Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

1. DEFINISI
Dermatitis seboroik adalah peradangan superfisial pada kulit yang bersifat
kronik yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, seperti pada wajah (kelopak
mata, alis mata, dahi, dagu) dan kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, kulit
dibelakang telinga). Dermatitis seboroik (DS) yang juga disebut dengan eksema
seboroik, adalah penyakit yang sering terjadi yang ditandai oleh adanya sisik diatas
dasar kulit kemerahan. Penyakit peradangan kronis superfisial ini sering mengenai
daerah kulit yang memiliki produksi sebum yang tinggi dan daerah lipatan.
Walaupun patogenesisnya belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan terdapat
hubungan dengan produksi sebum yang berlebihan dan ragi komensal Malassezia.

2. ETIOLOGI
Etiologi dermatitis seboroik belum diketahui pasti tapi umumnya disebabkan
oleh produksi kelenjar sebasea yang berlebih1 dan dikaitkan dengan peningkatan
jumlah jamur Malassezia spp.
Penderita dermatitis seboroik akan memperlihatkan gejala seperti eritema
pada kulit, berskuama halus hingga kasar, tampak berminyak dan penderita
mengeluh gatal. Dermatitis seboroik pada bayi atau dermatitis seboroik infantil
ditandai dengan adanya eritema, berskuama yang non eksematosa pada skalp dan
biasanya tidak didapatkan pruritus atau hanya ringan saja. Prevalensi dermatitis
seboroik ditemukan pada bayi di tiga bulan pertama kelahiran dan membaik pada
usia 8-12 bulan. Pada dewasa di usia 20 sampai 50 tahun. Dermatitis seboroik lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita, hal ini berhubungan dengan stimulasi
hormon androgen.
3. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)

Factor psikis : stress Kekurangan zat Imunodefisiens Obat: metildopa,


& kelelahan besi, niasin, i : HIV/AIDS cimetidine
pyridoxin

Status imun Aktifitas kelenjar


menurun sebasea terganggu

Jumlah jamur pityrosporum oval meningkat

Sensitisasi sel T oleh saluran limfe : sel efektor (sel mast)


mengeluarkan histamin
Gangguan
integritas kulit

DEMATITIS Peradangan kulit :


Proses poliferasi epidemal
SEBOROIK lesi

Skuama(sisik), krusta(berwarna kuning Gangguan citra


Nyeri
dan berbau tubuh

4. MANIFESTASI KLINIS

Dermatitis seboroik disebut juga sebagai seborrhoeic eczema atau pityriasis


Simplex, dermatitis seboroik termasuk dalam golongan chronic papulosquamous
dermatosis yang dapat dengan mudah dikenali dan dapat ditemukan pada usia bayi
dan dewasa. Dermatitis seboroik sering tampak sebagai plak eritema berbatas tegas
dengan permukaan berminyak, skuama kekuningan dengan berbagai perluasan
pada daerah yang kaya kelenjar sebasea, seperti kulit kepala, area retroaurikuler,
wajah (lipatan nasolabial, bibir atas, kelopak mata dan alis) dan dada bagian atas.
Distribusi lesi umumnya simetris dan DS tidak menular maupun fatal.
Terdapat dua macam dermatitis seroboik
a. Pityriasis sicca : tipe yang kering, biasanya berawal dari bercak yang kecil
kemudian mluas ke seluruh kulit kepala berupa deskumasi kering, dan membetuk
skuma halus (ketombe).
b. Pityriasis Stetoides : tipe yang basah, ditamdai oleh Sukuma yang berminyak
disetai eritema, dan akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang sudah berat
dapat disertai erupsi psoriapsiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang
busuk, pada rambut terjadi kerontokan di bagian frontal dan vertex: penderita
akan mengeluh gatal yang hebat.
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan usia
a. Pada bayi
Dermatitis seboroik pada bayi, lazim disebut dengan dermatitis seboroik
infantil.1,2 Kelainan ini terjadi pada bulan pertama, biasanya pada minggu ketiga
dan keempat, tersering pada 3 bulan pertama dan akan menghilang dengan
sendirinya tanpa terapi pada usia 8-12 bulan. Tempat predileksi dermatitis
seboroik infantil terutama mengenai kulit kepala, alis, bulu mata, lipatan
nasolabial, bibir, telinga, dada, leher, lipatan paha, dan lipat bokong, dengan atau
tanpa disertai rasa gatal.
b. Pada remaja dan dewasa
Pada orang dewasa Dermatitis serobik pada umumnya berpengaruh pada
daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tiggi dam aktif.
Distribusunya simetris dan melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi
kepala, alis, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainya terdapat di dahi, lipatan
nasolabial, kanalis auditoris eksternal dan daerah belakang telinga, pada daerah
tubuh dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit aksila, pusar,
inguinal, infa mamae, dan anogenital. Pada masa remaja dan dewas biasanya
sebagai scaip scaling (ketombe) atau eritaema ringan pada lipatan nasolabial pada
saat stress atau kekurangan tidur.
6. PENGKAJIAN
a. Keluhan
Pasien sering mengeluh adanya kemerahan, peningkatan suhu tubuh, nyeri
pada kasus tertentu, kulit kering agak kekuningan, ketombedengan rasa gatal,
rambut rontok dibagian verteks dan frontal kepala,kelopak mata merah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang berminyak agak
kekuningan dengan rasa gatal yang ringan,ketombe, yang hanya mengenai kulit
kepala berupa skuama "alus dan kasar.
c. riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya Riwayat penayakit yang disebabkan mikroorganisme
phytyrosparum ovale.
d. riwayat kesehatan keluarga
kaji adanya keluarga yang mempunyai dermatitis seroboik,
e. riwayat psikologis
kaji adanya stress emosional.

7. PEMERIKSAAN FISIK
System intrgumen
Adanya pruritus, eritrema, turgor kulit buruk dan pitiriatis.
a. Inpeksi
ketombe yang hanya mengenai kulit kepala lesi berupa eritema, skuama,
krusta tebal yang sering meluaske dahi, glabela, telingaposaurikular, dan leher
pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debrisepitel yang lekat pada
kulit (cradle cap) pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di
alismata, skuama kekuningan. Dapat pula pinggiran kelopak mata merah disertai
skuama halus,
b. Palpasi
Kult teraba hangat dan kasar.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkantinea
kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya. pemeriksaaan yang dapat
dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalaH
pemeriksaan Histopatologi. Gambaran Histopatologi bergantung padastadium
penyakit akut, subakut, atau kronis. pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan
dermatitis atopi.

9. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
N Merek Nama Dosis Rute Dosis Aman Indikasi Efek samping
o Dagang Generik Sediaan

1 Hydrocor Kortikost Salep Menghambat


tisone eroid pertumbuhan
jamur
2 Desonide

3 Mometas
one

4 Ketocona Anti salep


zole 2% fungian
topikal
5 Petrolatu Emolien salep
m putih

siklopirak Menghambat
solamin ambilan dan
penggunaan
subtansi yang di
pelukan subtansi
membrane sel
jamur dengan
mengubar
permabilitasnya
Piroctone octopirox Meredakan
inflamasi pada
kulit kepala dan
menurunkan
pembentukan
skuma pada kulit
Shea Anti inflamasi
buuter dan anti jamur
diberikan secara
mono terapi dan
di kombinasikan
Bersama obat lain
Salep
takrolimu
s

10. ANALISA DATA


Masalah
N
Data Etiologi Keperawata
O
n
1 DS : Factor fisikis, Nyeri Akut
- mengeluh nyeri farmakologi,
imunologi
DO :
- tampak meringis
Imun menurun
- bersikap protektif
- gelisah
- frekuensi nadi meningkat Aktifitas kelanjar
- TD meningkat sebasea terganggu
- Sulit tidur
- Pola nafas berubah Peningkatan jumlah
- Nafsu makan berubah jamur pityrosporum
- Proses berfikir terganggu oval
- Menarik diri berfokus pada
diri sendiri
Sensitisasi sel
- diaforesia

Kelenjar limfe
mengeluarka
n histamin

Peradangan kulit /lesi

Nyeri

3 DS : Factor fisikis, Gangguan


- mengungkapkan / tidak mau farmakologi, citra tubuh
kecacatan imunologi
- mengungkapkan perasaan
negative tentang perubahan
Imun menurun
tubuh
- mengungkapkan kehawatiran
pada penolokan/reaksi orang Aktifitas kelanjar
lain sebasea terganggu
- mengungkapkan perubahan
gaya hidup Peningkatan jumlah
DO : jamur pityrosporum
- kehilangan bagian tubuh oval
- fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
Sensitisasi sel
- menyembunyikan/menunjuka
n bagian tubuh yang berlebih
- mwnghindari/melihat dan Kelenjar limfe
menyentuh bagian tubuh mengeluarka
n histamin
- focus berlebihan pada bagian
tubuh
- respon nonverbal pada proses poliferasi
perubahan dan persepsi tubuh epidermal
- focus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
- hubungan social berubah Skuama(sisik),
krusta(berwarna kuning
dan berbau

Gangguan citra
tubuh

4 DS : Factor fisikis, Gangguan


farmakologi, integritas
imunologi kulit
DO :
- Nyeri
Imun menurun
- Perdarahan
- Kmerahan
Aktifitas kelanjar
- Hematoma sebasea terganggu
- Kerusakan jaringan atau
Peningkatan jumlah
kerusakan kulit. jamur pityrosporum
oval

Sensitisasi sel

Kelenjar limfe
mengeluarka
n histamin

Peradangan kulit /lesi

Gangguan integritas
kulit

11. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Nyeri Akut b.d Lesi d.d DS/DO
2. Gangguan integritas kulit b.d pruiritis, eritrema DS/DO
3. Gangguan citra tubuh b.d Skuama(sisik), krusta(berwarna kuning dan berbau
d.d DS/DO
12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1 NYERI Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama Observasi
keperawatan selama 1x24 jam, Dukungan nyeri: 1. Untuk
maka diharapkan tingkat nyeri Pemberian alagesik mengidentifikasi
menurun dan kontrol nyeri Observasi kebutuhan intervensi
meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi karakteristi nyeri dan juga
hasil: (mis, pencetus, pereda, kualitas, perkembangan atau
1. Tidak mengeluh nyeri lokasi, intensiats,frekuensi, resiko komplikasi
2. Tidak meringis durasi).
3. Tidak bersikap protektif 2. Identifikasi riwayat alergi obat. 2. Membantu dalam
4. Tidak mengalami kesulitan 3. Identifikasi kesesuain jenis mengidentifikasi
tidur analgesic (mis,narkotika,non- derajat nyeri untuk
5. Frekuensi nadi membaik narkotika, atau NSAID) dengan kebutuhan
6. Tidak gelisah tingkat keparahan nyeri. pemberian analgetik
7. Tekanan darah membaik 4. Monitor tanda-tanda vital yang tepat
8. Melaporkan nyeri terkontrol sebelum dan sesudah pemberian
9. Kemampuan mengenali analgesic. 3. Respon non verbal
onset nyeri meningkat 5. Monitor efektifitas analgesic. membantu
10. Kemampuan mengenali Terapeutik mengevaluasi
penyebab nyei meningkat 1. Diskusikan jenis analgesic yang derajat nyeri dan
- Kemampuan disukai untuk mencapai analgesia perubahannya
optimal
menggunakan teknik no- 4. Untuk menghindari
2. Pertimbangkan penggunaan infus
farmakologi kontinu, atau bolus oploid untuk factor yang
mempertahankan kadar dalam memperberat nyeri
serum.
3. Tetapkan target efektifitas 5. Untuk mengetahui
analgesic untuk mengoptimalkan kemampuan
respon pasien mengatasi nyeri
4. Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesic dan efek 6. Untuk mengetahui
yang tidak diinginkan perkembangan
Edukasi terapi yang
1. Jelaskan efek terapi dan efek diberikan
samping obat
7. Untuk membantu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemebrian dosis dan mengurangi
jenis analgsik, sesuai indikasi komplikasi
Dukungan Nyeri
Managemen nyeri Terapeutik
Observasi 1. Lingkungan bisa
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, menjadi pemicu
durasi, frekuensi, kualitas, meningkatnya
intensitas nyeri.
derajat nyeri
2. Indetifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal 2. Membantu
4. Identifikasi faktor yang memberikan
memperberat dan memperingan kenyaman untuk
nyeri. klien
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri. 3. Untuk membantu
6. Identifikasi pengeruh budaya mengatasi nyeri
terhadap respon nyeri.
7. Identifikasi pengaruh nyei pada
kualitas hidup.
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
9. Monitor efek samping
penggunaan analgesic. Edukasi
Terapeutik 1. Membantu
1. Berikan teknik nonfarmakologis mengurangi factor
untuk mengurangi rasa nyeri pemicu munculnya
(mis, nyeri
TENS,hypnosis,akupresur,terapi
music, biofeedback, terapi pijat, 2. Untuk mengontrol
aromaterapi, teknik imajinasi mengatasi nyeri
terbimbing, kompres ketika nyeri muncul
hangat/dingin,, terapi bermain).
3. Penggunaan
2. Konrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri analgetik yang tepat
(mis,sushu ruangan, dapat membantu
pencahayaan, kebisingan). mengurangi nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur. 4. Untuk menghindari
4. Pertimbangkan jenis dan sumber peningkatan nyeri
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi Kolaborasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. Untuk membantu
pemicu nyeri. mengurangi nyeri
2. Jelaskan stategi meredakan nyeri. sehingga dapat
3. Anjurkan memonitor nyeri secara meningkatkan
mandiri.
4. Anjurkan menggunakan kenyamanan
analgesic secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangai rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic
Intervensi pendukung
2 GANGGUAN Setelah dilakukan intrvensi Perawatan Integritas Kulit
selama 3x24 jam maka Integritas Tindakan Observasi
INTEGRITAS KULIT
kulit dan jaringan menigkat Observasi 1. Mengetahui faktor
- Identifikasi penyebab gangguan penyebab
dengan kriteria hasil: terjadinya
integritas kulit (Mis, perubahan
- Elastisitas meningkat sirkulasi, perubahan stastus nutrisi, kerusakan
penurunan kelembaban, suhu integritas kulit
- Hidrasi meningkat
lingkungan ekstrem, penurunan Terapetik
- Perfusi jaringan 2. Menurunkan
mobilitas)
meningkat komplikasi tirah
- Kerusakan jaringan Terapeutik baring
menurun - Ubah posisi 2 jam jika tirah baring 3. Mencegah terjadi
- Kerusakan lapisan - Lakukan pemijatan pada area infeksi
kulit menurun penonjolan tulang, jika perlu 4. Mengurangi
- Bersihkan perineal dengan air terjadinya
- Nyeri menurun perlukaan
hangat, terutama selama periode
- Perdarahan, Edukasi
diare
kemerahan, hematoma 1. Kulit yang kering
- Gunakan produk berbahan petrolin
menurun atau minyak pada kulit kering lebih rentan
- Suhu kulit membaik mengalami
- Gunakan produk berbahan ringan/
perlukaan
alami dan hipoalergik pada kulit
2. Asupan nutrisi
sensitive yang baik dapat
- Hindari produk berbahan dasar membantu
alcohol pada kulit kering meningkatkan
kinerja sel dan
Edukasi jaringan kulit
- Anjurkan menggunakan pelembab 3. Penggunaan sabun
(mis,lotion,serum) yang berlebih
- Anjurkan minum air yang cukup dapat
- Anjurkan meningkatakn asupan menyebabkan kulit
nutrisi kering
- Anjurnakan meningkatkan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
Intervensi pendukung
Pemberian obat kulit
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan alergi
- Verifikasi order obat sesuai indikaso
- Periksa tanggal kadaluarsa obat
- Monitor efek terapeutik obat
Terapeutik
- Lakuakn prinsif enam benar
- Cuci tangan dan pakai sarung tangan
- Bersihkan kulit
- Oleskan agen topical pada kulit
- Hindari terpapar sinar UV
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alsam
pemberian, Tindakan yang
diharapkan, dan efek samping
pemberian
- Jelaskan factor yang meningkatkan
dan menurunkan efektifitas obat
- Ajarkan Teknik pemberian obat
secaramandiri

3 GANGGUAN CITRA Setelah dilakukan intrvensi promosi koping Observasi


selama 3x24 jam maka citra
TUBUH Tindakan koping - Untuk
tubuh meningkat dengan
kriteria hasil: Observasi : mengetahui

- Melihat bagian tubuh - Identifikasi kemampuan yang kemampuan


membaik dimiliki - Untk mengetahui
- Menyentuh bagian tubuh
- Identifikasi pemahaman proses seberapa besar
membaik
- Verbalisasi kecacatan penyakit pemahaman
bagian tubuh membaik - Identifikasi kebutuhan dan pasien terhadap
- Vebalisasi kehawatiran
penolakan orang lain keinginan terhadap dukungan penyakit
membaik social - Mningkatkan
- Menyembunyikan bagian
Terapeutik interaksi social
tubuh membaik - Gunakan pendekatan yang tenang
- Focus pada bagoian tubuh
dan menyenangkan Terapeutik
membaik
- Hubungan social membaik - Diskusikan alasan mengkritik diri - Agar pasien
sendiri tenang selama
- Fasilitasi dalam memperoleh Tindakan
infoemasi yang di butuhkan - agar menambah
- Motivasi terlibat kegiatan social informasi tentang
- Kurangi rangsangan yang penyakit
mengancam - agar pasien
Edukasi nyaman
- Anjurkan mengungapkan
perasaan persepsi
- Anjurkan keterlibatan keluarga Edukasi
- Latih menilaian yang objektif - untuk
Intervensi pendukung mengetahui
Edukasi perawatan diri sitatus emosional
Observasi - menambah
- Identifikasi pengetahuan dukungan
perawatan diri - mengurangi
Teraputik gangguan citra
- Ciptakan edukasi interaktif untuk tubuh
memicu partisipasi aktif selama
edukasi
- Berikan penguatan positif
terhadap kemampuan yang
didapat
Edukasi :
- Ajarkan perawatan diri, praktikan
keperawatan diri,
- Anjurkan mengulangi Kembali
edukasi.

13. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai