Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH COMUNICABLE DISEASE

OLEH: KELOMPOK 4
KELAS: B13 B

1. Ni Made Budi Astiti ( 20.322.1155 )

2. I Gusti Ayu Wintan ( 20.322.1156 )

3. Sri Astiti Padma Parashita ( 20.322.1157 )

4. Luh Ayu Dwi Prapthi Maharani (20.322.1158)

5. Dewi Edy Tirtawati (20.322.1159)

6. Ni Wayan Ekayanti (20.322.1160)

7. Putu Eka Setiawati (20.322.1161)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. dengan rahmat
serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah
Cummunicable-Desease” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kapada yang terhormat dosen Pmebimbing yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua
pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang
berkaitan dengan penyusunan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati
untuk menyempurnakan penyusunan makalah tersebut.
Semoga makalah Keprawatan Jiwa yang Berjudul “Makalah
Cummunicable-Desease” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Denpasar, 15 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................6
A. Definisi .........................................................................................................................6
B. Tujuan keperawatan komunitas ...................................................................................7
C. Mata Rantai infeksi.......................................................................................................7
D. Cara penularan infeksi ..................................................................................................8
E. Pencegahan Penyakit Menular .....................................................................................8
1. Pencegahan primer/ tingkat pertama ......................................................................8
2. Pencegahan sekunder ..............................................................................................9
3. Pencegahan tersier .................................................................................................10
F. Gambaran Kejadian Penyakit Menular di Indonesia dan Dunia .................................11
G. Vaksin dan Penyakit Menular .....................................................................................12
H. PROSES KEPERAWATAN .............................................................................................19
1. Pengkajian ..............................................................................................................19
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan pada Penyakit Menular .......22
BAB III.....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
A. KESIMPULAN ..............................................................................................................29
B. SARAN ........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik keperawatan


profesional yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat secara luas. Lingkup keperawatan komunitas tidak terbatas pada
individu yang sakit saja, namun seluruh masyarakat dari berbagai jenjang usia
dalam rentan sehat maupun sakit meliputi peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan secara optimal. Salah satunya adalah perannya dalam pencegahan
penyakit menular di masyarakat.
Saat ini, masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang berdampak
terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah dan
tenaga kesehatan bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko
utama dalam penularan dan penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas
lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran lingkungan.
Sehingga insiden dan prevalensi penyakit menular yang berbasis lingkungan di
Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat Indonesia masih merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat
berubah seperti: Mobilitas dan peningkatan jumlah penduduk, penyediaan air
bersih, pemanfaatan jamban, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah,
penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan,
ketersediaan obat, polusi udara, air dan tanah dan banyak lagi permasalahan yang
dapat menimbulkan penyakit menular.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi communicable diseases ?

4
2. Bagaimana konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam
area communicable diseases ?
3. Apa saja macam-macam communicable diseases ?
4. Bagaimana konsep pencegahan communicable diseases di area komunitas ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada komunitas dengan penyakit menular ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi communicable diseases


2. Mengetahui konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam
area communicable diseases
3. Mengetahui macam-macam communicable diseases
4. Mengetahui konsep pencegahan communicable diseases di area komunitas
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada komunitas dengan penyakit menular

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Communicable diseases atau penyakit menular merupakan penyakit yang


disebabkan oleh suatu agen tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung
dan dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain. Proses penyakit dimulai
saat agen siap menetap dan tumbuh/ bereproduksi dengan tubuh pejamu (F.
Mckenzei, 2013).
Communicable diseases merupakan penyebab utama kematian di seluruh
dunia. Penyakit-penyakit baru sering muncul dan yang lainnya masih dalam
proses pengendalian. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi
perubahan sosial, perubahan lingkungan, dan perubahan perilaku yang dapat
menyebabkan munculnya agen infeksi penyakit (Clark, 1999).
Communicanle diseases adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan dari
satu individu ke indvidu lain dan disebabkan karena adanya agen perantara yang
dapat menginfeksi individu yang rentan. Agen perantara penyakit menular bisa
manusia, hewan atau serangga sedangkan sumber infeksi bisa dari manusia,
hewan, serangga atau benda mati yang menjadi tempat hidup dan tempat
perkembangbiakan infeksi serta dapat menjadi sumber infeksi bagi yang
lain. Communicable diseases telah menantang tenaga pelayanan kesehatan
selama berabad-abad untuk mengembangkan perawatan dan langkah-langkah
pencegahan yang tak terhingga, mulai dari prosedur sederhana sepertu mencuci
tangan, sanitasi, ventilasi yang cukup hingga pengembangan vaksin dan
antibiotik (Spradley & Allender, 1996).
Pengetahuan tentang communicable diseases (penyakit menular) merupakan
suatu hal yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas karena penyakit ini
dapat menyebar di seluruh komunitas penduduk. Memahami konsep dasar
pengendalian penyakit menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu
daerah dapat membantu praktik keperawatan komunitas dalam pencegahan dan

6
pengendalian penyakit menular yang lebih efektif di suatu populasi atau
kelompok. (Spradley & Allender, 1996).

B. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan keperawatan komunitas antara lain adalah:


a. Pencegahan penyebaran penyakit menular lebih lanjut
b. Pengontrolan prevalensi dan insidensi penyebaran penyakit menular di area
endemik
c. Pengelolaan area dengan prevalensi penyakit menular yang tinggi
d. Memutus mata rantai penyebaran penyakit menular
e. Pemberdayaan masyarakat untuk memberi dukungan terhadap penderita dan
keluarga
Menurut Clark (1999) secara garis besar, keperawatan komunitas berperan
penting dalam perencanaan pencegahan, mengidentifikasi dan mengendalikan
penyakit menular yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal. Perencanaan pencegahan penyakit menular meliputi,
imunisasi, intervensi lingkungan, promosi kesehatan komunitas, program deteksi
dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan penyelidikan (Spradley &
Allender, 1996).

C. Mata Rantai infeksi

Agen patogenik (penyebab penyakit) meninggalkan reservoirnya (pejamu


yang terinfeksi) melalui gerbang keluar (portal of exit). Penularan terjadi baik
secara langsung maupun tidak langsung, dan agens patogenik masuk ke dalam
tubuh pejamu yang rentan melalui gerbang masuk (portal of entry) (F. Mckenzei,
2013).
Contoh, agens (virul selesma) meninggalkan reservoir (tenggorokan orang
yang terinfeksi), mungkin saat pejamu bersin. Portal of exitnya adalah hidung
dan mulut. Penularan dapat terjadi secara langsung jika droplet air liur memasuki
kesaluran pernapasan pejamu yang rentan di dekatnya atau penularan berjalan

7
tidak langsung jika droplet menjadi kering dan menjadi bawaan udara (air
borne). Portal of entry-nya dapat berupa hidung mulut dari pejamu yang rentan.
Agens masuk dan infeksi baru terjadi (F. Mckenzei, 2013).
D. Cara penularan infeksi

Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), Penularan penyakit tidak


terjadi pada ruang hampa tetapi penularan adalah hasil interaksi antara satu
komponen dengan komponen lain contohnya manusia, agen infeksius (bakteri),
lingkungan yang terkontaminasi. Penularan ini dapat terjadi secara vertical dan
horizontal, contoh penularan vertical adalah penularan antara orang tua dan janin
melalui plasenta, ASI dan persalinan sementara penularan horizontal terjadi
secara langsung seperti antar manusia, manusia dengan air, atau manusia dengan
vector (nyamuk). Jenis penularan terdiri dari 2 yaitu :
a. Transmisi langsung, adalah transmisi yang didapat dengan segera dari agen
infeksius melalui kontak fisik, contoh scabies, rubella, dan gonorea
b. Transmisi tidak langsung, adalah pajanan infeksi melalui muntahan di
kendaraan, hewan dan vector (biologikal dan mekanikal). Muntahan mampu
menjadi transmisi infeksi karena mengandung makanan, cairan serta darah
dari dalam tubuh manusia yang mengalami infeksi. Vector dapat
menyebabkan virus atau bakteri hewan lain dengan gigitan, ludah, feses, urin
dan daging yang terkontaminasi.

E. Pencegahan Penyakit Menular

Pencegahan penyakit menular di lingkup komunitas dapat dilakukan melalui


3 jenis pencegahan (Spradley & Allender, 1996), yaitu:
1. Pencegahan primer/ tingkat pertama
Sasaran utama pencegahan primer adalah orang sehat melalui usaha
peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha
pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat
pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan
agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada

8
hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar),
lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host) Perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian
imunisasi, pendidikan kesehatan
Penyebab (agent) Menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti
dengan penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai
penularan.
Lingkungan Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air
(environment) bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan.

Kewaspadaan standar atau standard precaution diberlakukan terhadap


semua pasien, tidak tergantung terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar
disusun untuk mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui dan
beberapa merupakan praktek rutin (Nies, M.A., & Mc Ewan, M., 2001),
meliputi:
1) Kebersihan tangan
2) Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun
3) Peralatan perawatan pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6) Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7) Penempatan pasien
8) Hyangiene respirasi/Etika batuk
9) Praktek menyuntik yang aman
10) Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
2. Pencegahan sekunder
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status

9
patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama
pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit
menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut.
Kegiatan pencegahan sekunder ini meliputi:
1) Pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
2) Penyaringan (screening) penyakit pada kelompok resiko atau kelompok
secara umum saat timbul tanda dan gejala penyakit
3) Surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan
sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan
tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk
keterangan tentang kelompok risiko tinggi.

Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita
atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses
patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular
tertentu. Contohnya kemoproflaksis doksisiklin yang diberikan pada wisatawan
ke daerah yang endemik malaria.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program
rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan tertier
meliputi: isolasi (mengasingkan diri) dan karantina, serta desinfeksi.
Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) terdapat 4 hal upaya
memperlakukan infeksi yaitu:
a. Kontrol
Pengontrolan adalah upaya untuk mengurangi insiden atau prevalensi secara
global. Contohnya pemberian imunisasi kepada 80% balita seperti BCG untuk
TBC, polio, DPT di semua negara
b. Eliminasi

10
Adalah upaya pengontrolan pada area geografi yang spesifik seperti pada
Negara, kepulauan atau benua dan mengurangi prevalensi atau insiden yang
terjadi. Contohnya upaya pengurangan poliomeilitis di eropa dan pasifik
barat, rubella di inggris di pulau karibean, dan tetanus pada neonatal di eropa.
c. Pembasmian
Adalah mengurangi insiden penyakit menjadi nol di seluruh dunia. Contohnya
pembasmian pada cacar tahun 1977 yang sekarang virus tersebut hanya
ditemukan pada laboratorium. Beberapa kriteria pembasmian suatu penyakit
adalah penyakit itu menyerang manusia, mudah didiagnosa, dapat
meningkatkan imunitas, penyakit musiman terdapat perawatan kuratif.

F. Gambaran Kejadian Penyakit Menular di Indonesia dan Dunia

Penyakit menular masih menjadi masalah yang serius baik di Indonesia


maupun di dunia. Berdasarkan data Kemenkes RI (2015) prioritas penanganan
penyakit menular masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria,
demam berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu Indonesia juga belum
sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta,
filariasis, leptospirosis, dan lain-lain.
Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB pada
tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) di antaranya adalah pasien dengan HIV
positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika, Pada tahun
2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000
diantaranya meninggal dunia (Kemenkes RI, 2016).
Di Indonesia, prevalensi TB paru smear positif per 100.000 penduduk usia >
15 tahun sebesar 257 pada tahun 2013. Angka notifikasi kasus menggambarkan
cakupan penemuan kasus TB. Secara umum angka kasus BTA positif baru dan
semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan (Kemenkes
RI, 2016).
Sedangkan kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15-49
meningkat. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 -

11
49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011,
meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43%
pada 2013. Angka CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada tahun 2004
menjadi 0,85 % pada tahun 2013. (Kemenkes RI, 2015)

G. Vaksin dan Penyakit Menular

Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), salah satu upaya untuk
mencegah penyebaran penyakit menular adalah dengan pemberian vaksin.
Berikut adalah kebutuhan vaksin sesuai kelompok manusia, diantaranya:
a. Remaja dan dewasa muda
1) Hepatitis B
2) Varisela
3) Rubella
4) Dosis MMR kedua
5) Tetanus dan dipteri (Td)
b. Dewasa dan lansia
1) Pneumococcal
2) Influenza
c. Ibu hamil
1) Tetanus dan dipteri pada trimester 2/3
2) Rubella
3) MMR
4) Varisela
5) OPV di lingkungan dengan risti
6) Hepatitis B
7) Pneumococal
8) Meningococcal
9) Rabies

12
a) Haemophilus influenze type B (Hib)
Infeksi bakteri akut yang bersifat invasive yang dapat mempengaruhi
keseluruhan organ tubuh. Hib berhubungan dengan penyakit meningitis,
epiglotitis, otitis media, pneumonia, arthritis dan selulitis. Manifestasi dari
penyakit ini adalah demam, letargi, muntah, iritasi meningeal, penurunan
status mental, nyeri leher, pembengkakan epiglottis, distress pernapasan, lesi
kulit, dan infeksi ke telinga. Komplikasi seperti sepsis arthritis, sumbatan
jalan napas, bahkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak
dibawah 5 tahun. Hib dapat ditularkan melalui droplet.
b) Hepatitis A
Hepatitis A adalah infeksi virus akif yang biasanya terjadi < 2 bulan dan
manifestasinya adalah diawali dengan demam, anoreksia, malaise, urin gelap
dan jaundice. HAV di transmisikan melalui kontaminasi fekal-oral dari
makanan dan air dengan masa inkubasi 15-50 hari dengan rata-rata 25-30 hari.
Virus ini biasanya terjadi di negara berkembang yang biasa terjadi pada anak-
anak 5-14 tahun. Penyakit dapat didiagnosa dengan adanya serum antibody
dan tidak ada perawatan spesifik yang direkomendasikan. Kontraindikasi
vaksin ini jika ada alergi.
c) Hepatitis B, Hepatitis C
Virus ini mempunyai awalan yang tidak diketahui, orang yang terinfeksi akan
tanda gejala yang sangat luas diantaranya anoreksia, nyeri perut, mual
muntah. Transmisi virus ini melalui darah.
d) Penyakit lyme
Infeksi bakteri ini menular melalui gigitan, biasanya gigitan rusa. Masa
inkubasi 3-35 hari dengan manifestasi eritema, migraine, kemerahan, pada
bekas gigitan dan bekas tersebut seperti mata sapi jantan.
e) Campak
Sebuah penyakit infeksi akut dengan disertai demam 101 oF, batuk,
konjungtivitis. Paling banyak terjadi pada anak usia 12 bulan. Penegakan

13
diagnose berdasarkan kultur jaringan sekresi nasofaringeal dan tes serologi.
Vaksin yang diberikan MMR
f) Gondong
Penyakit sistemik karena virus yang menyebabkan demam dan pembengkakan
yang nyeri di kelenjar saliva dan carotid. Ditularkan melalui droplet dan
kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. Masa inkubasi 12-25
hari. Penegakan diagnose berdasarkan isolasi virus dari oral dan tenggorokan,
urin dan cairan spinal. Penyakit ini dapar divaksinanasi dengan MMR
g) Polio
Penyakit enterovirus akut. Manifestasi berupa paralisis. Cara transmisi dengan
droplet melalui udara, kontaminasi fekal oral dengan masa inkubasi 7-21 hari.
Penyakit ini diberikan vaksin OPV.
h) Rubela
Penyakit karena virus dengan manifestasi ruam makulopapular, oksipital dan
limpa denopati posterior servikal. Pada anak biasanya tidak terdapat gejala
namun pada orang dewasa disertai demam dan malaise. Masa inkubasi 14-23
hari. Biasa divaksin dengan MMR
i) Tetanus
Adalah penyakit akut neurological karena bakteri anaerob. Manifestasi berupa
nyeri konttraksi otot dan spasme otot. Transmisi secara tidak langsung melalui
kontaminasi luka, dari tanah dan muntahan yang terkontaminasi. Masa
inkubasi 1-20 hari, biasanya divasksin dengan TT
j) Varisela (Chicken pox)
Adalah penyakit menular dengan berbagai awalan. Transmisi melalui droplet
dari napas, kontak langsung cairan vesikuler, infeksi dari ibu selama hamil.
Manifestasi yang terjadi demam, malaise, dan ruam. Paling banyak terjadi
pada usia > 15 tahun. Masa inkubasi selama 14-15 hari. Biasanya divaksinasi
MMR

14
k) Kolera
Adalah infeksi bakteri enteric akut dengan manifestasi diare encer, mual, dan
dehidrasi. Transmisi melalui rute fekal-oral biasanya dari air yang
terkontaminasi fekal atau makanan. Masa inkubasi selama 1-5 jam.
l) Japanese ensepalitis
Infeksi akut arbovirus. Manifestasi yang terjadi demam, gangguan siste saraf
pusat. Masa intubasi 5-15 hari.
m) Meningokokus, adalah infeksi akut bacterial dengan tanda gejala demam,
sakit kepala, kaku leher, mual muntah dan ruam makulopopular. Transmisi
melalui droplet udara tertutup maupun terbuka, kontak langsung dengan
individu terinfeksi. Penegakan diagosa dengan kultur darah dan cairan
serebrospinal.
n) Tuberculosis (TBC), adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainnya.
Manifestasi Klinik:
1) Demam 40-41oC serta batuk/batuk berdarah
2) Sesak napas dan nyeri dada
3) Malaise, keringat malam
4) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6) Pada anak:
 berkurang berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh.
 demam tanpa jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
 batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
 riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
Penularan TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui
saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak
(droplet infection) yang mengandung hasil dan dibatukkan oleh penderita

15
TBC terbuka.Daya tangkis orang dengan reaksi tuberculin negative dapat
diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG.
o) HIV/AIDS, Adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus).
Penularan virus ditularkan melalui:
1) Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2) Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3) Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
4) Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui ASI.
Manifestasi klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV) /Acquired
Imunnodeficiency Syndrome (AIDS). Tanda dan gejala klinis yang ditemukan
pada penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala
klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya. Secara umum
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Rasa lelah dan lesu
2) Berat badan menurun secara drastis
3) Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
4) Mencret dan kurang nafsu makan
5) Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6) Pembengkakan leher dan lipatan paha
7) Radang paru
8) Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu:
1) Manifestasi tumor
(a) Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat
jarang menjadi sebab kematian primer.

16
(b) Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf
serta dapat bertahan kurang lebih 1 tahun.
2) Manifestasi oportunistik
(a) Manifestasi pada Paru
(1) Pneumoni pneumocystis(PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan
infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit
bernafas dalam dan demam.
(2) Cytomegalovirus(CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru
tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30%
penyebab kematian pada AIDS.
(3) Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
(4) Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat
menyebar ke organ lain di luar paru.
(b) Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10%
per bulan.
(c) Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang
biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum
adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi
klinis WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan
surveilans epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.

17
Gejala dan stadium klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV)
/Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS)
Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS
Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan menurun >10% Batuk menetap >1 bulan
dalam 1 bulan
Diare kronik berlangsung >1 Dermatitis generalisata
bulan
Demam berkepanjangan >1 Herpes Zooster multi-
bulan segmental dan berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasis orofaringeal
Demensia/HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis
progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada
alat kelamin wanita
Retinitis Cytomegalovirus

18
H. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian penyakit menular meliputi enam dimensi (Clark, 1999), yaitu:
a. Dimensi Biofisik
Ya Tidak
Apakah klien di kelompok umur tertentu mempunyai
resiko dibawah ini?
· Campak
· Penyakit gondok
· Tetanus
· Hepatitis A
· Hepatitis B
· Infeksi HIV
· TBC
· Penyakit menular seksual
· Influenza
· Varicella
· Pertussis
· Poliomeilities
· Penyakit HiB
Apakah klien mempunyai penyakit kronik?
Apakah klien menerima terapi imunosupresif?
Apakah klien mempunyai infeksi HIV?
Apakah klien cepat merasa lelah?
Apakah klien hamil?
Apakah klien mempunyai mempunyai riwayat IMS?
Apakah klien pernah menerima tranfusi darah?

19
b. Dimensi Psikologi
Ya Tidak
Apakah klien merasa stress?
Apakah klien merasa depresi?
Apakah klien merasa kurang percaya diri di
lingkungannya?

c. Dimensi Fisik
Ya Tidak
Apakah klien memiliki banyak aktivitas?
Apakah klien beresiko dari gigitan hewan atau serangga?
Apakah kondisi lingkungan fisik mempengaruhi adanya
penyakit?
Apakah klien menunjukkan kontaminasi makanan atau air?
Apakah klien memiliki sanitasi yang buruk?

d. Dimensi Sosial
Ya Tidak
Apakah klien tidak memiliki rumah?
Apakah klien tinggal di penginapan atau di institusi lain?
Apakah hubungan sosial mendukung resiko tinggi?
Apakah terdapat anggota keluarga atau teman yang sakit?
Apakah peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi
penyebaran resiko?
Jika penduduk beresiko tinggi, apakah klien melakukan
upaya pencegahan?
Apakah klien terlibat dalam pelayanan anak sebagai
penerima atau penyedia?

20
Apakah kepercayaan budaya dan lingkungan meningkatkan
resiko penyakit klien?
Apakah klien hidup dalam lingkungan penyakit menular
yang tinggi?
Apakah klien mengunjungi area lingkungan penyakit
menular yang tinggi?

e. Dimensi Perilaku
Ya Tidak
Apakah klien tidak mampu merawat lingkungan?
Apakah klien terlibat dalam penyalahgunaan zat?
Apakah klien menggunakan obat terlarang?
Apakah klien menyebarkan obat terlarang?
Apakah klien aktif dalam seksual?
Apakah klien mempunyai pasangan seksual lebih dari 1?
Apakah klien melakukan hubungan seksual secara aman?
Apakah klien menggunakan kondom dalam berhubungan
seksual?
Apakah klien menggunakan spray tertentu?
Apakah klien menggunakan kontrasepsi oral?
Apakah klien masuk dalam prostitusi untuk mendapatkan
uang atau obat terlarang?
Apakah klien mempunyai keterkaitan dengan anggota dari
kelompok resiko tinggi?
Apakah klien menjaga kebersihan diri dengan baik,
misalnya cuci tangan?
Apakah klien mencuci buah dan sayuran sebelum
memakannya?

21
Apakah klien memasak makanan hingga matang untuk
membunuh mikroorganisme
Apakah klien menjamin kemurniaan air dari kontaminasi
sebelum meminum dan memasaknya?

f. Dimensi Sistem Kesehatan


Ya Tidak
Apakah klien menerima imunisasi dibawah ini?
Campak
Gondok
Tetanus
Dipteria
Pertusis
HiB
Hepatitis A
Hepatitis B
Vericella
Influenza
TBC
Apakah klien menyediakan pelayanan imunisasi?
Apakah klien memiliki jaminan untuk pelayanan
imunisasi?

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan pada Penyakit Menular


a. HIV/AIDS
No Diagnosa Masalah Intervensi Keperawatan
1 Resiko infeksi Control infeksi (6540)
berhubungan dengan 1. Jaga kebersihan lingkungan
imunosupresi (00004) 2. Ajarkan teknik cuci tangan yang tepat

22
sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Ajarkan klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
4. Ajarkan klien dan keluarga mengenai
cara menghindari infeksi seperti: tidak
menggunakan jarum bersama, tranfusi darah
dengan penderita, dan hubungan seksual
5. Membuang sampah dengan aman dan
benar
Manajemen Nutrisi (1100)
1. Bantu dan anjurkan menentukan jenis
nutrisi yang dibutuhkan (tinggi vitamin
dan mineral)
2. kolaborasi dengan tenaga kesehatan:
pemberian ARV pada ibu hamil
2 Isolasi sosial Konseling (5240)
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi
masalah dan seberapa jauh mengontrol diri
2. Membantu klien dalam meningkatkan
perilaku menyeleaikan masalah
3. Memotivasi klien dalam meningkatkan
rasa percaya diri
4. Memberikan kesempatan kepada klien
dalam menentukan keputusan
5. Identifikasi sumber sumber – sumber
pribadi dan lingkungan yang dapat
meningkatkan kontrol diri: keyakinan,
agama
6. Ajarkan perilaku klien untuk

23
mencegah keparahan penyakit dengan cara:
control dan minum obat teratur, konsumsi
nutrisi seimbang, aktifitas dan istirahat
teratur
Dukungan Emosional (5270)
7. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan
8. Menegaskan tentang pentingnya klien
bagi orang lain
9. Mendorong agar klien
mengungkapkan perasaan negatif
10. Memberikan rasa percaya dan
keyakinan
11. Memberi dukungan : moril, materil
(khususnya keluarga ) : spiritual
12. Memberikan informasi yang dibutuhkan

b. Tuberculosis
No Diagnosa Intervensi
1 Resiko infeksi (00004) Pengendalian infeksi (6545)
berhubungan dengan 1. Jelaskan tentang batuk efektif
vaksinasi yang tidak untuk menghinadari penyebaran
adekuat, kurang informasi infeksi dari satu penjamu ke yang
terkait menghindari lain
pajanan infeksi, 2. Ajarkan cara membersihkan
imunosupresi lingkungan setelah dipakai pasien
dengan TBC
3. Pertahankan teknik isolasi yang

24
tepat
4. Pendidikan northkesehatan terkait
cara penyebaran infeksi TBC
5. Pendidikan kesehatan terkait tanda
dan gejala infeksi tbc
6. Ajarkan cara menghindari infeksi
7. Ajarkan teknik mencuci tangan
8. Berikan pendidikan kesehatan
terkait imunasi untuk menghindari
TBC
9. Laporkan jika ada kecurigaan
infeksi TBC

Manajemen nutrisi (1100)


Sarankan untuk melakukan pengaturan diet
tinggi protein untuk menambah kekebalan
tubuh
Manajemen lingkungan: komunitas (6484)
1. Screening faktor resiko dari
lingkungan
2. Kolaborasi dan bekerjasama
dengan lingkungan untuk
mengembangkan upaya
pencegahan penularan TBC
2 Kurang pengetahuan Pendidikan kesehatan (5510)
(00126) berhubungan 1. Tentukan tingkat pengetahuan dan
dengan ketidakcukupan perilaku kelompok
informasi, ketidakcukupan 2. Identifikasi sumberdaya kelompok
sumber 3. Menyusun materi edukasi terkait

25
informasi (Blackwell, konsep TBC
2014) 4. Berikan informasi mengenai
darimana sumber informasi terkait
TBC dapat di peroleh
5. Gunakan teknik diskusi kelompok
6. Demontrasikan cara pencegahan
TBC
7. Melibatkan kelompok dalam
menentukan intervensi
Teaching : Proses penyakit (5602)
1. Jelaskan terkait proses peyakit
2. Lakukan evaluasi terkait edukasi

c. Dengue Hemoragic Fever (DHF)


No. Diagnosa Intervensi
1. Hipertermi Perawatan demam (3740)
berhubungan dengan 1. Libatkan keluarga dalam monitor suhu
proses infeksi seseringmungkin
virus dengue (00007) 2. Libatkan keluarga dalam monitor
warna dan suhu kulit
3. Edukasi dan libatkan keluarga dalam
monitorpenurunan tingkat kesadaran
4. Edukasi keluarga untuk
kompres pasien pada lipatpaha dan
aksila
Pengaturan suhu (3900)
1. Libatkan keluarga dalam monitor suhu
minimal tiap 2 jam

26
2. Edukasi keluarga untuk
tingkatkan intake cairan dan nutrisi

2. Nyeri berhubungan Manajemen nyeri (1400)


dengan 1. Identifikasi faktor internal dan
proses patologis eksternal yang dapat meningkatkan
penyakit (00132) atau mengurangi nyeri pasien.
2. Edukasi keluarga untuk meningkatkan
istirahat pasien.
3. Edukasi keluarga teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri pasien (contoh : teknik massage)
3. Kurang pengetahuan 1. Inisiasi skrining resiko kesehatan
berhubungan dengan yang berasal dari lingkungan
kurangnya informasi 2. Monitor status risiko kesehatan yang
(00126) berasal dari lingkungan
3. Dorong lingkungan untuk
berpartisipasi aktif dalam keselamatan
komunitas seperi melakukan 3M
4. Koordinasikan layanan terhadap
kelompok dan komunitas beresiko
5. Lakukan program edukasi untuk
kelompok beresiko

d. Hepatitis
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan
Ketidakseimbangan
1 Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi kurang dari 1. Edukasi tentang pentingnya kebutuhan

27
kebutuhan tubuh asupan nutisi
(00002) 2. Anjurkan diit rendah lemak dan tinggi
berhubungan kalori
dengan 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
ketidakmampuan 4. Ajarkan modifikasi makanan yang
mencerna makanan sesuai
Monitoring Nutrisi (1160)
1. Monitor adanya penurunan berat badan
2. Monitor turgor kulit dan mobilitas
2 Risiko Kontrol Infeksi (6540)
tinggi terhadap 1. Edukasi tentang standar pencegahan
transmisi infeksi seperti cuci tangan dan penggunaan
(00004) sarung tangan
berhubungan Perlindungan infeksi (6550)
dengan sifat Monitor adanya tanda gejala infeksi
menular dari agen sistemik dan lokal
virus Manajemen penyakit menular (8820)
1. Informasikan mengenai imunisasi dan
anjurkan untuk melakukan imunisasi
(HBIg untuk Hepatitis B)
2. Monitor sanitasi dan lingkungan
3. Promosikan legislasi yang memastikan
pemantauan dan pengobatan yang tepat
untuk Hepatitis.
4. Anjurkan melakukan pemeriksaan
berkala.

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Communicable diseases atau penyakit menular merupakan salah satu faktor


utama penyebab kematian tertinggi di dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya
penanganan khusus untuk mengendalikan penyakit menular untuk mengurangi
insidensi penyakit menular dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal.
Praktik keperawatan komunitas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
komunitas memiliki peran yang sangat penting terhadap pencegahan, identifikasi dan
pengendalian penyakit menular melalui pendekatan komunitas,intervensi lingkungan,
promosi kesehatan komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus
(cases-finding), dan penyelidikan lebih lanjut. Pencegahan penyakit menular dapat
dilakukan dengan tiga jenis pencegahan, yaitu pencegahan primer (sebelum
terjadinya penyakit), pencegahan primer (deteksi dini penyakit, pengobatan), dan
pencegahan tertier (untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dan rehabilitasi)

B. SARAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian penyakit menular
yang tinggi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular merupakan suatu
hal yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas untuk mencegah penyebaran
penyakit yang lebih luas. Perawat komunitas juga harus mampu memahami konsep
dasar pengendalian penyakit menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu
daerah. Hal ini, dapat membantu fungsi praktik keperawatan komunitas agar lebih
efektif dalam mencegah, mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit menular
dalam suatu populasi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification


(NIC). (6th ed). United States: Mosby Elsevier.
Carpenito, L. J. (2010). Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical
Practice. (13th ed). United States: Wolters Kluwer.
Clark, Mary Jo.1999. Community Health Nursing Handbook. USA: Appleton
& Lange.
F. Mckenzei, James F. 2013. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International
Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Infodatin Tuberculosis:Temukan Obati Sampai Sembuh.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Moorhead, Sue., dkk. (2013) Nursing Outcomes Classification
(NOC):Measurement of Health Outcomes. (5th ed.). United States: Mosby Elsevier.
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) Community Health Nursing:promoting
the health of population. USA:W.B. Saunders company
Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan.Jurnal
Mutiara Kesehatan Indonesia, 1 (1).
Nurarif, Amin & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Edisi Jilid III. Jogjakarta:
Mediaction.
Spradley B. W & Allender J. A. 1996. Community Health Nursing Concept
and Practice edisi 4. Philadelphia: Lippincott.

30

Anda mungkin juga menyukai