, kembalikan botol pada posisi tegak, minta pasien
napas dalam lalubatuk.
Chest tube dapat diklem sementara saat mengganti botol atau sesuai
permintaan dokter
Trauma thorak dan abdomen membutuhkan penatalaksanaan secara
cepat dan tepat karena dapat menyebabkan kematian.

Hipoksemia – hipoxia adalah masalah yang sangat serius pada trauma


thorak - abdomen, intervensi dini perlu dilakukan untuk pencegahan
dan mengoreksinya.

Trauma yang bersifat mengancam nyawa secara langsung dilakukan


terapi secepatnya dansesederhana mungkin.

Kebanyakan kasus trauma thorak yang mengancam nyawa diterapi


dengan mengontrol airway atau dekompresi thorak dengan jarum atau
melakukan pemasangan selang thorak dan monitoring ketat.
Pada pasien trauma abdomen pertahankan pasien pada
brancar/tandu, tujuan: kontrol perdarahan,
mempertahankan volume darah.
Jika trauma abdomen dengan visera, tutup dengan balutan
steril yang dilembabkan dengan NaCl. Jika benda menancap,
jangan dicabut tetapi dilakukan fixasi.
Perlunya pengetahuan yang memadai bagi SDM Kesehatan
tak terkecuali perawat dalam pola asuhannya
REFERENSI
Danusantoso. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. EGC
Djojodibroto. 2009. Respirologi. Jakarta. EGC
Hilton P (2004) Evaluating the treatment options for spontaneous pneumothorax Nursing Times Vol. 100 No.
28 pp. 32-33
Krisanty. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta.TIM

Marieb, E. N. (2004) Human anatomy and physiology 6th Edition Benjamin Cummings, Menlo Park, California,
USA
Mattson Porth C (2005) Pathophysiology: Concepts of altered health states 7th edition Philadelphia, USA:
Lippincott
Santosa. 2005. Panduan Nanda. Prima Medika.Yogyakarta
Subekti. 2013. Keperawatan Kritis. Jakarta. EGC

Suratun. 2010.Askep Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta. TIM


Tabrani. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Trans Info Media
Umami. 2008. Pemantauan Pasien Kritis. Erlangga
Wuryanto. 2012. Manual Pemasangan WSD. Jakarta. Badan Penerbit FKUI
Wahyuningsih. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai