OLEH: KELOMPOK 4
KELAS: B13 B
Dengan Mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. dengan rahmat
serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah
Cummunicable-Desease” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kapada yang terhormat dosen Pmebimbing yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua
pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang
berkaitan dengan penyusunan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati
untuk menyempurnakan penyusunan makalah tersebut.
Semoga makalah Keprawatan Jiwa yang Berjudul “Makalah
Cummunicable-Desease” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................6
A. Definisi .........................................................................................................................6
B. Tujuan keperawatan komunitas ...................................................................................7
C. Mata Rantai infeksi.......................................................................................................7
D. Cara penularan infeksi ..................................................................................................8
E. Pencegahan Penyakit Menular .....................................................................................8
1. Pencegahan primer/ tingkat pertama ......................................................................8
2. Pencegahan sekunder ..............................................................................................9
3. Pencegahan tersier .................................................................................................10
F. Gambaran Kejadian Penyakit Menular di Indonesia dan Dunia .................................11
G. Vaksin dan Penyakit Menular .....................................................................................12
H. PROSES KEPERAWATAN .............................................................................................19
1. Pengkajian ..............................................................................................................19
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan pada Penyakit Menular .......22
BAB III.....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
A. KESIMPULAN ..............................................................................................................29
B. SARAN ........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
2. Bagaimana konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam
area communicable diseases ?
3. Apa saja macam-macam communicable diseases ?
4. Bagaimana konsep pencegahan communicable diseases di area komunitas ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada komunitas dengan penyakit menular ?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
6
pengendalian penyakit menular yang lebih efektif di suatu populasi atau
kelompok. (Spradley & Allender, 1996).
7
tidak langsung jika droplet menjadi kering dan menjadi bawaan udara (air
borne). Portal of entry-nya dapat berupa hidung mulut dari pejamu yang rentan.
Agens masuk dan infeksi baru terjadi (F. Mckenzei, 2013).
D. Cara penularan infeksi
8
hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar),
lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host) Perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian
imunisasi, pendidikan kesehatan
Penyebab (agent) Menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti
dengan penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai
penularan.
Lingkungan Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air
(environment) bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan.
9
patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama
pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit
menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut.
Kegiatan pencegahan sekunder ini meliputi:
1) Pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
2) Penyaringan (screening) penyakit pada kelompok resiko atau kelompok
secara umum saat timbul tanda dan gejala penyakit
3) Surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan
sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan
tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk
keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita
atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses
patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular
tertentu. Contohnya kemoproflaksis doksisiklin yang diberikan pada wisatawan
ke daerah yang endemik malaria.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program
rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan tertier
meliputi: isolasi (mengasingkan diri) dan karantina, serta desinfeksi.
Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) terdapat 4 hal upaya
memperlakukan infeksi yaitu:
a. Kontrol
Pengontrolan adalah upaya untuk mengurangi insiden atau prevalensi secara
global. Contohnya pemberian imunisasi kepada 80% balita seperti BCG untuk
TBC, polio, DPT di semua negara
b. Eliminasi
10
Adalah upaya pengontrolan pada area geografi yang spesifik seperti pada
Negara, kepulauan atau benua dan mengurangi prevalensi atau insiden yang
terjadi. Contohnya upaya pengurangan poliomeilitis di eropa dan pasifik
barat, rubella di inggris di pulau karibean, dan tetanus pada neonatal di eropa.
c. Pembasmian
Adalah mengurangi insiden penyakit menjadi nol di seluruh dunia. Contohnya
pembasmian pada cacar tahun 1977 yang sekarang virus tersebut hanya
ditemukan pada laboratorium. Beberapa kriteria pembasmian suatu penyakit
adalah penyakit itu menyerang manusia, mudah didiagnosa, dapat
meningkatkan imunitas, penyakit musiman terdapat perawatan kuratif.
11
49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011,
meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43%
pada 2013. Angka CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada tahun 2004
menjadi 0,85 % pada tahun 2013. (Kemenkes RI, 2015)
Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), salah satu upaya untuk
mencegah penyebaran penyakit menular adalah dengan pemberian vaksin.
Berikut adalah kebutuhan vaksin sesuai kelompok manusia, diantaranya:
a. Remaja dan dewasa muda
1) Hepatitis B
2) Varisela
3) Rubella
4) Dosis MMR kedua
5) Tetanus dan dipteri (Td)
b. Dewasa dan lansia
1) Pneumococcal
2) Influenza
c. Ibu hamil
1) Tetanus dan dipteri pada trimester 2/3
2) Rubella
3) MMR
4) Varisela
5) OPV di lingkungan dengan risti
6) Hepatitis B
7) Pneumococal
8) Meningococcal
9) Rabies
12
a) Haemophilus influenze type B (Hib)
Infeksi bakteri akut yang bersifat invasive yang dapat mempengaruhi
keseluruhan organ tubuh. Hib berhubungan dengan penyakit meningitis,
epiglotitis, otitis media, pneumonia, arthritis dan selulitis. Manifestasi dari
penyakit ini adalah demam, letargi, muntah, iritasi meningeal, penurunan
status mental, nyeri leher, pembengkakan epiglottis, distress pernapasan, lesi
kulit, dan infeksi ke telinga. Komplikasi seperti sepsis arthritis, sumbatan
jalan napas, bahkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak
dibawah 5 tahun. Hib dapat ditularkan melalui droplet.
b) Hepatitis A
Hepatitis A adalah infeksi virus akif yang biasanya terjadi < 2 bulan dan
manifestasinya adalah diawali dengan demam, anoreksia, malaise, urin gelap
dan jaundice. HAV di transmisikan melalui kontaminasi fekal-oral dari
makanan dan air dengan masa inkubasi 15-50 hari dengan rata-rata 25-30 hari.
Virus ini biasanya terjadi di negara berkembang yang biasa terjadi pada anak-
anak 5-14 tahun. Penyakit dapat didiagnosa dengan adanya serum antibody
dan tidak ada perawatan spesifik yang direkomendasikan. Kontraindikasi
vaksin ini jika ada alergi.
c) Hepatitis B, Hepatitis C
Virus ini mempunyai awalan yang tidak diketahui, orang yang terinfeksi akan
tanda gejala yang sangat luas diantaranya anoreksia, nyeri perut, mual
muntah. Transmisi virus ini melalui darah.
d) Penyakit lyme
Infeksi bakteri ini menular melalui gigitan, biasanya gigitan rusa. Masa
inkubasi 3-35 hari dengan manifestasi eritema, migraine, kemerahan, pada
bekas gigitan dan bekas tersebut seperti mata sapi jantan.
e) Campak
Sebuah penyakit infeksi akut dengan disertai demam 101 oF, batuk,
konjungtivitis. Paling banyak terjadi pada anak usia 12 bulan. Penegakan
13
diagnose berdasarkan kultur jaringan sekresi nasofaringeal dan tes serologi.
Vaksin yang diberikan MMR
f) Gondong
Penyakit sistemik karena virus yang menyebabkan demam dan pembengkakan
yang nyeri di kelenjar saliva dan carotid. Ditularkan melalui droplet dan
kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. Masa inkubasi 12-25
hari. Penegakan diagnose berdasarkan isolasi virus dari oral dan tenggorokan,
urin dan cairan spinal. Penyakit ini dapar divaksinanasi dengan MMR
g) Polio
Penyakit enterovirus akut. Manifestasi berupa paralisis. Cara transmisi dengan
droplet melalui udara, kontaminasi fekal oral dengan masa inkubasi 7-21 hari.
Penyakit ini diberikan vaksin OPV.
h) Rubela
Penyakit karena virus dengan manifestasi ruam makulopapular, oksipital dan
limpa denopati posterior servikal. Pada anak biasanya tidak terdapat gejala
namun pada orang dewasa disertai demam dan malaise. Masa inkubasi 14-23
hari. Biasa divaksin dengan MMR
i) Tetanus
Adalah penyakit akut neurological karena bakteri anaerob. Manifestasi berupa
nyeri konttraksi otot dan spasme otot. Transmisi secara tidak langsung melalui
kontaminasi luka, dari tanah dan muntahan yang terkontaminasi. Masa
inkubasi 1-20 hari, biasanya divasksin dengan TT
j) Varisela (Chicken pox)
Adalah penyakit menular dengan berbagai awalan. Transmisi melalui droplet
dari napas, kontak langsung cairan vesikuler, infeksi dari ibu selama hamil.
Manifestasi yang terjadi demam, malaise, dan ruam. Paling banyak terjadi
pada usia > 15 tahun. Masa inkubasi selama 14-15 hari. Biasanya divaksinasi
MMR
14
k) Kolera
Adalah infeksi bakteri enteric akut dengan manifestasi diare encer, mual, dan
dehidrasi. Transmisi melalui rute fekal-oral biasanya dari air yang
terkontaminasi fekal atau makanan. Masa inkubasi selama 1-5 jam.
l) Japanese ensepalitis
Infeksi akut arbovirus. Manifestasi yang terjadi demam, gangguan siste saraf
pusat. Masa intubasi 5-15 hari.
m) Meningokokus, adalah infeksi akut bacterial dengan tanda gejala demam,
sakit kepala, kaku leher, mual muntah dan ruam makulopopular. Transmisi
melalui droplet udara tertutup maupun terbuka, kontak langsung dengan
individu terinfeksi. Penegakan diagosa dengan kultur darah dan cairan
serebrospinal.
n) Tuberculosis (TBC), adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainnya.
Manifestasi Klinik:
1) Demam 40-41oC serta batuk/batuk berdarah
2) Sesak napas dan nyeri dada
3) Malaise, keringat malam
4) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6) Pada anak:
berkurang berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh.
demam tanpa jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
Penularan TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui
saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak
(droplet infection) yang mengandung hasil dan dibatukkan oleh penderita
15
TBC terbuka.Daya tangkis orang dengan reaksi tuberculin negative dapat
diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG.
o) HIV/AIDS, Adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus).
Penularan virus ditularkan melalui:
1) Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2) Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3) Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
4) Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui ASI.
Manifestasi klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV) /Acquired
Imunnodeficiency Syndrome (AIDS). Tanda dan gejala klinis yang ditemukan
pada penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala
klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya. Secara umum
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Rasa lelah dan lesu
2) Berat badan menurun secara drastis
3) Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
4) Mencret dan kurang nafsu makan
5) Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6) Pembengkakan leher dan lipatan paha
7) Radang paru
8) Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu:
1) Manifestasi tumor
(a) Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat
jarang menjadi sebab kematian primer.
16
(b) Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf
serta dapat bertahan kurang lebih 1 tahun.
2) Manifestasi oportunistik
(a) Manifestasi pada Paru
(1) Pneumoni pneumocystis(PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan
infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit
bernafas dalam dan demam.
(2) Cytomegalovirus(CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru
tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30%
penyebab kematian pada AIDS.
(3) Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
(4) Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat
menyebar ke organ lain di luar paru.
(b) Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10%
per bulan.
(c) Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang
biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum
adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi
klinis WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan
surveilans epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.
17
Gejala dan stadium klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV)
/Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS)
Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS
Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan menurun >10% Batuk menetap >1 bulan
dalam 1 bulan
Diare kronik berlangsung >1 Dermatitis generalisata
bulan
Demam berkepanjangan >1 Herpes Zooster multi-
bulan segmental dan berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasis orofaringeal
Demensia/HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis
progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada
alat kelamin wanita
Retinitis Cytomegalovirus
18
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian penyakit menular meliputi enam dimensi (Clark, 1999), yaitu:
a. Dimensi Biofisik
Ya Tidak
Apakah klien di kelompok umur tertentu mempunyai
resiko dibawah ini?
· Campak
· Penyakit gondok
· Tetanus
· Hepatitis A
· Hepatitis B
· Infeksi HIV
· TBC
· Penyakit menular seksual
· Influenza
· Varicella
· Pertussis
· Poliomeilities
· Penyakit HiB
Apakah klien mempunyai penyakit kronik?
Apakah klien menerima terapi imunosupresif?
Apakah klien mempunyai infeksi HIV?
Apakah klien cepat merasa lelah?
Apakah klien hamil?
Apakah klien mempunyai mempunyai riwayat IMS?
Apakah klien pernah menerima tranfusi darah?
19
b. Dimensi Psikologi
Ya Tidak
Apakah klien merasa stress?
Apakah klien merasa depresi?
Apakah klien merasa kurang percaya diri di
lingkungannya?
c. Dimensi Fisik
Ya Tidak
Apakah klien memiliki banyak aktivitas?
Apakah klien beresiko dari gigitan hewan atau serangga?
Apakah kondisi lingkungan fisik mempengaruhi adanya
penyakit?
Apakah klien menunjukkan kontaminasi makanan atau air?
Apakah klien memiliki sanitasi yang buruk?
d. Dimensi Sosial
Ya Tidak
Apakah klien tidak memiliki rumah?
Apakah klien tinggal di penginapan atau di institusi lain?
Apakah hubungan sosial mendukung resiko tinggi?
Apakah terdapat anggota keluarga atau teman yang sakit?
Apakah peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi
penyebaran resiko?
Jika penduduk beresiko tinggi, apakah klien melakukan
upaya pencegahan?
Apakah klien terlibat dalam pelayanan anak sebagai
penerima atau penyedia?
20
Apakah kepercayaan budaya dan lingkungan meningkatkan
resiko penyakit klien?
Apakah klien hidup dalam lingkungan penyakit menular
yang tinggi?
Apakah klien mengunjungi area lingkungan penyakit
menular yang tinggi?
e. Dimensi Perilaku
Ya Tidak
Apakah klien tidak mampu merawat lingkungan?
Apakah klien terlibat dalam penyalahgunaan zat?
Apakah klien menggunakan obat terlarang?
Apakah klien menyebarkan obat terlarang?
Apakah klien aktif dalam seksual?
Apakah klien mempunyai pasangan seksual lebih dari 1?
Apakah klien melakukan hubungan seksual secara aman?
Apakah klien menggunakan kondom dalam berhubungan
seksual?
Apakah klien menggunakan spray tertentu?
Apakah klien menggunakan kontrasepsi oral?
Apakah klien masuk dalam prostitusi untuk mendapatkan
uang atau obat terlarang?
Apakah klien mempunyai keterkaitan dengan anggota dari
kelompok resiko tinggi?
Apakah klien menjaga kebersihan diri dengan baik,
misalnya cuci tangan?
Apakah klien mencuci buah dan sayuran sebelum
memakannya?
21
Apakah klien memasak makanan hingga matang untuk
membunuh mikroorganisme
Apakah klien menjamin kemurniaan air dari kontaminasi
sebelum meminum dan memasaknya?
22
sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Ajarkan klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
4. Ajarkan klien dan keluarga mengenai
cara menghindari infeksi seperti: tidak
menggunakan jarum bersama, tranfusi darah
dengan penderita, dan hubungan seksual
5. Membuang sampah dengan aman dan
benar
Manajemen Nutrisi (1100)
1. Bantu dan anjurkan menentukan jenis
nutrisi yang dibutuhkan (tinggi vitamin
dan mineral)
2. kolaborasi dengan tenaga kesehatan:
pemberian ARV pada ibu hamil
2 Isolasi sosial Konseling (5240)
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi
masalah dan seberapa jauh mengontrol diri
2. Membantu klien dalam meningkatkan
perilaku menyeleaikan masalah
3. Memotivasi klien dalam meningkatkan
rasa percaya diri
4. Memberikan kesempatan kepada klien
dalam menentukan keputusan
5. Identifikasi sumber sumber – sumber
pribadi dan lingkungan yang dapat
meningkatkan kontrol diri: keyakinan,
agama
6. Ajarkan perilaku klien untuk
23
mencegah keparahan penyakit dengan cara:
control dan minum obat teratur, konsumsi
nutrisi seimbang, aktifitas dan istirahat
teratur
Dukungan Emosional (5270)
7. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan
8. Menegaskan tentang pentingnya klien
bagi orang lain
9. Mendorong agar klien
mengungkapkan perasaan negatif
10. Memberikan rasa percaya dan
keyakinan
11. Memberi dukungan : moril, materil
(khususnya keluarga ) : spiritual
12. Memberikan informasi yang dibutuhkan
b. Tuberculosis
No Diagnosa Intervensi
1 Resiko infeksi (00004) Pengendalian infeksi (6545)
berhubungan dengan 1. Jelaskan tentang batuk efektif
vaksinasi yang tidak untuk menghinadari penyebaran
adekuat, kurang informasi infeksi dari satu penjamu ke yang
terkait menghindari lain
pajanan infeksi, 2. Ajarkan cara membersihkan
imunosupresi lingkungan setelah dipakai pasien
dengan TBC
3. Pertahankan teknik isolasi yang
24
tepat
4. Pendidikan northkesehatan terkait
cara penyebaran infeksi TBC
5. Pendidikan kesehatan terkait tanda
dan gejala infeksi tbc
6. Ajarkan cara menghindari infeksi
7. Ajarkan teknik mencuci tangan
8. Berikan pendidikan kesehatan
terkait imunasi untuk menghindari
TBC
9. Laporkan jika ada kecurigaan
infeksi TBC
25
informasi (Blackwell, konsep TBC
2014) 4. Berikan informasi mengenai
darimana sumber informasi terkait
TBC dapat di peroleh
5. Gunakan teknik diskusi kelompok
6. Demontrasikan cara pencegahan
TBC
7. Melibatkan kelompok dalam
menentukan intervensi
Teaching : Proses penyakit (5602)
1. Jelaskan terkait proses peyakit
2. Lakukan evaluasi terkait edukasi
26
2. Edukasi keluarga untuk
tingkatkan intake cairan dan nutrisi
d. Hepatitis
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan
Ketidakseimbangan
1 Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi kurang dari 1. Edukasi tentang pentingnya kebutuhan
27
kebutuhan tubuh asupan nutisi
(00002) 2. Anjurkan diit rendah lemak dan tinggi
berhubungan kalori
dengan 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
ketidakmampuan 4. Ajarkan modifikasi makanan yang
mencerna makanan sesuai
Monitoring Nutrisi (1160)
1. Monitor adanya penurunan berat badan
2. Monitor turgor kulit dan mobilitas
2 Risiko Kontrol Infeksi (6540)
tinggi terhadap 1. Edukasi tentang standar pencegahan
transmisi infeksi seperti cuci tangan dan penggunaan
(00004) sarung tangan
berhubungan Perlindungan infeksi (6550)
dengan sifat Monitor adanya tanda gejala infeksi
menular dari agen sistemik dan lokal
virus Manajemen penyakit menular (8820)
1. Informasikan mengenai imunisasi dan
anjurkan untuk melakukan imunisasi
(HBIg untuk Hepatitis B)
2. Monitor sanitasi dan lingkungan
3. Promosikan legislasi yang memastikan
pemantauan dan pengobatan yang tepat
untuk Hepatitis.
4. Anjurkan melakukan pemeriksaan
berkala.
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian penyakit menular
yang tinggi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular merupakan suatu
hal yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas untuk mencegah penyebaran
penyakit yang lebih luas. Perawat komunitas juga harus mampu memahami konsep
dasar pengendalian penyakit menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu
daerah. Hal ini, dapat membantu fungsi praktik keperawatan komunitas agar lebih
efektif dalam mencegah, mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit menular
dalam suatu populasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
30