Anda di halaman 1dari 48

1.

1 Konsep Halusinasi
1.1.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada

individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitu

merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang

sebenarnya tidak ada (Keliat, 2011) dalam (Putri, 2017)

Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi

pada respon neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami

distorsi sensori, namun meresponsnya sebagai hal yang

nyata(Jayanti & Mubin, 2021).

1.1.2 Rentang Respon

Gambar 2.1 Rentang Respon Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi menurut ( Stuart dan Laraia, 2005) dalam (Muhith Abdul, 2015).

Keterangan:
1
1. Respon adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima


norma-norma sosial budaya yang berlaku.

a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.


b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan
yang timbul dari pengalaman asli.

d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang


masih dalam batas kewajaran.

e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan


orang lain dan lingkungan.

2. Respon psikososial meliputi:


a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi yang salah penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca
indera.

c. Emosi berlebihan atau berkurang.


d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran.

e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi


dengan orang lain.

3. Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam


menyelesaikan maslah yang menyimpang dari norma-norma
sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi:

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh


dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
2
bertentangan dengan kenyataan sosial.

b. Halusinasi merupakan persepsi sensoru yang salah atau


persepsu eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari


hati.

d. Perilaku tidak teroganisir merupakan suatu yang tidak teratur.


e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
1.1.3 Faktor terjadi Halusinasi

1. Faktor predisposisi dan presipitasi menurut (Supinganto, Agus,


2021, pp. 107– 108)
a. Faktor Presdiposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu

hubunganinterpersonal yang dapat meningkatkan

stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan

gangguan perseps berbagai faktor di masyarakat

yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau

kesepian.

3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
4) Faktor Biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien

gangguan orientasi realita.

5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita termasuk halusinasi

umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia.

Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga


3
yang salah anggota keluarganya mengalami

skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
1) Stresor social budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi

penurunan satabilitas keluarga.

2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinefrin,

indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan

dengan gangguan orientasi realita.

3) Faktor psikologis
Kecemasan yang berlebhan dan dalam jangka waktu

yang lama disertai dengan keterbatasan kemampuan

mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya

gangguan orientasi ralita. Perilaku yag perlu dikaji

pada pasien dengan gangguan orientasi realitas

berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif

persepsi,

1.1.4 Mekanisme Koping


Mekanisme koping dpat dikategorikan sebagai task-oriented

reaction dan ego oriented reaction. Task-oriented reaction berpikir,

mencoba berhati-hati untuk menyelesaikan masalah. Ego oriented

reaction sering digunakan untukmelindungi diri. Reaksi ini sering

disebut mekanisme pertahanan (Wuryaningsih et al., 2020).

1.1.5 Penatalaksanaan

a. Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi atau

4
menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu

mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun obat-

obatannya seperti :

1) Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace, ludomer.

Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5

mg (IM), pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya

klien biasanya diberikan obat per oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai

dengan advis dokter (Yosep, 2016).

2) Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile,

promactile.

Pada kondisi akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila

kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada

malam hari saja, atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).

b. Terapi Somatis

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien

dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang

maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan

yang ditujukan pada kondisi fisik pasien walaupun yang diberi

perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku

pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT,

isolasi dan fototerapi (Kusumawati & Hartono, 2011).

1) Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau

manual untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan

untuk melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau orang

lain.

2) Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan

menimbulkan kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus


5
listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui elektrode yang

ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri/kanan (lobus

frontalis) klien.

3) Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri

diruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan

melindungi klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya

potensial yang mungkin terjadi. akan tetapi tidak dianjurkan

pada klien dengan risiko bunuh diri, klien agitasi yang disertai

dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat, serta

perilaku yang menyimpang.

4) Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada

klien dengan mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5

jam. cocok diberikan pada klien dengan depresi.

1.1.6 Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan terapi keperawatan pada klien skizofrenia

dengan halusinasi bertujuan membantu klien mengontrol halusinasinya

sehingga diperlukan beberapa tindakan keperawatan yang dapat

dilakukan perawat dalam upaya meningkatkan kemampuan untuk

mengontrol halusinasinya yaitu dengan tindakan keperawatan generalis

dan spesialis (Kanine, 2012).

1.1.6.1.1 Tindakan Keperawatan Generalis : Individu dan Terapi

Aktifitas Kelompok

Tindakan keperawatan generalis individu berdasarkan standar

asuhan keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan halusinasi

oleh Carolin (2008), maka tindakan keperawatan generalis dapat

dilakukan pada klien bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

6
kognitif atau pengetahuan dan psikomotor yang harus dimiliki oleh

klien skizofrenia dengan halusinasi yang dikemukakan oleh Millis

(2000, dalam Varcolis, Carson dan Shoemaker, 2006), meliputi : 1)

Cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan mengatakan

stop atau pergi hingga halusinasi dirasakan pergi, 2) Cara

menyampaikan pada orang lain tentang kondisi yang dialaminya

untuk meningkatkan interaksi sosialnya dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain sebelum halusinasi muncul, 3) Melakukan

aktititas untuk membantu mengontrol halusinasi dan melawan

kekhawatiran akibat halusinasi seperti mendengarkan musik,

membaca, menonton TV, rekreasi, bernyanyi, teknik relaksasi

atau nafas dalam. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan

stimulus klien mengontrol halusinasi.4) Patuh minum obat.

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dilakukan pada klien

skizofrenia dengan halusinasi adalah Terapi Aktifitas Kelompok

(TAK) Stimulasi Persepsi yang terdiri dari 5 sesi yaitu : 1) Sesi

pertama mengenal halusinasi, 2) Sesi kedua mengontrol halusinasi

dengan memghardik, 3) Sesi ketiga dengan melakukan aktifitas, 4)

Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap dan 5) Sesi

kelima dengan patuh minum obat.

1.1.6.1.2 Tindakan Keperawatan Spesialis : Individu dan Keluarga

Terapi spesialis akan diberikan pada klien skizofrenia dengan

halusinasi setelah klien menuntaskan terapi generalis baik individu

dan kelompok. Adapun terapi spesialis meliputi terapi spesialis

individu, keluarga dan kelompok yang diberikan juga melalui paket

terapi Cognitive Behavior Therapy (CBT).

Tindakan keperawatan spesialis individu adalah Cognitive

7
Behavior Therapy (CBT). Terapi Cognitive Behavior Therapy

(CBT) pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi gangguan

afektif tetapi saat ini telah dikembangkan untuk klien yang resisten

terhadap pengobatan.

8
Adapun mekanisme pelaksanaan implementasi keperawatan

sebagai berikut: langkah awal sebelum dilakukan terapi generalis

dan spesialis adalah mengelompokan klien skizofrenia dengan

halusinasi mulai dari minggu I sampai dengan minggu IX selama

praktik resdensi. Setelah pasien dikelompokan, selanjutnya semua

klien akan diberikan terapi generalis mulai dari terapi generalis

individu untuk menilai kemampuan klien skizofrenia dengan

halusinasi.

Langkah berikutnya adalah mengikutkan klien pada terapi

generalis kelompok yaitu Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

Stimulasi Persepsi Sensori Halusinasi. Demikian juga keluarga

akan dilibatkan dalam terapi keluarga. Hal ini bertujuan agar

keluarga tahu cara merawat klien skizofrenia dengan halusinasi di

rumah. Terapi keluarga dilakukan pada setiap anggota keluarga

yang datang mengunjungi klien.

Terapi spesialis keluarga yaitu psikoedukasi keluarga yang

diberikan pada keluarga klien skizofrenia dengan halusinasi adalah

Family Psycho Education (FPE) yang terdiri dari lima sesi yaitu

sesi I adalah identifikasi masalah keluarga dalam merawat klien

skizofrenia dengan halusinasi, sesi II adalah latihan cara merawat

klien halusinasi di rumah, sesi III latihan manajemen stres oleh

keluarga, sesi IV untuk latihan manajemen beban dan sesi V terkait

pemberdayaan komunitas membantu keluarga.

9
1.1.6.1.3 Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa (Halusinasi)

Komunikasi terapeutik merupakan media utama yang digunakan untuk

mengaplikasikan proses keperawatan dalam lingkungan kesehatan jiwa.

Keterampilan perawat dalam komunikasi terapeutik mempengaruhi

keefektifan banyak intervensi dalam keperawatan jiwa. Komunikasi

terapeutik itu sendiri merupakan komunikasi yang direncanakan dan

dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan pasien. Tujuan

komunikasi terapeutik membantu klien untuk menjelaskan dan mengurangi

beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah

situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi

keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan

mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi orang lain,

lingkungan fisik dan dirinya sendiri (Putri, N, & Fitrianti, 2018).

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah

teknik khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara

orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya

adalah :

1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri,

penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar

(kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit,

pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).

10
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri

sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari

orang lain.

3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita

penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut

terganggu.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan

sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide

yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik

bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata –

kata bisa saja kacau balau.

Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita

gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik

meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan

perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan

harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.

2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan

reinforcement.

3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau

kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara

berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan

manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia

tidak mau berhubungan dll.

11
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan

maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan

sebelum kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih

mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi

korban.
1.2 Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Halusinasi

1.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, yang

salah satu dilakukan dalam tahap pengkajian keperawatan ini adalah

pengumpulan data. Pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data pasien

secara holistik, yakni meliputi aspek biologis, psikologis, social dan spiritual.

Seseorang diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self

awareness), kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara

terapeutik, dan kemampuan berespons secara efektif (Stuart, 2017).

Aspek yang harus dikaji selama proses pengkajian meliputi faktor

predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,

dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart, 2017).

Secara lebih terstruktur proses pengkajian keperawatan jiwa adalah

sebagai berikut :

a. Identitas Klien

1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak

dengan klien tentang : Nama perawat, Nama klien, Tujuan yang akan

dilakukan, Waktu, Tempat pertemuan, serta Topik yang akan datang.

2) Usia dan No. Rekam Medik.

3) Agama.

4) Alamat.

5) Informasi keluarga yang bisa dihubungi.

b. Keluhan Utama/Alasan Masuk

Tanyakan pada keluarga klien alasan klien dibawa kerumah sakit jiwa, apa

yang sudah dilakukan keluarga terhadap klien sebelum klien dibawa ke rumah

sakit jiwa serta hasilnya. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran dibawa kerumah sakit jiwa karena keluarga


merasa tidak mampu merawat klien, keluarga merasa terganggu karena

perilaku klien dan gejala yang tidak normal yang dilakukan klien seperti

mengarahkan telinga pada sumber tertentu, berbicara atau tertawa sendiri,

marah-marah tanpa sebab, dan klien biasanya sering menutup telinganya,

sehingga keluarga berinisiatif membawa klien kerumah sakit jiwa.

c. Faktor Predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga :

1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, karena pada

umumnya apabila klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran walaupun sebelumnya pernah mendapat perawatan di

rumah sakit jiwa, tetapi pengobatan yang dilakukan masih

meninggalkan gejala sisa, sehingga klien kurang dapat beradaptasi

dengan lingkungannya. Gejala sisa ini disebabkan akibat trauma yang

dialami klien, gejala ini cenderung timbul apabila klien mengalami

penolakan didalam keluarga atau lingkungan sekitarnya.

2) Apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik.

3) Apakah pernah mengalami penolakan dari keluarga dan lingkungan.

4) Apakah pernah mengalami kejadian/trauma yang tidak menyenangkan

pada masa lalu.

d. Pemeriksaan fisik

Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran pada

umumnya yang dikaji meliputi TTV (Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan dan

suhu), Tinggi badan, serta keluhan fisik lainnya.

e. Psikososial

1) Genogram

Genogram pada umumnya dibuat dalam 3 generasi yakni

mengambarkan garis keturunan keluarga klien, apakah anggota keluarga


ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh klien, pola

komunikasi klien, pola asuh serta siapa pengambilan keputusan dalam

keluarga.

2) Konsep diri

Konsep diri meliputi sebagai berikut :

a) Citra tubuh

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang

disukai dan tidak disukai. Pada umumnya klien dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran tidak ada keluhan mengenai

persepsi klien terhadap tubuhnya, seperti bagian tubuh yang tidak

disukai.

b) Identitas diri

Tanyakan kepuasan klien dengan jenis kelaminnya, kepuasan klien

dengan statusnya didalam keluarga dan masyarakat. Pada umumnya

klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

merupakan anggota dari suatu masyarakat dan keluarga. tetapi karena

klien mengalami gangguan jiwa dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran maka interaksi klien dengan keluarga maupun

masyarakat tidak efektif sehingga klien merasa tidak puas akan status

ataupun posisi klien sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

c) Peran diri

Tanyakan pada klien tentang tugas/peran yang dilakukannnya

dalam keluarga di lingkungan masyarakat. Pada umumnya klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran kurang dapat

melakukan peran dan tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga

dalam masyarakat.

d) Ideal diri
Tanyakan pada klien harapan terhadap penyakitnya. Pada

umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran ingin cepat pulang serta diperlakukan dengan baik oleh

keluarga ataupun masyarakat saat pulang nanti sehingga klien dapat

melakukan perannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat

dengan baik.

e) Harga diri

Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain

sehingga klien merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya.

3) Hubungan sosial

Tanyakan kepada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya,

tempat mengadu, dan tempat bicara, serta tanyakan kepada klien kelompok

apa saja yang diikutinya dalam masyarakat. pada umumnya klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung dekat

dengan kedua orang tuanya, teutama dengan ibunya. Karena klien sering

marah-marah , bicara kasar, melempar atau memukul orang lain, sehingga

klien tidak pernah berkunjung kerumah tetangga dan klien tidak pernah

mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.

4) Spiritual

a) Nilai keyakinan

Tanyakan pada klien tentang pandangan serta keyakinan klien

terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang

dianut klien. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran tampak menyakini agama yang dianutnya

dengan dibuktikan melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.


b) Kegiatan ibadah

Tanyakan pada klien tentang kegiatan ibadah yang dilakukannya

dirumah, baik secara individu maupun secara kelompok.

Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran tampak kurang (jarang) melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinannya.

f. Status mental

1) Penampilan

Mengamati/mengobservasi penampilan klien dari ujung rambut

sampai ujung kaki seperti : rambut acak acakkan, kancing baju tidak

tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti serta

penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Pada umumnya klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tampak

berpenampilan kurang rapi, rambut acak-acakan, mulut dan gigi kotor,

serta bau badan.

2) Pembicaraan

Mengamati/men gobservasi pembicaraan klien apakah cepat, keras,

gagap, membisu, apatis, lambat serta pembicaraan yang berpindah-

pindah dari satu kalimat ke kalimat lain. Pada umumnya klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berbicara lambat dan

tidak mampu memulai pembicaraan.

3) Aktivitas Motorik

Mengamati/mengobservasi kondisi fisik klien. Pada umumnya klien

terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan gerakan mulut yang

seakan-akan sedang berbicara.


4) Alam perasaan

Mengamati/mengobservasi kondisi perasaan klien. Pada umumnya

klien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, serta marah

tanpa sebab.

5) Afek

Mengamati/mengobservasi kondisi emosi klien. Pada umumnya

klien mempunyai emosi labil tanpa ada sebab. Tiba tiba klien menangis

dan tampak sedih lalu diam menundukkan kepala.

6) Interaksi selama wawancara

Mengamati/mengobservasi kondisi klien selama wawancara. Pada

umumnya klien memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif, lebih

banyak diam diri, pandangan mata melihat kearah lain ketika diajak

bicara.

7) Persepsi

Mengamati/mengobservasi jenis halusinasi yang terjadi pada klien.

Pada umumnya klien cenderung mendengar, melihat, meraba, mengecap

sesuatu yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak

nyata.

8) Proses pikir

Mengamati/mengobservasi proses pikir klien selama wawancara.

Pada umumnya klien cenderung apabila akan menjawab pertanyaan

terdiam dulu, seolah olah sedang merenung lalu mulai menjawab,

kemudian jawaban belum selesai diutarakan, klien diam lagi kemudian

meneruskan jawabannya dengan singkat.


9) Isi pikir

Mengamati/mengobservasi isi pikiran klien selama wawancara. Pada

umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul

dengan orang lain. Saat diajak untuk duduk-duduk dan berbincang-

bincang dengan klien yang lain, klien menolak dengan menggelengkan

kepala.

10) Tingkat kesadaran

Mengamati/mengobservasi tingkat kesdaran klien. Pada umumnya

klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tingkat

kesadarannya yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan,

gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dengan sikap yang

canggung serta klien terlihat kacau.

11) Memori

Mengamati/mengobservasi gangguan daya ingat klien. Pada

umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran memiliki memori yang konfabulasi. Memori konfabulasi

merupakan pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan

(memasukkan cerita yang tidak benar yang bertujuan untuk menutupi

gangguan yang dialaminya).

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mengamati/mengobservasi tingkat konsentrasi dan kemampuan

berhitung klien selama wawancara.


Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran cenderung tidak mampu berkonsentrasi, klien tidak dapat

menjelaskan kembali pembicaraannya dengan dibuktikan selalu meminta

agar pernyataan yang diucapkan oleh seseorang untuk diulangkan

kembali.

13) Kemampuan penilaian

Mengamati gangguan kemampuan penilaian klien, apakah gangguan

kemampuan penilaian ringan yakni dapat mengambil keputusan yang

sederhana dengan bantuan orang lain seperti : berikan kesempatan

kepada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau makan

dahulu sebelum mandi yang sebelumnya diberi penjelasan terlebih

dahulu dan klien dapat mengambil keputusan.

Mengamati gangguan kemampuan penilaian bermakna yakni tidak

mampu mengambil keputusan walaupun dibantu oleh orang lain seperti :

berikan kesempatan kepada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum

makan atau makan dahulu sebelum mandi yang sebelumnya diberi

penjelasan terlebih dahulu dan klien tetap tidak dapat mengambil

keputusan. Biasanya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran cenderung memiliki kemampuan penilaian yang baik,

seperti jika disuruh untuk memilih mana yang dilakukan dahulu antara

berwudhu dengan sholat, maka klien akan menjawab berwudhu terlebih

dahulu.

14) Daya tilik diri

Mengamati/mengobservasi klien tentang penyakit yang di deritanya.

Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran menyadari bahwa ia berada dalam masa pengobatan untuk

mengendalikan emosinya yang labil.


g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Makan

Tanyakan dan mengobservasi tentang porsinya, frekuensinya,

variasinya, dan jenis makanan pantangan klien dalam makan, serta

kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan.

Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran makan 3

x sehari dengan porsi (lauk pauk, nasi, sayur, serta buah).

2) BAB/BAK

Mengamati/mengobservasi kemampuan klien untuk defekasi dan

berkemih, seperti pergi ke wc, membersihkan diri.

3) Mandi

Tanyakan dan mengobservasi tentang frekuensi, cara mandi, menyikat

gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan bercukur serta observasi kebersihan

tubuh dan bau badan klien. Klien dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran mandi 2 x sehari dan membersihkan rambut 1 – 2

x/hari kecuali ketika emosi labil.

4) Berpakaian

Mengamati/mengobservasi kemampuan klien untuk mengambil,

memilih, dan mengenakan pakaian serta alas kaki klien serta observasi

penampilan dan dandanan klien. Klien dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran mengganti pakaiannya setiap selesai mandi dengan

menggunakan pakaian yang bersih.

5) Istirahat dan tidur

Tanyakan dan observasi lama waktu tidur siang/malam klien, apa

aktivitas yang dilakukan sebelum tidur serta aktivitas yang dilakukan

setelah tidur.

6) Penggunaan obat
Tanyakan dan observasi pada klien dan keluarga tentang pengunaan

obat yang dikonsumsi serta reaksi yang ditimbulkannya. Klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran minum obat 3 x sehari

dengan obat oral serta reaksi obat dapat tenang dan tidur (sesuai advis

dokter).

7) Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan pada klien dan keluarga tentang apa, bagaimana, kapan dan

tempat perawatan lanjutan serta siapa saja sistem pendukung yang dimiliki

(keluarga, teman, dan lembaga pelayanan kesehatan) serta cara

penggunaannya.

8) Kegiatan di dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam merencanakan, mengolah dan

menyajikan makanan, merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu

dan mengepel), mencuci pakaian sendiri serta mengatur kebutuhan biaya

sehari-hari.

9) Kegiatan di luar rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari

hari, (melakukan perjalanan mandiri yaitu dengan berjalan kaki,

menggunakan kendaraan pribadi, dan kendaraan umum), serta aktivitas

lain yang dilakukan diluar rumah (bayar listrik/telepon/air/kekantor

pos/dan ke bank).

h. Mekanisme koping

Mekanisme koping pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, antara

lain:

1) Regresi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

cenderung akan menghindari masalah yang di hadapinya.

2) Proyeksi

Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

cenderung menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

3) Menarik diri

Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

cenderung sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal yang di rasakannya.

i. Masalah psikososial dan lingkungan

Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran memiliki masalah dengan psikososial dan lingkungannya,

seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat

karena perilaku pasien yang membuat orang disekitarnya merasa ketakutan.

j. Pengetahuan

Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

biasanya memiliki pengetahuan yang baik dimana dia bisa menerima keadaan

penyakitnya dan mengalami perawatan.

k. Aspek medis

Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran biasanya

mendapatkan pengobatan seperti : Chlorpromazine (CPZ) 2 x 10 mg,

Trihexipendil (THZ) 2 x 2 mg, dan risperidol 2 x 2 mg.


1.2.2 Analisa Data Keperawatan
Analisa data halusinasi pendengaran menurut (Yosep, 2016) meliputi

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Analisa Data Halusinasi Pendengaran


Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

Gangguan Persepsi Subjektif


Sensori : Halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar suara atau
Pendengaran kegaduhan
2. Klien mengatakan mendengar suara yang
mengajaknya untuk bercakap-cakap
3. Klien mengatakan mendengar suara yang
menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang
berbahaya
4. Klien mengatakan mendengar suara yang
mengancam dirinya atau orang lain

Objektif
1. Klien tampak bicara sendiri
2. Klien tampak tertawa sendiri
3. Klien tampak marah-marah tanpa sebab
4. Klien tampak mengarahkan telinga ke arah
tertentu
5. Klien tampak menutup telinga
6. Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu
7. Klien tampak mulutnya komat-kamit sendiri

1.2.3 Daftar Masalah Keperawatan

Daftar masalah keperawatan halusinasi pendengaran menurut (Yosep,

2016) meliputi sebagai berikut :

a. Resiko perilaku kekerasan

b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

c. Gangguan komunikasi verbal

d. Gangguan proses pikir

e. Isolasi sosial

f. Harga diri rendah


g. Koping individu tidak efektif

1.2.4 Pohon Masalah Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

Effect
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial Causa

Skema 2.2 Pohon Masalah Halusinasi Sumber :

Dermawan dan Rusdi (2013)

1.2.5 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran menurut (Yosep, 2016) meliputi

sebagai berikut :

a. Resiko perilaku kekerasan.

b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

c. Gangguan isolasi sosial : menarik diri.

d. Harga Diri Rendah.


Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan pasien yang muncul pasien dengan

gangguan persepsi sensori: halusinasi sebagai berikut:

1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran


2. Isolasi sosial
3. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal).
1.2.6 Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah

terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan pengetahuan yang

berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau pengalaman praktik. Rencana

tindakan disesuaikan dengan standart asuhan keperawatan jiwa Indonesia (Keliat

et al., 2019).

1. Rencana Keperawatan pada Klien (Keliat et al., 2019)


Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: Pasien dapat mengenali
halusinasi yang dialaminya, pasien dapat megontrol halusinasinya dan pasien
mengikuti program pengobatan secara optiamal (Keliat, 2014) dalam (Indriawan,
2019).
a. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien.
b. Latih klien melawan halusinasi dengan cara menghardik.
c. Latih klien mengabaikan dengan bersikap cuek.
d. Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur.
e. Latih klien mnum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama klien,

benar manfaat obat, benar dosis obat, benar frekuensi obat, benar cara,

benar tanggal kadaluarsa, dan benar dokumentasi.

f. Diskusikan manfat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan


mengedalikan halusinasi.
g. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
2. Rencana Keperawatan pada Keluarga (Keliat et al., 2019).
a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses

terjadinya halusinasi yang dialami klien.

c. Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan cara

merawat yang sesuai dengan kondisi klien.

d. Melatih keluarga cara merawat halusinasi:


1) Menghindari stuasi yang menyebabkan halusinasi.
2) Membimbing klien melakukan cara

mengendalikan halusinasi sesuai dengan yang dilatih

perawat kepada pasien.

3) Memberi pujian atas keberhasilan pasien.

e. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap

secara bergantian, memotivasi klien melakukan laatihan dan

memberi pujian atas keberhasilannya.

f. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan

rujukan segera yaitu isi halusinasi yang memerintahkan

kekerasan, serta melakukan follow- up ke pelayanan

kesehatan secara teratur

1.2.7 Implementasi Keperawatan

SP 1 Pasien Halusinasi: Bantu pasien mengenali halusinasinya

dengan caradiskusi dengan pasien tentang halusinasinya,

waktu terjadi halusinasi muncul, frekuesi terjadinya

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul,

respon pasien saat halusinasi muncul dan ajarkan


27
pasienuntuk mengontrol halusinasinya dengan cara pertama

yaitu dengan menghardik halusinasinya. Pasien dilatih

untuk mengatakan tidak terhadaphalusinasi yang muncul

atau tidak memperdulikan halusinasinya.

SP 2 Pasien Halusinasi: Ajarkan pasien untuk mengontrol

halusinasinya dengan cara kedua yaitu dengan bercakap-

cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap

deengan orang lain, maka akan terjadi pengalihanperhatian,

focus perhatian pasien akan teralih dari halusinasi ke

percakapan yang dilakukan dengan orang lain.

SP 3 Pasien Halusinasi: Ajarkan pasien untuk mengontrol

halusinasinya dengan aktivitas terjadwal. Dengan

melakukan aktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan

mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali

mencetuskan halusinasi.

SP 4 Pasien Halusinasi: Berikan pasien pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara teratur. Untuk mengontrol

halusinasi, pasien harus dilatih untuk menggunakan obat

secara teratur sesuai dengan program.

1.2.8 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana

kegiatan ini dilakukan terus menerus untuk menentukan apakah

rencana efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan

(Manurung, 2011). Evaluasi meliputi respon

perilaku dan emosi lebih terkendali yang sudah tidak mengamuk

28
lagi, bicara dan tertawa sendiri, sikap curiga, perasaan cemas dan

berat, serta pasien mempercayai perawatnya, pasien menyadari

bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, pasien dapat

mengontrol halusinasi. Sehingga, persepsi pasien mulai membaik,

pasien dapat menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Pada

keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang nyata dan

tidak nyata. Pada keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi

yang dialami oleh pasien, mampu menjelaskan cara merawat

pasien, mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien

(Yusuf, dkk, 2015) dalam (Indriawan, 2019).

29
DAFTAR PUSTAKA

Ajaswarni, T. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan.


Indriawan, F. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Di Ruang Intermediate Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
Mahakam Samarinda. In Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Di Ruang Intermediate Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
Mahakam Samarinda (Vol. 53, Issue 9).
http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007
Istichomah, F. R. (2019). the Effectiveness of Family Knowledge About
Schizophrenia Toward Frequency of Recurrence of Schizophrenic Family
Members At Poly Mental Grhasia Mental Hospital D. I. Yogyakarta. ISSN
2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online Internasional &
Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta, 53(9), 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id
Jayanti, S. W., & Mubin, M. F. (2021). Pengaruh Teknik Kombinasi Menghardik
Dengan Zikir Terhadap Penurunan Halusinasi.
Juarni, L., Karimah, A., & Sajogo, I. (2021). Lebih Dekat Denga Skizofrenia. Biro
Koordinasi Kedokteran Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
Keliat, B. A., & Akemat. (2009). Modul Praktik Keperawatan Profesional JIwa
(N. Septianti (ed.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. A., Hamadi, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., Wardani, I. Y.,
Susati, H., Hargiana, G., & Panjaitan, R. U. (2019). Asuhan Keperawatan
Jwa (B. A. Keliat (ed.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Krismawati, Y. (2018). Teori Psikologi Perkembangan Erik H. Erikson. Kurios,
2(1), 46.
Kusuma, U., Surakarta, H., Rsjd, I. G. D., & Zainudin, A. (2021). HUBUNGAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN HALUSINASI DI IGD RSJD
dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (S. Carolina
(ed.)). Salemba Medika.
Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., Sujarwoo, S., & ... (2020). Peningkatan
Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi melalui Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi. Jurnal Ners Widya …, 5(1), 35–40.
http://www.stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jners/article/view/328
Muhith Abdul. (2015). Keperawataan jiwa teori dan aplikasi. 524.
Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2014). Kesehatan Mental Konsep dan
Penerapannya (Edisi Keem). Universitas Muhammadiyah Malang.
Palupi, D. N., Ririanty, M., & Nafikadini, I. (2019). Karakteristik Keluarga
ODGJ dan Kepesertaan JKN Hubungannya dengan Tindakan
Pencarian Pengobatan bagi ODGJ. Jurnal Kesehatan, 7(2), 82–92.
https://doi.org/10.25047/j- kes.v7i2.81
Pima Astari, U. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi
Pendengaran. https://doi.org/10.1016/J.APNU.2015
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikaorn Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.
Prasanti, D. (2017). Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang.
Obat...
MediaTor, 10(1), 53–64.
Putri, V. S. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Halusinasi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Rawat Inap Arjuna Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Riset
Informasi Kesehatan, 6(2), 174.
https://doi.org/10.30644/rik.v6i2.95
Singh, S., Khanna, D., & Kalra, S. (2020). Role of Neurochemicals in
Schizophrenia. Current Psychopharmacology, 9(2), 144–161.
https://doi.org/10.2174/2211556009666200401150756
Supinganto, Agus, dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Dasar. Yayasan Kita
Menulis.
Wuryaningsih, Emi W, Dwi Heni, Iktiarini Erti, Deviantony, & Hadi
Enggal. (2020). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa 1. May, 194.
https://www.google.co.id/books/edition/
Buku_Ajar_Keperawatan_Kesehatan
_Jiwa_1/PFnYDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Yosep, H. I., & Sutini, T. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (M. D.
Wildani (ed.); Cetakan Ke). PT. efika Aditama.
Yulianty, M. D., Cahaya, N., & Srikartika, V. M. (2017). Antipsychotics
use and side effects in patients with schizophrenia at Sambang Lihum
Hospital South Kalimantan, Indonesia. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 3(2), 153–164.
http://jsfkonline.org/index.php/jsfk/article/view/108
Zahnia, S., & Wulan Sumekar, D. (2016). Kajian Epidemiologis
Skizofrenia. Majority, 5(5),
160–166.
Strategi Pelaksanaan
SP 1 Pasien SP 1 Keluarga
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
klien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi 2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami klien, tanda
dan gejala halusinasi, serta proses
terjadinya halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 3.Menjelaskan cara merawat klien
dengan halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi
6. Mengidentifikasi respon halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik
8. Menganjurkan klien memasukkan
cara menghardik kedalam kegiatan
harian
SP 2 Pasien SP 2 Keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktikkan
2. Melatih klien mengendalikan cara merawat klien dengan
halusinasi dengan cara bercakap- halusinasi
cakap dengan orang lain 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Menganjurkan klien memasukkan merawat langsung kepada klien
kedalam jadwal kegiatan harian halusinasi
SP 3 Pasien SP 3 Keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membentu keluarga membuat jadwal
klien aktivitas dirumah termasuk minum
2. Melatih klien mengendalikan obat
halusinasi dengan cara melakukan 2. Menjelaskan pollow up klien setelah
kegiatan pulang
3. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN PERSEPSI

3.1 Analisa Data

Nama : Tn L P No. RM:


Ruangan: yudistira
Tabel 3. 1: Analisa Data
Tgl Analisa Data Masalah TTD
07 DS: Gangguan Persepsi
Mei Klien mengatakan bahwa dirinya mendengar Sensori: Halusinasi
2021 suara. Bisikan itu muncul setiap hari, saat klien Pendengaran
melamun dan malam hari. suara tersebut (SDKI, D.0085)
semakin lama semakin terdengar keras. Respon
klien saat bisikan itu muncul hanya diam dan
kadang melihat ke kanan dan kiri disekitarnya.
DO:
1. Klien terlihat sering menengok ke
kanan atau ke kiri
2. Klien terlihat menyendiri di tempat
tidurnya

DS: Isolasi Sosial


-Klien mengatakan saat di rumah sering ( SDKI, D. 0121)
berinteraksi dengan orang lain, tetapi saat
Masuk Rumah Sakit klien jarang berinteraksi
dengan teman sekamarnya.
-Klien mengatakan lebih senang duduk diatas
tempat tidurnya dari pada ikut bercerita dengan
teman sekamarnya
DO:
- Klien lebih sering duduk diatas tempat
tidurnya
-Kontak mata ada meskipun kadang teralihkan
-Klien tampak lesu
DS:
- klien mengatakan emosi jika mendengar Resiko Perilaku
anak kecil yang mengejeknya gila Kekerasan
- klien menceritakan dengan suara keras (SDKI, D.0132)
dan mengumpaat dengan kata-kata
kasar
DO:
Ketika menceritakannya, klien terlihat:
1. mata melotot dan tajam
2. bicara keras
3. bicara kotor
4. wajah memerah
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran menurut

(Yosep, 2016) meliputi sebagai berikut :

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.


b. Resiko perilaku kekerasan.
c. Gangguan isolasi sosial : menarik diri.
d. Harga Diri Rendah.

Pohon Masalah Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Skema 2.2 Pohon Masalah

Halusinasi Sumber :

Dermawan dan Rusdi (2013)


3.4 Rencana Keperawatan

FORMAT PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT JALAN/ IGD DI RUMAH SAKIT JIWA

Nama : Ruangan : No MR :

No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional


Keperawatan Tindakan Keperawatan
(SP1-4)
1. 31 Juli Gangguan 1. Secara kognitif diharapkan SP 1 1. Membina hubungan saling
2023 Persepsi pasien dapat: 1. Bina hubungan saling percaya percaya merupakan langkaha
Sensori: a. Menyebutkan penyebab dengan menggunakan prinsip awal untuk menentukan
Halusinasi halusinasi komunikasi terapeutik: keberhasilan rencana
Pendengaran b. Menyebutkan karakteristik a. Sapa klien dengan ramah selanjutnya
halusinasi yang dirasakan baik verbal maupun non 2. Dengan mengidentifikasi
seperti jenis, isi, frekuensi, verbal halusinasi klien dapat
durasi, waktu, situasi yang b. Perkenalkan diri dengan menentukan tindakan yang
menyebabkan halusinasi dan sopan akan diberikan
respon terhadap halusinasi c. Tanyakan nama lengkap 3. Agar klien mampu
c. Menyebutkan akibat yang klien dan nama panggilan mengontrol halusinasinya
ditimbulkan dari halusinasi kesukaan klien dengan cara menghardik
d. Menyebutkan cara yang d. Jelaskan maksud dan tujuan 4. Agar klien menerapkan
selama ini digunakan untuk interaksi tindakan yang sudah
mengendalikan halusinasi e. Berikan perhatian pada klien, diberikan
e. Menyebutkan cara perhatikan kebutuhan
mengendalikan halusinasi dasarnya
yang tepat 2. Identifikasi halusinasi klien
2. Secara psikomotor diharapkan (jenis, waktu, frekuensi, isi,
pasien dapat: durasi, situasi dan respon)
a. Melawan halusinasi dengan 3. Ajarkan mengontrol halusinasi
menghardik. dengan cara menghardik
b. Mengabaikan halusinasi 4. Anjurkan klien memasukkan
dengan bersikap cuek cara menghardik halusinasi
3. Secara afektif diharapkan kedalam jadwal kegiatan
pasien dapat: harian klien
a. Merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
b. Membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan.
2. 1 Gangguan 1. Secara kognitif diharapkan SP 2: 1. Membina hubungan saling
Agustus Persepsi pasien dapat: 1. Bina hubungan saling percaya. percaya merupakan langkah
2023 Sensori: a. Menyebutkan cara 2. Evaluasi jadwal kegiatan awal untuk menentukan
Halusinasi mengendalikan halusinasi harian klien dan kontrak waktu keberhasilan rencana
Pendengaran yang tepat. selanjutnya selanjutnya
b. Menyebutkan tindakan yang 3. Melatih klien mengendalikan 2. Mengevaluasi kemampuan
telah diberikan halusinasinya dengan cara pasien
2. Secara psikomotor diharapkan bercakap-cakap dengan orang 3. Agar klien mampu
pasien dapat: lain mengendalikan halusinasinya
a. Mengalihkan halusinasi 4. Anjurkan klien memasukkan dengan cara bercakap-cakap
dengan cara distraksi yaitu kedalam jadwal kegiatan dengan orang lain
bercakap-cakap dengan orang harian 4. Agar klien berlatih dan
lain. menerapkan dalam kegiatan
3. Secara afektif diharapkan sehari-hari
pasien dapat:
a. Merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
b. Membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan.
3. 02 Gangguan 1. Secara kognitif diharapkan 1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling
agustus Persepsi pasien dapat: percaya percaya merupakan langkaha
2023 Sensori: a. Menyebutkan cara 2. Evaluasi klien cara mengontrol awal untuk menentukan
Halusinasi mengendalikan halusinasi halusinasi dengan bercakap- keberhasilan rencana
Pendengaran yang tepat. cakap dengan orang lain. selanjutnya
b. Menyebutkan tindakan yang 3. Melatih klien mengendalikan 2. Untuk mengetahui
telah diberikan sebelumnya halusinasinya dengan kemampuan klien dalam
dari cara menghardik dan melakukan aktifitas mengontrol halusinasinya
bercakap-cakap dengan orang 4. Anjurkan klien memasukkan 3. Untuk mengontrol halusinasi
lain. dalam kegiatan harian klien dengan aktifitas
2. Secara psikomotor diharapkan terjadwal
pasien dapat: 4. Agar klien berlatih tindakan
a. Mengalihkan halusinasi yang sudah diberikan
dengan cara distraksi yaitu
melakukan aktivitas terjadwal.
3. Secara afektif diharapkan
pasien dapat:
a. Merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
b. Membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan.
4. 03 Gangguan 1. Secara kognitif diharapkan 1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling
agustus Persepsi pasien dapat: percaya percaya merupakan langkaha
2023 Sensori: a. Menyebutkan pengobatan 2. Evaluasi jadwal kegiatan awal untuk menentukan
Halusinasi yang telah diberikan. harian klien keberhasilan rencana
pendengaran b. Menyebutkan tindakan yang 3. Berikan pendidikan kesehatan selanjutnya
telah diberikan sebelumnya tentang penggunaan obat 2. Untuk mengevaluasi tindakan
dari cara menghardik, secara teratur yang sudah diberikan
bercakap-cakap dengan orang 4. Anjurkan klien memasukkan 3. Agar pasien mengerti
lain dan melakukan aktivitas dalam jadwal kegiatan harian. penggunaan obat dengan
terjadwal. benar
2. Secara psikomotor diharapkan 4. Agar klien mudah
pasien dapat: menerapkan jadwal kegiatan
a. Minum obat dengan prinsip 8
benar yaitu benar nama klien,
benar manfaat obat, benar
dosis obat, benar frekuensi
obat, benar cara, benar
tanggal kadaluarsa, dan benar
dokumentasi.
3. Secara afektif diharapkan
pasien dapat:
a. Merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
b. Membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan.
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : ……………….. Ruangan : ……………… No. Reg : ……………..

TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TT


31 Juli Gangguan SP 1 S:
2023 Persepsi Sensori: 09.30 1. Selamat pagi bu, nama saya S,
Halusinasi 1.Membina hubungan saling percaya panggil saja bapak S, umur saya 40
Pendengaran (“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya tahun, rumah saya di Lamongan
Alfeimahasiswa UPN Prima Nusantara 2. Klien mengatakan pernah dirawat
Bukittinggi yang akan bertugas disini selama pada tahun 2005
3 hari kedepan, hari ini saya akan bertugas 3. Klien mengatakan saya mendengar
merawat bapak. Kalau boleh tahu nama bapak suara juragan yang menyuruh saya
siapa? Senang dipanggil apa?” “Selamat pagi pulang membantunya panen.
bu, nama saya S, panggil saja bapak S” 4. Kien mengatakan suara bisikan
“Boleh saya tahu umur bapak berapa? Dan tersebut biasanya muncul saat klien
tempat tinggalnya dimana?” “umur saya 40 melamun dan kadang saat malam
tahun bu, rumah saya di Lamongan” hari mbak dalam sehari muncul 3
“Sebelumnya, apakah bapak pernah dirawat kali dalam durasi 5 menit, klien
disini?” “Pernah mbak tapi sudah lama hanya diam kadang mengalihkan
sejak tahun 2005”) “Baiklah pak, bagaimana dengan melihat lingkungan sekitar
kalau kita bercakap-cakap tentang suara 5. Klien mengatakan apabila
bisikan yang selama ini bapak dengar tetapi halusinasinya muncul klien akan
tak tampak wujudnya?” “Baik mbak, saya berkata “Saya tidak mendengar
mau diajak ngobrol”.“Kalau begitu bapak kamu, kamu suara palsu, pergi
ingin ngobrol dimana? Bagaimana kalau di kamu.”
depan pintu kamar saja pak?” O:
“Iya bu, ngobrolnya di depan pintu kamar Secara afektif, kognitif dan
saya ya mbak” “Berapa lama kita ngobrol psikomotor:
ya pak? Bagaimana kalau 20 menit saja? “ 1. klien mau menyebutkan namanya
baik bu, 20 menit saja ya bu.” dengan benar
2. klien bersedia diajak berbicara
09.40 WIB dengan perawat
2.Pasien mengenal halusinasinya. 3. klien mau duduk berdampingan
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada dengan perawat
wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?” “ 4. kontak mata baik meskipun
iya mbak saya mendengar suara juragan kadang teralihkan melihat kanan
yang menyuruh saya pulang membatunya dan kiri disekitarnya
panen” “Apakah bapak terus-menerus 5. klien mencatat tindakan yang telah
mendengar suara tersebut?” “ biasanya diberikan
muncul saat saya melamun dan kadang
saat malam hari mbak” “dalam sehari A:
berapa kali bapak mendengar suara itu? Dan Secara Afektif, kognitif dan
berapa lama saat suara itu muncul?” “munculpsikomotor
3 kali dalam durasi 5 menit mbak” “Apa 1. klien mampu memperkenalkan
yang bapak lakukan jika suara tersebut diri.
muncul?” “ saya hanya diam kadang ya 2. Klien mampu menjelaskan tentang
melihat lingkungan” “Apakah dengan bapak isi halusinasinya
diam suara tersebut bisa hilang?” “Tidak 3. Klien mampu mengontrol
mbak, semakin lama semakin terdengar halusinasinya dengan cara
keras sehingga membuat saya risih” menghardik dan
mempraktikkannya
09.55 WIB 4. Klien dapat memasukkan cara
1. Mengajarkan kepada klien cara mengontrol menghardik kedalam jadwal
halusinasinya dengan cara menghardik kegiatan harian
(“Baiklah pak, bagaimana kalau kita belajar P:
mencegah suara-suara itu muncul?” “iya Perawat: mengevaluasi kembali cara
mbak, saya mau” “Baik pak, ada 4 cara menghardik halusinasi, melanjutkan
mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dan mengajarkan cara mengontrol
dengan menghardik suara tersebut, kedua halusinasi dengan cara bercakap-
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, cakap.
ketiga dengan melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, keempat dengan minum obat yang Klien: diharapkan klien berlatih
teratur. bagaimana kalau kita belajar cara yang mengontrol halusinasinya dengan
pertama terlebih dahulu yaitu dengan cara cara menghardik secara mandiri dan
menghardik”. “Caranya saat suara-suara itu memasukkan kedalam jadwal harian
muncul, bapak langsung bilang ‘saya tidak secara mandiri.
mendengar kamu, kamu suara palsu, pergi
kamu’. Begitu diulang-ulang terus sampai
suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan”. “Saya menutup telinga dengan
telapak tangan lalu bilang saya tidak
mendengar kamu, kamu suara palsu pergi
kamu”. “nah begitu bagus pak! Ayo coba lagi”
“saya tidak mendengar kamu, kamu suara
palsu pergi kamu”

10.05 WIB
4. Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik halusinasi kedalam jadwal
kegiatan harian klien.
(“ya bagus, bapak sudah bisa melakukannya,
sekarang cara ini bapak masukkan kedalam
jadwal ya pak, bapak harus melatih cara
menghardik halusinasi setiap mendengar
suara bisikan ya pak?” “iya mba, saya akan
berlatih terus”

1 Gangguan 09.00 WIB S: klien mengatakan


agustu Persepsi Sensori: 1. Bina hubungan saling percaya 1. Selamat pagi mbak, keadaan saya
s 2023 Halusinasi (“Selamat pagi bapak, bagaimana perasaan lebih baik dari kemarin
Pendengaran bapak hari ini?” “Selamat pagi mbak, 2. Saya sudah jarang mendengar suara
keadaan saya lebih baik dari kemarin”) bisikan itu
3. Ayo kita mengobrol karena suara
09.05 WIB itu muncul lagi
2. Mengevaluasi kegiatan jadwal dan kontak O:
waktu selanjutnya 1. Klien dapat mengingat nama
( “Apakah sudah dipakai cara yang telah kita perawat
latih kemarin? Apakah berkurang suara- 2. Klien mampu mengevaluasi cara
suaranya?” “Iya sudah saya coba mbak, yang pertama yaitu menghardik
sekarang saya sudah jarang mendengar 3. Klien mampu memperagaka cara
bisikan itu”). “Sesuai janji kita kemarin, menghardik halusinasi dengan
saya akan melatih cara yang kedua untuk cara kedua yaitu bercakap-cakap
mengontrol halusinasi yaitu dengan cara dengan orang lain
bercakap-cakap dengan orang lain” “iya A:
mbak boleh” “Kita akan berlatih selama 20 Secara Afektif, Motorik, dan
menit ya pak” “Iya mbak” “Sesuai janji Psikomotor
kemarin kita berbincang di teras ya pak” “iya 1. Klien mampu mempraktikkan dan
mbak”) menjelaskan cara yang sudah
diajarkan perawat
09.10 WIB P:
3. Latih klien mengendalikan halusinasinya Perawat: mengevaluasi kembali cara
dengan cara bercakap-cakap dengan orang yang kedua, yaitu menghardik
lain. halusinasi dengan cara bercakap-
(“Jadi cara yang kedua untuk mencegah dan cakap dengan orang lain dan
mengintrol halusinasi adalah dengan menganjurkan untuk memasukkan ke
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau jadwal harian klien, melanjutkan cara
bapak mendengar suara bisikan langsung saja yang ketiga yaitu melatih klien
bapak mencari teman untuk diajak ngobrol. mengontrol halusinasinya dengan
Contohnya seperti ini, “tolong pak, saya melaksanakan aktivitas terjadwal
mendengar suara bisikan ayo kita mengobrol” Pasien: diharapkan klien berlatih
“Oo begitu ya mbak” “iya pak, coba bapak melakukan aktivitas harian secara
ulangi cara yang tadi saya ajarkan” “pak mandiri
tolong, saya mendengar suara bisikan ayo
kita mengobrol” “bagus sekali pak”)

09.20 WIB
4. Menganjurkan klien memasukan kedalam
jadwal harian
(“Bagus sekali pak, bapak S dapat mengajak
ngobrol temannya apabila mulai
mndengarkan bisikan-bisikan tersebut, mari
kita masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian bapak” “iya mbak”)
02 Gangguan 09.00 WIB S: klien mengatakan:
agustu Persepsi Sensori: 1. Bina hubungan saling percaya 1. Keadaan saya lebih baik dari
s 2023 Halusinasi (“Selamat pagi bapak, bagaimana perasaan sebelumnya
Pendengaran bapak hari ini?” “Pagi mbak, keadaan saya 2. Setelah saya belajar dua cara yang
lebih baik dari kemarin.” ) kemarin, saya sudah tidak
mendengar suara bisikan itu.
09.10 WIB 3. Saya biasanya membersihkan dan
2. Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi merapikan tempat tidur mbak.
dengan cara bercakap-cakap dengan orang Biasanya bangun tidur jam 06.00
lain dan kontrak selanjutnya kemudian merapikan tempat
(“Saat suara-suara itu muncul Apakah sudah tidur, setelah itu mandi mandi
dipakai dua cara yang telah kita latih mbak, kemudian jam 07.00
kemarin? bagaimana hasilnya?” “sudah makan pagi, kemudian jam 8
mbak, setelah saya belajar dua cara yang biasanya jalan-jalan di dalam
kemarin, saya sudah tidak mendengar kamar saja mbak”.
suara bisikan itu” “Bagus pak, tetap dilatih O:
ya pak” 1. Klien dapat mengingat nama
(“Sesuai janji kemarin, kita akan latihan cara perawat
yang ketiga untuk mengontrol halusinasi 2. Klien mampu menjawab dan
yaitu dengan cara melakukan kegiatan memperagakan ketiga cara
terjadwal” “iya mbak”. “Kita akan berlatih tersebut
selama 20 menit ya pak” “Iya A:
mbak”.“Sesuai janji kemarin kita berbincang Secara Afektif, Motorik dan
di teras ya pak” “iya mbak” Psikomotor
1. Klien mampu mengontrol
09.15 WIB halusinasinya dengan jadwal
3. Latih klien mengendalikan halusinasinya aktivitas harian
dengan melakukan kegiatan (kegiatan 2. Klien mampu melakukan aktivitas
yang biasa dilakukan klien) terjadwal seperti membersihkan
(“Apa saja yang biasa dilakukan bapak pada tempat tidur, dan jalan-jalan kecil
pagi hari?” “saya biasanya bangun tidur didalam kamar
jam 06.00 kemudian merapikan tempat P:
tidur setelah itu mandi mbak. Kemudian Perawat: evaluasi dan latih kembali
jam 07.00 makan pagi, kemudian sekitar cara mengendalikan halusinasinya
jam 08.00 saya biasanya jalan-jalan di dengan melakukan kegiatan yang
dalam kamar saja mbak” “Bagus sekali siasa dilakukan. Melanjutkan SP
bapak sudah bisa melakukan kegiatan. Jadi selanjutnya yaitu mengkonsumsi obat
kegiatan yang biasanya dilakukan bapak ini secara teratur
bisa digunakan untuk mencegah munculnya
suara bisikan. Jadi, bapak harus membuat Klien: diharapkan klien berlatih
jadwal harian setiap pukul 07.00 sampai aktivitas terjadwal secara mandiri
pukul 11.00” “oh begitu ya mbak”)

09.25 WIB
4. Anjurkan klien memasukkan dalam
kegiatan harian
Jadi kegiatan yang biasanya dilakukan bapak
ini bisa digunakan untuk mencegah
munculnya suara bisikan. Jadi, bapak harus
membuat jadwal harian setiap pukul 07.00
sampai pukul 11.00” “oh begitu ya mbak”

Anda mungkin juga menyukai