Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Halusinasi

1. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi pasien terhadap lingkungan tanpa stimulus yan

g nyata,artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulu

s dari luar ( Stuart ,2007 dalam Azizah,Zainuri,2016).Halusinasi adalah perubahan

persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan

respon yang berkurang, berlebihan, atau terdistrosi (PPNI, 2016).

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana pasien merasaka

n suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada.pasien mengalami perubahan persepsi

sensori,merasakansensasipalsuberupasuara,penglihatan ,pengecapan,perabaan,atau

penciuman (Sutejo,2021)

2.Penyebab Halusinasi

Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2016) yaitu :

a..Faktor predisposisi

1)Faktor perkembangan

Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya, rendahnya

control dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu

mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan

2)Faktor sosiokultur

Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa

disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

3)Faktor biokimia

Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti

Buffofenon dan Dymetytranferse (DMP). Akibat strees berkepanjangan

menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.Misalnya terjadi

ketidak seimbangan acetylcholine dan dopamine.

4)Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus

pada penyalahgunaan zat adaktif.Hal ini berpengaruh pada ketidak

mampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa

depannya.pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata

menuju alam hayal.

5)Faktor genetik dan pola asuh

Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa

cenderung mengalami gangguan jiwa dan faktor keluarga menunjukan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit.Individu yang memiliki

hubungan sebagai ayah,ibu,saudara atau anak dari pasien yang mengalami

gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10%,sedangkan kepo nakan atau c

ucu 2-4%.Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik denga

n pasien gangguan jiwa memiliki kecenderungan 48%,sedangkan kembar

dizygot memiliki kecenderungan 14-17%.Faktor genetik tersebut sangat dit

unjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang

dimiliki oleh anggota keluarga pasien.


b.Faktor presipitasi :
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah( Stuart ,2007 dalam Azizah,Z

ainuri,2016) :

1)Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses inf

ormasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang men

gakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang

diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2)Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkun

gan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3)Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menghadapi stressor

3.Tanda Dan Gejala Halusinasi

Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala halusinasi adalah


a.Gejala Mayor
1) mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2)merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, penglihatan atau
pengecapan
3)distorsi sensor
4)respon tidak sesuai
5)bersikap seolah melihat,mendengar,mengecap,meraba atau mencium sesuatu
b.Gejala Minor
1) menyatakan kesal
2) menyendiri, melamun
4) konsentrasi buruk
5) disorientasi orang ,tempat,waktu,situasi
6) curiga
7)melihat ke satu arah
8)Mondar-mandir
9)bicara sendiri
4.Fase-Fase Halusinasi

Fase- fase dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi menurut Sutejo (2021)
adalah :

a.Tahap 1 (Comforting)

1) Tersenyum,tertawa yang tidak sesuai dengan situasi.

2) Menggerakan bibir tanpa bicara.

3) Bicara lambat.

4) Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan.

b.Tahap 2 (Condeming)

1)Cemas.

2)Konsentrasi menurun.

3)Ketidak mampuan membedakan realita.

c.Tahap 3 (Controling)

1)pasien cenderung mengikuti halusinasi.

2)Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

3)Perhatian dan konsentrasi menurun.

4)Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d.Tahap 4 (Conquering)

1)Perilaku panik

2)Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


3)Tidak mampu merespon terhadap perintah yang kompleks
4)Tidak mampu merespon lebih dari 1 orang
5.Rentang respon
Gambar 2.1 Rentang Respon
(Sumber : Stuart,2013)

Psikososial
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Distori Pikiran Gangguan pikir/delusi
- Persepsi kuat - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosi - sulit berespon emosi
dengan pengalaman berlebihan/kurang - Waham
- Perilaku sesuai - Perilaku aneh -Isolasi sosial
- Hubungan sosial harmo - Menarik diri -Perilaku tidak terarah
nis

6.Mekanisme koping

Mekanisme koping yang sering di gunakan pasien dengan halusinasi, meliputi ( Sutejo,2021)
:

1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari

2. Proyeksi : mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.

3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal.

4. Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh pasien.

7.Akibat mengalami halusinasi

Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.Hal ini harus dicegah karena bisa mengancam nyawa pasien sen

diri,orang lain dan membahayakan lingkungan.Hal ini sesuai dengan pendapat Sutejo (202

1) ketika pasien mengalami halusinasi fase conquering panic maka pasien tersebut berisiko

melakukan tindakan membunuh orang lain atau bunuh diri.


8.Pohon masalah
Gambar 2.2 pohon masalah halusinasi
( Sumber : Keliat,2006)

Risiko perilaku mencederai diri


sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori :


Halusinasi pendengaran

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah

B. Penatalaksaan Halusinasi
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk menangani pasien dengan halusinasi antara l

ain ( Yosef dan Sutini,2016) :

1. Farmakologi

a. Psikofarmakoterapi
1) Golongan butirefenon
Haldol, serenace, ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan
dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg ,IM. Pemberian injeksi biasanya
cukup 3 x 24 jam. Setelahnya pasien bisa diberikan obat per oral
3 x 1,5 mg (Yosep, 2011)
2) Golongan Fenotiazine
Chlorpramizine/largactile/promactile. Biasanya diberikan per

oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100 mg. apabila kondisi

sudah stabil dosis dapat dikurangi 1 x 100 mg pada malam hari

saja (Yosep, 2011)

b. Rehabilitasi
Program rehabilitasi dimaksudkan untuk menyediakan sistem bagi pasien ag

ar dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi dan ketrampilan be

kerja.Hal ini penting dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum kemb


ali ke keluarga dan masyarakat ( Yosef dan Sutini,2016)

2. Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi pada pasien halusinasi, meliputi (Yosep &
Sutini (2016):
a. Membantu pasien mengenali halusinasi
Perawat mencoba menanyakan pada pasien tentang isi halusinasi
(apa yang ingin didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat
dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi pada pasien.
Keempat cara tersebut meliputi :
1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk
menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan ini
meliputi:
a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b) Memperagakan cara menghardik
c) Meminta pasien memperagakan ulang
d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
e) Bercakap-cakap dengan orang lain.
f) Melakukan aktivitas terjadwal
g) Menggunakan obat secara teratur.
2) Melatih bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan
beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan
orang lain tersebut sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
3) Melatih pasien beraktivitas secara terjadwal
Libatkan pasien dalam terapi modalitas untuk mengurangi risiko
halusinasi yang muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
dengan bimbingan pasien membuat jadwal yang teratur, dengan
beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan memiliki banyak
waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Oleh sebab
itu, pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahap intervensinya sebagai berikut :
a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
b) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
c) Melatih pasien melakukan aktivitas
d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
4) Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Agar pasien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. p
asien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali
mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami
kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai
kondisiseperti semula akan lebih sulit. Berikut ini tindakan
keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat :
a) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
c) Jelaskan akibat bila putus obat
d) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
e) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 8 (delapan)
benar.
5) Melibatkan keluarga dalam tindakan
Diantara penyebab kambuh yang paling sering adalah faktor
keluarga dan pasien sendiri. Keluarga adalah support system
terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan pasien. Keluarga yang
mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan. Salah satu
tugas perawat adalah melatih keluarga agar mampu merawat pasi
en gangguan jiwa di rumah. Perawat perlu memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga. Informasi yang perlu
disampaikan kepada keluarga meliputi :
a) Pengertian halusinasi
b) Jenis halusinasi yang dialami oleh pasien
c) Tanda dan gejala halusinasi
d) Proses terjadinya halusinasi
e) Cara merawat pasien halusinasi
f) Cara berkomunikasi
g) Pengaruh pengobatan dan cara pemberian obat
h) Pemberian aktivitas kepada pasien
i) Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau
j) Pengaruh stigma masyarakat terhadap kesembuhan pasien
Strategi Pelaksanaan (SP)
Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien halusinasi,menurut Yosep & Sutini
(2016) :

SP 1

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi

2. Mengidentifikasi isi halusinasi

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan menghardik halusinasi dalam kegiatan harian

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian

SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan beraktivitas

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian

SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien sebelumnya (SP 1,2,3)

2. Menanyakan pengobatan sebelumnya

3. Menjelaskan tentang program pengobatan

4. Menjelaskan 5 benar minum obat

5. Menganjurkan memasukkan ke jadwal harian


C. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada diri pasien se
ndiri maupun keluarga berkaitan dengan halusinasi ,yang meliputi ( Azizah,Zainuri,20
16)
a.Identitas pasien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor telepon keluarga, dan
alamat pasien
b.Keluhan utama

Keluhan utama biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri, senyum

sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, menarik diri dari orang lain, tidak

dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, ekspresi muka tegang

mudah tersinggung, jengkel dan marah ketakutan biasa terdapat disorientasi

waktu tempat dan orang, tidak dapat mengurus diri dan tidak melakukan

kegiatan sehari-hari.

c.Faktor predisposisi
Faktor predis posisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stres. Diperoleh baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai faktor
perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis dan genetic yaitu faktor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
1).Faktor perkembangan; biasanya tugas perkembangan mengalami
hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan
mengalami stres dan kecemasan.
2).Faktor sosial cultural: berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan
seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat pa
sien dibesarkan.
3).Faktor biokimia; adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka
didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusi
nogenik neurokimia.
4).Faktor psikologis; hubungan interpersonal yang tidak harmonis,
adanya perang anda yang bertentangan dan tidak diterima oleh anak akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan
gangguan orientasirealitas seperti halusinasi.
5).Faktor genetik; Apa yang berpengaruh dalam skizoprenia. Belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
d.Faktor presipitasi
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi pasien
dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi objek yang ada
dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
e.Aspek fisik
Hasil pengukuran tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan, TB, BB

dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien. Terjadi peningkatan denyut
jantung pernapasan dan tekanan darah.
f.Aspek psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
g.Konsep diri :
1)Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah/ tidak
menerima perubahan tubuh yang terjadi / yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsinegatif tentang tubuh. Preokupasi
dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan.
2).Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
3).Peran
Berubah / berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah dan PHK.
4)Identitas diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya dan mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
5).Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri dan
kurang percaya diri
h.Status mental
Pada pengkajian status mental pasien halusinasi perlu dikaji
1)penampilan pasien dari ujung rambut ke ujung kaki ,bersih atau kotor
2)Pembicaraan pasien : apakah pasien pembicaraan kohern atau suka bica
ra sendiri
3)Aktivitas motorik : apakah pasien nampak gelisah,lesu,tegang,tremor.
Apakah pasien suka menunjuk-nunjuk ke arah tertentu dan suka menut
up telinga,sering meludah,mengecap,menutup hidung
4)Afek emosi : apakah pasien emosi tinggi,agresif,ketakutan,eforia
5)Interaksi selama wawancara : apakah pasien kooperatif atau tidak
i.Mekanisme koping

Apabila mendapat masalah, pasien takut/tidak mau menceritakan kepada


orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang digunakan p
asien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering
digunakan pada halusinasi adalah:
1)Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2)Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
3)untuk mengalihkan tanggungjawab kepada orang lain.

4)Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal

j.Persepsi Sensori

Kaji jenis,waktu,isi,frekuensi,situasi dan respon terhadap halusinasi


k.Proses berpikir

Kaji bentuk pikir dan isi pikir

l.Tingkat kesadaran

Apakah pasien merasa bingung atau gangguan disorientasi

m.Memori

Apakah ada gangguan memori jangka pendek,menengah,panjang

o.Tingkat konsentrasi dan berhitung

Apakah ada gangguan konsentrasi dan kemampuan menghitung pasien.

p.Kemampuan penilaian mengambil keputusan

Apakah ada gangguan dalam mengambil keputusan

q.Daya tilik diri

Apakah pasien menyadari atau mengingkari sakitnya

r.Kebutuhan perencanaan pulang

Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya,pemenuhan aktivi


tas sehari dan pengobatan di rumah

s.Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah yang ditimbulkan pasien di keluarga dan lingkungan akibat perilak


u

halusinasi

t.Aspek Medis

Pemberian penjelasan tentang diagnosa medis dan terapi medis

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga,

dan komunitas situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).


Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu diagnosis negatif

dan diagnosis positif. Diagnosis gangguan persepsi sensori merupakan jenis

diagnosis negatif yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sakit sehingga

penegakkan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan

yang bersifat penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan. Gangguan persepsi

sensori termasuk kategori diagnosis aktual yang terdiri dari problem (masalah),

etiology (penyebab), dan sign and symptom (tanda dan gejala). Gangguan persepsi

sensori adalah perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun

eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan, atau terdistrosi,

adapun etiology atau penyebab dari gangguan persepsi sensori yaitu isolasi sosial

(PPNI, 2016).
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori auditory dilihat dari data

subjektif dan objektif. Tanda dan gejala mayor berupa data subjektif yaitu pasien

mendengar suara bisikan, sedangkan data objektif yaitu distorsi sensori, respons

tidak sesuai, dan bersikap seolah mendengar sesuatu. Tanda dan gejala minor,

data subjektif yaitu pasien mengatakan kesal, sedangkan data objektif yaitu

menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, disorientasi waktu, tempat, orang atau

situasi, cuirga, melihat ke satu arah, mondar-mandir, dan berbicara sendiri.

Diagnosis keperawatan dapat ditegakkan apabila data yang dikaji mencakup

minimal 80% dari data mayor (PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien halusinasi adalah:


a) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
b) Harga diri rendah kronis

c)Risiko perilaku kekerasan

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah upaya untuk melakukan penyusunan ber

bagai tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang

dihadapi oleh pasien. (DJJ Keperawatan,1997 dalam Prabowo ,2021). Standar

asuhan keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu diagnosis keperawatan,

intervensi keperawatan, dan luaran (outcome) keperawatan. Sebelum menentukan

rencana keperawatan, perawat terlebih dahulu menetapkan luaran (outcome) ke

perawatan (PPNI, 2019).

Luaran keperawatan adalah hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri

dari indikator atau kriteria hasil pemulihan masalah yang spesifik atau terukur

perawat harapkan sebagai respon terhadap asuhan keperawatan. Komponen luaran

terdiri dari tiga komponen utama yaitu label, ekspektasi, dan kriteria hasil (PPNI,

2019). Intervensi keperawatan adalah segala treatment atau tindakan yang


dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Komponen intervensi keperawatan

terdiri dari tiga komponen yaitu label, definisi, dan tindakan (PPNI, 2018).

Berikut rencana keperawatan yang disajikan pada tabel di bawah ini :


Tabel 2.1
Perencanaan keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi

Diagnosa
Tujuan Rencana Keperawatan Rasional
Keperawatan
Gangguan p Manajemen Halusinasi
Setelah dilakukan tindakan keperaw Observasi
ersepsi sensori
atan selama …..x pertemuan persep  Monitor perilaku yang mengidentifikasi -Mengetahui halusinasi yang dialami oleh
: halusinasi
si sensori membaik dengan kriteria
halusinasi pasien
-Verbalisasi mendengar bisikan menu  Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas
run dan stimulasi lingkungan -mengurangi gejala halusinas
 Monitor isi halusinasi (mis.kekerasan atau
-Verbalisasi nelihat bayangan menur -mengetahui isi halusinasi
membahayakan diri)
un
Terapeutik
-Verbalisasi merasakan sesuatu melal  Pertahankan lingkungan yang aman
ui indra penciuman menurun  Lakukan tindakan keselamatan ketika -menjaga keselamtan pasien
tidak dapat mengontrol perilaku (mis.limit -menjaga keselamatan pasien dan orang lai
-Verbalisasi merasakan sesuatu melal setting, pembatasan wilayah,pengekangan n/petugas
ui indra perabaan menurun fisik,seklusi)
-Verbalisasi merasakan sesuatu melal Edukasi
ui indra pengecapan menurun  Anjurkan memonitor sendiri situasi -memandirikan pasien mengenal halusinas
terjadinya halusinasi i
-Distorsi sensori menurun  Anjurkan bicara pada orang yang
-Perilaku halusinasi menurun dipercaya untuk memberi dukungan dan -meningkatkan support sistem
umpan balik korektif terhadap halusinasi
 Anjurkan melakukan distraksi
(mis.mendengarkan music,melakukan -mengalihkan perhatian pasien agat tidak t
aktivitas dan teknik relaksasi) erjadi halusinasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
mengontrol halusinasi -mencegah gejala halusinasi
Kolaborasi
-mengontrol perilaku halusinasi
Kolaborasi pemberian obat antipsikotik
.
Tabel 2.2
Harga diri rendah kronis

Diagnosa
Tujuan Rencana Keperawatan Rasional
Keperawatan
Harga diri r
Setelah dilakukan tindakan 3x Manajemen perilaku
endah kronis
pertemuan terjadi peningkatan
perasaan positif terhadap diri s Observasi
endiri dengan kriteria
-Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku -mengetahui harapan pasien
-Penilaian diri positif meningk
Terapetik
at
-Batasi jumlah pengunjung -mengurangi stimulus
-Penerimaan penilaian positif t
erhadap diri sendiri meningkat -Bicara dengan nada rendah dan tenang -bersikap menghargai pasien
-Perasan malu menurun -Hindari bersikap menyudutkan -meningkatkan harga diri pasien
Edukasi

-Informasikan pada keluarga bahwa keluarga sebagai da -keluarga sebagai support sistem
sar pembentukan perilaku yang positif
.
Tabel 2.3
Perencanaan Risiko perilaku kekerasan

Perencanaan
Dx Keperawatan
(SDKI)
Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)

Risiko Perilaku Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
Kekerasan selama 3x pertemuan diharapkan tidak Observasi
- Monitor adanya benda berpotensi -mencegah tindakan perilaku kekerasan
(D. 0146) terjadi perilaku kekerasan dengan kriteria
membahayakan
hasil: - Monitor selama penggunaan barang yang -mencegah tindakan perilaku kekerasan
1. Kontrol diri (L.09076) dapat membahayakan( mis. pisau cukur)
- Monitor tanda-tanda perilaku kekerasan
- Verbalisasi ancaman kepada
Teraupetik -Deteksi dini munculnya perilaku kekerasan
orang lain menurun - Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya
- Perilaku merusak lingkugan secara rutin -menjaga keselamatan pasien dan orang lain
Edukasi
sekitar menurun
- Latih cara mengungkapkan perasaan -menyalurkan marah secara baik
- Perilaku agresif/amuk menurun secara asertif
- Suara keras menurun - Latih mengurangi kemarahan secara -mencegah perilaku kekerasan
- Bicara ketus menurun verbal dan ajarkan cara sehat dalam
mengungkapkan kemarahan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antipsikotik
-Anti psikotik mengendalikan perilaku kekerasan
4.Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Sutejo,2022).

Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan yang

dilaksanakan mencakup observasi, terapeutik, edukasi, dan kaloborasi (PPNI, 2018).

Implementasi keperawatan terhadap pasien diberikan secara urut sesuai prioritas masalah

yang sudah dibuat dalam rencana tindakan asuhan keperawatan, termasuk didalamnya

nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan keperawatan.

5.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah langkah proses keperawatan yang memungkink

an perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningka

tkan kondisi pasien. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis, yaitu (Sutejo,2022) :

a. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindak

an keperawatan yang disebut dengan evaluasi proses.Evaluasi sumatif ini dilak

ukan segera setelah perawat melaksanakan tindakan keperawatan.

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses

keperwatan selesai dilakukan.Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memo

nitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.


D.Analisa Jurnal
Tabel 2.4
Tabel analisa Jurnal

Judul Jurnal,Tempat pen Sumber Jurnal Metode P I C O T


elitian Penelitian

The Effect of Auditory OSRI Journal of Quasi eksperi 100 pasien ski Dengan Membandingkan Efektif Dilakukan
Hallucinations Nursing and Healt men zofrenia denga melakukan man gejala halusinasi p menurunkan selama 8 m
Management Program
on Quality of Life For h Science Volume n halusinasi pe ajemen halusina endengaran gejala inggu,dilak
Schizophrenic 6, Issue 1 Ver. VII
Inpatients, Egypt ndengaran ,50 si : menghardik/ sebelum dan halusinasi p ukan setiap
(Jan. - Feb. 2017)
pasien putra,5 stop,dengan ber sesudah intervensi endengaran hari selama
Tempat : RS El Maamo www.iosrjournals.
ura Alexandria,Mesir 0 pasien putri aktivitas : berny dan efeknya terhad dan mening 60-90 meni
org
Peneliti : Eman S. Abd anyi,relaksasi pe ap kualitas hidup p katkan kuali t
ELhay, Mona A. El-
Bilsha, Mohamed H. El- rnafasan asien skizofrenia d tas hidup
Atroni engan halusinasi p
1 orang pasien endengaran
dengan Dengan Membandingkan Efektif
Aplikasi Asuhan Keperawa Deskriptif : halusinasi melakukan SP gejala halusinasi menurunkan
tan Generalis dan Religius Jurnal Riset Menganalisa pendengaran 1-4 sebelum dan gejala Dilakukan
Pada pasien Gangguan Sen Kesehatan
sori Persepsi : Halusinasi P Nasional Vol 2 th asuhan dan sesudah intervensi halusinasi selama 9
englihatan dan Pendengara 2018
n keperawatan penglihatan hari
https://doi.org/
Tempat : ruang Abimanyu yang diberikan
10.37294/
RSCM jrkn.v2i2.106
kepada pasien
https://
Peneliti :Irma Erviana da
ejournal.itekes- dengan
n Giur Hargiana bali.ac.id/jrkn/
article/view/106 halusinasi
pendengaran

Efektifitas Deskriptif : Dengan Membandingkan Efektif Tidak


Penerapan Standar A
suhan Keperawatan Jurnal Menganalisa 1 orang pasien melakukan SP gejala halusinasi menurunkan disebutkan
Jiwa Generalis pada Keperawatan asuhan dengan 1-4 sebelum dan gejala
pasien Skizofrenia
dalam menurunkan Jiwa Volume 7 keperawatan halusinasi sesudah intervensi halusinasi
gejala halusinasi
Tempat : ruang Srikandi RSJ Agustus 2019 yang diberikan pendengaran
Marzoeki Mahdi Bogor
Peneliti :Satria Fajrullah kepada pasien

dan Ice Yulia Wardani https:// dengan


jurnal.unimus.ac halusinasi
.id/index.php/ pendengaran
JKJ/article/
view/4855
Overview of the Role of European Journal Survei perawat ruang Studi Membandingkan Efektif Selama
Nurses in the of Biophysics Vol 7
deskriptif Larasati RSJ dokumentasi gejala halusinasi menurunkan bulan
Implementation of Desember 2019
dr Amino RM pasien dala sebelum dan gejala Desember
Education in Patients doi:
Hallucinations
Semarang m melakukan ed sesudah intervensi halusinasi 2019
10.11648/j.ejb.20
Tempat :ruang Larasati ukasi pencegaha
190702.12
RSJ dr Amino Semarang
http://scipg.net/ n halusinasi
Peneliti :Livana PH dan T article/
itik Suerni 117/10.11648.j.ej
b.20190702.12

Kemampuan Jurnal Ilmiah Quasi Sampel 39 Dengan Membandingkan Efektif Selama


mengontrol halusinasi Kesehatan Jiwa Eksperimen pasien melakukan SP gejala halusinasi menurunkan bulan
melalui terapi Vol 2,April dengan halusinasi di 1-4 sebelum dan gejala Januari
generalis halusinasi 2020 pendekatan RSJ dr Amino sesudah intervensi halusinasi 2020
Tempat : RSJ dr one group Semarang
Amino https://jurnal.rs- pretest dan diambil
Peneliti :Livana PH, amino.jatengpro post test dengan teknik
Rihadini, Kandar, Titik v.go.id/ purpose
Suerni, Sujarwo, Anita index.php/JIKJ/ sampling
Maya, Arief Nugroho article/view/10

Penerapan terapi Jurnal Riset Deskriptif : 1 orang pasien Dengan Membandingkan Pasien bisa Dilakukan
generalis pada pasien Rumpun Ilmu Menganalisa skizofrenia melakukan SP gejala halusinasi melakukan selama 4
skizofrenia dengan Kedokteran Vol asuhan dengan 1-4 sebelum dan cara hari
masalah keperawatan 1,April 2022 keperawatan halusinasi sesudah intervensi mencegah
halusinasi yang diberikan pendengaran halusinasi,te
pendengaran http://prin.or.id/ kepada pasien tapi gejala
Tempat : Klinik index.php/ dengan masih
Avicena Makasar JURRIKE/ halusinasi muncul,seba
Peneliti :Nur Samsi Nur article/view/353 pendengaran b butuh wak
ma Lalla. tu lama untu
k penangana
n pasien den
gan halusina
si

Hallucination Macedonian Quasi eksperi 98 pasien den Dengan melaku Membandingkan Terjadi pen Dilakukan
Management Model for Journal of men gan halusinasi kan manajemen gejala halusinasi urunan gejal selama bul
Schizophrenic Patients
Medical pendengaran pengelolaan hal sebelum dan a halusinasi an Juni-Jul
Tempat : RSJ Prof Ildre
m Sumatra utara Sciences. 2022 usinasi : terapi g sesudah intervensi setelah dilak i 2016
Peneliti :Sri Eka Wahyu Apr 07 eneralis,CBT,S ukan tindak
ni,Wardiyah Daulay,Ma
http :/ HG dan edukasi an manajem
hnum Lalilan Nasution
/doi.org/10.3889 pada keluarga en halusinas
/oamjms.2022.9 i
453

Anda mungkin juga menyukai